ARTI & FUNGSI IDELOGI MUHAMMADIYAH Ideologi Muhammadiyah adalah sistem keyakinan , cita-cita , dan perjuangan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya Fungsi Idelogi Muhammadiyah Untuk menjelaskan pandangan Muhammadiyah tentang realitas dunia, mengatasi masalah-masalah yang dihadapi , dan melakukan evaluasi terhadap kondisi sosial yang hendak diubah . Alat untuk mempertahankan diri dari ancaman atau tantangan yang berasal dari luar .
SUMBER IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Gagasan Ahmad Dahlan pada Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an Ajaran KHA Dahlan Pemikiran Mas Mansur tentang Kesimpoelan Djawaban Masalah Lima Dalam konteks MKCH, Ideologi Muhammadiyah bersumber pada agama Islam yang memiliki sistem nilai
PERJALANAN IDEOLOGI MUHAMMADIYAH
MUQADDIMAH ANGGARAN DASAR
MASALAH LIMA Rumusan ideologis Masalah Lima tidak bisa dipisahkan dari figur Mas Mansur. Pada 1938, dia mengajukan beberapa masalah yang dikenal sebagai Masalah Lima (al- Masa’il al-Khams).
MKCH MUHAMMADIYAH MKCH dihasilkan melalui Sidang Tanwir di Ponorogo tahun 1968 dan Muktamar Muhammadiyah ke-37 (1968) di Yogyakarta Isi Dokumen MKCH : Islam dipahami sebagai agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul-Nya sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa sampai pada Nabi Muhammad SAW sebagai hidayah dan Rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil , duniawi dan ukhrawi . Dalam mengamalkan Islam , Muhammadiyah berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam Muhamamdiyah bekerja untuk tegaknya Aqidah Islam yang murni , bersih dari gejala-gejala kemusyrikan , bid’ah khurafat , tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam MKCH menunjukkan bahwa pemikiran formal Muhammadiyah mengandung kecenderungan yang kuat pada pemurnian Aqidah dan ibadah
KHITTAH MUHAMMADIYAH Khittah Palembang (1959) Hiruk pikuk politik dekade 1950-an melatarbelakangi urgensi perumusan khittah ini dalam Muktamar Palembang. Khittah Ponorogo (1969) Dinamika politik awal orde baru melatarbelakangi pemikiran khittah yang dihasilkan di Sidang Tanwir Ponorogo , Jawa Timur.. Khittah Ujung Pandang (1971) Khittah ini dihasilkan oleh Muktamar ke-38 di Ujung pandang , setelah pelaksanaan PEMILU 1971 yang menjadi basis Orde Baru melalui Golkar. Dan dilanjutkan Khittah Surabaya di Muktamar ke-40 (1978) dengan inti yaitu Muhammadiyah tidak memiliki hubungan organisatoris dengan partai politik manapun , dan tetap memberikan kebebasan politik pada warganya .