Pengertian Al Amr Aspek Penjelasan Definisi Bahasa Al-Amru berarti ath-tholab (tuntutan/perintah). Definisi Istilah Suatu tuntutan untuk melakukan sesuatu dari pihak yang lebih tinggi (Allah/rasul/penguasa) kepada pihak yang lebih rendah (mukallaf), dengan bentuk khusus (lafadz perintah). Bentuk Lafadz Biasanya dengan fi‘il amr (kata kerja perintah), misalnya: اقْرَأْ ( bacalah), قُمْ ( berdirilah). Bisa juga dengan bentuk lain yang menunjukkan perintah. Hukum Asal Perintah Secara asal menunjukkan wajib kecuali ada qarinah (indikasi) yang memalingkannya ke hukum lain.
Aspek Penjelasan Definisi Perintah adalah perkataan yang mengandung permintaan untuk dilakukannya suatu perbuatan dalam bentuk al-isti‘la (dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah, misalnya Allah memerintahkan hamba-Nya). Batasan Pertama Keluar dari kata perkataan → Isyarat . Isyarat tidak disebut perintah meskipun maknanya bisa memberi faidah perintah. Batasan Kedua Keluar dari kata permintaan untuk melakukan suatu perbuatan → Larangan . Karena larangan adalah permintaan untuk meninggalkan sesuatu, sedangkan yang dimaksud perintah adalah mewujudkan suatu perbuatan (termasuk ucapan/perkataan yang diperintahkan). Batasan Ketiga Keluar dari kata dalam bentuk isti‘la → al-Iltimas (permintaan setara/sejajar) dan doa (permintaan dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi). Keduanya tidak disebut perintah, kecuali ada qarinah (konteks) yang menjadikannya bermakna perintah.
No. Bentuk Ṣīghat al-Amr Contoh Fi’il amr di Al Qur’an Terjemah Indonesia 1 Fi‘il al-Amr (kata kerja perintah) « اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ» (العنكبوت: 45) “ Bacalah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab.” (QS. Al-‘Ankabūt: 45) 2 Ism Fi‘il al-Amr (isim yang bermakna perintah) « حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ» “ Marilah (bersegeralah) menuju shalat.” 3 Maṣdar yang menggantikan fi‘il amr «فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَ ضَرْبَ الرِّقَابِ» (محمد: 4) “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang), maka (lakukanlah) pemenggalan leher.” (QS. Muḥammad: 4) 4 Fi‘il Muḍāri‘ dengan Lām al-Amr « لِيُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ» (المجادلة: 4) “ Hendaklah mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Mujādilah: 4)
Kategori Teks Arab Hadits Terjemah Indonesia Contoh sesuatu yang disebut sebagai fardhu «فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ» HR. Bukhari dan Muslim “Beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam setiap hari dan malam.” Contoh sesuatu yang disebut sebagai wajib «غُسْلُ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ» HR. Bukhari dan Muslim “Mandi Jum’at adalah wajib bagi setiap orang yang sudah baligh.” Contoh sesuatu yang disebut sebagai ketaatan «مَنْ أَطَاعَ أَمِيرِي فَقَدْ أَطَاعَنِي» B & M “Barangsiapa yang taat kepada pemimpin yang aku angkat, maka sungguh ia telah taat kepadaku.” Contoh pujian terhadap pelakunya « نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ لَوْ كَانَ يُقُومُ مِنَ اللَّيْلِ» B & M “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin ‘Umar, seandainya ia mau bangun malam (untuk shalat tahajjud).” Contoh celaan bagi orang yang meninggalkannya «مَنْ تَرَكَ الرَّمْيَ بَعْدَمَا عَلِمَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَإِنَّهَا نِعْمَةٌ كَفَرَهَا » B & M “Barangsiapa meninggalkan memanah setelah ia mengetahuinya, karena tidak suka, maka sungguh itu adalah nikmat yang ia kufuri.” Contoh Perbuatan yang jika dilakukan akan mendapat pahala «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا » M “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali lipat.” Contoh Perbuatan yang jika ditinggalkan akan mendapat hukuman «مَنْ تَرَكَ ثَلاَثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قَلْبِهِ » Abu Daud & lainnya “Barangsiapa meninggalkan tiga kali shalat Jum’at karena meremehkan, maka Allah akan menutup hatinya.”
Poin Utama Ringkasan Makna kata perintah Secara umum menunjukkan kewajiban (wajib dilakukan). Tuntutan pelaksanaan Harus segera dilaksanakan tanpa ditunda. Dalil Al-Qur’an ﴿ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴾ “ Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul itu takut ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63) Makna ayat Allah memperingatkan agar jangan menyalahi perintah Rasul ﷺ, karena bisa ditimpa fitnah (kesesatan) atau azab pedih. Kesimpulan Perintah Rasul ﷺ berarti wajib dilaksanakan.
Pembahasan Dalil / Contoh Keterangan Kewajiban bersegera dalam melaksanakan perintah ﴿ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ﴾ “ Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148) Semua perintah syariat adalah kebaikan → wajib segera dilaksanakan. Contoh dari Nabi ﷺ Peristiwa Hudaibiyah: Nabi ﷺ memerintahkan menyembelih hewan dan bercukur, beliau marah ketika sahabat menunda. Menunjukkan larangan menunda pelaksanaan perintah. Alasan harus segera - Lebih sempurna dan hati-hati. - Menunda bisa menimbulkan bahaya. - Bisa menumpuk kewajiban sampai tidak mampu melaksanakannya. Menjadi sebab diwajibkannya segera beramal.
Perintah yang keluar dari makna Wajib Kategori Dalil / Hadits Keterangan 1. S unnah ﴿ وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ ﴾ “ Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli.” (QS. Al-Baqarah: 282) Perintah menghadirkan saksi saat jual-beli hukumnya sunnah, karena Nabi ﷺ pernah membeli kuda kepada orang Arab Badui tanpa saksi ( b erdasarkan hadits riwayat Ahmad dan lainnya ). Dan terkadang perintah itu keluar dari makna wajib dan segera dilaksanakan karena adanya dalil yang menghendaki demikian. Maka perintah tersebut keluar dari kewajiban menuju makna lain, di antaranya:
Kategori Dalil / Hadits Keterangan 2. Ibahah (kebolehan) : A. Perintah setelah larangan ﴿ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا ﴾ ( QS. Al-Maidah: 2) setelah ﴿ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ ﴾ ( QS. Al-Maidah: 1) Perintah berburu menunjukkan boleh, karena datang setelah larangan saat ihram. B. Ibahah sebagai jawaban dugaan terlarang Sabda Nabi ﷺ: « افْعَلْ وَلاَ حَرَج » – “ Lakukanlah, tidak mengapa.” (HR. Bukhari-Muslim) Nabi ﷺ memberi keringanan dalam urutan amalan haji pada hari Nahr. 3. Tahdid (ancaman) ﴿ اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ ﴾ ( QS. Fussilat: 40) ﴿ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ، إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا ﴾ ( ( QS. Al-Kahfi: 29) Perintah di sini bermakna ancaman, bukan benar-benar suruhan.
Perintah bisa keluar dari makna segera (al-faur) menuju makna boleh ditunda (at-tarākhi). Contoh: Qadha puasa Ramadhan. Orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan tetap diperintahkan mengqadhanya. Namun, ada dalil yang menunjukkan boleh menunda qadha sampai sebelum datang Ramadhan berikutnya. Dari Aisyah radhiyallāhu ‘anhā, ia berkata: كان يكون عليَّ الصوم من رمضان فما أستطيع أن أقضيه إلا في شعبان، وذلك لمكان رسول الله ﷺ "Aku dahulu memiliki hutang puasa Ramadhan, namun aku tidak bisa mengqadhanya kecuali pada bulan Sya‘ban, karena sibuk melayani Rasulullah ﷺ ." (HR. al-Bukhārī dan Muslim) Seandainya pengakhiran (qadha puasa) itu haram, tentu Aisyah radhiyallāhu ‘anhā tidak akan menunda-nya.
Kategori Dalil / Kaidah Contoh Hukum Keterangan Kaidah Umum ما لا يتم المأمور إلا به فهو مأمور به "Sesuatu yang tidak sempurna pelaksanaan perintah kecuali dengannya, maka sesuatu itu juga diperintahkan." Mengikuti hukum tujuan Jika sesuatu wajib → sarana juga wajib. Jika sesuatu sunnah → sarana juga sunnah. Contoh Wajib Menutup aurat Jika menutup aurat butuh membeli pakaian Membeli pakaian = Wajib Karena menutup aurat adalah kewajiban, maka sarana untuk mencapainya (membeli baju) juga wajib. Contoh Sunnah Berhias (memakai wangi-wangian) pada hari Jum‘at Jika butuh membeli minyak wangi Membeli minyak wangi = Sunnah Karena berhias pada hari Jum‘at sunnah, maka sarana untuk mencapainya juga sunnah. Kaidah Umum (Tambahan) الوسائل لها أحكام المقاصد "Hukum sarana mengikuti hukum tujuan." — Segala sarana menuju perintah → juga perintah. Sarana menuju larangan → juga terlarang.
Ringkasan Pertemuan ke-17: Al-Amr ( Perintah ) Pengertian Al-Amr Secara umum , perintah dalam syariat berarti wajib dan harus segera dilaksanakan . Perintah Tidak Selalu Bermakna Wajib Terkadang perintah keluar dari makna wajib karena ada dalil yang menjelaskannya . Misalnya , perintah bisa bermakna : Mandub (sunnah/ disukai ) Mubah ( boleh ) Ancaman Boleh ditunda ( tarākhi ) Contoh : Qadha Puasa Ramadhan Orang yang punya hutang puasa Ramadhan tetap wajib mengqadha . Tetapi boleh menundanya hingga sebelum Ramadhan berikutnya . Dalilnya : Riwayat dari Aisyah radhiyallāhu ‘ anhā yang menunda qadha puasanya sampai bulan Sya’ban karena sibuk melayani Rasulullah ﷺ. Pelajaran Penting Perintah dalam syariat tidak selalu berarti “ segera dan wajib ”. Kadang maknanya berubah sesuai dalil yang ada . 👉 Ringkasnya : Asal perintah berarti wajib dan segera , tapi bisa berubah hukumnya ( menjadi sunnah, mubah , ancaman , atau boleh ditunda ) sesuai dengan dalil .
Apa yang Tidak Sempurna Sesuatu yang Diperintahkan Kecuali Dengannya Apa yang Tidak Sempurna Sesuatu yang Diperintahkan Kecuali Dengannya Jika sebuah perintah tidak bisa terlaksana kecuali dengan sesuatu , maka sesuatu itu ikut menjadi perintah juga. Hukumnya mengikuti hukum dari perintah utamanya . Contoh Kasus Wajib: Menutup aurat dalam sholat → kalau tidak ada pakaian kecuali harus membeli , maka membeli pakaian hukumnya wajib . Mandub (sunnah): Memakai wewangian untuk sholat Jum’at → kalau harus membeli minyak wangi , maka membelinya juga sunnah . Kaidah Umum “Hukum wasilah sama dengan hukum tujuan .” Jika tujuan wajib → wasilah juga wajib . Jika tujuan sunnah → wasilah juga sunnah. Jika tujuan haram → wasilah juga haram.