1 . Lack of evidence for efficacy 2 . Concerns about safety 3 . Concerns about the FDA’s Accelerated Approval process 4 . Other concerns about the process at the FDA 5 . Cost and opportunity costs The initial announced price of the drug at about $56,000 fro an individual of average weight (subsequently reduced to $28,200 per year) was considered by the group to be excessive and well beyond all prior estimates. Participants recognized that the FDA cannot consider potential cost as a part of its approval process. 6 . Risk of overmedicalization Participants expressed concern over the reliance on biomarkers to establish disease as a condition defined primarily by its biology rather than its clinical features. The potential for overdiagnosis and overtreatment of Mild Cognitive Impairment and AD was noted. 7. Loss of credibility for the FDA There was fairly consistent agreement from domestic and international participants that the approval of aducanumab represented an example of poor regulatory judgment that has weakened the national and international credibility of the FDA. Of note the European Medicines Agency (EMA) refused marketing authorization for aducanumab on the 16th December 2021. 8. Implications for future drug development in AD
Aducanumab Dosis yang disarankan adalah 10 mg/kg secara intravena setiap empat minggu dengan interval minimal 21 hari
Makalah ini menyarankan agar aducanumab segera ditarik dari pasar karena adanya kekhawatiran besar terkait efektivitas , keamanan , dan proses regulasi FDA. Obat ini dinilai tidak memberikan manfaat bagi pasien dan bahkan bisa menimbulkan bahaya , baik bagi individu maupun masyarakat luas .
Kelebihan lecanemab
Lecanemab Lecanemab diberikan secara IV dengan dosis 10mg/ kgbb dalam 1 jam, tiap 2 minggu serta memberikan efek penurunan jumlah amyloid dan penurunan kognitif yang lebih rendah dalam 18 bulan penggunaan .
Gama secretase
Secara Familial mutase genetic menyebabkan gen tertentu seperti PSEN 1 dan 2 yang mengubah sifat gama subunit. Sehingga dapat membuat potongan yang insoluble, memperparah adanya plak beta amyloid
ARIA
ARIA (Amyloid-Related Imaging Abnormalities) pada Penggunaan Antibodi Monoklonal ARIA: perubahan yang terlihat pada pencitraan otak , terutama pada pasien yang menggunakan obat-obatan yang dirancang untuk mengurangi protein amiloid beta dalam otak . Protein amiloid beta ini diyakini sebagai salah satu penyebab utama penyakit Alzheimer. Obat-obatan tersebut , yang sering disebut sebagai antibodi monoklonal , bekerja dengan cara mengikat dan membersihkan protein amiloid beta dari otak . Karena antibodi monoklonal adalah untuk membersihkan protein amiloid beta, proses ini terkadang dapat memicu reaksi inflamasi kecil di otak . Reaksi inflamasi ini dapat menyebabkan pembengkakan pada jaringan otak dan perubahan pada cairan di sekitar otak . Perubahan-perubahan inilah yang terlihat pada pencitraan otak sebagai ARIA. Tanda-Tanda : ARIA biasanya tidak menimbulkan gejala yang dirasakan oleh pasien. Perubahan pada pencitraan otak hanya dapat dilihat melalui pemeriksaan pencitraan seperti MRI atau PET scan. Namun , dalam beberapa kasus , ARIA yang parah dapat menyebabkan : * Peningkatan tekanan intrakranial : Hal ini dapat menyebabkan sakit kepala , mual , muntah , dan gangguan penglihatan . * Kejang : Meskipun jarang , ARIA yang parah dapat memicu kejang . * Perburukan gejala kognitif : Pada beberapa pasien, ARIA dapat memperburuk gejala demensia yang sudah ada . Bagaimana Mengatasi ARIA? Pengobatan ARIA biasanya melibatkan penyesuaian dosis obat atau penghentian sementara penggunaan obat . Dokter akan memantau kondisi pasien secara ketat dan melakukan pencitraan otak secara berkala untuk menilai perkembangan ARIA. Pencegahan ARIA * Pemilihan Dosis yang Tepat : Dokter akan menentukan dosis obat yang paling aman dan efektif untuk setiap pasien. * Pengembangan Obat Baru : Para peneliti terus mengembangkan obat-obatan baru yang lebih aman dan efektif dalam mengurangi risiko ARIA.
Interaksi obat lain
Mengapa Interaksi Obat Bisa Terjadi ? * Mekanisme Kerja : Aducanumab bekerja dengan cara menargetkan protein amiloid beta di otak . Obat lain yang mungkin dikonsumsi pasien, seperti obat-obatan untuk mengelola gejala Alzheimer ( misalnya , obat untuk gangguan tidur atau depresi ), juga dapat berinteraksi dengan protein atau reseptor yang sama atau serupa . * Metabolisme Obat : Kedua obat tersebut dapat dimetabolisme oleh enzim yang sama di hati . Jika satu obat menghambat atau menginduksi enzim tersebut , maka dapat mempengaruhi kadar obat lainnya dalam darah . * Transportasi Obat : Beberapa obat bersaing untuk diangkut melalui protein transpor yang sama . Hal ini dapat mempengaruhi penyerapan atau distribusi obat dalam tubuh . * Peningkatan Efek Samping : Interaksi obat dapat meningkatkan risiko efek samping yang tidak diinginkan , seperti ARIA (Amyloid-Related Imaging Abnormalities), pusing , mual , atau gangguan pencernaan . * Pengurangan Efektivitas : Interaksi obat dapat mengurangi efektivitas salah satu atau kedua obat , sehingga mengurangi manfaat pengobatan . * Peningkatan Toksisitas : Dalam beberapa kasus , interaksi obat dapat meningkatkan toksisitas obat , sehingga membahayakan pasien. Contoh Potensi Interaksi Obat Meskipun penelitian yang spesifik mengenai interaksi obat aducanumab masih terbatas , secara umum , obat-obatan yang berpotensi berinteraksi dengan aducanumab meliputi : * Obat antikoagulan dan antiplatelet: Obat-obatan ini digunakan untuk mencegah penggumpalan darah . Penggunaan bersama aducanumab dapat meningkatkan risiko perdarahan . * Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS): OAINS dapat meningkatkan risiko perdarahan ketika digunakan bersama dengan aducanumab . * Obat penurun kolesterol : Beberapa obat penurun kolesterol dapat berinteraksi dengan aducanumab dan mempengaruhi kadar obat dalam darah . * Obat-obatan untuk mengobati gejala Alzheimer: Obat-obatan seperti antikolinergik , antidepresan , dan ansiolitik dapat berinteraksi dengan aducanumab .
Uji penelitian
Uji klinis merupakan serangkaian penelitian yang dilakukan pada manusia untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitas obat baru atau terapi baru . Setiap fase uji klinis memiliki tujuan dan karakteristik yang berbeda-beda . Fase 1: Mengenal Obat Baru * Tujuan : Fase ini bertujuan untuk menentukan dosis aman dan efek samping awal dari obat baru pada manusia . * Peserta : Biasanya melibatkan sejumlah kecil relawan sehat atau pasien dengan penyakit tertentu . * Durasi : Relatif singkat , biasanya beberapa minggu hingga beberapa bulan . * Prosedur : Peserta akan menerima dosis obat yang terus ditingkatkan secara bertahap untuk menentukan dosis maksimum yang aman . Fase 2: Evaluasi Efektivitas Awal * Tujuan : Mengevaluasi apakah obat efektif dalam mengobati penyakit tertentu dan mengidentifikasi efek samping yang lebih umum . * Peserta : Melibatkan jumlah peserta yang lebih besar dibandingkan fase 1, biasanya beberapa puluh hingga ratusan orang. * Durasi : Lebih lama dibandingkan fase 1, bisa berlangsung beberapa bulan hingga beberapa tahun. * Prosedur : Peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok , ada yang menerima obat dan ada yang menerima plasebo ( obat kosong ). Fase 3: Konfirmasi Efektivitas dan Keamanan * Tujuan : Membandingkan efektivitas dan keamanan obat baru dengan pengobatan standar yang ada . * Peserta : Melibatkan jumlah peserta yang sangat besar , bisa mencapai ribuan orang. * Durasi : Biasanya berlangsung beberapa tahun. * Prosedur : Peserta akan diacak secara acak untuk menerima obat baru atau pengobatan standar .
Alel E4 dan Down syndrome
ApoE E4 -> pengaruh kepada clearance B amyloid, neuronal death, hiperfosforilasi tau Down Syndrome Trisomi 21
Untuk lecanemab terdapat dua penelitian , yang pertama penelitian Van Dyck dari The New England Journal of Medicine, Januari 2023, penelitian dilakukan selama 18 bulan di multicenter di Amerika Utara, Eropa dan Asia. Yang kedua adalah penelitian McDade dari Alzheimers Research & Therapy, tahun 2022, tidak disebutkan dimana namun dituliskan multinational multicenter, melibatkan 856 pasien dengan periode terapi 12-18 bulan . Untuk aducanumab , dari referensinya merujuk kepada jurnal Psychogeriatrics tahun 2023, dengan sistematik review dari 3 artikel Dokter, yang mengatakan penelitian RCT dilakukan secara global Dokter.
Lecanemab telah mendapatkan persetujuan penuh dari FDA untuk pengobatan penyakit Alzheimer tahap awal , menunjukkan kemampuannya memperlambat penurunan klinis dan mengurangi akumulasi protein amyloid pada pasien dengan Alzheimer ringan atau gangguan kognitif ringan . Terapi ini juga memiliki risiko efek samping serius , seperti kelainan terkait pencitraan amyloid (ARIA), yang dapat menyebabkan edema otak dan mikroperdarahan