Pertemuan 7 - CODE BLUE.pdf untuk perawat

belanovita3 8 views 40 slides Sep 03, 2025
Slide 1
Slide 1 of 40
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40

About This Presentation

Gadar


Slide Content

CODE BLUE
Bela Novita Amaris Susanto
Pertemuan 7

PENGERTIAN
Code Blue adalah istilah standar internasional dalam dunia medis dan keperawatan
untuk menunjukkan adanya kondisi gawat darurat pada pasien yang mengalami
henti jantung (cardiac arrest) atau henti napas (respiratory arrest), sehingga
membutuhkan resusitasi jantung paru (RJP/CPR) dan tindakan kegawatdaruratan
segera.
Biasanya, saat Code Blue diumumkan melalui sistem komunikasi rumah sakit, tim
khusus penanganan kegawatdaruratan (Code Blue Team) segera datang ke lokasi
pasien untuk memberikan pertolongan cepat, tepat, dan terkoordinasi.

TUJUAN
Tujuan Code Blue
Memberikan respon cepat terhadap pasien yang mengalami henti jantung atau
henti napas.
Meningkatkan peluang hidup pasien dengan melakukan tindakan resusitasi dini
sesuai standar.
Mencegah kerusakan otak permanen akibat kekurangan oksigen.
Meningkatkan koordinasi antar tenaga kesehatan melalui sistem penanganan
darurat yang terstruktur.
Menjamin keselamatan pasien sebagai bagian dari mutu pelayanan rumah sakit.

RUANG LINGKUP CODE
BLUE

1. AREA CAKUPAN

Seluruh area rumah sakit (ruang rawat inap, IGD, ICU, poliklinik, kamar operasi,
laboratorium, radiologi, dll).
Dapat diperluas hingga area sekitar rumah sakit (jika kebijakan RS memungkinkan).

2. KASUS/KONDISI YANG
TERMASUK DALAM CODE BLUE

Cardiac arrest (henti jantung).
Respiratory arrest (henti napas).
Gangguan irama jantung yang mengancam nyawa (VF, VT tanpa nadi, PEA,
asystole).
Kondisi kegawatan yang berpotensi menyebabkan henti jantung/napas bila tidak
segera ditangani (contoh: syok anafilaksis, syok septik berat, henti sirkulasi akibat
trauma berat)

3. TIM YANG TERLIBAT

Tim Code Blue (dokter, perawat, resusitator, petugas penunjang).
Seluruh tenaga kesehatan wajib tahu cara aktivasi dan tindakan awal (BLS/CPR)
sampai tim datang.

4. BATASAN RUANG LINGKUP

Fokus pada kondisi henti jantung/napas dan kegawatdaruratan terkait.
Tidak mencakup kasus non-emergensi (misalnya pasien hanya pusing, nyeri ringan,
atau kondisi stabil).

IHCA DAN OHCA

IHCA (IN-HOSPITAL CARDIAC ARREST)
HENTI JANTUNG YANG TERJADI DI DALAM
RUMAH SAKIT.

Karakteristik:
Pasien sudah berada dalam pengawasan tenaga medis.
Sering diawali dengan tanda peringatan dini (misalnya lewat Early Warning Score / EWS).
Respon lebih cepat karena tersedia Tim Code Blue, emergency trolley, defibrillator, dan obat emergensi.
Survival rate umumnya lebih tinggi dibanding OHCA bila sistem Code Blue berjalan baik.
Penanganan:
Deteksi dini → aktifkan Code Blue.
CPR segera oleh tenaga kesehatan terdekat.
Tim Code Blue datang ≤ 3 menit dengan troli emergensi.
ACLS lengkap (defibrilasi, obat emergensi, airway advanced).
Pasien stabil → pindah ke ICU/HCU

OHCA (OUT-OF-HOSPITAL CARDIAC ARREST)
HENTI JANTUNG YANG TERJADI DI LUAR RUMAH
SAKIT (JALAN, RUMAH, TEMPAT UMUM).

Karakteristik:
Penolong pertama biasanya orang awam / non-medis.
Sering terlambat dikenali → CPR dan defibrilasi tertunda.
Survival rate rendah (<10% di banyak negara) karena keterlambatan pertolongan.
Sangat tergantung pada sistem EMS (Emergency Medical Services), ketersediaan AED, dan pelatihan BLS
masyarakat.
Penanganan (Rantai Keselamatan / Chain of Survival):
Early recognition & call EMS → segera hubungi layanan darurat (118/119).
Early CPR oleh penolong awam (hands-only CPR bila tidak terlatih).
Early defibrillation dengan AED (jika tersedia).
Advanced life support (ALS) oleh EMS/rumah sakit.
Post-cardiac arrest care di rumah sakit (ICU).

AKTIFASI CODE BLUE

1. Saat pasien mengalami henti jantung (Cardiac Arrest):
•Tidak ada nadi (pulse tidak teraba).
•Pasien tidak sadar.
•Irama jantung fatal (VF, VT tanpa nadi, asystole, PEA).

2. Saat pasien mengalami henti napas (Respiratory Arrest):
•Tidak ada pernapasan atau pernapasan agonal (gasping).
•Saturasi oksigen menurun drastis, pasien sianosis, tidak responsif.

3. Saat pasien dalam kondisi kritis yang berpotensi segera menuju henti
jantung/napas, misalnya:
•Syok anafilaksis berat (reaksi alergi yang menyebabkan obstruksi jalan napas).
•Syok septik atau syok hipovolemik berat yang menyebabkan penurunan kesadaran.
•Trauma berat dengan gagal napas atau henti sirkulasi.
•Henti sirkulasi akibat perdarahan masif.

WAKTU RESPON CODE
BLUE

Dalam standar pelayanan kegawatdaruratan rumah sakit, respon Code Blue harus
secepat mungkin untuk meningkatkan peluang hidup pasien.
Standar Waktu Respon
Respon awal oleh penolong pertama:
Segera (< 1 menit) mulai CPR (Basic Life Support) setelah pasien dinyatakan tidak sadar, tidak
bernapas normal, atau tanpa nadi.
Aktivasi sistem Code Blue:
Dalam hitungan detik setelah henti jantung/napas dikenali → penolong pertama langsung menekan
alarm / telepon Code Blue.
Kedatangan Tim Code Blue:
≤ 3 menit sejak Code Blue diaktifkan, tim harus tiba di lokasi pasien dengan membawa troli
emergensi & defibrillator.
Defibrilasi pertama (jika indikasi VF/pulseless VT):
≤ 3–5 menit sejak kolaps → syok pertama harus diberikan.

ALUR PROSEDUR CODE
BLUE

1. IDENTIFIKASI PASIEN GAWAT
DARURAT

Pasien ditemukan tidak sadar, tidak bernapas normal, atau tanpa nadi.
Tenaga kesehatan segera melakukan penilaian cepat (primary survey: ABC).

2. AKTIVASI CODE BLUE

Tekan tombol Code Blue atau hubungi nomor darurat internal RS.
Umumkan "Code Blue" disertai lokasi pasien.
Sistem akan memanggil Tim Code Blue (dokter, perawat, resusitator, dan lain-lain).

3. TINDAKAN AWAL OLEH
PETUGAS PERTAMA DI LOKASI

Segera mulai Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR) dasar.
Pastikan airway, breathing, circulation (ABC).
Gunakan AED/defibrillator jika tersedia.

4. RESPON TIM CODE BLUE

Tim tiba dalam waktu ≤ 3 menit setelah aktivasi.
Melakukan resusitasi lanjutan sesuai protokol (ACLS/PALS).
Pemberian obat emergensi (misalnya adrenalin) dan tindakan lanjutan.

5. STABILISASI PASIEN

Bila resusitasi berhasil → pasien distabilisasi dan dipindahkan ke ICU/HCU.
Bila pasien tidak tertolong → dilakukan prosedur henti resusitasi sesuai kebijakan
rumah sakit.

6. DOKUMENTASI &
EVALUASI

•Semua tindakan dicatat dalam lembar Code Blue.
•Tim melakukan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan.

TIM CODE BLUE

TIM CODE BLUE ADALAH SEKELOMPOK TENAGA KESEHATAN YANG SUDAH
TERLATIH KHUSUS DALAM PENANGANAN HENTI JANTUNG/NAPAS DAN
SIAP MEMBERIKAN RESUSITASI SERTA TINDAKAN KEGAWATDARURATAN
SEGERA KETIKA CODE BLUE DIAKTIFKAN
Komposisi Tim Code Blue (umumnya di rumah sakit):
1. Dokter
Dokter jaga IGD/ICU/ruangan
Dokter spesialis anestesi atau penyakit dalam (jika tersedia)
Bertanggung jawab sebagai team leader dalam pengambilan keputusan klinis.
2. Perawat
terlatihMinimal 2–3 orang, sudah memiliki sertifikat BLS/ACLS/PPGD
Bertugas melakukan RJP, ventilasi, pemasangan infus, dan monitoring.
3. Petugas Resusitasi/Anestesi (jika ada)
Membantu jalan napas, intubasi, dan manajemen ventilasi
4. .Apoteker/Perawat Farmasi (opsional)
Menyiapkan obat emergensi (adrenalin, amiodaron, dll).
Petugas Penunjang
Membawa troli emergensi, defibrillator, oksigen, dan peralatan lainnya.

TUGAS UTAMA TIM CODE
BLUE:

Leader (dokter): memimpin jalannya resusitasi, menentukan langkah klinis.
Airway officer: memastikan jalan napas (intubasi, ventilasi).
Chest compressor: melakukan kompresi dada berkualitas tinggi.
IV/IO access: memasang akses infus/intraosseous untuk pemberian obat.
Medication nurse: menyiapkan dan memberikan obat emergensi.
Recorder: mencatat semua tindakan & waktu.

MEDICINE CODE BLUE

Obat IndikasiDosis Cara Pemberian
Adrenalin (Epinefrin) Henti jantung (asystole,
PEA, VF/pulseless VT)
1 mg IV/IO setiap 3–5
menit selama
resusitasi.Dapat diencerkan
dengan NaCl 0,9%.

Amiodaron Ventricular fibrillation
(VF) atau Ventricular
tachycardia (VT) tanpa
nadi yang tidak responsif
pada defibrilasi &
adrenalin.
300 mg IV bolus (dosis
pertama).
Bila perlu, dapat diberikan
150 mg IV tambahan.
Dosis pemeliharaan: 1
mg/menit selama 6 jam,
lalu 0,5 mg/menit.
Lidokain (alternatif
Amiodaron)
VF/VT tanpa nadi bila
Amiodaron tidak tersedia.
1–1,5 mg/kg IV
bolus.Dapat diulang
0,5–0,75 mg/kg IV setiap
5–10 menit (maksimal 3
mg/kg).

Obat IndikasiDosis Cara Pemberian
Atropin Bradikardi simptomatik. 0,5 mg IV bolus.
Ulangi tiap 3–5 menit
sesuai kebutuhan.
Dosis maksimum: 3 mg.

Magnesium Sulfat Torsades de Pointes atau
hipomagnesemia.
1–2 gram IV diencerkan
dalam 10 ml D5W,
diberikan selama 5–20
menit.
Natrium Bikarbonat Asidosis metabolik berat,
hiperkalemia, atau
overdosis obat tertentu
(misalnya TCA)
1 mEq/kg IV bolus.
Dapat diulang sesuai
kondisi & pemeriksaan gas
darah.

Semua pemberian obat harus melalui IV (intravenous) atau IO
(intraosseous).
Obat diberikan bersamaan dengan CPR & defibrilasi (jika indikasi).
Dosis dapat disesuaikan dengan berat badan, kondisi pasien, dan
protokol rumah sakit.

EMERGENCY TROLLEY

1. PERALATAN JALAN NAPAS
(AIRWAY MANAGEMENT)

Bag valve mask (ambu bag) dengan berbagai ukuran
Masker oksigen berbagai ukuran
Oropharyngeal airway (OPA)
Nasopharyngeal airway (NPA)
Laryngoscope dengan blade berbagai ukuran + baterai cadangan
Endotracheal tube (ETT) berbagai ukuran
Stylet untuk ETT
Suction set (kateter, mesin suction portable)
Oksigen portabel dengan regulator

2. PERALATAN SIRKULASI &
RESUSITASI

Defibrillator (manual/automated/AED)
Papan CPR (backboard)
Infus set, jarum infus berbagai ukuran
IV catheter berbagai ukuran
Intraosseous needle (IO) bila tersedia
Spuit berbagai ukuran (1 ml, 3 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, 50 ml)
Blood pressure cuff (dewasa, anak)
Stetoskop

3. OBAT EMERGENSI
(EMERGENCY DRUGS)

Adrenalin (Epinefrin) ampul
Amiodaron ampul
Lidokain ampul
Atropin ampul
Magnesium Sulfat ampul
Natrium Bikarbonat ampul
Dopamin / Dobutamin (vasopressor)
Nitroglycerin spray/tablet (untuk angina)
Dextrose 40% / 50% (untuk hipoglikemia)
Diazepam / Midazolam (jika perlu antikejang)

4. CAIRAN & PERLENGKAPAN
INFUS

NaCl 0,9%
Ringer Laktat (RL)
Dextrose 5% (D5W)
Perangkat infus (set, tiga jalan, konektor)
Tourniquet

5. ALAT PELENGKAP

Sarung tangan steril & non-steril
Masker & face shield
Plester, kasa steril, betadine/antiseptik
Gunting, pinset
Alat tulis (untuk dokumentasi Code Blue)

REVERSIBLE CAUSES (6H
& 6T) PADA HENTI
JANTUNG – ACLS

6H
•Hypovolemia → perdarahan masif, dehidrasi berat → koreksi dengan
cairan/produk darah.
•Hypoxia → kekurangan oksigen → pastikan jalan napas terbuka,
oksigenasi, ventilasi.
•Hydrogen ion (acidosis) → asidosis metabolik/respiratorik → koreksi
dengan ventilasi adekuat, natrium bikarbonat bila indikasi.
•Hypo-/Hyperkalemia → gangguan kalium (aritmia berat) → terapi
sesuai hasil lab/klinis (Ca-glukonat, insulin-glukosa, beta agonis).
•Hypothermia → suhu tubuh rendah → lakukan rewarming aktif/pasif.
•Hypoglycemia (opsional, kadang dimasukkan) → berikan glukosa IV.

6T
•Tension Pneumothorax → kolaps paru, deviasi trakea, tidak ada suara
napas → dekompresi jarum, chest tube.
•Tamponade jantung → penekanan jantung oleh cairan perikard →
lakukan pericardiocentesis.
•Toxins (keracunan/overdosis obat) → misal: opioid, TCA, digitalis →
antidotum spesifik.
•Thrombosis koroner (Infark miokard akut/ACS) → reperfusi, PCI,
trombolisis.
•Thrombosis pulmonal (Emboli paru masif) → trombolisis, embolectomy.
•Trauma (cedera berat menyebabkan henti sirkulasi) → atasi sesuai
penyebab (perdarahan, airway, dll).
Tags