Peta_Jalan_Hilirisasi_Kelapa_2025-2045_Final_TTD_resize (1).pdf

rheinmahatma 144 views 126 slides Mar 17, 2025
Slide 1
Slide 1 of 126
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109
Slide 110
110
Slide 111
111
Slide 112
112
Slide 113
113
Slide 114
114
Slide 115
115
Slide 116
116
Slide 117
117
Slide 118
118
Slide 119
119
Slide 120
120
Slide 121
121
Slide 122
122
Slide 123
123
Slide 124
124
Slide 125
125
Slide 126
126

About This Presentation

hilirisasi kelapa


Slide Content

| Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 ii
Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Ó 2024 oleh Staf Ahli Bidang Pembangunan Sektor Unggulan dan Infrastruktur
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dengan dukungan dari
Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian
PPN/Bappenas), Kedeputian Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam
Kementerian PPN/Bappenas , Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Investasi/Badan
Koordinasi Penanaman Modal, Badan Riset dan Inovasi Nasional, International
Coconut Community, Dewan Kelapa Indonesia, Perhimpunan Petani Kelapa
Indonesia, Asosiasi Petani Kelapa Indonesia, Koalisi Pemerintah Penghasil Kelapa,
Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia, Himpunan Pengusaha Briket
Arang Kelapa Indonesia, Himpunan Pengusaha Sabut Kelapa Indonesia,
Gabungan Pengusaha Nata de Coco Indonesia, Persatuan Pengusaha Minyak
Kelapa Indonesia, Perkumpulan Pengusaha Arang Kelapa Indonesia, dan Roemah
Kelapa Indonesia.
Tim Penyusunan
Ketua : Leonardo A. A. Teguh Sambodo
Anggota : Ivan Hannoeriadi Ardiansyah, Faza Khairani Batubara,
Firhan Ambiya, Radhitya Virya Paramasuri Sunarso, Utari Salsabila
Adam, Muhammad Firdaus Nur Ananda, Gusti Rosvia Wardhani
Pendukung : Cyndy Novitasari, Zeldah Wirantika, Kamin
Editor
Leonardo A. A. Teguh Sambodo
Diterbitkan oleh
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (B appenas)
Jalan Taman Suropati No. 2, Jakarta 10310
Tel. (021) 31936207, Fax. (021) 3145374
ISBN: xxxxxxxx
Hak Cipta @Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (B appenas)

iii | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
KATA PENGANTAR
Suharso Monoarfa
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Percepatan transformasi ekonomi melalui
industrialisasi sebagaimana amanat Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2025-2045 menjadi modal utama untuk mewujudkan
Visi Indonesia Emas 2045. Industrialisasi mendorong
pengolahan komoditas unggulan untuk
menciptakan nilai tambah dalam bentuk bahan baku
dan bahan antara yang dibutuhkan industri, dan
produk jadi yang dibutuhkan konsumen , serta mendukung berkembangnya jasa -
jasa modern.
Hilirisasi melalui pengolahan komoditas unggulan perkebunan secara khusus
memiliki posisi yang strategis mengingat kontribusi subsektor perkebunan
mencapai 30,3 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) sektor
pertanian pada tahun 2022. Pengolahan komoditas perkebunan menjadi produk
memiliki potensi yang besar untuk memenuhi permintaan pasar yang terus
berkembang dan pada saat yang sama membuka peluang bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan hilirisasi perlu dipandu melal ui
perencanaan terpadu untuk mengarahkan langkah -langkah strategis yang
didukung keterlibatan aktif dari berbagai pemangku kepentingan.
Untuk mewujudkannya, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah menyusun
Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 sebagai contoh untuk mengonsolidasikan
hilirisasi komoditas perkebunan strategis yang selama ini belum dilaksanakan
secara optimal. Konsolidasi diarahkan untuk menangani kendala dan tantangan
yang kompleks, baik dari sisi hulu seperti rendahnya produktivitas, keterbatasan
akses ke benih unggul, praktik budidaya yang masih tradisional, organisasi petani
kelapa yang lemah, dan dampak perubahan iklim, maupun di sisi hilir seperti dan
pemenuhan bahan baku industri di dalam negeri, pemanfaatan inovasi untuk
mendorong diversifikasi produk kelapa, dan tingginya biaya logistik.
Peta Jalan Hilirisasi Kelapa ini diharapkan dapat mengarahkan berbagai langkah
dan tahapan yang terintegrasi hulu hilir untuk mewujudkan visi menjadikan
Indonesia sebagai pemimpin dalam memasok kelapa serta produk turunannya
secara global. Peta Jalan ini secara khusus memuat rencana aksi yang konkret dan
beberapa proyek pengungkit, seperti peningkatan produktivitas melalui pertanian
regeneratif, perluasan diversifikasi produk, serta peningkatan riset dan inovasi
kelapa, dalam rangka memperkuat konsolidasi p ada tahun 2025 -2029.
Keseluruhan hasilnya diharapkan dapat me ndorong perekonomian Indonesia

| Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 iv
untuk tumbuh lebih tinggi, masyarakat untuk menjadi lebih sejahtera yang
ditopang industri pengolahan kelapa yang modern dan berdaya saing tinggi, dan
daya dukung lingkungan yang berkelanjutan.
Jakarta, September 2024



Suharso Monoarfa
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasiona l

1 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 1
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. 3
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 9
1.1. Kondisi Perkelapaan di Indonesia ........................................................................................ 10
1.2. Isu Strategis Hilirisasi Kelapa di Indonesia .................................................................... 37
BENCHMARKING ........................................................................................................ 40
2.1. Filipina ..................................................................................................................................................... 41
2.2. India ......................................................................................................................................................... 50
2.3. Sri Lanka ................................................................................................................................................ 52
2.4. Thailand ................................................................................................................................................. 53
PETA JALAN HILIRISASI KELAPA ......................................................................... 56
3.1. Visi dan Sasaran ............................................................................................................................... 56
3.2. Misi dan Strategi .............................................................................................................................. 58
3.3. Tahapan Pelaksanaan .................................................................................................................. 59
3.4. Rencana Aksi ...................................................................................................................................... 65
KERANGKA PELAKSANAAN HILIRISASI KELAPA ........................................... 92
4.1. Kelembagaan dan Pendanaan Pendukung Hilirisasi Kelapa .......................... 93
4.2. Insentif Investasi Hilirisasi Kelapa ........................................................................................ 97
4.3. Fasilitasi Kolaborasi Riset dan Inovasi Hilirisasi Kelapa ......................................... 99
4.4. Rujukan Data Hilirisasi Kelapa ............................................................................................. 100
4.5. Pengembangan Kerja Sama ................................................................................................... 115

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sepuluh Negara Produksi Kelapa Terbesar Pada Tahun 2022 .............. 11
Gambar 1.2 Produksi 10 Negara Penghasil Kelapa Terbesar 1980-2022 ...................... 11
Gambar 1.3 Produktivitas 6 Negara Penghasil Kelapa Terbesar (Ton/Ha) ................ 12
Gambar 1.4 Proporsi Pengusahaan Kelapa oleh Rakyat, Swasta, dan Negara ...... 13
Gambar 1.5 Produktivitas Kelapa Indonesia 2004-2022 (Ton/Ha) .................................. 13
Gambar 1.6 Lima Provinsi Penghasil Kelapa Terbesar di Indonesia
Tahun 2022 ............................................................................................................................... 14
Gambar 1.7 Produktivitas Nasional dan 5 Provinsi Penghasil Kelapa
Indonesia 2012-2022 (Ton/Ha) ...................................................................................... 14
Gambar 1.8 Luas Areal Tanaman Tidak Menghasilkan/Tanaman Rusak
di Indonesia Tahun 2022 ................................................................................................. 15
Gambar 1.9 Pemanfaatan Kelapa di Indonesia Tahun 2022 ............................................. 23
Gambar 1.10 Pohon Industri Berbasis Daging Kelapa ............................................................ 24
Gambar 1.11 Pohon Industri Berbasis Air Kelapa ........................................................................ 25
Gambar 1.12 Pohon Industri Berbasis Sabut Kelapa ................................................................ 26
Gambar 1.13 Pohon Industri Berbasis Tempurung Kelapa .................................................. 27
Gambar 1.14 Pohon Industri Berbasis Nira Kelapa ..................................................................... 28
Gambar 1.15 Sebaran Industri Besar Pengolahan Kelapa di Indonesia ...................... 30
Gambar 1.16 Jumlah Perusahaan Pengolahan Kelapa Terintegrasi .............................. 30
Gambar 1.17 Potensi Kelapa Indonesia ............................................................................................... 31
Gambar 1.18 Volume Ekspor Produk Turunan Kelapa Indonesia
2017-2022 (Ton) ..................................................................................................................... 33
Gambar 1.19 Nilai Ekspor Produk Turunan Kelapa Indonesia 2017-2022
(Ribu USD) ............................................................................................................................... 35
Gambar 1.20 Total Nilai Ekspor Produk Kelapa ............................................................................. 36
Gambar 3.1 Rekomendasi Produk Berbasis Daging, Sabut, dan Nira Kelapa ...... 63
Gambar 3.2 Rekomendasi Produk Berbasis Air, Tempurung, dan Bagian
Kelapa Lainnya ..................................................................................................................... 64
Gambar 4.1 Kelembagaan Pemampu Perkelapaan di Indonesia ................................ 94
Gambar 4.2 Kelembagaan Pemampu Perkelapaan di Indonesia ke Depan ......... 96
Gambar 4.3 Struktur Penguatan Ekosistem Riset dan Inovasi ..................................... 100
Gambar 4.4 Struktur Integrasi Infrastruktur Riset, Fasilitasi, dan
Kekayaan Intelektual ...................................................................................................... 100
Gambar 4.5 Rancangan Skema Kolaborasi dan Tata Kelola Sistem
Monitoring Kelapa Terintegrasi ................................................................................ 114
Gambar 4.6 Latar Belakang Program Hilirisasi Kelapa ........................................................ 116
Gambar 4.7 Deskripsi dan Status Proyek-Proyek Hilirisasi Kelapa ............................... 118
Gambar 4.8 Indikasi Lokasi Penerapan GAP dan Tumpang Sari .................................. 119
Gambar 4.9 Indikasi Lokasi Peningkatan Utilisasi Industri dan
Diversifikasi Produk ......................................................................................................... 120
Gambar 4.10 Mekanisme Blended Finance .................................................................................. 120

3 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Varietas Kelapa yang Sudah Dilepas ............................................................................... 16
Tabel 1.2 Rekapitulasi Bantuan Kelapa Genjah 2021-2024 ................................................... 20
Tabel 1.3 Produksi Produk Turunan Utama dari Kelapa Asal Indonesia (Ton) ........ 29
Tabel 1.4 Volume Ekspor Kelapa dan Produk Turunan Kelapa Tahun 2022 ............. 35
Tabel 2.1 Profil Perkelapaan di Indonesia, Filipina, India, Sri Lanka, dan
Thailand 2022 ................................................................................................................................... 41
Tabel 2.2 Pemetaan Fungsi Lembaga dalam Pengembangan Industri
Kelapa di Filipina .......................................................................................................................... 47
Tabel 3.1 Sasaran, Produktivitas, Produksi, dan Utilisasi Kelapa ....................................... 57
Tabel 3.2 Strategi, Rencana Aksi, Target Akumulatif, Pelaksanaan, dan
Lembaga ............................................................................................................................................ 65
Tabel 4.1 Daftar Kode KBLI, Produk dan Kode HS Kelapa 2022 ........................................ 101
Tabel 4.2 Inisiasi Tabel Konversi Kelapa .............................................................................................. 112
Tabel 4.3 Perhitungan Inisiasi Data Rantai Pasok ....................................................................... 113

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 4
DAFTAR SINGKATAN
ACIAR Australian Centre for International Agricultural Research
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ATI Agriculture Training Institute
ATR/BPN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional
Babebun PSR Bank Benih Perkebunan Peremajaan Sawit Rakyat
BBQ Barbeque
BDG Kelapa Dalam Banyuwangi
BIG Badan Informasi Geospasial
BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal
BLK Balai Latihan Kerja
BMKG Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
BPDP Badan Pengelola Dana Perkebunan
BPDPKS Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
BPJPH Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPS Badan Pusat Statistik
BPTP Balai Proteksi Tanaman Pertanian
BRIN Badan Riset dan Inovasi Nasional
BSN Badan Standardisasi Nasional
BUMDesa Badan Usaha Milik Desa
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CAGR Compound Average Growth Rate
CAPEX Capital Expenditures
CARP Comprehensive Agrarian Reform Program
CCB Coconut Cultivation Board
CDA Coconut Development Authority
CDA Cooperative Development Authority
CDB Coconut Development Board
CESS Commodity Export Subsidy Scheme
CFIDP Coconut Farmers and Industry Development Plan
CFITF Coconut Farmers and Industry Trust Fund
CHED Commission on Higher Education
CIT CDB Institute of Technology
CME coconut methyl ester
CNO crude coconut oil
COGENT Coconut Genetic Resources Network
CPC Coconut Producers Company
CPCRI Central Plantation Crops Research Institute
CPF Coconut Producers Federation
CPMO CFIDP Program Management Office
CPS Coconut Producers Society
CRI Coconut Research Institute

5 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
CSR Corporate Social Responsibility
DA Department of Agriculture
DAR Department of Agrarian Reform
DBB Kelapa Dalam Bojong Bulat
DBM Department of Budget and Management
DBP Development Bank of the Philippines
Dekindo Dewan Kelapa Indonesia
DIY Daerah Istimewa Yogyakarta
DJA Kelapa Dalam Jepara
DKA Kelapa Dalam Kimia Atas
DLP Kelapa Dalam Lubuk Pakam
DMO Domestic Market Obligation
DMT Kelapa Dalam Mapanget
DOF Department of Finance
DOJ Department of Justice
DPU Kelapa Dalam Palu
DPWH Department of Public Works and Highways
DRL Kelapa Dalam Rannel
DSA Kelapa Dalam Sawarna
DSK Kelapa Dalam Sikka
DTA Kelapa Dalam Tenga
DTE Kelapa Dalam Takome
DTI Department of Trade and Industry
FAO Food and Agriculture Organization
FNRI Food and Nutrition Research Institute
FPO Farmer Producers Organization
FPRDI The Forest Products Research and Development Institute
G20 Group of Twenty
GAA General Appropriations Act
GAP Good Agricultural Practices
GKB Genjah Kuning Bali
GKN Genjah Kuning Nias
GPDF Green Power Development Corporation of Japan
GRA Genjah Raja
GSK Kelapa Genjah Salak
Ha Hektar
HACPP Hazard Analysis Critical Control Point
HKI Hak Kekayaan Intelektual
HPT Hama Penyakit Tanaman
HRI Horticulture Research Institute
HS Harmonized System
HVCDP High Value Crops Development Program
IA Investment Allowance
ICAR Indian Council of Agricultural Research
ICC International Coconut Community

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 6
ICG-SEA International Coconut Genebank Southeast and East Asia
IKM Industri Kecil dan Menengah
IND Indonesia
INDOCO Integrated Digital Monitoring for Coconut
IoT Internet of things
IPGRI the International Plant Genetic Resources Institute
IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
ISO International Organization for Standardization
ITAGs International Thematic Action Groups
ITDI Industrial Technology Development Institute
K/L Kementerian/Lembaga
KAANIB Kasaganaan sa Niyugan ay Kaunlaran ng Bayan
KAMAGCO Kamarahan Agriculture Cooperative
KAN Komite Akreditasi Nasional
KBLI Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
KCM Kopyor Cungap Merah
KEK Kawasan Ekonomi Khusus
Kemendes PDTT
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi
Kemendikbud Ristek
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi
Kemenko Kementerian Koordinator
Kementerian
PPN/Bappenas
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kementerian ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
KHINA Kelapa Hibrida
KI Kawasan Industri
KLHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
KSB Kelapa Sawit Berkelanjutan
KUMKM Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
LBP Land Bank of the Philippines
LGUs Local Government Unit
LPK Lembaga Pelatihan Kerja
LSU Leyte State University
MCT medium chain triglyceride
MCY Mahila Coir Yojana
NCFRS National Coconut Farmers Registry System
NCRC National Coconut Research Center
NDA National Dairy Authority
NIB Nomor Induk Berusaha
NSIC National Seed Industry Council
NSPK Norma Standar Pedoman dan Kriteria
NTT Nusa Tenggara Timur
OPV Open Pollinated Varieties
PCA Philippine Coconut Authority

7 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
PCAARRD
Philippine Council for Agriculture, Aquatic, and Natural
Resources Research and Development
PCRDF
Philippine Coconut Research and Development
Foundation
PDB Produk Domestik Bruto
Pemda Pemerintah Daerah
Permenkumham Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
PHilMech
Philippine Center for Postharvest Development and
Mechanization
PhP Philippine Peso
PPA Philippine Ports Authority
PPh Pajak Penghasilan
PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu
PUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RSBSA Registry System for Basic Sectors in Agriculture
SAF Sustainable Aviation Fuel
Saprodi Sarana Produksi Pertanian
SCCFPCL South Canara Farmers Producers Company Limited
SDM Sumber Daya Manusia
SEC Security and Exchange Commission
SETUP Small Enterprises Technology Upgrading
SNI Standar Nasional Indonesia
STD Super tax-deduction
SUCs State Universities and Colleges
TA Tax Allowance
TESDA Technical Education and Skills Development Authority
TH Tax Holiday
TNAU Tamil Nadu Agricultural University
Ton/Ha Ton per Hektar
TR Tanaman Rusak
TTM Tanaman Tidak Menghasilkan
TUCOFA Tubon Coconut Farmers Association
UCAP United Coconut Association of Philippines
UCPB-CIIF
United Coconut Planters Bank-Coconut Industry
Investment Fund
UKM Usaha Kecil Menengah
UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UPLB University of the Philippines Los Banos
USD United States Dollar
USM University of Southern Mindanao
UTP Usaha Pertanian Perorangan
UU Undang-Undang
VCO virgin coconut oil

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 8

9 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2025-2045 telah memberikan arahan tentang transformasi
pembangunan yang akan dilaksanakan Indonesia untuk
mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045 yaitu Indonesia
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Berdaulat, Maju, dan
Berkelanjutan.
Pencapaiannya ditunjukkan oleh pendapatan per kapita setara negara maju,
kemiskinan menuju nol persen dan ketimpangan berkurang, kepemimpinan dan
pengaruh di dunia internasional yang meningkat, daya saing sumber daya
manusia yang meningkat, serta intensitas emisi gas rumah kaca yang menurun
menuju emisi bersih nol. Berbagai upaya yang diarahkan melalui delapan misi atau
agenda pembangunan yang mencakup tiga agenda transformasi (sosial, ekonomi,
dan tata kelola), yang didukung penguatan landasan transformasi (supremasi
hukum, stabilitas, dan kepemimpinan Indo nesia, serta ketahanan sosial budaya
dan ekologi), serta diperkuat pelaksanaannya melalui pembangunan kewilayahan
yang merata dan berkeadilan, sarana dan prasarana yang berkualitas dan ramah
lingkungan, serta kesinambungan pembangunan.
Agenda transformasi ekonomi secara khusus mengarahkan upaya -upaya
peningkatan produktivitas melalui peningkatan (i) inovasi dan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK); (ii) ekonomi produktif termasuk industri pengolahan,
ekonomi biru, pertanian, pariwisata, ekonomi kreatif, usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) dan koperasi, tenaga kerja, serta Badan Usaha Milik Negara
(BUMN); (iii) penerapan ekonomi hijau; (iv) transformasi digital; (v) integrasi
ekonomi domestik dan konektivitas global; serta (vi) pembangunan perkotaan dan
perdesaan sebagai pusat pertumbuhan.
Transformasi ekonomi pada sektor-sektor produktif akan digerakkan utamanya
oleh industrialisasi. Salah satu prioritas yang ditetapkan yaitu untuk meningkatkan
hilirisasi industri berbasis sumber daya alam agro yang berbasis keunggulan
wilayah. Pelaksanaannya dikaitkan dengan aktivitas penciptaan nilai tambah
sumber daya alam yang memanfaatkan teknologi maju, menyerap tenaga kerja
terampil, menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan dan berorientasi
ekspor, menerapkan bioekonomi dan ekonomi sirkular, berperan aktif dalam rantai
pasok domestik dan global, serta mengembangkan brand global yang terpercaya.
Salah satu komoditas yang menjadi keunggulan wilayah dan relevan untuk
ditingkatkan nilai tambahnya adalah kelapa. Tanaman kelapa sering dijuluki
sebagai pohon kehidupan (tree of life) karena semua bagian tanaman kelapa
dapat dimanfaatkan. Di Indonesia, sentra budidaya kelapa tersebar hampir merata
di seluruh wilayah dan menjadi salah satu komoditas penopang penghidupan
masyarakat.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 10
Indonesia saat ini merupakan penghasil dan pengekspor kelapa dan produk
turunannya yang terbesar kedua di dunia. Pengusahaan kelapa di Indonesia
melibatkan lebih dari 5,6 juta rumah tangga petani, yang mengelola 98,95 persen
kebun kelapa. Kelapa bulat, kopra, bungkil kopra, santan, kelapa parut kering, air
kelapa, nata de coco, minyak kelapa, gula kelapa, arang tempurung kelapa, dan
karbon aktif adalah produk-produk kelapa yang sudah diekspor Indonesia ke
berbagai negara.
Indonesia terus meningkatkan perannya dalam memasok produk kelapa di
tingkat global. Namun, untuk menjadi produsen kelapa dan produk kelapa yang
terbesar, beberapa kendala masih perlu ditangani yaitu rendahnya produktivitas,
praktik budidaya yang masih tradisional, organisasi petani kelapa lemah, serta
rantai pasok kelapa dipengaruhi biaya panen dan logistik yang tinggi. Beberapa
tantangan yang dihadapi antara lain persaingan dengan komoditas lain, proporsi
ekspor kelapa bulat yang belum mempertimbangkan kebutuhan di dalam negeri,
pemanfaatan inovasi untuk diversifikasi produk kelapa belum optimal, persaingan
dari negara lain, serta dampak perubahan iklim.
Kondisi tersebut menjadikan hilirisasi kelapa membutuhkan konsolidasi rantai
pasok kelapa. Pelaksanaannya perlu didukung sinkronisasi kebijakan hulu dan hilir
(budidaya, pengolahan, dan pemasaran) dan penguatan ekosistem pemampu
untuk merespons permintaan pasar dan persaingan global. Konsolidasi dipandu
melalui peta jalan yang mengintegrasikan kolaborasi berbagai pemangku
kepentingan baik publik maupun swasta.
Hasil dari hilirisasi kelapa diharapkan mampu menjadikan kelapa sebagai sumber
pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia. Pencapaiannya
ditunjukkan oleh peningkatan produktivitas, nilai tambah, dan perluasan pasar.
Pertumbuhan yang diungkit dari hilirisasi kelapa juga diharapkan dapat
mendorong peningkatan kesempatan kerja yang layak, termasuk di perdesaan,
pemerataan pembangunan antarwilayah , serta pembangunan yang ramah
lingkungan.
1.1. KONDISI PERKELAPAAN DI INDONESIA
Saat ini terdapat 10 negara yang berkontribusi pada sekitar 90 persen produksi
kelapa di dunia (Gambar 1.1). Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar
kedua di dunia dengan luas lahan sebesar 3,34 juta hektar, dan volume produksi
sebesar 2,87 juta ton setara kopra atau sekitar 24 persen dari produksi kelapa dunia.
Filipina merupakan produsen kelapa terbesar di dunia, dengan luas lahan
mencapai 3,6 juta hektar yang menghasilkan 3,18 juta ton setara kopra atau sekitar
27 persen produksi kelapa dunia.

11 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045

Sumber: International Coconut Community (ICC), 2023
1

Gambar 1.1 Sepuluh Negara Produksi Kelapa Terbesar Pada Tahun 2022
Selama empat dekade terakhir, sejak tahun 1980, Filipina, Indonesia, dan India
menjadi tiga produsen kelapa terbesar di dunia, dengan kontribusi sebesar 71
persen terhadap produksi kelapa global pada tahun 2022. Sementara itu, Brazil
mencatat pertumbuhan produksi kelapa tertinggi dari tahun 1980 hingga 2022,
dengan peningkatan sebesar 67 persen atau 482 ribu ton dalam lebih dari 4
dekade.

Sumber: ICC 2023
Gambar 1.2 Produksi 10 Negara Penghasil Kelapa Terbesar 1980 -2022

1
Coconut Statistical Yearbook 2022
© Australian Bureau of Statistics, GeoNames, Microsoft, Navinfo, Open Places, OpenStreetMap, TomTom, Zenrin
Powered by Bing
2. Indonesia
P: 2.867 RibuTon
L: 3.341 RibuHektar
1. Filipina
P: 3.182 RibuTon
L: 3.604 RibuHektar
3. India
P: 2.462 RibuTon
L: 2.154 RibuHektar
4. Sri Lanka
P: 616 RibuTon
L: 462 RibuHektar
5. Brazil
P: 548 RibuTon
L: 190 RibuHektar 7. Papua Nugini
P: 308 RibuTon
L: 229 RibuHektar
8. Meksiko
P: 187 RibuTon
L: 125 RibuHektar
9. Thailand
P: 169 RibuTon
L: 138 RibuHektar
10. Malaysia
P: 121 RibuTon
L: 85 RibuHektar
6. Vietnam
P: 336 RibuTon
L: 173 RibuHektar
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
FilipinaIndonesiaIndiaSri LankaBrazilVietnamPapua
Nugini
MexicoThailandMalaysia
Ribu USD
1980199020002010202020212022

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 12

Sumber: ICC dan Kementerian Pertanian, 2023
Gambar 1.3 Produktivitas 6 Negara Penghasil Kelapa Terbesar (Ton/Ha)
Indonesia dalam beberapa dekade terakhir merupakan produsen kelapa terbesar
di dunia baik dari luas lahan maupun volume. Filipina menggantikan posisi
Indonesia pada tahun 2020 sebagai hasil dari penerapan pola pengusahaan kelapa
yang lebih terorganisir dari tingkat petani hingga pengambil kebijakan. Salah satu
kendala bagi Indonesia untuk bisa kembali menjadi produsen kelapa terbesar di
dunia adalah produktivitas yang rendah (Gambar 1.3). Sementara Brazil tercatat
memiliki produktivitas kelapa tertinggi diikuti oleh Thailand dan Sri Lanka.
1.1.1 KINERJA BUDIDAYA KELAPA
Indonesia merupakan negara dengan jumlah petani kelapa terbesar di dunia,
dengan lebih dari 5,6 juta rumah tangga petani, yang mencakup sekitar 34 persen
dari total rumah tangga petani secara global. Sekitar 98,95 persen, dari total
perkebunan kelapa di negara ini dikelola oleh petani, dan sisanya oleh swasta dan
BUMN. Produktivitas kelapa di Indonesia menunjukkan peningkatan periode
2008-2014, namun secara umum mengalami tren penurunan sepanjang periode
2004 hingga 2022. Tren penurunan ini sejalan dengan penurunan luas area
tanaman menghasilkan yang rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,5 persen
per tahun. Produktivitas terendah tercatat pada tahun 2004, yaitu sebesar 1,09 ton
per hektar, sedangkan produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu 1,18 ton
per hektar. Pertumbuhan produktivitas kelapa yang relatif menurun ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk dominasi pengusahaan kelapa oleh
perkebunan rakyat dengan lahan sempit, tingginya proporsi kelapa berumur tua,
dan pola budidaya yang masih tradisional (pemeliharaan minim, tanpa
0.90
0.86
1.14
1.33
2.89
1.33
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
2016201720182019202020212022
FilipinaIndonesiaIndiaSri LankaBrazilThailand

13 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
pemupukan dan tanpa pengairan). Selain itu, konversi dan kerusakan lahan juga
berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas kelapa.

Sumber: Kementerian Pertanian, 2023
Gambar 1.4 Proporsi Pengusahaan Kelapa oleh Rakyat, Swasta, dan Negara

Sumber: Kementerian Pertanian, 2023
Gambar 1.5 Produktivitas Kelapa Indonesia 2004-2022 (Ton/Ha)
Budidaya kelapa tersebar hampir merata di berbagai wilayah. Provinsi Riau
merupakan penghasil kelapa terbesar di Indonesia, dan menyumbang 15 persen
dari produksi nasional. Kabupaten Indragiri Hilir memiliki produksi terbesar tidak
hanya untuk Provinsi Riau, namun juga secara nasional. Sulawesi Utara, Jawa
Timur, Maluku Utara, dan Sulawesi Tengah merupakan sentra kelapa terbesar
lainnya, setelah Provinsi Riau.
98.95%
0.01%1.04%
Luas Areal
Perkebunan RakyatPerkebunan Besar NegaraPerkebunan Besar Swasta
98.95%
0.01%1.04%
Luas Areal
Perkebunan RakyatPerkebunan Besar NegaraPerkebunan Besar Swasta
98.67%
0.03%1.31%
Produksi
Perkebunan RakyatPerkebunan Besar NegaraPerkebunan Besar Swasta
1.09
1.12
1.04
1.06
1.08
1.10
1.12
1.14
1.16
1.18
1.20
2004200620082010201220142016201820202022

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 14
Perkebunan rakyat mendominasi produksi kelapa di lima provinsi tersebut.
Provinsi Riau memiliki perkebunan swasta terbesar, yang mencakup 5,18 persen
dari total luas perkebunan kelapa di provinsi tersebut. Sementara Sulawesi Utara
memiliki perkebunan negara terbesar, yang mencakup 0,08 persen dari total luas
perkebunan kelapa di provinsi tersebut. Produktivitas kelapa di lima provinsi
utama penghasil kelapa lebih tinggi dibandingkan produktivitas kelapa secara
nasional. Pada tahun 2022, Jawa Timur mencatatk an produktivitas tertinggi di
antara kelima provinsi tersebut, yaitu mencapai 1,37 ton per hektar.

Sumber: Kementerian Pertanian, 2023
Gambar 1.6 Lima Provinsi Penghasil Kelapa Terbesar di Indonesia Tahun 2022

Sumber: Kementerian Pertanian, 2023
Gambar 1.7 Produktivitas Nasional dan 5 Provinsi Penghasil Kelapa Indonesia
2012-2022 (Ton/Ha)
© GeoNames, Microsoft, TomTom
Powered by Bing
573 417,460 Produksi (Ton)
1. Riau
2. Sulawesi Utara
3. JawaTimur
4. Maluku Utara
5. Sulawesi Tengah
1.12
1.21
1.25
1.37
1.20
1.27
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
20122013201420152016201720182019202020212022
IndonesiaRiauSulawesi Utara
Jawa TimurSulawesi TengahMaluku Utara

15 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Selama satu dekade terakhir, produktivitas kelapa cenderung stagnan pada angka
sekitar 1,1 ton per hektar per tahun, dengan tren penurunan baik dalam hal
produksi maupun luas lahan. Program dan inisiatif pemerintah yang bertujuan
untuk meningkatkan produks i dan produktivitas belum menunjukkan hasil yang
signifikan. Saat ini, terdapat sekitar 378,2 ribu hektar atau sekitar 11,3 persen dari
total luas perkebunan kelapa yang terdiri dari luas areal tanaman tidak
menghasilkan/tanaman rusak (TTM/TR). Sementara itu, kemampuan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN) untuk mendukung peremajaan,
perluasan, dan intensifikasi berkisar antara 6.000-10.000 hektar per tahun. Kondisi
ini menyebabkan proporsi pohon kelapa yang tua, rusak, dan tidak produktif
meningkat sebesar 2,4 persen.
Pada saat yang sama , budidaya kelapa masih dilakukan dengan metode
konvensional dimana sebagian besar petani mengandalkan hasil alami tanpa
perlakuan (pemupukan, pengairan , dan penanganan hama penyakit) tambahan
yang berarti. Dengan pelarangan penggunaan beruk untuk memanen kelapa,
petani kelapa saat ini juga menghadapi posisi tawar yang rendah dalam
menggunakan tenaga pemanen yang terbatas sehingga penghasilannya
cenderung berkurang dengan sistem panen bagi hasil. Ditambah dengan
rendahnya harga jual kelapa di tingkat petani, kondisi ini mendorong terjadinya
konversi lahan kelapa ke penggunaan lain yang dianggap lebih menguntungkan ,
serta regenerasi petani berjalan lambat.

Sumber: Kementerian Pertanian, 2023
Gambar 1.8 Luas Areal Tanaman Tidak Menghasilkan/Tanaman Rusak di
Indonesia Tahun 2022
Pada tahun 2022, Provinsi Riau memiliki luas area TTM/TR terbesar yaitu mencapai
72,1 ribu hektar atau 16,3 persen dari total luas areal kelapa di provinsi tersebut,
diikuti oleh Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah.
Peningkatan area TTM/TR terlihat di Riau, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara, dengan
peningkatan masing-masing sebesar 2,5 persen, 10,1 persen, dan 0,3 persen.
© GeoNames, Microsoft, TomTom
Powered by Bing
105 72,111
Luas Areal (Ha) TTM/TR

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 16
Budidaya kelapa di Indonesia melibatkan tiga jenis kelapa yaitu kelapa dalam,
kelapa genjah, dan kelapa hibrida (Tabel 1.1). Setiap varietas memiliki keunggulan
dan kegunaan yang dapat dioptimalkan dalam rangka pengolahannya menjadi
berbagai produk turunan. Kelompok besar varietas kelapa dan keunggulannya
untuk produk turunannya adalah sebagai berikut:
1. Kelapa dalam: memiliki daging buah tebal dan banyak air, yang sangat ideal
untuk diolah menjadi minyak kelapa, santan, kelapa parut kering, kopra, virgin
coconut oil (VCO), dan lain-lain.
2. Kelapa genjah: memiliki ketinggian lebih pendek dan dapat berbuah dalam 3 -
4 tahun, serta cocok untuk produksi gula kelapa karena memudahkan
pengambilan nira.
3. Kelapa hibrida: yang merupakan hasil persilangan kelapa dalam dan genjah,
dengan produktivitas tinggi dan buah berkualitas baik.
Tabel 1.1 Varietas Kelapa yang Sudah Dilepas
No. Nama Varietas Pemilik Varietas
1 Kelapa Hibrida IND. 3 (KHINA 3) Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
2 Kelapa Hibrida IND. 2 (KHINA 2) Pemerintah Provinsi Bali
3 Kelapa Hibrida IND. 1 (KHINA 1) Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
4 Kelapa Dalam Bali Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
5 Kelapa Dalam Mapanget (DMT) Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
6 Kelapa Dalam Palu (DPU) Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
7 Kelapa Dalam Tenga (DTA) Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
8 Kelapa Genjah Salak (GSK) Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
9 Kelapa Hibrida Khina-4 Balai Penelitian Kelapa Manado
10 Kelapa Hibrida Khina-5 Balai Penelitian Kelapa Manado
11 Kelapa Dalam Sawarna (DSA) Balai Penelitian Kelapa Manado
12 Genjah Kuning Bali (GKB) Balai Penelitian Kelapa Manado
13 Kelapa Dalam Takome (DTE) Balai Penelitian Kelapa Manado
14 Genjah Kuning Nias (GKN) Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
15 Genjah Raja (GRA) Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado

17 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
No. Nama Varietas Pemilik Varietas
16 Kelapa Dalam Sikka (DSK)
Pemerintah Kabupaten Sikka, NTT bekerja sama dengan
Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
17
Kelapa Dalam Banyuwangi
(BDG)
Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
18 Kelapa Dalam Jepara (DJA) Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
19
Kelapa Dalam Lubuk Pakam
(DLP)
Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
20
Kelapa Dalam Kimia Atas
(DKA)
Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
21 Kelapa Dalam Rannel (DRL) Balai Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
22
Kelapa Dalam Bojong Bulat
(DBB)
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta
23 Kelapa Dalam Kramat
Pemerintah Kabupaten Boalemo, Gorontalo, Balai
Penelitian Kelapa & Palma Lain Manado
24 Kelapa Dalam Molowahu
Pemerintah Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo,
Balitka Manado
25 Genjah Coklat Kopyor Pemerintah Kabupaten Pati, Jawa tengah
26 Genjah Hijau Kopyor Pemerintah Kabupaten Pati, Jawa tengah
27 Genjah Kuning Kopyor Pemerintah Kabupaten Pati, Jawa tengah
28 Adonara Pemerintah Kabupaten Flores Timur, NTT
29 Kelapa dalam Panua Pemerintah Provinsi Gorontalo
30 Buol ST1 Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
31 Mastutin Pemerintah Kabupaten Sumbawa , NTB
32 Puan Kalianda
Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Selatan
dengan Balit Palma Balitbangtan dan IPB
33 Sri Gemilang
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau
dengan Balai Penelitian Tanaman Palma
34 Lampanah Pemerintah Provinsi Aceh
35 Bido Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara
36 Babasal Pemerintah Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
37 Selayar
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi
Selatan
38 Odeska Lobu Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 18
No. Nama Varietas Pemilik Varietas
39 Kelambi Ujung Kubu Pemerintah Kabupaten Batubara, Sumatera Utara
40 Genjah Entog Kebumen Pemerintah Kabupaten Kebumen , Jawa Tengah
41 Genjah Pandan Wangi Sumut Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
42 Cungap Merah Pemerintah Kabupaten Serang, Banten
43 Kelapa Hibrida Hengniu Balai Penelitian Tanaman Palma
44 Kelapa Dalam Nui Sua Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara
45 Kelapa Dalam Gambut Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi
46 Kelapa Dalam Zabak Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur , Jambi
47 Kelapa Dalam Odeska Apela Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
48 Kopyor Cungap Merah (KCM) Universitas Muhammadiyah Purwokerto
49 Karamba Padang Pariaman
Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman , Sumatera
Barat
50 Genjah Pandan Manis Pemerintah Kabupaten Langkat , Sumatera Utara
Sumber: Kementerian Pertanian, 2024
Sebanyak 50 varietas kelapa telah dilepas di berbagai wilayah dan memiliki potensi
untuk menarik investasi dalam hilirisasi kelapa, dengan menyesuaikan
karakteristik dan keunggulan spesifik dari setiap varietas. Informasi mengenai
varietas kelapa yang telah dilepas juga berperan penting dalam mendukung
pelestarian lahan perkebunan kelapa, yang pada akhirnya membantu menjaga
volume produksi dan meningkatkan produktivitas. Pemanfaatan varietas unggul
memungkinkan st rategi hilirisasi menjadi lebih terarah dan efisien, sehingga
menciptakan nilai tambah serta mendukung keberlanjutan sektor kelapa.
Dalam rangka mendukung keberlanjutan dari varietas kelapa unggul, Indonesia
mendapatkan dukungan dari International Coconut Genetic Resources Network
(COGENT) dari the International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI) melalui
pembentukan International Coconut Genebank Southeast and East Asia (ICG-SEA).
IPGRI melalui COGENT mendukung pengumpulan plasma nutfah hingga 200
varietas kelapa dari Asia Tenggara dan melakukan penelitian untuk memperbarui
metode kultur jaringan guna perbanyakan benih.
2


2
COGENT & IPGRI. (1999). COGENT Newsletter. Diakses pada November 2023 dari
https://cgspace.cgiar.org/server/api/core/bitstreams/63b55c14-dab6-454f-a446-081091fcc6ac/content

19 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Perjanjian pendirian ICG-SEA ditandatangani pada tahun 1999 oleh Pemerintah
Indonesia, IPGRI, dan Food and Agriculture Organization (FAO). ICG-SEA semula
berlokasi di Sikijang, Pekanbaru, Riau. Namun, perkembangan kebun di Sikijang
terhambat oleh masalah pendudukan lahan pasca krisis moneter 1998 -1999. Dua
lokasi pendukung ICG-SEA ditetapkan di Kebun Percobaan Pakiki (100 ha) di Balai
Penelitian Kelapa dan Palma Lain (sekarang BRIN) di Manado, dan Kebun
Percobaan Pandu (80 ha) yang dimiliki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Provinsi Sulawesi Utara.
3

Sebagai salah satu dari lima bank gen regional, hingga tahun 2001, setidaknya 100
aksesi telah dikonservasi di Indonesia dari beberapa wilayah di Indonesia serta
menerima aksesi dari Malaysia, Tiongkok, Filipina, Thailand, dan Vietnam, dengan
29 plasma nutfah dilestarikan oleh Pemerintah Indonesia (BRIN). IPGRI/COGENT
juga melatih 20 peneliti lokal dalam berbagai teknik terkait kelapa. Konservasi
plasma nutfah kelapa juga dipandu oleh the Global Strategy for Conservation and
Use of Coconut Genetic Resources.
4

Dukungan juga diperoleh dari proyek dari the Australian Centre for International
Agricultural Research (ACIAR) untuk COGENT yang menekankan pentingnya
kemitraan yang melibatkan publik-swasta dalam pelaksanaan COGENT. Hasilnya
termasuk transfer Sekretariat COGENT ke ICC, pembentukan International
Thematic Action Groups (ITAGs), dan pengembangan peta jalan strategis.
Pelaksanaan peta jalan ini memerlukan manajemen ICG -SEA yang lebih baik,
pertukaran germplasm yang berkelanjutan, pengelolaan data yang lebih ba ik,
pembangunan kapasitas, dukungan teknis, serta pelibatan peneliti muda .
5
Ke
depan, keberlanjutan inisiatif konservasi varietas kelapa ini perlu diperkuat untuk
menjadi basis bagi produksi bibit kelapa unggul yang disesuaikan dengan
karakteristik wilayah dan kebutuhan hilirisasi.
Salah satu program skala besar untuk memasyarakatkan penggunaan varietas
kelapa unggul dalam lima tahun terakhir adalah Program Kelapa Genjah 1 Juta
Batang. Kelapa Genjah Entog Kebumen digunakan dalam program yang diinisiasi
oleh Presiden Jokowi. Varietas ini memiliki beberapa keunggulan dengan tinggi
batang antara 3-4 meter sehingga cocok untuk ditanam di lahan terbatas. Varietas
ini mulai berbuah dalam 4-5 tahun dan memiliki produktivitas yang tinggi yaitu
sekitar 140 butir kelapa per pohon. Daging buah kelapa Genjah Entog lembut dan
tinggi kandungan air, serta mampu beradaptasi di berbagai jenis tanah.

3
Novarianto H., RH Akuba, N Mashud, E Tenda, & J Kumaunang. (2005). Status of coconut genetic
resources research in Indonesia. In Batugal P, Ramanatha Rao V, Oliver J, editors. Coconut Genetic
Resources. International Plant Genetic Resources Institute – Regional Office for Asia, the Pacific and
Oceania (IPGRI-APO), Serdang, Selangor DE, Malaysia. pp 608-617.
4
COGENT. (2017). A Global Strategy for the Conservation and Use of Coconut Genetic Resources,
2018-2028. (R. Bourdeix and A. Prades, compilers). Montpellier, France: Bioversity International.
5
Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). (2023). Supporting an
international initiative to maintain the coconut genetic resources network (COGENT). Diakses pada
Maret 2024 dari https://www.aciar.gov.au/sites/default/files/2023-07/gp-2018-193-final-report.pdf

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 20
Berdasarkan karakteristiknya, kelapa Genjah Entog sangat ideal untuk digunakan
sebagai bahan baku produksi gula kelapa.
Tabel 1.2 Rekapitulasi Bantuan Kelapa Genjah 2021 -2024
Kegiatan
2021-2024
Fisik (Ha) Volume Benih (Btg)
Peremajaan Tanaman
Kelapa Genjah
200 22.000
Perluasan Tanaman
Kelapa Genjah
14.097 1.550.670
Total 14.297 1.572.670
Sumber: Kementerian Pertanian, 2024
Pada periode 2021 hingga 2024, total volume bantuan kelapa genjah yang
diberikan mencapai 1,57 juta batang. Pada tahun 2021, sebanyak 341,8 ribu batang
disalurkan, dengan sebagian tanaman sudah mulai berbuah. Pada tahun 2022,
bantuan meningkat menjadi 499,4 ribu batang, di mana sebagian tanaman telah
berbunga. Pada tahun yang sama, program peremajaan kelapa genjah di
Sukabumi juga dilaksanakan, dengan bantuan sebanyak 22 ribu batang. Pada
tahun 2023, bantuan yang diberikan berjumlah 440 ribu batang, di mana tanaman
masih dalam fase pertumbuhan. Sementara itu, pada tahun 2024, bantuan sebesar
291,5 ribu batang diberikan, dengan sebagian sudah terealisasi dalam bentuk
dropping benih dan sebagian lagi dalam proses pengadaan.
Berkaitan dengan budidaya kelapa, Peraturan Menteri Pertanian No. 130 Tahun
2013 tentang Pedoman Budidaya Kelapa ( Cocos nucifera) yang baik memandu
beberapa standar budidaya kelapa yang perlu diterapkan oleh petani dan
pengusaha perkebunan kelapa. Panduan ini menjadi rujukan bagi perencanaan
hilirisasi kelapa, antara lain:
1. Kriteria kesesuaian iklim dan lahan untuk memastikan budidaya kelapa yang
aman, efisien, dan ramah lingkungan;
2. Perbenihan kelapa mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01 -
7157-2006 tentang Benih Kelapa Dalam ( Cocos nucifera L. var. Typica), yang
mencakup ketentuan terkait varietas, keaslian dan kemurnian varietas, mutu
benih, serta peremajaan tanaman. Pembibitan yang berkualitas merupakan
tahap awal yang krusial untuk memastikan produksi kelapa yang optimal,
menghasilkan tanaman yang kuat dan produktif dalam jangka panjang. Selain
itu, pembibitan yang tepat juga dapat mendukung diversifikasi produk kelapa
berbasis varietas unggul, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas
produk hilir.
3. Peremajaan dan pemanfaatan lahan di antara tanaman kelapa harus
dilakukan berdasarkan kriteria tertentu, seperti umur kelapa yang melebihi 60
tahun, penurunan produktivitas di bawah 60 butir per pohon per tahun, atau
adanya serangan hama dan penyakit yang serius. Peremajaan dapat dilakukan

21 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
dengan tiga metode yaitu sistem sisipan, tebang total, atau tebang bertahap.
Setiap metode memiliki tingkat risiko yang berbeda bagi petani. Sistem sisipan
memiliki risiko terendah terhadap kehilangan pendapatan petani, meskipun
ada potensi persaingan dala m penggunaan hara untuk mendukung
pertumbuhan kelapa. Risiko kehilangan pendapatan pada metode tebang
total dapat diatasi dengan menerapkan sistem polikultur dan penyesuaian
jarak serta sistem tanam. Pada metode tebang bertahap, risiko dikelola
dengan menebang 20 persen dari populasi kelapa tua secara bertahap dan
menggantinya dengan jenis kelapa yang memiliki umur panen lebih singkat.
4. Penerapan polikultur atau tumpang sari kelapa dengan tanaman lain atau
ternak bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan
pendapatan petani. Sistem tumpang sari ini dapat melibatkan berbagai
tanaman sela melalui sistem multi-story cropping, yang memanfaatkan
perbedaan tinggi tanaman, sistem perakaran, dan bentuk kanopi untuk
memastikan setiap tanaman memperoleh akses optimal terhadap hara,
cahaya matahari, dan kelembaban.
Tanaman sela yang dapat dibudidayakan di antara kelapa mencakup tanaman
semusim seperti padi gogo, padi sawah untuk lahan rawa, jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, jute, kenaf, rami, umbi-umbian, dan lainnya. Selain itu,
tanaman hortikultura seperti bunga, buah-buahan (misalnya pisang, durian,
alpukat, mangga, nanas, jeruk nipis, pepaya, langsat, nangka, dan sebagainya),
serta tanaman perkebunan lainnya seperti kopi, abaka, kakao, vanili, dan lada, juga
cocok untuk ditanam sebagai tanaman sela. Apiari atau budidaya lebah madu juga
dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari pola tanam ini.
Beberapa contoh yang sudah menerapkan sistem multi-story cropping yaitu (i)
kelapa-pisang-ubi kayu di Kabupaten Minahasa Utara
6
; (ii) kelapa-pisang-pepaya-
terong-cabai jamu-kelor dan kelapa-lamtoro-pisang-ubi kayu di Jawa Timur
7
; dan
(iii) kelapa-kakao-kapuk, kelapa-cengkeh-kaemferia, kelapa-kapuk-lada-jahe,
kelapa-kakao-kayu manis-lada-nenas, dan kelapa-pisang-jagung.
8
Tumpang sari
antara kelapa dengan tanaman lain dan ternak seperti sapi dan kambing juga
sudah diterapkan di beberapa wilayah.
Panduan budidaya kelapa yang ada saat ini membutuhkan pembaharuan secara
berkala agar dapat mengakomodasi perkembangan teknologi terbaru yang
relevan dengan pola budidaya kelapa, kebutuhan pengorganisasian petani,
kebutuhan solusi untuk pemanen an, kebutuhan dukungan infrastruktur, serta
pembangunan kerja sama logistik. Pemutakhiran yang mencakup aspek-aspek ini

6
Torar, D., & Lay A. (2010). Keragaan Usahatani Kelapa dengan Tanaman Pisang dan Ubi Kayu di
Minahasa Utara. Buletin Palma, 30, hal.143-153.
7
Setiawan, E. (2009). Kearifan Lokal Pola Tanam Tumpangsari di Jawa Timur. Agrovigor, Vol.2(2),
hal.79-88.
8
Barri, N. L. (2003). Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang Pendapatan Petani
Berkelanjutan. Makalah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana/S3, Institut Pertanian Bogor. Diakses
pada November 2023 dari https://rudyct.com/PPS702-ipb/07134/noli_barri.htm

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 22
sangat krusial untuk mendukung peningkatan produktivitas di sektor hulu.
Penguatan di area ini juga penting untuk memperkuat integrasi rantai pasok di
sektor hilir, baik dalam konteks pengolahan maupun konsumsi kelapa secara
langsung.
Khusus untuk pemanenan, petani saat ini menghadapi tantangan dengan
pelarangan penggunaan hewan beruk untuk memanen kelapa sesuai dengan
Undang-undang (UU) No. 32 Tahun 2024 tentang Perubahan atas Undang -
Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Kondisi ini menyebabkan peningkatan kebutuhan tenaga
pemanen yang tidak murah. Dalam kondisi ini, sebagian petani tidak memiliki
daya tawar dan menerima sistem bagi hasil dengan pem anen dari hasil penjualan
kelapa yang. Akibatnya, pendapatan yang diterima petani menjadi lebih rendah.
Tantangan pemanenan juga dihadapi oleh petani kelapa di negara lain. Beberapa
solusi telah dicoba untuk diterapkan, seperti di India dengan pemanenan dengan
menggunakan sabuk, namun adopsinya belum optimal. Di Indonesia, tantangan
ini perlu ditangani dengan mendorong inovasi proses pemanenan yang efisien,
aman dan ramah lingkungan.
1.1.2 KINERJA HILIRISASI KELAPA
Secara umum, data yang dikumpulkan oleh ICC (2023) menunjukkan bahwa pada
tahun 2022, sekitar 90 persen kelapa di Indonesia dipanen saat sudah tua atau
matang, dan 10 persen dipanen saat muda. Dari kelapa tua atau matang yang
dipanen, sekitar 49 persen diolah menjadi kopra yang kemudian diproses menjadi
minyak kelapa. Sekitar 82,1 persen minyak kelapa diekspor sebagai crude coconut
oil (CNO), sementara sisanya untuk konsumsi domestik. CNO merupakan produk
olahan kelapa terbesar yang diperdagangkan secara global. Selain dijadikan kopra,
kelapa tua juga diolah menjadi kelapa parut kering (7,9 persen), santan (7,1 persen),
virgin coconut oil (VCO) (4,5 persen), dan penggunaan domestik lainnya (17,1
persen). Sebagian kelapa tua juga diekspor (4,4 persen). Kelapa muda hampir
seluruhnya dikonsumsi di dalam negeri, dan hanya 0,02 persen yang diekspor.
Bagian-bagian kelapa seperti air, sabut, dan tempurung masih belum
dimanfaatkan secara optimal dan sering kali terbuang. Air kelapa yang tidak
digunakan diperkirakan mencapai 3,68 juta ton, yang setara dengan potensi nilai
ekonomi sebesar US$5,25 miliar jika diekspor dalam bentuk air kelapa. Selain itu,
potensi ekonomi dari sabut dan tempurung kelapa yang belum te rmanfaatkan
juga signifikan, dengan nilai masing-masing mencapai US$320 juta dan US$373
juta. Pemanfaatan lebih lanjut dari bagian -bagian kelapa ini berpotensi
memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian melalui diversifikasi produk
turunan.

23 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045

Sumber: ICC, 2023
Gambar 1.9 Pemanfaatan Kelapa di Indonesia Tahun 2022
Dalam pohon industri kelapa yang ditunjukkan pada Gambar 1.10, pengolahan
kelapa masih dapat diperluas untuk meningkatkan nilai tambahnya. Saat ini
Indonesia sudah mampu memproduksi sampai dengan produk VCO, nata de coco
dari santan, produk oleochemical seperti fatty acid, methyl esters, dan fatty
alcohol, serta surfaktan yang dimanfaatkan untuk sabun dan deter gen, yang
diolah dari daging kelapa, produk nata de coco dan minuman dari kelapa yang
diolah dari air kelapa, produk coir twine, coir mat, keset anyam, cocomesh, coir log,
coir blanket, matras, jok kursi, serta tawashi brushes yang diolah dari sabut kelapa,
dan produk briket shisha, briket BBQ, karbon aktif, asap cair sebagai pengawet dan
koagulan lateks, serta graphene yang diolah dari tempurung kelapa. Beberapa
produk dari nira, batang, daun, bunga dan akar dengan nilai tambah lebih tinggi
juga telah diproduksi di Indonesia, seperti gula kelapa, coco aminos, sirop kelapa,
pakan ternak, pupuk tanaman, furnitur, kerajinan, bahan bangunan, dan lain-lain.
Jenis-jenis produk olahan kelapa yang dihasilkan oleh Indonesia ditandai dengan
kotak berwarna merah pada Gambar 1.10, 1.11, 1.12, 1.13, dan 1.14.
Ke depan, investasi dan kemampuan industri perlu ditingkatkan untuk dapat
menghasilkan produk-produk bernilai tambah tinggi lainnya dalam rangka
merespons kebutuhan pasar yang terus berkembang. Salah satu produk turunan
dari daging kelapa yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah
medium chain triglyceride (MCT). Indonesia memiliki potensi besar untuk
mengembangkan industri MCT, mengingat ketersediaan kelapa sebagai bahan
baku yang melimpah. Prospek industri MCT semakin kuat terutama karena
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Keunggulan MCT
berbasis kelapa dibandingkan minyak lainnya terletak pada tidak adanya asam
fitat, senyawa antinutrisi yang dapat menghambat penyerapan mineral penting
oleh tubuh. Selain itu, MCT dari kelapa kaya akan asam lemak rantai sedang (C 8-
Kelapa
Muda
10%
Kelapa
Matang
90%
Kopra
49.0%
Kelapa Parut
Kering
7.9%
Santan
7.1%
VCO
4.5%
Penggunaan
Domestik
Lainnya
17.1%
Ekspor
4.4%Kelapa Muda
10.0%

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 24
C10)
9
, menjadikannya pilihan yang ideal sebagai pangan fungsional dengan
manfaat kesehatan yang lebih unggul.
Selain itu, produk turunan oleokimia seperti fatty acid digunakan dalam industri
kosmetik meskipun belum sepenuhnya memanfaatkan minyak kelapa sebagai
bahan baku. Hal ini disebabkan oleh biaya minyak kelapa yang lebih tinggi
dibandingkan minyak kelapa sawit, sehingga industri cenderung memilih sawit
sebagai sumber bahan baku utama untuk efisiensi biaya produksi. Keterbatasan
penggunaan kelapa dalam industri ini menjadi salah satu tantangan dalam
pengembangan produk oleokimia berbasis kelapa.

Sumber: Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, BRIN, ICC, Roemah Kelapa Indonesia,
HIPKI, PEPMIKINDO, (diolah)
Gambar 1.10 Pohon Industri Berbasis Daging Kelapa

9
Syah, A. N. A., & Sumangat, D. (2005). Medium Chain Triglyceride (MCT): Trigliserida pada
minyak kelapa dan pemanfaatannya.
Bungkil kopra Pakan ternak
Daging
Highfa t Desiccated
Coconut
Kulit Ari Daging
Kelapa
Kopra
Coconut chips
Coconut flakes
Coconut flour
Coconut cream
Coconut m ilk
Skim m ilk
Kue dan biskuit
Minuman
San tan past a
Tepung sant an
Unrefined
Coconut oil
Yoghurt
Kosm etik
Lowfa t Desicca te d
Coconut
VCO
Nata de coco
Kosm etik
Farm asi
Mayones
Sem isha ke
virgin oil
Paring oil
Cococa ke
(bu n g kil)
M inyak kelapa/
CNO
Oleochem ical
M inyak goreng
kelapa
Biodiesel/
bioavtur
Margarin
Mayones
Kosm etik
Surfakt an
MCT
Methyl esters
Fatty acid
Fatty alcohol
Glycerin
Coconut flourKue dan biskuit
Coconut crea m
powder
Coconut crea m
powder
Deterjen
Sab un
Pupuk
Media Tanam
Farm asi
Suplem en
Makanan
: Industriyang tersediadi Indonesia

25 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Selain MCT, santan pasta memiliki potensi untuk dikembangkan. Saat ini,
Indonesia cenderung hanya mengekspor bahan mentah untuk pembuatan
santan pasta, yang kemudian diolah lebih lanjut di negara lain seperti Singapura
dan Malaysia. Kondisi ini menunjukkan bahwa hilirisasi produk kelapa di dalam
negeri masih belum optimal. Pengembangan industri santan pasta domestik akan
memungkinkan peningkatan daya saing produk olahan kelapa Indonesia di pasar
internasional, sekaligus memperkuat sektor ekspor.
Dari pengolahan air kelapa, Indonesia telah menghasilkan beberapa produk
turunan, seperti nata de coco dan berbagai minuman dari kelapa. Selain itu, Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah melakukan penelitian lanjutan terkait
pengembangan produk tur unan dari nata de coco, salah satunya adalah
nanoselulosa, yang memiliki potensi aplikasi di berbagai industri. Penelitian BRIN
juga telah menghasilkan riset biocoating yang saat ini telah berhasil
dikembangkan hingga skala laboratorium dan sedang dalam pr oses untuk
mencapai tahap prototipe. Sementara itu, produk bioleather, yang memanfaatkan
salah satunya nata de coco sebagai alternatif kulit saat ini sudah berhasil mencapai
tahap prototipe, yang menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam riset
material ramah lingkungan berbasis kelapa.

Sumber: Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, BRIN, ICC, Roemah Kelapa Indonesia,
HIPKI, GAPNI (diolah)
Gambar 1.11 Pohon Industri Berbasis Air Kelapa
Salah satu produk potensial yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah coco
vinegar. Pengembangan produk ini didorong oleh tingginya tingkat impor cuka,
terutama cuka beras, yang masih mendominasi pasar domestik. Meskipun pasar
cuka di Indonesia cukup besar, hingga saat ini industri coco vinegar belum
berkembang secara signifikan. Pengembangan coco vinegar memiliki peluang
besar, mengingat ketersediaan bahan baku kelapa yang melimpah di Indonesia,
serta prospek diversifikasi produk kelapa yang semakin diminati pasar.
Nata de coco
Industri
pertahanan
Nanoselulosa
Coco Vinegar
Minuman dari
Kelapa
Air
Coconut wa ter
powder
Bioleather
Biocoating
Wound patch
: Industriyang tersediadi Indonesia

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 26

Sumber: Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, BRIN, ICC, Roemah Kelapa Indonesia,
HIPKI, HIPSKI (diolah)
Gambar 1.12 Pohon Industri Berbasis Sabut Kelapa
Industri pengolahan sabut kelapa di Indonesia masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan India dan Sri Lanka. Meskipun Indonesia memiliki pasokan
sabut kelapa yang melimpah, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara
optimal untuk memproduksi barang jadi di dalam negeri. Produk turunan dari
Pupuk cair
Sab ut
Cocopea t
Cocofiber
Husk chips/
Coco chips
Coco Bristle
Palet kayu
Media tanam
Kom ponen
absorbent popok
Pupuk padat
Rope/yarn
Coir tw ine
Coir tw ine net
Coir m at
Doorm at loom
(keset anyam )
Coir sha de
Coir geotextile/
cocom esh
Coir log
Doorm at tufting
Tali tam bang
kapal
Coir sheet
Coir bla nket Packaging
Mulsa
Pot bungaMatras
Jok kursi
Coir board
Papan partikel
Furnitur
Genteng
Bata
Pintu dan
dasbor mobil
Filter air
Lignin
Media tanam
Bahan bakar Bioetanol
Bristle fiber Ta w a shi brush
: Industriyang tersediadi Indonesia

27 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
sabut kelapa seperti doormat tufting, matras, jok kursi, serta pintu dan dashboard
mobil memiliki nilai jual yang tinggi di pasar. India telah mengembangkan industri
doormat tufting yang memanfaatkan sabut kelapa sebagai bahan utama. Selain
itu, coir geotextile/cocomesh berpotensi untuk dikembangkan sebagai solusi
ramah lingkungan dalam pengendalian erosi tanah di pasar domestik. Di sisi lain,
coir board dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan industri otomotif.
Pengembangan produk -produk ini tidak hanya menawarkan peluang ekonomi,
tetapi juga mendukung penggunaan bahan -bahan yang lebih berkelanjutan
dalam berbagai sektor industri.

Sumber: Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, BRIN, ICC, Roemah Kelapa Indonesia,
HIPKI, HIPBAKI (diolah)
Gambar 1.13 Pohon Industri Berbasis Tempurung Kelapa
Saat ini, produk utama yang dihasilkan dari tempurung kelapa adalah briket
shisha, briket BBQ, dan karbon aktif. Briket shisha yang diproduksi oleh industri
besar diekspor ke negara-negara di Timur Tengah, sementara industri kecil lebih
fokus pada distribusi domestik. Keberhasilan produksi briket shisha di Indonesia
disebabkan oleh keunggulan karakteristik arang yang dihasilkan, yang dinilai lebih
superior dibandingkan dengan arang dari luar negeri. Proses pembuatan briket
shisha menghasilkan briket BBQ, yang menunjukkan pengolahan yang optimal
dan hampir tanpa limbah dengan byproduct yang dapat dijual dengan nilai pasar
yang cukup kompetitif. Karbon aktif dari kelapa memiliki berbagai aplikasi industri,
Tem purung
Tepung
tem purung
Arang
tempurung
Bioreeftek
Asap cair
Coco pellet
Obat nyam uk
bakar
Dupa bakar
Tepung aran g
Briket shisha
Karbon aktif
Pengawet
Koagulan lateks
Farm asi
Kosm etik
Cam puran plastik
polim er
Briket BBQ
Farm asi
Kosm etik
Graphene
Filter industri
(air & udara)
Industri senjata
Industri
Pertam bangan
Kom ponen
baterai dan H P
Farm asi
Kosm etik
: Industriyang tersediadi Indonesia

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 28
termasuk sebagai filter air, filter udara, norit, dan penyerapan logam berat yang
bermanfaat dalam proses penambangan emas untuk memisahkan emas dari
sianida sifat. Sebagian besar karbon aktif yang diproduksi di Indonesia diekspor ke
negara-negara seperti Spanyol dan Amerika Serikat. Dalam proses pembuatan
briket shisha dan karbon aktif, arang tempurung kelapa merupakan bahan baku
utama, sehingga pemenuhan pasokan arang tempurung perlu diperhatikan
untuk menjaga pemenuhan kebutuhan pembuatan kedua produk .

Sumber: Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, BRIN, ICC, Roemah Kelapa Indonesia,
HIPKI
Gambar 1.14 Pohon Industri Berbasis Nira Kelapa
Selain bagian-bagian buah kelapa, nira kelapa memiliki potensi besar untuk
menghasilkan berbagai produk dengan nilai tambah lebih tinggi. Di Indonesia,
industri pengolahan nira telah menghasilkan produk seperti gula semut ( coco
sugar), coco aminos, coco syrup, kecap kelapa, dan nira segar. Gula semut organik
umumnya diekspor, sedangkan coco aminos memiliki pasar terbesar di Eropa dan
Amerika Serikat. Namun, produksi coco aminos berkualitas tinggi memerlukan
pasokan nira yang konsisten, yang saat ini sulit dipenuhi di Jawa karena mayoritas
petani memprioritaskan produksi gula semut.
Di luar Jawa, potensi pengembangan produksi nira cukup besar, namun
terhambat oleh ketinggian pohon kelapa yang menyulitkan proses penyadapan.
Hambatan ini dapat diatasi dengan mengembangkan varietas kelapa baru yang
lebih rendah, mampu menghasilkan nira b erkualitas dengan volume lebih tinggi,
serta memperluas distribusi benihnya untuk mendukung pengembangan varietas
tersebut.
Sementara itu, potensi pasar coco syrup di Eropa dan Amerika Serikat sangat besar,
tetapi industri ini masih kurang berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
kesulitan dalam mengonsolidasikan bahan baku untuk skala produksi yang besar,
Nira
Coco suga r
Coco a m inos
Coco syrup
Kecap kelapa
Fresh nira
: Industriyang tersediadi Indonesia

29 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
serta produksi yang saat ini lebih banyak dilakukan oleh UMKM. Tantangan utama
dalam industri ini adalah standardisasi kualitas coco syrup yang belum stabil.
Tabel 1.3 Produksi Produk Turunan Utama dari Kelapa Asal Indonesia (Ton)
Produksi (Ton)
Tahun
2019 2020 2021 2022
Kopra 1.389.928 1.270.757 1.310.000 1.450.000
Minyak Kelapa 779.000 733.000 777.000 883.000
Desiccated
Coconut
131.656 170.781 186.579 147.274
Santan 163.186 221.613 252.443 265.685
VCO 60.537 57.853 60.411 54.684
Kelapa Muda 2.369.350 1.964.162 1.506.020 1.423.243
Bungkil Kopra 383.268 360.636 382.284 434.436
Arang Batok 534.499 528.980 536.749 537.993
Sumber: ICC, 2023
Tabel 1.3 menunjukkan penggunaan berbagai produk kelapa dalam negeri
berdasarkan data dari ICC. Produksi kopra, minyak kelapa, bungkil kopra, dan arang
tempurung mengalami peningkatan pada tahun 2021 dan 2022. Pada tahun 2022,
produksi minyak kelapa dan bungkil kopra mengalami peningkatan terbesar, yaitu
sebesar 13,6 persen. Desiccated coconut mengalami peningkatan pada tahun
2020 dan 2021, namun kemudian menurun pada tahun 2022. Santan
menunjukkan peningkatan dari tahun 2019 hingga 2022, dengan peningkatan
terbesar terjadi pada tahun 2020 sebesar 35,8 persen. Produksi VCO cenderung
mengalami fluktuasi dari tahun 2019 dan 2022, sementara produksi kelapa muda
mengalami penurunan dari tahun 2020 hingga 2022.
Indonesia memiliki sekitar 30 industri besar pengolahan kelapa yang tersebar
terutama di daerah sentra perkebunan kelapa. Sebanyak 16 industri di antaranya
merupakan industri terintegrasi antara perkebunan kelapa dan industri
pengolahannya. Jumlah perusaha an pengolahan kelapa terintegrasi di Indonesia
lebih sedikit dibandingkan dengan Filipina, Thailand, dan Sri Lanka yang masing-
masing memiliki 21, 23, dan 19 perusahaan terintegrasi. Meskipun Thailand dan Sri
Lanka memiliki produksi kelapa yang lebih rendah daripada Indonesia, keduanya
memiliki lebih banyak perusahaan pengolahan kelapa terintegrasi. Untuk
meningkatkan daya saing dan kontribusi negara dalam industri kelapa secara

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 30
global, diperlukan peningkatan jumlah perusahaan pengolahan kelapa
terintegrasi di Indonesia.

Sumber: ICC, 2023
Gambar 1.15 Sebaran Industri Besar Pengolahan Kelapa di Indonesia

Sumber: ICC, 2023
Gambar 1.16 Jumlah Perusahaan Pengolahan Kelapa Terintegrasi
Meskipun merupakan salah satu negara produsen kelapa terbesar di dunia,
Indonesia belum mampu mengoptimalkan diversifikasi pemanfaatan kelapa
untuk kemudian dipasok ke pasar global. Dengan proporsi ekspor kelapa bulat,
bungkil kopra dan kopra yang masih tinggi, Indonesia sebenarnya memberikan
dukungan pasokan bahan baku yang signifikan untuk berkembangnya industri
© GeoNames, Microsoft, TomTom
Powered by Bing
1 28 55
Industri Kelapa
DEWA COCO
Dewa Africoco
Indonesia, PT.
SasaInti, PT
AgroManunggal
Cocos (AMACOS), PT
Aloe Vera
Indonesia, PT
Kalimantan Kelapa
Jaya, PT
UnicocoIndustries
Indonesia, PT
Indo World, PT
Pacific Eastern Coconut Utama, PT
Sari Segar
Husada, PT.
BionesiaOrganic Foods,
PT.
SambuGroup
InhilSarimas
Kelapa, PT
BumiSarimas
Indonesia, PT.
EramasCoconut Industri, PT.
Barco, PT
Tri Jaya Tangguh, PT
MusimMas, PT
Salim IvomasPratama,
Tbk
Cargill Indonesia, PT
Mangga Dua, PT
Ikan Dorang, PT
Bonanza Megah, PT
Sari Mas Permai, PT
TOM Cococha, PT
IkaindoIndustriKarbon, PT
Multi Nabati(Wilmar Group), PT
Natural Indo
Coconut Organik,
PT.
Indo PurecoPratama, PT
3
6
12
16
19
21
23
IndiaMalaysiaVietnamIndonesiaSri LankaFilipinaThailand

31 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
pengolahan kelapa di negara lain. Kondisi ini perlu diperbaiki dengan mendorong
tumbuhnya industri pengolahan kelapa ke arah hilirisasi yang lebih jauh dan
bernilai tambah tinggi di dalam negeri.
Pasokan hasil olahan kelapa dengan diversifikasi yang lebih banyak dari Indonesia
diharapkan dapat memenuhi permintaan global yang terus tumbuh. Belanda,
Amerika Serikat, Malaysia, Tiongkok, Italia, dan Jepang merupakan pasar yang
menjanjikan untuk minyak kelapa, mengingat tingginya permintaan di negara -
negara tersebut. Pengembangan oleokimia berbasis kelapa menjadi salah satu
peluang usaha yang perlu terus ditingkatkan di Indonesia. Selain itu, Indonesia
memiliki peluang untuk mengembangkan produk turunan kelapa seperti santan
bubuk, santan cair, dan susu kelapa dengan memperhatikan permintaan yang
signifikan dari Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Australia, Malaysia, dan Inggris.
Permintaan yang tinggi untuk nata de coco di Jepang, Amerika Serikat, dan Uni
Emirat Arab memberikan peluang untuk pengembangan sektor pengolahan air
kelapa, dan pemanfaatan polimer nata de coco untuk tekstil. Tempurung kelapa
dimanfaatkan untuk produksi karbon aktif yang memiliki permintaan yang
signifikan di pasar internasional, termasuk di Amerika Serikat, Tiongkok, Afrika
Selatan, Myanmar, Taiwan, Sri Lanka, dan Jerman karena aplikasinya yang luas
dalam berbagai industri, termasuk pengolahan air, pengendalian polusi, serta
produk kesehatan dan kebersihan.
Hasil kajian yang dilaksanakan oleh Kementerian Investasi/Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa potensi
pemanfaatan kelapa dapat diarahkan untuk menghasilkan MCT, nata de coco,
karbon aktif, dan tepung kelapa dengan nilai tambah masing -masing sebesar
38,32, 31,92, 39,63, dan 43,63 kali lipat dari bahan baku bagian-bagian kelapa dari
pascapanen dan dari pengolahan. Selain itu inovasi olahan kelapa juga dapat terus
ditingkatkan dengan tren global yang mengarah pemanfaatan p roduk kelapa
menjadi bioavtur, carbon black, cat anti radar, serta lapisan pada rompi anti peluru.

Sumber: ICC dan Kementerian Pertanian, 2023
Gambar 1.17 Potensi Kelapa Indonesia
Indonesia masih memiliki potensi yang besar untuk mendorong hilirisasi kelapa.
Beberapa daerah dapat diperkuat sebagai pusat hilirisasi kelapa, seperti Sumatera
dan Sulawesi yang masing-masing berkontribusi sebesar 33 persen dan 24 persen
#2
2,87 jutaton
ProduksikelapaIndonesia menempati
peringkatkeduaterbesarsetelahFilipina
3,34 jutahektar
98,95 persendi antaranyadikelolaoleh
perkebunanrakyat
2,55 jutahektar
76,5 persenkebunkelapadengan
tanamanmenghasilkan
6,55 miliarUSD
Potensiniliaitambahdaripemanfaatan
sabut, tempurung, daging, dan air kelapa

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 32
terhadap total produksi nasional. Hilirisasi kelapa juga perlu melibatkan petani
yang mengelola sekitar 98,95 persen perkebunan kelapa di Indonesia, selain terus
mendorong investasi perkebunan swasta dan perkebunan negara.
Potensi hilirisasi kelapa juga dapat direncanakan berdasarkan kapasitas produksi
di kebun kelapa dengan tanaman yang menghasilkan (76,5 persen dari total lahan
kebun kelapa, atau 2,55 juta hektar), serta kapasitas produksi di masa depan
dengan dukungan 12,2 persen kebun kelapa dengan tanaman belum
menghasilkan (sekitar 0,41 juta hektar). Pada saat yang sama, pelaksanaan hilirisasi
juga perlu mencakup penggantian kebun dengan tanaman tidak menghasilkan
atau tanaman rusak yang mencapai 11,3 persen dari luas kebun kelapa, atau 0,38
juta hektar. Data yang dikumpulkan oleh ICC pada tahun 2022 menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki sekitar 14 miliar butir kelapa. Pasokan kelapa tersebut
dapat diolah berdasarkan bagian-bagian kelapa untuk menghasilkan 1,8 juta ton
CNO dari kopra, 4,2 juta coco fiber dan coco peat dari sabut kelapa, 714 juta
kilogram briket shisha dari tempurung kelapa, serta 3,1 juta ton coco water dari air
kelapa. Perhitungan yang terencana ini diharapkan dapat mendukung reali sasi
potensi ekonomi sebesar US$6,55 miliar yang dapat diperoleh Indonesia dengan
mengolah sabut, tempurung, daging, dan air kelapa menjadi produk yang selama
ini terbuang atau belum dimanfaatkan. Ke depan jumlah produk yang dihasilkan
diharapkan dapat lebih bervariasi sesuai dengan ketersediaan teknologi dan untuk
menjawab kebutuhan pasar.
Pemasaran kelapa dan produk turunannya memiliki peranan yang penting
sebagai faktor penarik (pulling factor) dalam mendukung hilirisasi kelapa. Ekspor
kelapa dan produk turunannya secara khusus berperan dalam mendorong
peningkatan kualitas produk, inovasi dan diversifikasi, serta daya saing industri
kelapa di pasar global. Minyak kelapa, desiccated coconut, air kelapa, karbon aktif,
dan santan merupakan beberapa produk turunan kelapa yang memiliki
permintaan tinggi di pasar internasional.
Di dalam negeri, pemasaran kelapa masih didominasi skema jual putus dan pada
umumnya difasilitasi melalui pengumpulan oleh pedagang sebelum dipasok ke
Industri. Proses pemasaran kelapa dimulai sejak pemanenan dimana pedagang
pengumpul biasanya memberikan uang muka untuk kelapa yang siap panen dan
akan dibeli. Beberapa industri mengembangkan gudang kelapa yang berdekatan
dengan kebun kelapa rakyat untuk memudahkan pengumpulan kelapa dan
memangkas biaya logistik.
Pemanfaatan kelapa di dalam negeri dapat merujuk pada data -data ICC (2023)
yang menunjukkan bahwa kelapa yang sudah matang paling banyak
dimanfaatkan menjadi kopra, diikuti oleh desiccated coconut, santan, VCO, dan
ekspor. Sebanyak 97,3 persen kelapa yang diolah menjadi kopra digunakan untuk
produksi CNO, sedangkan 2,7 persen sisanya diekspor sebagai kopra. Dari kopra
yang diolah menjadi CNO, hanya 17,9 persen digunakan untuk konsumsi domestik.
Proporsi hampir serupa untuk desiccated coconut diekspor, dimana hanya 25

33 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
persen digunakan untuk konsumsi domestik. Santan yang dihasilkan dari kelapa
terbagi secara merata, dengan 50 persen digunakan untuk ekspor dan 50 persen
sisanya dikonsumsi secara domestik. Sementara itu, dari total pemanfaatan kelapa
menjadi VCO, sebesar 43,8 persen diekspor, sedangkan 56,2 persen digunakan
untuk konsumsi domestik.
Data-data tersebut di atas menunjukkan bahwa kebutuhan kelapa untuk diolah
dan dikonsumsi di dalam negeri masih dapat dipenuhi oleh produksi kelapa di
dalam negeri. Proporsi impor kelapa dan produk kelapa terhitung sangat kecil.
Data ICC mencatat Indonesia mengimpor produk turunan kelapa, yakni minyak
kelapa, sebesar 56,3 ribu ton pada tahun 2022. Namun, data ini belum sepenuhnya
mencerminkan gambaran yang akurat terkait pasokan dan pemanfaatan kelapa
di dalam negeri. Ketidakakuratan ini disebabkan oleh ber bagai faktor, seperti
kurangnya integrasi data dari berbagai sektor yang terlibat dalam rantai pasok
kelapa, kurangnya pelaporan dari produsen lokal, serta keterbatasan sistem
pencatatan yang mampu melacak pemanfaatan kelapa secara komprehensif di
tingkat domestik. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk
perbaikan dalam sistem monitoring dan pelaporan data terkait industri kelapa di
Indonesia.

Sumber: ICC, 2023
Gambar 1.18 Volume Ekspor Produk Turunan Kelapa Indonesia 2017 -2022 (Ton)
Secara global, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor kelapa dan
produk turunannya yang terbesar di dunia, dengan tren pertumbuhan nilai ekspor
yang sangat signifikan. Dalam lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan ekspor
kelapa dan produk turun an kelapa asal Indonesia seperti minyak kelapa,
desiccated coconut, kopra, bungkil kopra, arang tempurung kelapa, karbon aktif,
santan, air kelapa, dan VCO (Compound Average Growth Rate/CAGR) adalah 4,76
persen. Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi di antara negara -negara
pesaing untuk produk minyak kelapa, bungkil kopra, dan VCO.
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
KopraMinyak
Kelapa
Bungkil
Kopra
Desiccated
Coconut
SantanArang
Tempurung
Kelapa
Karbon
Aktif
Fresh
Coconut
Coir FibreAir KelapaNata de
Coco
Gula Kelapa
Ton
201720182019202020212022

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 34
Ekspor minyak kelapa Indonesia berdasarkan volume menunjukkan fluktuasi,
namun secara keseluruhan kinerjanya menunjukkan tren yang positif.
10
Hal ini
didorong oleh peningkatan konsumsi minyak kelapa baik di pasar domestik
maupun internasional, khususnya dari negara-negara seperti Uni Eropa, Amerika
Serikat, Tiongkok, dan Malaysia.
11
Pasar utama ekspor minyak kelapa Indonesia
meliputi Malaysia, Amerika Serikat, Tiongkok, Belanda, dan Korea Selatan, dengan
pangsa pasar mencapai 82,6 persen dari total ekspor minyak kelapa Indonesia.
Permintaan minyak kelapa dari Amerika Serikat dan Tiongkok menunjukkan tren
peningkatan dari tahun 2019 hingga 2022, meskipun terdapat penurunan pada
tahun 2020.
Pada tahun 2022, ekspor bungkil kopra dari Indonesia mencapai 317,8 ribu ton,
dengan 68,9 persen di antaranya diekspor ke Korea Selatan, India, dan Vietnam.
Tujuan utama ekspor desiccated coconut Indonesia adalah Singapura, Jerman,
dan Rusia dengan Singapura menerima 27,6 persen dari total ekspor desiccated
coconut Indonesia. Timur Tengah menjadi destinasi utama ekspor arang
tempurung kelapa Indonesia, dengan Irak, Arab Saudi, Lebanon, dan Turki
menyerap 61,9 persen dari total ekspor. Sementara itu, Vietnam menjadi tujuan
ekspor terbesar di luar wilayah Timur Tengah.
Minyak kelapa, santan, arang tempurung kelapa, desiccated coconut, dan nata de
coco merupakan produk turunan kelapa yang memiliki nilai ekspor terbesar dari
Indonesia (Gambar 1.19). Dari tahun 2018 hingga 2022, nilai ekspor minyak kelapa
mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 13,1 persen. Nilai ekspor santan
Indonesia menunjukkan tren peningkatan dari tahun 2018 hingga 2022, dengan
rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 13 persen , meskipun terjadi penurunan
sebesar 7,5 persen pada tahun 2019. Peningkatan nilai ekspor ini sejalan dengan
pertumbuhan volume ekspor santan, yang juga meningkat selama periode
tersebut dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 14,9 persen. Sementara
itu ekspor arang tempurung kelapa dan kelapa parut kering menunjukkan
fluktuasi nilai dari tahun 2018 hingga 2022, dengan penurunan signifikan terjadi
pada tahun 2019, yakni masing-masing sebesar 6,8 persen dan 37,1 persen. Nata de
coco mengalami peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan dengan
pertumbuhan sekitar tiga kali lipat dalam periode 2020 hingga 2022.

10
Anggrasari, H., Sari, A. K., & Arminda, F. R. (2023). The Indonesian Coconut Oil Export
Opportunities with Main Trade Partner Countries in the International Market. Buletin
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, 25(1), 44-55
11
Purba, H. J., Hestina, J., Yusuf, E. S., Azahari, D. H., Dabukke, F. B., & Darwis, V. (2021,
November). Export performance and competitiveness of Indonesian coconut oil and
desiccated coconut. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 892,
No. 1, p. 012072). IOP Publishing.

35 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045

Sumber: ICC, 2023
Gambar 1.19 Nilai Ekspor Produk Turunan Kelapa Indonesia 2017 -2022
(Ribu USD)
Dibandingkan dengan negara -negara penghasil kelapa lainnya, volume ekspor
kelapa dan produk turunannya dari Indonesia masih didominasi oleh fresh/dried
coconut, kopra, bungkil kopra, dan arang tempurung kelapa (Tabel 1.4). Indonesia
merupakan pengekspor terbesar di dunia untuk keempat produk tersebut . Filipina
lebih fokus pada produk turunan kelapa yang memiliki nilai tambah tinggi ,
sementara Thailand menjadi pengekspor santan dan air kelapa terbesar, India
untuk karbon aktif dan gula kelapa, serta Sri Lanka untuk sabut kelapa. Kontribusi
ekspor kelapa bulat asal Indonesia yang cukup besar secara tidak langsung
mengindikasikan bahwa Indonesia telah berperan dalam kemajuan industri
kelapa di negara lain. Dengan kata lain, hilirisasi kelapa di Indonesia sebagian besar
dilakukan di negara-negara yang memiliki kemampua n untuk mengolah atau
memanfaatkan kelapa menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi .
Tabel 1.4 Volume Ekspor Kelapa dan Produk Turunan Kelapa Tahun 2022
Produk (Ton)
Negara Penghasil Kelapa Terbesar
Indonesia Filipina Thailand India Sri Lanka
Fresh/Dried Coconut
291.454
(34%)
295 122.065 63.085 13.376
Kopra 37.536 (33%) - 2.518 11.326 2.080
Minyak Kelapa
707.752
(28%)
1.252.054 740 20.755 4.712
Bungkil Kopra
317.824
(46%)
312.764 494 174 31.060
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
KopraMinyak
Kelapa
Bungkil KopraDesiccated
Coconut
SantanArang
Tempurung
Kelapa
Karbon AktifCoir FibreAir KelapaNata de CocoGula Kelapa
Ribu USD
201720182019202020212022

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 36
Produk (Ton)
Negara Penghasil Kelapa Terbesar
Indonesia Filipina Thailand India Sri Lanka
Desiccated Coconut 110.455 (22%) 156.588 549 7.457 43.791
Arang Tempurung
Kelapa
163.321 113.688 962 16.170 14.110
Karbon Aktif 14.875 80.687 8.992 137.364 54.830
Santan 132.843 24.729 212.316 - 78.523
Gula Kelapa 1.296 49 86 40.178
Air Kelapa 12.818 124.449 176.008 - 26.484
Produk Sabut Kelapa 28.695 84.065 58 11.761 198.548
Keterangan: angka huruf tebal menunjukkan pangsa pasar global terbesar, dan angka di dalam kurung menunjukkan
persentase pangsa pasal global
Sumber: ICC, 2023

Sumber: ICC, 2023
Gambar 1.20 Total Nilai Ekspor Produk Kelapa
Filipina menjadi negara dengan nilai ekspor produk kelapa terbesar dengan
minyak kelapa dan desiccated coconut sebagai produk dengan nilai ekspor
terbesar pada tahun 2022. Pertumbuhan nilai ekspor asal Filipina juga meningkat
tajam antara tahun 2020-2021 (Gambar 1.20), namun kemudian stagnan. Nilai
ekspor Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan dari tahun 2020 hingga
2022, dengan rata-rata peningkatan mencapai 39 persen. Sementara nilai ekspor
kelapa dan produk turunannya asal negara lain menunjukkan kinerja lebih rendah
bahkan menurun. Di sisi lain, Filipina mampu mencatat nilai ekspor yang tinggi
434
2,109
297
56.7
2,563
817
383310
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
IndiaIndonesiaMalaysiaPapua
Nugini
FilipinaSri LankaThailandVietnam
Juta USD
202020212022

37 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
berkat keberhasilan dalam diversifikasi produk berbasis kelapa. Produk -produk
yang diekspor oleh Filipina mencakup berbagai produk seperti coconut acid oils,
refined glycerine, crude glycerine, makapuno, coco chips, coconut vinegar,
coconut flour, dried coconut meat, dan lain-lain. Diversifikasi ini didukung oleh
kebijakan larangan ekspor kelapa bulat dan kopra, yang mendorong pengolahan
lebih lanjut di dalam negeri. Kebijakan tersebut berperan penting dalam
meningkatkan nilai tambah produk kelapa dan mempe rkuat daya saing industri
kelapa Filipina di pasar internasional.
1.2. ISU STRATEGIS HILIRISASI KELAPA DI INDONESIA
Berdasarkan kinerja pada aspek budidaya dan pengolahan kelapa, yang dilengkapi
dengan observasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan, isu strategis
dalam percepatan hilirisasi kelapa dapat dikelompokkan ke dalam empat isu
utama, yaitu budidaya, pengolahan, pemasaran, dan ekosistem , dengan uraian
sebagai berikut:
1. Isu budidaya kelapa utamanya berkaitan dengan:
a. rendahnya produktivitas kelapa, yang sebagian besar disebabkan oleh pola
budidaya tradisional yang masih dominan. Kondisi ini berkaitan dengan
ketiadaan tenaga penyuluh kelapa sehingga terdapat kesenjangan
informasi dan pengetahuan untuk mendorong petani kelapa menerapkan
pola budidaya kelapa yang baik. Produktivitas yang rendah juga
disebabkan oleh proporsi pohon kelapa tua dan rusak yang masih cukup
tinggi. Peremajaan tanaman kelapa juga menghadapi kendala p roduksi
benih unggul yang masih terbatas. Sekitar 50 varietas unggul kelapa yang
telah dilepas juga belum dapat dimanfaatkan optimal karena pasar benih
kelapa yang belum berkembang. Data Kementerian Pertanian (2024)
menunjukkan bahwa potensi produk si benih secara nasional saat ini baru
mencapai 9,8 juta batang, atau masih jauh memenuhi kebutuhan benih
kelapa secara nasional sebesar 41,6 juta batang;
b. rendahnya pendapatan petani yang dipengaruhi oleh produktivitas yang
rendah, ongkos panen yang relatif tinggi, harga kelapa yang rendah, dan
keterbatasan sumber penghasilan tambahan. Produktivitas yang rendah
menunjukkan bahwa petani belum optimal merealisasikan potensi
pendapatan yang seharusnya dapat diterima. Sementara itu sejak
pelarangan penggunaan hewan unt uk memanen kelapa, petani harus
mengurangi margin keuntungan mereka karena harus berbagi dengan
pemanen yang jumlahnya terbatas. Harga kelapa di ti ngkat petani pada
umumnya rendah, karena sebagian besar petani tidak memiliki alat
angkut dan menjual kelapa di kebun serta mengandalkan pedagang
pengumpul atau pemanen. Kondisi ini menjadikan posisi tawar petani
yang rendah. Keterbatasan akses ke informas i harga kelapa juga
mempengaruhi posisi tawar petani. Sebagian besar petani juga belum
menerapkan polikultur melalui tumpang sari yang sebenarnya dapat

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 38
menjadi sumber penghasilan tambahan. Pendapatan petani yang rendah
berdampak pada rendahnya kemampuan untuk melakukan peremajaan
kelapa di kebunnya, serta renda hnya minat generasi muda untuk
melanjutkan pengusahaan kelapa orang tua/keluarganya; dan
c. belum berkembangnya organisasi petani kelapa sehingga akses petani
kepada informasi, benih unggul, sarana dan prasarana produksi,
pembiayaan dan pasar, serta kemampuan untuk menerapkan praktik
budidaya yang baik dan polikultur masih sangat terbatas. Kondisi ini juga
menjadikan petani belum mam pu menjadi mitra bagi industri dalam
rantai pasok hilirisasi kelapa yang lebih kuat.
2. Isu pengolahan kelapa mencakup beberapa aspek, antara lain:
a. tingkat utilisasi industri masih rendah yang disebabkan pasokan kelapa
sangat bersaing di beberapa sentra industri, sementara pasokan berlebih
di sentra-sentra kelapa terutama di Indonesia bagian timur belum dapat
dipasok karena tingginya biaya logistik. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh
efisiensi logistik, serta kebijakan ekspor kelapa bulat yang belum dikelola
sesuai dengan neraca komoditas kebutuhan industri di dalam negeri.
Utilisasi industri yang rendah juga dipengaruhi oleh kualitas bahan baku
yang rendah, karena produk olahan dari bagian kelapa membutuhkan
syarat bahan baku yang berbeda -beda dan sangat berkaitan dengan
potensi varietas kelapa sehingga belum tentu tersedia dalam volume dan
pasokan yang memadai . Kemitraan rantai pasok melalui sistem kontrak
belum berkembang karena petani belum terorganisir, sebaran kebun
kelapa yang luas, dan belum terdapat model kemitraan yang layak;
b. investasi di sektor pengolahan kelapa masih terbatas karena kendala dan
tantangan yang berkaitan dengan kemudahan berusaha, kepastian
pasokan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja terampil, dan dukungan
infrastruktur. Peningkatan investasi dibutuhkan untuk mendukung
hilirisasi kelapa secara terintegrasi, serta penguasaan teknologi untuk
menghasilkan produk-produk bernilai tambah tinggi; dan
c. keterbatasan diversifikasi produk olahan kelapa ke arah produk bernilai
tambah lebih tinggi. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh misi industri yang
ada pada peningkatan utilisasi/kapasitas produksi, serta keterbatasan hasil
riset dan inovasi yang dapat dikomersialisasi/diterapkan dalam skala
industri yang efisiensi dan berdaya saing.
3. Isu pemasaran yang mencakup antara lain:
a. tingginya biaya logistik menjadi hambatan signifikan dalam distribusi
produk kelapa, yang pada akhirnya mempengaruhi efisiensi rantai pasok
dan harga akhir produk. Pemahaman penyedia layanan logistik terkait
kelapa dan turunannya juga belum cukup memadai untuk menjadikan
pengangkutannya efisien dan tepat guna;
b. keterbatasan literasi konsumen domestik yang sebenarnya menentukan
untuk peningkatan skala dan daya serap pasar di dalam negeri bagi
produk-produk turunan lebih lanjut/hilir dari pengolahan bagian-bagian
kelapa. Konsumen dapat mencakup individu dan industri di dalam negeri.

39 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Pengetahuan konsumen individu sebagian besar masih terbatas pada
produk-produk yang umum dikonsumsi seperti minyak goreng, santan, air
kelapa, kelapa parut, gula kelapa, VCO, keset, dan arang BBQ, sementara
manfaat dari produk-produk turunan kelapa telah berkembang dengan
permintaan di negara lain tumbuh pesat seperti susu kelapa. Industri di
dalam negeri yang dapat menggunakan produk -produk turunan kelapa
membutuhkan fasilitasi pembangunan kemitraan rantai pasok yang saat
ini masih sangat terbatas; dan
c. daya saing produk kelapa Indonesia di pasar global masih lemah
dibandingkan dengan produk sejenis dari negara lain, baik dari segi
kualitas, ragam, maupun harga. Penanganannya membutuhkan
peningkatan efisiensi logistik, jaminan ketelusuran kualitas yang baik, serta
inovasi.
4. Isu ekosistem untuk hilirisasi kelapa banyak berkaitan dengan tantangan
sinkronisasi regulasi, penguatan kelembagaan yang mengampu hilirisasi
kelapa, ketersediaan infrastruktur yang berkualitas, kelengkapan data di
sepanjang rantai pasok kelapa, dukungan pembiayaan , komersialisasi
teknologi ke petani dan industri, serta ketahanan terhadap dampak
perubahan iklim. Penguatan kelembagaan di sektor kelapa secara khusus
menjadi kunci sukses di Filipina dan India dalam pengembangan kelapa yang
terkonsolidasi dengan baik mulai dari petani hingga pembuat kebijakan,
sehingga perlu menjadi praktik baik yang dicontoh Indonesia . Ketersediaan
data rantai pasok yang lengkap dengan memanfaatkan kemajuan teknologi
juga dibutuhkan untuk memperkuat kebijakan budidaya (benih dan
peremajaan), pengolahan dan pemasaran kelapa dan produk turun annya.
Sementara itu, ketahanan terhadap dampak perubahan iklim menjadi
tantangan dengan intensitas yang terus meningkat yang dikaitkan dengan
ketersediaan air dan ketahanan pesisir di sentra -sentra utama budidaya
kelapa, serta keberlanjutan pengusahaan kelapa oleh petani dan industri.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 40
BENCHMARKING

41 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Penanganan isu-isu strategis hilirisasi kelapa dapat mempelajari kebijakan yang
berhasil dilaksanakan di negara-negara penghasil kelapa utama seperti Filipina,
India, Sri Lanka, dan Thailand. Negara-negara tersebut memiliki beberapa
keunggulan yang dapat dipelajari untuk perencanaan hilirisasi kelapa di Indonesia.
Tabel 2.1 Profil Perkelapaan di Indonesia, Filipina, India, Sri Lanka, dan
Thailand 2022
Variabel
Pembanding
Indonesia Filipina India Sri Lanka Thailand
Luas Area (hektar) 3,34 juta 3,6 juta 2,2 juta 444 ribu 125 ribu
Produksi (ton,
ekuivalen kopra)
2,87 juta 2,94 juta 2,64 juta 617 ribu 169 ribu
Petani (rumah
tangga)
5,6 juta 3,5 juta 4,2 juta 400 ribu 169 ribu
Nilai Ekspor (USD) 2,11 miliar 2,65 miliar 672 juta 732,96 juta 1,1 juta
Rasio terhadap Total
Ekspor
0,77% 2,6% 0,2% 6,65 0,42%
Kelembagaan
Kelapa*
• Dewan Kelapa
Indonesia
• Balai Pengujian
Standar Instrumen
Tanaman Palma,
Kementerian
Pertanian
• BRIN: Pusat Riset
Tanaman
Perkebunan,
Organisasi Riset
Pertanian dan
Pangan
PCA, UCAP
CDB, Coir
Board,
CPCRI
CDA, CCB,
CRI
HRI
Keterangan: Philippine Coconut Authority (PCA), United Coconut Association of the Philip pines (UCAP), Coconut
Development Board (CDB), the Central Plantation Crops Research Institute (CPCRI), Coconut Devel opment Authority
(CDA), Coconut Cultivation Board (CCB), Coconut Research Institute (CRI), Horticulture Research Institute (HRI)
Sumber: ICC
2.1. FILIPINA
Filipina merupakan contoh baik bagi Indonesia dalam hal ekspor produk turunan
kelapa, khususnya untuk minyak kelapa, kelapa parut kering, nata de coco, serta
produk turunan lain seperti MCT, coconut methyl ester, dan fatty acid. Data ICC
menunjukkan bahwa Filipina memimpin pasar global dengan nilai ekspor
mencapai US$2,65 miliar pada tahun 202 3, yang berkontribusi 3,20 persen
terhadap total penerimaan ekspor nasional. Keberhasilan ini dicapai dengan
dukungan integrasi sektor kelapa dari hulu hingga hilir yang dipimpin PCA dan
UCAP. Kolaborasi antara Kementerian Pertanian dan PCA dalam program
penanaman 100 juta bibit kelapa yang dimulai pada Agustus 2023 di Mindanao dan
bagian utara Filipina menunjukkan upaya serius dalam pengembangan sektor ini.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 42
Investasi yang melibatkan partisipasi masyarakat asli di Mindanao juga
menunjukkan potensi pengembangan kelapa besar yang besar di wilayah
tersebut.
Dokumen Rencana Pengembangan dan Rehabilitasi Industri Kelapa Filipina
menjelaskan strategi selama 50 tahun terakhir untuk meningkatkan produktivitas
dan pendapatan petani kelapa, mengurangi kemiskinan, serta memodernisasi
industri kelapa.
12
PCA juga menyusun Coconut Farmers and Industry Development
Plan (CFIDP) yang mencakup program nasional berbasis masyarakat,
perlindungan sosial bagi petani, organisasi petani, riset inovatif, dan pengolahan
produk kelapa. Dana wali amanah CFIDP, dengan alokasi awal PhP75 miliar,
direncanakan untuk mendukung pengusahaan kelapa dalam 50 tahun ke depan,
dengan investasi awal sebesar PhP33 miliar selama lima tahun pertama. CFIDP
melibatkan 14 lembaga pemerintah dengan PCA sebagai lembaga utama yang
didukung Kantor Manajemen Program untuk koordinasi.
Pembelajaran dari CFIDP utamanya berkaitan dengan alokasi penggunaan dana,
yang ditujukan sesuai misinya yaitu:
1. Perlindungan Sosial yang mencakup:
a. Program kesehatan dan medis bagi petani kelapa yang memberikan akses
kesehatan kepada petani kelapa yang terdaftar di National Coconut
Farmers Registry System (NCFRS) yang memenuhi syarat;
b. Asuransi tanaman yang bertujuan melindungi petani kelapa yang memiliki
lahan di bawah 5 hektar dari kerugian finansial dan mendorong investasi
dalam teknologi baru untuk meningkatkan produktivitas kelapa. Subsidi
premi penuh diberikan untuk petani yang terdaftar di Registry System for
Basic Sectors in Agriculture (RSBSA). Petani kelapa yang diprioritaskan
adalah yang memiliki lahan di wilayah rawan bencana alam dan dengan
tingkat kemiskinan tinggi.
c. Beasiswa yang ditujukan bagi mahasiswa yang akan atau sedang
menempuh studi pendidikan tinggi di bidang pertanian, teknik pertanian,
manajemen agribisnis, ekonomi pertanian, serta kursus yang disetujui PCA
untuk industri kelapa. Dukungan juga diberikan dari berbagai lembaga,
termasuk Department of Science and Technology - Philippine Council for
Agriculture, Aquatic, and Natural Resources Research and Development
(DOST-PCAARRD), Commission on Higher Education (CHED), PCA, dan
lembaga pendanaan penelitian lainnya. Prioritas diberikan kepada daerah
dengan tingkat kemiskinan tinggi.
d. Pelatihan bagi petani kelapa dan keluarganya yang melibatkan Technical
Education and Skills Development Authority (TESDA) dan Agriculture
Training Institute (ATI). TESDA mengadopsi kerangka kerja Seek-Find-
Train-Assess-Certify-Employ, sedangkan ATI fokus pada pengembangan

12
Analisis mendalam tentang industri kelapa di Filipina juga dibahas dalam The Philippine Coconut
Industry: Performance, Issues and Recommendations .

43 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
modul dan materi pelatihan, e-Learning, pelatihan spesialis, dan pelatihan
untuk pelatih, serta penyediaan hibah dan pendirian sekolah pertanian.
Sasaran TESDA adalah petani, kerabat mereka, dan masyarakat sekitar
sekolah pertanian, sementara ATI menargetkan organisasi petani, koperasi,
dan petani kelapa terdaftar di NCFRS. Anggaran TESDA didasarkan pada
sasaran penerima manfaat, sementara ATI mengikuti target dari mitra
pelaksana.
2. Pengembangan Organisasi Petani Kelapa dalam bentuk Cooperative
Development Authority (CDA) untuk mengorganisasi dan mengembangkan
petani kelapa dengan menyasar petani kelapa yang terdaftar di NCFRS, serta
organisasi petani kelapa, serta koperasi. Peran CDA mencakup
pengembangan alat pengkajian kebutuhan dan penguatan basis data dasar,
serta pelatihan pengurus dan anggota koperasi mengenai pengembangan
organisasi, pengelolaan koperasi, dan pengelolaan keuangan. Pelatihan
pengembangan usaha juga dilaksanakan untuk meningkatkan nilai tambah
dan pendapatan.
3. Pengembangan Kelapa Hibrida yang melibatkan PCA untuk pengembangan
perkebunan benih kelapa hibrida dan DOST-PCAARRD untuk penelitian.
a. Pengembangan kebun benih kelapa hibrida dan pembibitan untuk
penanaman dan peremajaan dengan strategi inti untuk menghasilkan
bibit kelapa untuk penanaman kelapa dalam lima tahun ke depan. PCA
juga memiliki rencana untuk:
• percepatan produksi benih kelapa hibrida secara masif;
• pembangunan pembibitan kelapa komunal yang dikelola oleh
organisasi petani kelapa dan koperasi yang bermitra dengan swasta,
atau oleh perguruan tinggi negeri, dan pemerintah daerah;
• penyediaan insentif dan dukungan kepada petani yang berpartisipasi
dalam penanaman/penanaman kembali kelapa hibrida dan Open
Pollinated Varieties (OPV) menuju sertifikasi praktik pertanian yang
baik atau organik;
• peningkatan produktivitas kelapa hibrida melalui dukungan
pemupukan serta insentif untuk menerapkan sistem produksi nol
limbah; dan
• penyediaan dukungan komunikasi dan dialog di antara pemangku
kepentingan, koordinasi, serta pemantauan dan evaluasi program
hibridisasi dengan menggunakan remote sensing dan teknologi
komunikasi informasi modern.
b. Penelitian hibridisasi yang didukung pendanaan dari DOST-PCAARRD,
yang mencakup budidaya benih kelapa hibrida, pembibitan, dan kegiatan
terkait lainnya, yang didukung peningkatan kapasitas teknis, fasilitas, dan
infrastruktur. Peta jalan hibridisasi penelitian dan pengembangan kelapa
juga disusun dengan melibatkan kolaborasi antara PCA, perguruan tinggi
lokal dan regional, lembaga penelitian, dan lembaga swadaya masyarakat
untuk. Pengembangan keahlian pemuliaan dan ilmu terkait juga

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 44
dilaksanakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas
tanaman kelapa.
4. Pengembangan usaha pertanian berbasis masyarakat yang mencakup:
a. Program tumpang sari (intercropping) dengan kopi dan kakao melalui
High Value Crops Development Program (HVCDP) yang menerapkan tiga
strategi utama selama lima tahun, yaitu rehabilitasi dan peremajaan pohon
kopi dan pohon kakao yang telah ditanam bersama kelapa , ekspansi
tumpang sari kopi dan kakao dengan kelapa melalui organisasi petani di
area prioritas HVCDP, dan pembangunan kebun kakao dan kopi. Ketiga
strategi diharapkan dapat meningkatkan penerima manfaat, pohon yang
ditanam, dan pendapatan petani.
b. Program integrasi ternak dan unggas yang diinisiasi oleh Biro Industri
Peternakan Unggas dan Peternakan Asli Filipina yang memberikan
bantuan ayam kampung, babi, kambing, dan sapi potong di kawasan
kelapa yang telah diidentifikasi oleh PCA sebagai organisasi petani kelapa
aktif. Hasilnya diharapkan dapat meningkatkan p enerima manfaat dan
jumlah hewan, serta memberi manfaat berupa perbaikan nutrisi,
ketahanan pangan, produktivitas pertanian, dan pendapatan petani.
c. Program integrasi susu (dairy integration) yang dikoordinasikan oleh
National Dairy Authority (NDA) melakukan ekspansi produksi susu di
kawasan kelapa di zona susu NDA, termasuk pembukaan zona baru.
Fasilitas pengolahan susu dibangun dengan dukungan distribusi hewan
dan layanan teknis di wilayah tersebut sesuai dengan koperasi petani
kelapa yang telah diidentifikasi oleh PCA dan didukung oleh CDA.
5. Pengelolaan kelapa terpadu dan produk hilirnya melalui pembangunan
fasilitas bersama yang didukung Coconut Farmers and Industry Trust Fund
(CFITF) dan dikelola oleh Philippine Center for Postharvest Development and
Mechanization (PHilMech). Penerima manfaat adalah koperasi petani kelapa
atau unit pemerintah daerah di daerah-daerah penghasil kelapa yang telah
teridentifikasi. Contoh-contoh fasilitas bersama yaitu pusat kopra putih
terpadu, tempat pembelian kopra, fasilitas pengolahan kelapa terpadu
(termasuk pengolahan VCO, air kelapa, dan konsentrat air kelapa), pengolahan
nira, kelapa muda, dan makanan kelapa, serta fasilitas pengolahan kopi, kakao,
daging, dan layanan jasa peternakan untuk tumpang sari.
6. Proyek penelitian inovatif dan penerapannya dalam bidang pengolahan
kelapa, produksi, dan distribusinya dengan fokus pada (i) peningkatan daya
saing produk kelapa dengan inovasi proses dan peningkatan kualitas ; (ii)
pengembangan penggunaan baru kelapa dan aplikasi nutraceutical; (iii)
penelitian medis tentang manfaat kesehatan produk kelapa ; (iv) penanganan
masalah yang mempengaruhi pasar internasional untuk minyak kelapa ; (v)
peningkatan produk non-makanan seperti energi terbarukan dari biomassa
kelapa; serta (vi) penggunaan teknologi modern seperti bioteknologi dan
kecerdasan buatan.

45 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
7. Layanan dukungan yang mencakup:
a. Program kredit CFITF yang dikelola oleh Land Bank of the Philippines (LBP)
dan Development Bank of the Philip pines (DBP) untuk menyediakan
pinjaman langsung kepada petani kelapa perorangan, koperasi petani
yang terdaftar di CDA, dan organisasi petani yang terdaftar di Security and
Exchange Commission (SEC). Proyek yang didanai mencakup investasi
dalam rantai nilai kelapa, penanama n tanaman sela, serta integrasi
unggas/ternak di perkebunan kelapa.
b. Penelitian, pemasaran, dan promosi dagang yang didukung CFITF dan
instansi terkait. Layanan ini dikelola oleh Department of Trade and Industry
(DTI). Sasaran utama adalah organisasi petani dan koperasi yang terdaftar
di PCA. Bantuan juga menyasar pembeli potensial kelapa mentah dan
olahan, termasuk industri pengolahan besar, pembeli institusi,
konsolidator, dan eksportir.
• Ragam bantuan mencakup bantuan pemasaran, pemberdayaan
UMKM dalam memanfaatkan e-commerce, kemitraan dagang,
kemitraan pasar-teknologi-pembiayaan, bantuan penyiapan rencana
bisnis dan pemasaran, promosi dan fasilitasi perdagangan serta
investasi, intelijen pasar, bantuan pengemasan produk, pelabelan, dan
penerapan barcode, bantuan teknis untuk indikasi geografis dan
branding, pusat perdagangan, layanan terpadu, sistem informasi
pasar, sertifikasi produk dan pendaftaran usaha, serta layanan
konsultasi bisnis dan pemasaran.
• Peningkatan permintaan domestik dan ekspor produk olahan kelapa
dilaksanakan melalui promosi di multimedia untuk meningkatkan
kesadaran akan manfaat nutrisi dan kesehatan dari kelapa, advokasi
untuk penggunaan produk berbahan dasar kelapa di pasar dalam
negeri, pemasaran digital dan e-commerce, serta penyelenggaraan
pameran dagang lokal dan internasional.
c. Peningkatan infrastruktur melalui pembangunan jalan, fasilitas produksi
bersama, pos perdagangan/pascapanen, fasilitas penelitian/pelatihan, dan
rehabilitasi irigasi.
d. Dukungan kebijakan dan kelembagaan untuk memastikan penerapan
CFIDP sesuai dengan standar dan hukum yang dikeluarkan, antara lain:
• Kebijakan hibridisasi yang mencakup pendaftaran pohon induk dan
bibit hibrida oleh National Seed Industry Council (NSIC), larangan
ekspor kelapa tua dan bibit kelapa, peninjauan kembali Piagam PCA
terutama tentang distribusi gratis bibit hibrida dan larangan
komersialisasi kelapa hibrida, penerapan ketat "Coconut Preservation
Act", serta peninjauan perjanjian internasional mengenai penelitian,
pertukaran plasma nutfah, dan akses sumber genetik kelapa.
• Kebijakan pertanian kelapa berbasis masyarakat yang mencakup
pengembangan usaha tumpang sari dan berbasis pasar,
pengelompokan usaha kecil untuk ekonomi skala, serta keterlibatan

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 46
dokter tanaman dan hewan dalam menjaga kesehatan tanaman dan
hewan.
• Kebijakan pengolahan produk hilir kelapa guna memperkuat
konsumsi domestik dan daya saing global termasuk promosi
penggunaan minyak kelapa dalam industri sabun dan detergen,
implementasi campuran coconut methyl ester (CME) dalam bahan
bakar nabati (B2-B5), penegakan Undang-Undang Keamanan Pangan
Filipina tahun 2013, serta harmonisasi standar nasional dengan standar
internasional produk.
• Reformasi kelembagaan PCA yang mencakup peninjauan Piagam PCA
dan pembentukan CFIDP Program Management Office (CPMO), serta
kantor dan unit penting lainnya.
Pemerintah Filipina mendukung program -program tersebut dengan
menggunakan dana retribusi kelapa (coconut levy fund) yang mencapai miliaran
dolar Amerika. Retribusi ini diperkenalkan pada awal tahun 1970 -an dan
dikumpulkan dari para petani kelapa dengan penggunaan dana untuk
mendukung industri kelapa dan meningkatkan penghidupan mereka.
Filipina melaksanakan program Modernization of the Coconut Industry dengan
salah satu tujuan untuk meningkatkan kesetaraan hingga petani kelapa dan tetap
mempertahankan keberlanjutan lingkungan. Modernisasi industri kelapa
dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
1. Meningkatkan produktivitas pohon kelapa seperti penggunaan bibit kelapa
hibrida, penggunaan pupuk dan perawatan lahan yang lebih baik;
2. Memperluas tumpang sari ternak dan kelapa;
3. Meningkatkan diversifikasi produk turunan kelapa untuk memaksimalkan daya
guna dari tanaman kelapa; dan
4. Mengintegrasikan hilirisasi kelapa dengan produksi oleokimia dengan cara
menyamakan ketersediaan dan harga minyak kelapa dengan minyak inti sawit,
mendorong penggunaan minyak kelapa sawit di dalam negeri, dan
memberikan insentif kepada produsen oleokimia dari minyak kelapa , sesuai
misi untuk mengekspor 80 persen produksi turunan kelapa dan menggunakan
20 persen sisanya dalam negeri.
Tabel 2.2 meringkas fungsi beberapa lembaga di Filipina yang dilibatkan dalam
pengembangan industri kelapa untuk me njadi pembelajaran bagi Indonesia.

47 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Tabel 2.2 Pemetaan Fungsi Lembaga dalam Pengembangan Industri Kelapa
di Filipina
No. Lembaga Fungsi
1 Philippine Coconut
Authority (PCA)
PCA adalah satu -satunya lembaga pemerintah yang
bertanggung jawab mengembangkan industri kelapa
secara maksimal sesuai dengan visi baru, yaitu membangun
industri kelapa yang bersatu, kompetitif secara global, dan
efisien.
Mandat PCA dilaksanakan melalui berbagai program dan
proyek yang tersebar di seluruh wilayah negara, yang terbagi
menjadi tiga fokus utama:
• Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan
masyarakat rentan melalui proyek pengembangan
usaha KAANIB (tumpang sari kelapa dan
pengolahan kelapa skala rumah tangga/komunitas);
• Pertumbuhan ekonomi inklusif dan
berkelanjutan, mencakup inisiatif KAANIB,
pengembangan Coconut Hub, promosi investasi
dan pasar, penelitian dan pengembangan, serta
proyek pengembangan jalan penghubung antara
lahan pertanian dan pasar;
• Perlindungan lingkungan serta mitigasi dan
adaptasi terhadap perubahan iklim, termasuk
percepatan penanaman dan peremajaan kelapa,
pemeliharaan kebun benih kelapa, serta layanan
regulasi.
Selain itu, PCA juga menyediakan analisis kimia dan
mikrobiologi untuk produk serta hasil sampingan kelapa,
serta bertanggung jawab atas penerbitan izin ekspor dan
sertifikat pendaftaran bagi pengolah, pedagang, dan
eksportir.
2 Department of Science and
Technology (DOST)
- Terdapat tiga institusi di bawah naungan DOST yang
melakukan penelitian terkait kelapa, yaitu The Forest
Products Research and Development Institute (FPRDI),
Industrial Technology Development Institute
(ITDI), dan Food and Nutrition Research Institute (FNRI).
FPRDI fokus pada penelitian pemanfaatan kayu, sabut,
dan tempurung kelapa. ITDI melakukan penelitian
berbagai aspek pengolahan kelapa untuk kebutuhan
pangan dan industri. Sementara itu, FNRI meneliti isu-
isu nutrisi yang terkait dengan konsumsi kelapa.
- Program DOST-SETUP (Small Enterprises Technology
Upgrading Program) untuk UMKM mencakup: (1)
pendanaan awal untuk akuisisi teknologi, (2)
penyediaan dan peningkatan peralatan, (3) pelatihan
teknis dan layanan konsultasi, (4) dukungan
pengemasan dan desain label, (5) pengembangan
sistem informasi basis data, serta (6) dukungan dalam
menetapkan standar produk, pengujian, dan kalibrasi
peralatan.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 48
No. Lembaga Fungsi
3 Department of Trade and
Industry (DTI)
- Pengembangan produk dan pasar
- Bantuan pengemasan dan pelabelan
- Promosi investasi
- Pendirian Negosyo Centers untuk registrasi bisnis,
layanan konsultasi, dan informasi
- Program One Town One Product
- Program Fasilitas Bersama yang menyediakan mesin,
peralatan, dan keterampilan untuk UMKM
- Program pembiayaan DTI untuk UMKM
- Penyelenggaraan pameran perdagangan
- Perlindungan konsumen
4 Department of Agrarian
Reform (DAR)
- Penanganan isu tenurial dan distribusi lahan di bawah
the Comprehensive Agrarian Reform Program (CARP)
- Penyediaan layanan produksi dan dukungan lainnya
kepada penerima manfaat CARP
5 Department of Agriculture
(DA)
- Pengelolaan dan pelaksanaan program kelapa melalui
donor-funded (proyek khusus)
- Agricultural Training Institute (ATI) mengadakan
pelatihan sekolah bisnis pertanian dan pelatihan jangka
panjang untuk petani kelapa
- Agribusiness Market Assistance and Support Services
(AMAS) menyediakan bantuan penghubungan pasar
dan layanan dukungan pasar lainnya, termasuk
pameran perdagangan
- DA mendukung sertifikasi kebun kelapa sebagai
organik dan sesuai dengan Good Agricultural Practices
(GAP) melalui kerjasama dengan Food and Drug
Authority (FDA) dan DOST, serta mensubsidi biaya
sertifikasi selama tiga tahun.
6 PHilMech, DA Mengembangkan mesin ekstraksi air kelapa dan mesin
pasteurisasi
7 State Universities and
Colleges (SUCs):
- University of the
Philippines Los Banos
(UPLB)
- Leyte State University
(LSU)









- University of Southern
Mindanao (USM)
- Lainnya
- Penelitian dan pengembangan (R&D) terkait kelapa
serta beberapa layanan penyuluhan.



- The National Coconut Research Center (NCRC) di
Visayas, yang berlokasi di LSU, memimpin upaya R&D
kelapa di wilayah tersebut. Mandatnya adalah
menghasilkan dan menyebarkan teknologi yang sesuai
untuk meningkatkan pendapatan petani kelapa dan
kesejahteraan mereka secara keseluruhan. NCRC
memiliki empat fokus penelitian utama, yaitu: 1)
perbaikan varietas tanaman, 2) manajemen budidaya
dan tumpang sari, 3) pengolahan dan pemanfaatan, 4)
aspek sosial ekonomi dan penyuluhan.

49 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
No. Lembaga Fungsi
Private Sector
8 Philippine Coconut R and D
Foundation, Inc. (PCRDF)
PCRDF didirikan untuk memimpin penelitian dan
pengembangan (R&D) kelapa melalui penelitian, pelatihan
sumber daya manusia, dan transfer teknologi. PCRDF
menyediakan dana untuk penelitian dasar dan terapan
dalam produksi dan pemanfaatan kelapa, serta studi
mengenai aspek sosial ekonomi dan kebijakan dalam
industri kelapa.
9 United Coconut Planters
Bank-Coconut Industry
Investment Fund (UCPB -
ClIF)
UCPB-ClIF berfungsi sebagai sumber pendanaan penelitian
dari sektor swasta. Lembaga ini mengelola proyek-proyek
penghidupan dan memberikan beasiswa bagi anak -anak
petani kelapa. Selain itu, UCPB-ClIF juga dapat memberikan
kredit atau pinjaman kepada petani kelapa dan asosiasi
yang berencana melakukan kegiatan penambahan nilai
pada limbah sabut kelapa.
10 United Coconut Association
of the Philippines (UCAP)
UCAP melakukan penelitian terkait kelapa dan secara rutin
menerbitkan publikasi seperti Coconut Statistics tahunan,
Coconuts Today, dan UCAP Weekly Bulletin. Publikasi ini
menyajikan hasil penelitian, informasi tentang produksi
kelapa global dan situasi pasar, serta statistik terkini
mengenai harga internasional dan domestik serta volume
ekspor berbagai produk kelapa.
Lembaga Keuangan Layanan Keuangan Mikro
11 Land Bank of the
Philippines (LBP)
Saat ini, proyek The Agricultural Credit Support Project
sedang diimplementasikan untuk menyediakan pinjaman
produksi pertanian, jalur rediscounting, serta pinjaman
jangka pendek dan menengah. Proyek ini mengembangkan
pendekatan dan metodologi peminjaman baru yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik koperasi
petani kecil, serta mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
untuk keperluan produksi, modal kerja, akuisisi aset tetap,
dan layanan pinjaman mikro.
12 Development Bank of the
Philippines (DBP)
Agribusiness Development Program mencakup semua jenis
pinjaman pertanian, termasuk untuk produksi, pascapanen,
pengolahan, dan pemasaran, baik dalam skema pinjaman
ritel maupun relending melalui fasilitas grosir. Pinjaman ritel
untuk usaha mikro dan kecil mencakup baik usaha baru
maupun yang sudah ada, dengan batasan pinjaman
minimum sebesar PHP 300.000 dan tidak lebih dari PHP 10
juta.
13 Local Government Unit
(LGUs)
- Menyediakan soft loans untuk usaha berbasis
komunitas sebesar PHP 100.000
- Menawarkan layanan penyuluhan melalui teknisi
pertanian yang dipekerjakan oleh pemerintah daerah.
- Bertanggung jawab atas pembangunan dan
pemeliharaan jalan lokal atau pedesaan.
14 Philippine Ports Authority
(PPA)
- Mempermudah transaksi bisnis di pelabuhan.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 50
No. Lembaga Fungsi
- Bertanggung jawab atas perencanaan dan
pengembangan pelabuhan di negara tersebut.
15 Department of Public Works
and Highways (DPWH)
- Perencanaan infrastruktur, termasuk jalan nasional,
jembatan, pengendalian banjir, proyek sumber daya air,
dan pekerjaan umum lainnya
- Perancangan, konstruksi, dan pemeliharaan jalan
nasional, jembatan, dan sistem pengendalian banjir
utama.
Sumber: Philippine Coconut Industry Roadmap 2021-2040
2.2. INDIA
Sebagai salah satu produsen terbesar dan konsumen domestik kelapa terbesar di
dunia, India menonjol dalam pengorganisasian ekonomi pedesaan sehingga
mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan dari kelapa.
India juga dikenal karena program pengembangan dan praktik budidaya kelapa
yang baik. Petani kelapa di India telah mengadopsi praktik GAP dengan
bimbingan Coconut Development Board (CDB), termasuk penerapan irigasi tetes
yang efisien dan pemanfaatan internet of things (IoT) untuk meningkatkan
produktivitas pertanian kelapa. Pemerintah India melalui CDB sedang
melaksanakan program -program utama seperti pendirian kios/titik kelapa dan
kebun pembibitan kelapa, pengembangan teknologi kelapa, serta pelatihan
keterampilan khusus dalam memanjat pohon kelapa dan perlindungan tanaman
dengan program "friends of coconut tree".
Keberhasilan pengembangan kelapa di India didukung oleh institusi pemerintah
seperti CDB dan Coir Board, yang berperan dalam desentralisasi program
pengembangan kelapa. CDB yang dikoordinasikan oleh Kementerian Usaha Kecil
dan Menengah India menjadi penanggung jawab utama dalam pengembangan
kelapa. Pada tingkatan petani, CDB juga mendorong pembentukan Farmer
Producers Organization (FPO) yang terdiri dari Coconut Producers Society (CPS),
Coconut Producers Federation (CPF), dan Coconut Producers Company (CPC). FPO
diberikan status hukum melalui registrasi.
CPS merupakan unit FPO skala kecil yang terdiri dari 40-100 petani kelapa di area
terdekat, dengan setidaknya 4.000 -5.000 pohon kelapa yang dimiliki secara
bersama. Mereka berkontribusi pada organisasi dengan ekuitas dan berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya,
pemasaran bersama, pengolahan, dan diversifikasi produk. Beberapa CPS
bergabung untuk membentuk CPF dengan tujuan untuk meningkatkan
pendapatan, membangun merek, mengembangkan pasar, dan diversifikasi
produk. Penggabungan beberapa CPF akan membentuk CPC yang dimiliki
sepenuhnya oleh petani. FPO kelapa memiliki lebih dari 700 ribu anggota petani
dengan rata-rata 97 petani per CPS dan rata-rata luas area 42,6 hektar. Sampai
Desember 2023, terdapat 9.790 CPS, 747 CPF, dan 73 CPC.

51 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Pentingnya pengorganisasian petani melalui FPO adalah bahwa penyaluran
bantuan pemerintah dapat lebih efektif dalam mendukung peningkatan daya
saing petani serta percepatan transformasi sosial dan ekonomi di pedesaan. Hal
tersebut tercermin dalam penurunan migrasi, pengangguran, kemiskinan, dan
ketidaksetaraan gender, serta dalam perbaikan harga jual, penurunan harga input,
akses kredit yang lebih baik, dan peningkatan pendapatan pertanian.
Melalui Coir Board, India juga berhasil menjadi negara pemimpin dalam
pengembangan produk olahan sabut kelapa, yang menguasai pasar global
dengan 14 jenis produk turunannya. Pada April 2022 -Maret 2023, India
menghasilkan devisa sebesar US$480,69 juta dari produk turunan sabut kelapa.
Keberhasilan ini didukung program-program pengembangan industri sabut yang
digulirkan Coir Board diantaranya:
1. Skema Bantuan Keuangan
a. Skema Coir Udyami Yojana yang merupakan skema subsidi kredit dari
Pemerintah India untuk pendirian unit coir. Skema ini memberikan dana
padanan sebesar 40 persen dari biaya proyek, dengan 55 persen
pinjaman dari Bank, dan 5 persen kontribusi penerima manfaat.
Maksimum subsidi adalah Rs.1 juta ditambah modal kerja yang tidak
boleh melebihi 25 persen dari biaya proyek. Skema ini diatur oleh
Undang-Undang Pendaftaran Masyarakat 1860 Production Co-Operative
Societies.
b. Skema untuk Pengembangan Infrastruktur Produksi yang menyediakan
bantuan keuangan hingga 25 persen dari biaya peralatan dan
infrastruktur untuk pendirian dan modernisasi unit pengolahan sabut
kelapa. Batas subsidi ditentukan berdasarkan unit pengolahan
(pengupasan, pemintalan otomatis, dan lain-lain).
c. Peningkatan Keahlian dan Mahila Coir Yojana (MCY) yang mencakup
pengembangan kewirausahaan, literasi, lokakarya, seminar, dan studi
banding untuk menarik minat pengusaha dalam memulai unit
pengolahan sabut kelapa. Coir Board juga melatih tenaga kerja terampil
yang dibutuhkan untuk industri tersebut melalui pelatihan produk
bernilai tambah. Coir Board juga menyelenggarakan pelatihan untuk
perajin perempuan di pedesaan melalui skema MCY yang mencakup
pemintalan benang sabut kelapa dan aktivitas pengolahan lainnya.
2. Skema peningkatan teknologi industri sabut kelapa yang bertujuan untuk
memperluas hasil penelitian di tingkat laboratorium agar dapat
diaplikasikan di lapangan dan memperluas fasilitas pengujian dan layanan.
3. Promosi pasar ekspor melalui berbagai cara, termasuk fasilitasi delegasi,
partisipasi dalam seminar dan konferensi, pameran internasional, promosi
ke luar negeri, bantuan keuangan kepada UMKM dan eksportir, serta
penghargaan industri sabut kelapa di berbagai bidang.
4. Promosi pasar domestik melalui pembukaan showroom, depot penjualan,
dan partisipasi dalam pameran domestik.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 52
5. Layanan pendukung perdagangan dan industri dalam bentuk penyediaan
data ekspor gratis termasuk nama negara tujuan dan volume ekspor. Coir
Board juga menawarkan laporan survei dan studi untuk industri sabut
kelapa, serta program pengembangan sumber daya manusia bagi pekerja
untuk meningkatkan pengetahuan mereka sejalan dengan teknologi
modern.
6. Dukungan kesejahteraan untuk menyediakan asuransi kecelakaan
(kematian dan cacat) dengan perlindungan selama satu tahun yang dapat
diperpanjang setiap tahunnya.
2.3. SRI LANKA
Indonesia dapat mengambil pembelajaran dari Sri Lanka tentang pengolahan
produk kelapa dan penanganan kelapa melalui kelembagaan khusus. Sri Lanka,
sebagai produsen kelapa, memiliki konsumsi domestik tinggi dan volume ekspor
yang besar. Pada tahun 2023, Sri Lanka mengirimkan 39 jenis produk turunan
kelapa ke pasar global, dengan nilai ekspor mencapai US$817 juta. Meskipun luas
area kelapanya hanya sekitar 444 ribu hektar, produksi kelapa mencapai 617 ribu
ton per tahun, atau dengan produktivitas sekitar 1,4 ton/hektar. Sekitar 60 persen
kelapa dan produk turunannya dikonsumsi secara domestik.
Keberhasilan Sri Lanka dalam industri kelapa didukung oleh peran aktif
pemerintah. Dengan membentuk Coconut Development Authority (CDA),
Coconut Cultivation Board (CCB), dan Coconut Research Institute (CRI),
pemerintah Sri Lanka telah mengoordinasikan upaya -upaya pengembangan
kelapa dari hulu ke hilir, termasuk kebijakan dan program -program untuk
meningkatkan produksi dan pengolahan produk kelapa diantaranya:
1. kebijakan produksi benih dan bahan tanam;
2. kebijakan pengendalian fragmentasi lahan kelapa;
3. kebijakan kepemilikan tanah dimana luas kepemilikan lahan individu
dibatasi maksimum 50 acre atau sekitar 20 hektar;
4. pengendalian penebangan pohon bertujuan untuk mengendalikan
penebangan pohon kelapa ;
5. kebijakan subsidi untuk penanaman baru/penanaman kembali, serta kebun
di rumah (home gardening);
6. kebijakan harga dimana pemerintah menetapkan tarif untuk
mengendalikan impor minyak pengganti (minyak nabati impor di Sri Lanka
sudah masuk dalam kategori komoditas khusus dan dikenakan retribusi
komoditas khusus);
7. kebijakan mendorong ekspor sekaligus meminimalisir hambatan ekspor
produk kelapa. Beberapa biaya seperti Skema Subsidi Ekspor Komoditi
(CESS) diberikan untuk mengembangkan ekspor produk kelapa ;
8. program penelitian dan pengembangan kelapa yang ditujukan untuk:
a. meningkatkan produksi kelapa dan produktivitas lahan melalui
perbaikan genetik;

53 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
b. meningkatkan produksi kelapa dan produktivitas lahan melalui adaptasi
terhadap perubahan iklim, dan praktek agronomi/peternakan;
c. meningkatkan produksi kelapa dan produktivitas lahan melalui
pengelolaan hama/penyakit;
d. meningkatkan pendapatan industri berbasis kelapa melalui
penambahan nilai;
e. memperkuat pengetahuan mengenai manfaat minyak kelapa bagi
kesehatan melalui studi klinis; dan
f. meningkatkan pendapatan nasional melalui peningkatan daya saing
industri kelapa secara global.
2.4. THAILAND
Indonesia dapat mempelajari keunggulan Thailand dalam meningkatkan nilai
tambah produk kelapa melalui pengolahan yang inovatif. Salah satu contoh yang
disoroti oleh Presiden Jokowi adalah hilirisasi produk kelapa muda di Thailand,
yang dipasarkan dalam kemasan menarik "Coco Thumb," sehingga meningkatkan
nilai tambah dan daya tarik pasar. Selain itu, inovasi Thailand dalam pengelolaan
perkebunan kelapa dengan menggunakan sistem parit telah meningkatkan
efisiensi produksi dan menjadikannya rujukan internasional.
Thailand telah membangun reputasi sebagai salah satu pemain utama di pasar
kelapa global, meskipun luas areal perkebunan kelapanya tidak begitu besar.
Produk turunan kelapa dari Thailand tersebar luas di berbagai negara dan nilai
ekspor yang cukup signifikan. Pertumbuhan sektor kelapa di Thailand
berlangsung pesat berkat sinergi antara petani, industri, dan pemerintah.
Pemerintah Thailand, melalui Horticulture Research Institute (HRI) di bawah
Kementerian Pertanian dan Koperasi, secara aktif mendukung petan i dan industri
dalam menghadapi tantangan di seluruh rantai pasok kelapa, mulai dari hulu
hingga hilir. Salah satu produk unggulan Thailand yang dikenal di pasar global
adalah kelapa pandan wangi, dengan volume perdagangan melebihi 450 ribu ton
dan menghasilkan devisa lebih dari US$280 juta dan merupakan hasil kerjasama
erat antara petani, pemerintah, dan industri.
Beberapa program untuk pengembangan sektor kelapa di Thailand yang dapat
menjadi rujukan, antara lain:
1. perbaikan efisiensi produksi kelapa melalui promosi penanaman kembali
kelapa yang sudah tua dengan varietas hibrida, pembibitan kelapa untuk
industri dan kelapa muda, serta pelatihan proyek pertanian organik
regeneratif untuk petani kelapa;
2. peningkatan efisiensi penanganan hama dan penyakit kelapa ;
3. peningkatan diversifikasi produk turunan kelapa;
4. pengembangan pasar yang didukung fasilitas untuk promosi perdagangan;
5. perluasan pengembangan dan transfer teknologi; dan

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 54
6. hilirisasi dan inovasi, serta fokus pada peningkatan kualitas dan branding
produk dalam rangka meningkatkan nilai tambah industri kelapa.
Berdasarkan pembelajaran dari negara lain, pengorganisasian rantai pasok yang
integrasi antara hulu dan hilir perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kinerja
hilirisasi kelapa di Indonesia. Langkah-langkah penting yang dapat diadopsi di
Indonesia meliputi penggunaan varietas kelapa unggul, inovasi dalam teknologi
perbanyakan bibit dan budidaya, manajemen perkebunan yang efisien,
standardisasi kualitas produk, diversifikasi produk, penarikan investasi, dukungan
kebijakan, akses ke pembiayaan, regenerasi petani, peningkatan kapasitas SDM,
perlindungan lahan, infrastruktur, serta dukungan tata niaga dan logistik yang
memadai.

55 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 56
PETA JALAN HILIRISASI KELAPA
3.1. VISI DAN SASARAN
Dalam rangka mendukung pencapaian Visi Indonesia Emas 2045, meningkatkan
industrialisasi sebagai penggerak transformasi dan mengoptimalkan sumber daya
alam untuk menciptakan kesejahteraan yang inklusif dan berkelanjutan di
Indonesia, maka hilirisasi kelapa dalam periode 2025-2045 diarahkan untuk
mewujudkan:
Visi Hilirisasi Kelapa 2045
Indonesia sebagai pemimpin global dalam hilirisasi kelapa dan turunannya
Pencapaian visi tersebut ditunjukkan oleh beberapa sasaran strategis yaitu:
Sasaran Hilirisasi Kelapa 2045
1. Meningkatnya produksi dan produktivitas kelapa , yang diukur dengan
indikator*:
13

a. Volume produksi kelapa meningkat dari 2,9 juta ton setara kopra menjadi
6 juta ton setara kopra, atau dari 15,1 miliar butir kelapa menjadi 32,1 miliar
butir kelapa;
b. Produktivitas kelapa meningkat dari 1,1 ton setara kopra/ha menjadi 1,78 ton
setara kopra/ha;
c. Proporsi luas tanaman menghasilkan meningkat dari 76,5 persen menjadi
97 persen;
2. Meningkatnya diversifikasi produk turunan kelapa , yang diukur dengan
indikator**:
a. Minimal 96 persen kelapa bulat dipasok untuk kebutuhan hilirisasi di
dalam negeri;
b. Pertumbuhan nilai tambah produk olahan kelapa (CAGR) meningkat
menjadi 6,8 persen;
c. Utilisasi industri meningkat dari 45-55 persen menjadi 85 persen;


* Perhitungan target luas lahan kelapa, produksi, dan luas tanaman menghasilkan didasarkan pada Statistik Perkebunan
Jilid I 2022-2024. Perhitungan target produktivitas diperoleh dari data produksi dibagi dengan luas tanaman
menghasilkan. Perhitungan target proporsi luas tanaman menghasilkan sebesar 97 persen ditentukan berdasarkan
target kemampuan Indonesia untuk mengelola luas tanaman kelapa yang membutuhkan peremajaan dan menambah
investasi kebun kelapa baru.
** Perhitungan target minimal 96 persen kelapa bulat dipasok untuk industri di dalam negeri didasarkan pada data ICC
tentang proporsi kelapa bulat yang di ekspor saat ini yaitu sekitar 4,4 persen yang disesuaikan dengan kemampuan
Indonesia mengendalikan ekspo r kelapa bulat dan menindak ekspor ilegal kelapa bulat. Proyeksi target pertumbuhan
nilai tambah produk olahan kelapa sebesar 6,8 persen diperoleh sebagai proxy yang didasarkan pada kinerja peningkatan
nilai ekspor terbaik. Proyeksi target utilisasi industri dihitung dari data utilisasi industri dari Kementerian Perindustrian.

57 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
3. Meningkatnya konsumsi domestik dan daya saing ekspor, yang diukur
dengan indikator***:
14

a. Peningkatan aplikasi kelapa di berbagai bidang di dalam negeri;
b. Kontribusi ekspor produk olahan kelapa asal Indonesia meningkat masing-
masing masuk dalam 10 besar dunia;
c. Nilai ekspor kelapa dan produk turunannya meningkat 10 kali lipat dalam
20 tahun;
4. Meningkatnya dukungan ekosistem pemampu hilirisasi kelapa , yang diukur
dengan indikator:
a. Kelembagaan terkait hilirisasi kelapa dikelola secara terintegrasi;
b. Pendanaan untuk mendukung hilirisasi kelapa terjangkau dan kompetitif ;
c. Komersialisasi riset dan inovasi untuk mendukung hilirisasi kelapa
meningkat;
d. Kontribusi kelapa sebagai nature-based solution meningkat, termasuk
melalui kontribusi produktivitas lahan untuk ketahanan ekonomi dan
lingkungan.
Sasaran produktivitas, produksi dan utilisasi industri dalam periode 2022-2045
diuraikan secara lebih detail pada Tabel 3.1. Asumsi pertumbuhan produksi lebih
tinggi (Compound Average Growth Rate /CAGR 3,18 persen) dibandingkan dengan
asumsi pertumbuhan area kebun kelapa (CAGR 0,21 persen) sehingga diperlukan
peningkatan produktivitas dengan CAGR 1,95 persen.
Pertumbuhan luas lahan tidak menjadi target utama mengingat potensi untuk
peningkatan produktivitas di area kebun kelapa yang ada masih cukup tinggi dan
dengan mempertimbangkan adanya kompetisi penggunaan lahan, baik untuk
tujuan konservasi, pertanian komoditas lain, dan penggun aan lainnya. Fokus
kepada peningkatan produktivitas juga menjadi kunci untuk peningkatan
pasokan bahan baku kelapa yang dibutuhkan untuk meningkatkan utilisasi
industri.
Tabel 3.1 Sasaran, Produktivitas, Produksi, dan Utilisasi Kelapa
Sasaran 2022 2029 2034 2039 2045
Produktivitas
Produktivitas
(Ton/Ha)
1,12 1,21 1,36 1,55 1,78
Pertumbuhan (%)

8,1 12,2 14,0 15,0
Luas Lahan
Luas lahan (Ha) 3.340.840 3.374.917 3.412.041 3.459.809 3.515.166
Pertumbuhan (%) 1,02 1,10 1,40 1,60

*** Target kontribusi ekspor produk olahan kelapa asal Indonesia masuk dalam 10 besar dunia didasarkan pada
pangsa pasar ekspor (nilai ekspor) produk kelapa dan olahan kelapa asal Indonesia yang bersumber dari ICC.
Target nilai ekspor kelapa dan produk turunannya diproyeksikan dari data ICC.
14

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 58
Sasaran 2022 2029 2034 2039 2045
Tanaman Menghasilkan
Proporsi luasan
(%)
76 80 85 91 97
Produksi
Volume produksi
(Ton setara kopra)
2.867.054 3.274.700 3.946.795 4.884.384 6.083.194
Volume produksi
dalam butir
15.126.576.904 17.277.319.550 20.823.288.539 25.770.010.169 32.094.933.500
Pertumbuhan (%) 14,2 20,5 23,8 24,5
Utilisasi
Utilisasi industri
(%)
45 55 65 75 85
Keterangan:
1. Perhitungan target luas lahan kelapa, produksi, dan luas tanaman menghasilkan
didasarkan pada Statistik Perkebunan Jilid I 2022-2024
2. Perhitungan target produktivitas diperoleh dari data produksi dibagi dengan luas tanaman
menghasilkan
3. Perhitungan target utilisasi industri didasarkan pada data Kementerian Perindustrian
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, dan ICC
(diolah)
3.2. MISI DAN STRATEGI
Berbagai upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi Hilirisasi Kelapa
2045 diarahkan melalui Misi dan Strategi sebagai berikut:
1. Misi peningkatan produktivitas kelapa, yang dilaksanakan melalui strategi:
a. Penguatan produksi dan persebaran bibit unggul;
b. Perluasan peremajaan kelapa tua dan rusak;
c. Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) dan pertanian regeneratif;
d. Peningkatan kualitas dan efisiensi penanganan pascapanen ;
e. Perluasan penerapan tumpang sari;
f. Penguatan struktur dan manajemen lembaga petani;
g. Penjaminan penghidupan petani ;
2. Misi peningkatan inovasi dan diversifikasi produk turunan kelapa , yang
dilaksanakan melalui strategi:
a. Perbaikan kebijakan dan penegakan hukum untuk mendukung integrasi
rantai pasok industri kelapa;
b. Peningkatan produktivitas, utilisasi dan diversifikasi industri produk
turunan kelapa;
c. Peningkatan sentra industri kecil dan menengah (IKM) pengolahan kelapa;
d. Peningkatan investasi industri kelapa terintegrasi;
e. Peningkatan penerapan bioekonomi dan ekonomi sirkular kelapa;

59 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
3. Misi peningkatan konsumsi kelapa dan produk turunan di dalam negeri
dan daya saing ekspor, yang dilaksanakan melalui strategi:
a. Peningkatan efisiensi rantai pasok di dalam negeri, yang didukung efisiensi
logistik;
b. Peningkatan jaminan kualitas;
c. Peningkatan literasi konsumen di dalam dan luar negeri terkait
penggunaan dan ragam produk turunan kelapa ;
d. Perluasan pasar ekspor produk turunan kelapa;
4. Misi penguatan tata Kelola perkelapaan dan ekosistem pemampu , yang
dilaksanakan melalui strategi:
a. Penguatan data perkelapaan;
b. Penguatan kelembagaan perkelapaan, termasuk Badan Pengelola Dana
Perkebunan;
c. Penguatan riset dan inovasi untuk hilirisasi kelapa;
d. Meningkatkan kontribusi kelapa menjadi nature-based solution untuk
adaptasi perubahan iklim.
3.3. TAHAPAN PELAKSANAAN
Keempat misi hilirisasi kelapa dan strategi pelaksanaannya akan mengarahkan
hilirisasi kelapa sampai tahun 2045 melalui empat tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Penguatan Pondasi Peningkatan Hilirisasi Kelapa (2025 -2029), yang
difokuskan pada:
a. Peningkatan produktivitas: penerapan praktik pertanian yang baik dan
regeneratif, percepatan peremajaan tanaman kelapa, peningkatan
produksi dan penggunaan benih dengan produktivitas tinggi sesuai
kebutuhan pengolahan, peningkatan kapasitas dan organisasi petani, dan
perluasan penerapan tumpang sari;
b. Peningkatan utilisasi dan diversifikasi pengolahan: peningkatan utilisasi
industri yang didukung rantai pasok yang kuat, pengendalian ekspor
kelapa bulat, peningkatan investasi industri pengolahan kelapa
terintegrasi, peningkatan kemitraan industri, adopsi teknologi, dan
penerapan praktik berkelanjutan dan sirkular;
c. Penguatan pasar di dalam negeri dan perluasan ekspor : literasi
konsumen domestik, penguatan ketelusuran produk dan jaminan kualitas,
peningkatan efisiensi logistik, dan perluasan ekspor;
d. Penguatan ekosistem: harmonisasi regulasi, pendanaan kelapa,
peningkatan riset dan inovasi untuk mendukung manfaat dan
penggunaan kelapa lebih luas, peningkatan infrastruktur, perbaikan data,
penerapan digitalisasi dan peningkatan ketahanan iklim dan bencana;

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 60
2. Tahap Peningkatan Diversifikasi Berbasis Inovasi (2030-2034), yang akan
difokuskan pada:
a. Peningkatan produktivitas: penerapan praktik pertanian presisi dan
regeneratif, percepatan peremajaan tanaman kelapa untuk peningkatan
pengelolaan tanaman menghasilkan, peningkatan produksi dan
penggunaan benih dengan produktivitas tinggi sesuai kebutuhan
pengolahan, peningkatan kapasitas dan organisasi petani, dan perluasan
penerapan tumpang sari;
b. Peningkatan utilisasi dan diversifikasi pengolahan: peningkatan utilisasi
industri yang didukung rantai pasok yang kuat, perluasan kerja sama
industri-lembaga riset-pemerintah untuk komersialisasi teknologi oleh
industri untuk produk bernilai tambah tinggi, peningkatan investasi
industri pengolahan kelapa terintegrasi, penguatan start-up industri
berbasis olahan kelapa bernilai tambah tinggi, pengendalian ekspor kelapa
bulat, peningkatan kemitraan industri, dan penerapan praktik
berkelanjutan dan sirkular;
c. Penguatan pasar di dalam negeri dan perluasan ekspor : literasi
konsumen domestik, penguatan ketelusuran produk dan jaminan kualitas,
peningkatan efisiensi logistik, perluasan ekspor, dan penguatan branding;
d. Penguatan ekosistem : penguatan kelembagaan , pendanaan hilirisasi
kelapa, peningkatan investasi riset dan inovasi untuk mendukung
diversifikasi dan aplikasi teknologi dalam 10 tahun mendatang ,
peningkatan kualitas infrastruktur, perluasan pemanfaatan data,
peningkatan kualitas hasil dari penerapan digitalisasi, dan peningkatan
ketahanan iklim dan bencana;
3. Tahap Perluasan Pasar Global (2035-2039), yang akan difokuskan pada:
a. Peningkatan produktivitas: perluasan pertanian presisi dan regeneratif,
peningkatan pengelolaan tanaman menghasilkan, peningkatan produksi
dan penggunaan benih dengan produktivitas tinggi sesuai kebutuhan
pengolahan, peningkatan kapasitas dan organisasi petani, dan perluasan
penerapan tumpang sari canggih;
b. Peningkatan utilisasi dan diversifikasi pengolahan: peningkatan utilisasi
industri yang didukung rantai pasok yang kuat dan kerja sama produksi
global, penguatan kerja sama industri-lembaga riset-pemerintah untuk
perluasan komersialisasi teknologi oleh industri untuk produk bernilai
tambah tinggi, peningk atan investasi industri pengolahan kelapa
terintegrasi, penguatan start-up industri berbasis olahan kelapa bernilai
tambah tinggi, pengendalian ekspor kelapa bulat, peningkatan kemitraan
industri, dan penerapan praktik berkelanjutan dan sirkular;
c. Penguatan pasar di dalam negeri dan perluasan ekspor : penguatan
konsumsi domestik, penguatan pangsa pasar produk -produk turunan
kelapa di pasar global, perluasan ekspor, penguatan ketelusuran produk

61 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
dan jaminan kualitas, peningkatan efisiensi logistik, serta penguatan
branding dan merek global;
d. Penguatan ekosistem : penguatan kelembagaan, perluasan pendanaan
hilirisasi dan ekspor kelapa dan turunannya, penguatan investasi riset dan
inovasi untuk mendukung diversifikasi dan aplikasi teknologi dalam 10
tahun mendatang, peningkatan kualitas infrastruktur, perluasan
pemanfaatan data, penerapan teknologi digitalisasi baru, dan peningkatan
ketahanan iklim dan bencana;
4. Tahap Pengembangan Jalur Pertumbuhan Baru (2040-2045), yang akan
difokuskan pada:
a. Peningkatan produktivitas: perluasan pertanian presisi dan regeneratif,
peningkatan pengelolaan tanaman menghasilkan, peningkatan produksi
dan penggunaan benih dengan produktivitas tinggi sesuai kebutuhan
pengolahan, peningkatan kapasitas dan organisasi petani, dan perluasan
penerapan tumpang sari canggih;
b. Peningkatan utilisasi dan diversifikasi pengolahan: peningkatan utilisasi
industri yang didukung rantai pasok yang kuat dan kerja sama produksi
global, penerapan teknologi baru industri untuk produk bernilai tambah
tinggi, peningkatan investasi industri pengolahan kelapa terintegrasi,
penguatan industri hilir yang mengaplikasikan turunan kelapa,
pengendalian ekspor kelapa bulat, peningkatan kemitraan industri, dan
penerapan praktik berkelanjutan dan sirkular;
c. Penguatan pasar di dalam negeri dan perluasan ekspor : penguatan
konsumsi domestik, penguatan pangsa pasar produk -produk turunan
kelapa di pasar global, perluasan ekspor, investasi industri pengolahan
kelapa di luar negeri berbahan baku produk dalam negeri, penguatan
ketelusuran produk dan jaminan kualitas, peningkatan efisiensi logistik,
serta penguatan branding dan merek global;
d. Penguatan ekosistem : penguatan kelembagaan, perluasan pendanaan
hilirisasi dan ekspor kelapa dan turunannya, penguatan investasi riset dan
inovasi untuk mendukung diversifikasi dan aplikasi teknologi dalam 10
tahun mendatang, peningkatan kualitas infrastruktur, penerapan
teknologi digitalisasi baru, dan peningkatan ketahanan iklim dan bencana;
Dengan mempertimbangkan permintaan pasar serta perkembangan riset dan
inovasi secara global, rekomendasi awal mengenai produk turunan kelapa yang
dapat dihasilkan sesuai dengan tahap-tahapan hilirisasi kelapa ditampilkan pada
Gambar 3.1. Rekomendasi tersebut mencakup peningkatan produktivitas dan daya
saing dari produk turunan kelapa yang sudah ada, dan peningkatan diversifikasi
produk turunan kelapa yang baru. Pemutakhiran peta pengembangan produk
turunan kelapa dapat terus dilakukan sesuai dengan perkembangan kemampuan
industri, riset dan inovasi, serta permintaan pasar.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 62
Peta Jalan Hilirisasi Kelapa mencakup rencana aksi untuk pelaksanaan pada tahap
pertama, yang difokuskan pada penguatan pondasi peningkatan hilirisasi kelapa.
Rencana aksi menguraikan masing -masing strategi dari setiap misi hilirisasi
kelapa. Untuk rencana aksi pada tahapan berikutnya akan disusun satu tahun
sebelum pelaksanaan rencana aksi pada tahap pelaksanaan yang kedua, ketiga,
dan keempat yang didasarkan pada hasil monitoring dan evaluasi serta tema dari
masing-masing tahap.

63 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045

Gambar 3.1 Rekomendasi Produk Berbasis Daging, Sabut, dan Nira Kelapa

DagingKelapa
2025-2029 2030-2034 2035-2039 2040-2045
SabutKelapa
Nira Kelapa
Gula kelapa(cair, bubuk, sirop, dan madu)
MCT
Santandan turunannya
(yoghurt, protein, low fat desiccated coconut, santanpasteurisasi, skim milk, tepungsantan, santanpasta, dan minyakkelapa)
Coir geotextile/cocomesh
Coir board untukotomotif
Minyakkelapa
Bahanbakarnabati(bioavtur, biodiesel, bioethanol, dll)
Fatty acid, methyl esters, fatty alcohol, dan glycerin
Genteng
VCO
Kasur
Insulator
Kulitvegan
Kecapkelapa(pencampurkecap)
Cocopeat (media tanamdan pupukcair)
High fat desiccated coconutdan turunannya(tepungkelapa, coconut chips, coconut flakes, santan)

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 64

Gambar 3.2 Rekomendasi Produk Berbasis Air, Tempurung, dan Bagian Kelapa Lainnya


Air Kelapa
2025-2029 2030-2034 2035-2039 2040-2045
Temprung
Kelapa
Bagian Kelapa
Lainnya
Pakanternak
Minumandarikelapadan coconut water powder
Briketshisha
Nata de coco
Bioleather, kertasselulosanata de coco, wound patch
Pellet briket
Furniturdan kerajinan
Karbon aktifdan turunannya(graphene, cat anti radar, dll)
Biocoating
Coco vinegar
Asap cair(pangan, pestisida, penggumpalkaret, pengawetikan, dll)
Rangkaspeaker
Pupuktanaman
Bahanbangunan
Obatdariakarkelapa

65 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
3.4. RENCANA AKSI
Tabel 3.2 Strategi, Rencana Aksi, Target Akumulatif, Pelaksanaan, dan Lembaga
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Misi 1: Peningkatan Produktivitas Kelapa
1. Penguatan produksi
dan persebaran bibit
unggul
Pengembangan benih varietas
kelapa unggul sesuai karakteristik
wilayah dan kebutuhan industri
3 varietas kelapa unggul
baru sesuai karakteristik
wilayah dan kebutuhan
industri
2025-2029 Kementerian Pertanian
Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN)
Badan Pengelola Dana
Perkebunan (BPDP)
Pengembangan kelapa hibrida 20 persen dari produksi
benih kelapa nasional
2025-2029 Kementerian Pertanian
Swasta
BPDP
Pembangunan kebun sumber
benih, termasuk yang didukung
melalui kerja sama dengan swasta
20 kebun sumber benih
baru
2025-2029 Kementerian Pertanian
BRIN
Pemda
BPDP
Pemeliharaan kebun sumber
benih
47 kebun sumber benih 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Penetapan kebun sumber benih 20 kebun sumber benih 2025-2029 Kementerian Pertanian
Evaluasi kelayakan kebun sumber
benih
20 kebun sumber benih 2025-2029 Kementerian Pertanian
Dukungan operasional untuk
nursery
31 nursery 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Pengembangan kerja sama
dengan swasta
20 kebun sumber benih 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 66
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Swasta
BPDP
Standardisasi proses perbenihan
kelapa
1 standar 2025-2029 Kementerian Pertanian
Sertifikasi benih kelapa 60 juta benih 2025-2029 Kementerian Pertanian
BPDP
Pengendalian distribusi benih
tidak bersertifikat
1 kebijakan 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Peremajaan tanaman sumber
benih kelapa
10% luas areal produksi
benih
2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
BPDP
Peningkatan kapasitas unit
penghasil benih penanda, benih
sumber, dan benih sebar
47 unit 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
BPDP
Perluasan distribusi dan
pemasaran benih kelapa
bersertifikat
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Pemutakhiran dan peningkatan
pemanfaatan website E-benih
1 website 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Peningkatan kemudahan
memperoleh bibit bermutu
1 basis data penangkar dan
informasi ketersediaan
benih
2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta

67 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
2. Peningkatan
peremajaan kelapa
tua dan rusak
Peremajaan kelapa tua dan rusak
dengan varietas kelapa unggul
160.000 hektar 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
BPDP
Penyediaan bibit unggul 16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
BPDP
Peningkatan akses permodalan
untuk peremajaan kelapa tua dan
rusak
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Swasta
BPDP
3. Penerapan Good
Agriculture Practices
(GAP) dan pertanian
regeneratif
Pelatihan dan pendampingan GAP
yang didukung penyediaan akses
informasi pelatihan dan
pendampingan secara digital
16 provinsi (10.000 kebun
rakyat)
2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian
Ketenagakerjaan (BLK)
BRIN
Pemda
BPDP
Swasta
Pengembangan demplot
penerapan GAP sebagai tolak ukur
praktik GAP pertanian kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
BRIN
Pemda
Swasta
Peningkatan pemupukan
berkelanjutan termasuk aplikasi
pupuk organik
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Penerapan praktik pengairan yang
ramah lingkungan dan didukung
teknologi maju
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 68
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Rakyat (PUPR)
Pemda
Swasta
Penerapan praktik pencegahan
Hama Penyakit Tanaman (HPT)
yang ramah lingkungan

35 provinsi
2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Peningkatan akses ke input dan
sarana prasarana pertanian, serta
teknologi tepat guna
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
BPDP
Peningkatan kesuburan tanah,
ketahanan iklim, dan ketahanan
bencana
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian PUPR
Kementerian LHK
BRIN
Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika
(BMKG)
Pemda
Swasta
Pengembangan demplot
penerapan praktik budidaya
berkelanjutan
16 demplot di 16 Provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Peningkatan efisiensi panen yang
didukung penerapan teknologi
tepat guna
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Pendampingan pelatihan tenaga
pemanen kelapa
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta

69 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
4. Peningkatan
kualitas dan efisiensi
penanganan
pascapanen
Perbaikan praktik pasca panen
untuk mendukung pemenuhan
rantai pasok hilirisasi kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Pengembangan sistem
traceability kelapa yang didukung
digitalisasi
1 sistem 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Penyediaan fasilitas pengolahan
pertama pasca panen untuk
mengurangi biaya logistik dan
meningkatkan pendapatan petani
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta

Penerapan sistem just in time
pemenuhan permintaan pasar
untuk mengurangi biaya inventaris
dan kerugian pasca panen
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
5. Perluasan
penerapan tumpang
sari
Penerapan dan pendampingan
pertanian tumpang sari melalui
integrasi dengan tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan,
unggas, dan ternak lainnya
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
BRIN
Pemda
Swasta
Fasilitas akses sarana produksi
pertanian untuk mendukung
tumpang sari berbasis kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Fasilitasi offtaker untuk komoditas
tumpang sari berbasis kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 70
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
6. Penguatan struktur
dan manajemen
lembaga petani
Pengembangan organisasi petani
dalam tiga tingkatan pembagian
peran sebagai bagian dari rantai
pasok yaitu budidaya, pengumpul,
dan pengolah
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
BPDP
Pemda
Swasta
Peningkatan kapasitas organisasi
petani kelapa melalui
pembentukan koperasi/BUMDesa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian DPDTT
Pemda
Pembinaan petani muda yang
difasilitasi organisasi petani kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Penyusunan rencana
pemutakhiran panduan budidaya
kelapa
1 dokumen 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pengembangan skema
pembiayaan bagi organisasi
petani/koperasi petani kelapa
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian Koperasi dan
UKM
BPDP
Pemda
7. Penjaminan
penghidupan petani
Penyediaan platform informasi
pasar dan harga secara digital
untuk mendukung pasokan/
pemasaran dari petani ke
industri/konsumen
1 platform 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
Registrasi petani kelapa sebagai
basis untuk pemberian bantuan
pemerintah dan pengorganisasian
petani
1 platform dan basis data 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda

71 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Optimalisasi Kredit Usaha Rakyat
untuk para petani
35 provinsi 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Pertanian
Kementerian Keuangan
BPDP
Pemda
BUMN
Swasta
Fasilitas akses petani terhadap
pasar yang lebih luas
35 provinsi 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Pertanian
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
Penyediaan asuransi pertanian
untuk petani kelapa dan pemanen
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian Keuangan
Pemda
Penguatan sekolah pertanian dan
pelatihan pertanian dengan
kurikulum/program pelatihan
pengembangan usaha berbasis
kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
BPDP
Pemda
Swasta
Penyediaan beasiswa bagi anak-
anak petani kelapa di bidang
pengusahaan kelapa dan
pengolahannya
16 provinsi 2025-2029 BPDP
Pemda
Pelatihan anggota keluarga petani
tentang pengolahan kelapa untuk
industri rumah tangga
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Kementerian KUKM

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 72
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Kementerian DPDTT
Pemda
Pengembangan agrowisata dan
wisata edukasi di sentra
perkebunan kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif
Swasta
Pemda
Misi 2: Peningkatan Inovasi dan Diversifikasi Produk Turunan Kelapa
1. Perbaikan kebijakan
dan penegakan
hukum untuk
mendukung
integrasi rantai
pasok industri
kelapa
Harmonisasi kebijakan
perlindungan dan pelestarian
sumber benih kelapa
1 kebijakan 2025-2029 Kementerian Pertanian
BRIN
Pemda

Harmonisasi kebijakan untuk
pengendalian ekspor kelapa tua
kupas untuk tujuan pemenuhan
industri pengolahan kelapa di
dalam negeri
1 kebijakan 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Keuangan
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Kementerian
PPN/Bappenas
BPDP
Dekindo
Harmonisasi kebijakan perpajakan
untuk mendukung hilirisasi
industri pengolahan kelapa
1 kebijakan 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Keuangan
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian

73 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Kementerian Perdagangan
Kementerian
PPN/Bappenas
BPDP
Dekindo
Pengendalian tata niaga kelapa
dan produk turunan kelapa
berbasis neraca kebutuhan di
dalam negeri dan ekspor
1 kebijakan 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Perdagangan
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Dekindo
Pengendalian ekspor kelapa tua
kupas ilegal
1 kebijakan 2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian Pertanian
Kementerian Keuangan
Aparat Penegak Hukum
Pemda
Dekindo
Peningkatan campuran biodiesel
kelapa dari 2% menjadi 5%
1 kebijakan 2025-2029 Kemenko Bidang
Kemaritiman dan Investasi
Kementerian ESDM
Kementerian Perindustrian
BRIN
Dekindo
Kebijakan pencatatan kebun
berbasis digital untuk mencegah
perluasan kebun yang mengambil
kawasan konservasi
1 kebijakan 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional
(ATR/BPN)
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 74
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
(LHK)
Badan Informasi
Geospasial (BIG)
Pemda
Dekindo
Kebijakan pengumpulan dana
perkebunan kelapa untuk
mendukung revitalisasi kebun
kelapa dan percepatan hilirisasi
kelapa
1 kebijakan 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Keuangan
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Kementerian ESDM
Kementerian BUMN
Kementerian PPN/
Bappenas
Dekindo
Kebijakan insentif pembangunan
industri terintegrasi
1 kebijakan 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Perindustrian
Kementerian
Investasi/BKPM
Kementerian Keuangan
Pemda
Dekindo
Harmonisasi kebijakan pemerintah
dan kontribusi CSR perusahaan
untuk mendukung perbaikan
kapasitas dan kesejahteraan di
rantai pasok kelapa (petani,
pemasok, dan industri mikro dan
kecil)
1 kebijakan 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Swasta
Pemda
Dekindo

75 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
2. Peningkatan
produktivitas
utilisasi dan
diversifikasi industri
produk turunan
kelapa
Pembangunan kemitraan industri
dan petani (organisasi petani)
untuk pasokan bahan baku
16 Provinsi 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
Kementerian Perdagangan
BPDP
Pemda
Swasta
Fasilitasi gudang bahan baku
untuk mendukung rantai pasok
industri pengolahan kelapa
terintegrasi
16 Provinsi 2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Pemda
Swasta
Fasilitasi akses permesinan
pengolahan kelapa modern
terutama yang diproduksi di
dalam negeri
1 platform/ katalog/
pameran/match making
2025-2029 Kementerian Perindustrian
Swasta
Restrukturisasi mesin dan
peralatan industri pengolahan
kelapa
1 skema insentif 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Komersialisasi teknologi dan
inovasi pengolahan untuk
mendukung peningkatan utilisasi
dan integrasi industri
1 platform/ katalog/
pameran/match making
2025-2029 BRIN
Kemendikbud Ristek
Kementerian Perindustrian
Swasta
Fasilitasi pemanfaatan teknologi
untuk diversifikasi pengolahan
kelapa
1 skema fasilitasi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
BRIN
Kemendikbud Ristek

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 76
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Optimalisasi pemanfaatan
teknologi digital dan industri 4.0
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Swasta
Fasilitasi kemasan ramah
lingkungan untuk produk turunan
kelapa, termasuk yang berbahan
baku dari kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
Pelatihan dan pemagangan SDM
industri pengolahan kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian
Ketenagakerjaan
BPDP
Pemda
Swasta
Pelaksanaan audit teknologi untuk
peningkatan produktivitas,
utilisasi, dan diversifikasi industri
pengolahan kelapa dan produk
turunannya
5 industri terpadu 2025-2029 BRIN
Kementerian Perindustrian
3. Peningkatan sentra
IKM pengolahan
kelapa
Pengembangan sentra IKM
berbasis pengolahan kelapa
14 sentra IKM 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Pemda

Revitalisasi sentra IKM berbasis
pengolahan kelapa
6 sentra IKM 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Pemda
Pelatihan dan pendampingan
sentra IKM berbasis pengolahan
kelapa
20 sentra IKM 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Pemda
Swasta
Restrukturisasi mesin IKM berbasis
pengolahan kelapa
1 skema insentif 2025-2029 Kementerian Perindustrian

77 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Pengembangan wirausaha baru
berbasis pengolahan kelapa
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian KUKM
Kementerian DPDTT
Pemda
Peningkatan akses permodalan
bagi IKM berbasis pengolahan
kelapa
35 provinsi 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Keuangan
Kementerian Perindustrian
Kementerian Koperasi dan
UMKM
Swasta
Pemda
Penerapan digitalisasi pada
IKM/UMKM berbasis pengolahan
kelapa termasuk pemanfaatan
platform e-commerce
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Koperasi dan
UMKM
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
Fasilitasi kemasan ramah
lingkungan untuk produk IKM
berbahan baku dari kelapa
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Koperasi dan
UMKM
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
4. Peningkatan
investasi industri
kelapa terintegrasi
Kemudahan dan fasilitasi investasi
perkebunan dan industri
pengolahan kelapa terintegrasi
35 provinsi 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian
Investasi/BKPM
Kementerian Keuangan
Kementerian Pertanian

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 78
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Kementerian Perindustrian
Pemda
Fasilitasi perencanaan investasi
industri pengolahan kelapa
terintegrasi di sentra produksi
kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian
Investasi/BKPM
Kementerian Perindustrian
Pemda
Fasilitasi pengembangan kerja
sama investasi perkebunan dan
industri pengolahan kelapa
terintegrasi
16 provinsi 2025-2029 Kementerian
Investasi/BKPM
Pemda
Fasilitasi keberlanjutan investasi
perkebunan dan industri
pengolahan kelapa terintegrasi
16 provinsi 2025-2029 Kementerian
Investasi/BKPM
Pemda
Peningkatan pemasaran investasi
yang terarah (targeted) untuk
percepatan realisasi investasi serta
partisipasi pengusaha lokal
Amerika, Eropa, Asia Timur,
Asia Selatan, Timur Tengah,
Afrika, Asia Tenggara,
Australia, Selandia Baru,
dan Pasifik
2025-2029 Kementerian
Investasi/BKPM
Kementerian Perindustrian
Pemda
Percepatan realisasi proyek-proyek
hilirisasi kelapa sebagai bagian dari
investasi strategis perkebunan
70 persen investasi yang
disetujui
2025-2029 Kementerian
Investasi/BKPM
Pemda
Implementasi rekomendasi
kebijakan fasilitasi pelaku usaha
perkebunan



8 provinsi 2025-2029 Kementerian
Investasi/BKPM
Pemda

79 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
5. Peningkatan
penerapan
bioekonomi dan
ekonomi sirkular
kelapa
Pengembangan trendsetter untuk
produk-produk turunan kelapa
yang environmentally friendly
20 produk 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Kementerian Pertanian
Swasta
Pemda
Pengembangan material maju
berbasis turunan kelapa untuk
aplikasi di pangan fungsional,
produk kesehatan, pakaian
fungsional, energi, elektronik,
transportasi, konstruksi, industri
pertahanan, dan lain-lain
10 produk 2025-2029 BRIN
Kemendikbud Ristek
Swasta
Peningkatan pemanfaatan kelapa
untuk bahan bakar nabati ramah
lingkungan, termasuk bioavtur
berkelanjutan (sustainable
aviation fuel)
3 produk 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Perindustrian
Kementerian ESDM
Kementerian Pertanian
BPDP
BUMN
Swasta
Pemda
Penyediaan bahan baku energi
terbarukan seperti bioavtur
Pasokan untuk minimal 5
fasilitas pengolahan CNO
2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Pertanian
Kementerian ESDM
BPDP
BUMN
Pemda
Swasta

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 80
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Penerapan ekonomi sirkular di
industri pengolahan kelapa
35 provinsi 2025-2029 Kementerian
PPN/Bappenas
Kementerian LHK
Kementerian Perindustrian
Pemda
Swasta
Pemanfaatan sisa dan limbah
kelapa menjadi biogas untuk
energi terbarukan
16 provinsi 2025-2029 BRIN
Kementerian LHK
Kementerian ESDM
Swasta
Pemda
Peningkatan jumlah industri
pengolahan kelapa yang
tersertifikasi industri hijau
> 30% 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian LHK
Misi 3: Peningkatan Konsumsi Kelapa dan Produk Turunan di Dalam Negeri dan Daya Saing Ekspor
1. Peningkatan
efisiensi rantai pasok
di dalam negeri,
yang didukung
efisiensi logistik
Peningkatan infrastruktur
konektivitas yang mendukung
rute terpendek pengangkutan
bahan baku kelapa yang
mengintegrasikan konektivitas
darat dan perairan
3 provinsi 2025-2029 Kementerian PUPR
Kementerian
Perhubungan
Pemda
Peningkatan kerja sama logistik
bahan baku kelapa yang
melibatkan asosiasi pelayaran
Indonesia
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian
Perhubungan
Swasta
Pemda
Fasilitasi pusat penyediaan bahan
baku industri kelapa (air,
3 pusat bahan baku 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Swasta

81 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
tempurung, dan sabut)
Peningkatan kapasitas organisasi
petani untuk mengelola gudang
sebagai pusat bahan baku kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
Pengembangan data produksi
yang dikelola organisasi petani
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Peningkatan akses internet untuk
mendukung penyediaan informasi
rantai pasok
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Komunikasi
dan Informatika
BUMN
Swasta
Revitalisasi sistem resi gudang
berbasis kelapa
5 provinsi 2025-2029 Kementerian Perdagangan
Swasta
Pemda
Pengembangan lelang kelapa 1 platform 2025-2029 Kementerian Perdagangan
Pengembangan skema kulakan
kelapa yang didukung kolaborasi
petani, industri, dan mitra
pembangunan
1 skema 2025-2029 Swasta
Pemda
Kementerian Perdagangan
2. Peningkatan
jaminan kualitas
Pengembangan standar dan
protokol akreditasi kelapa
1 kebijakan 2025-2029 Kementerian Pertanian
Dekindo
Peningkatan standardisasi dan
sertifikasi produk olahan berbasis
kelapa
> 50% produk terstandar/
bersertifikat
2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
BSN
Badan POM
Badan Penyelenggara

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 82
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Jaminan Produk Halal
(BPJPH)
Pemda
Swasta
Pendampingan penerapan SNI
VCO, coconut milk, coconut water,
coconut sugar, coconut charcoal,
coconut flour, desiccated coconut,
coconut fiber, dan minyak goreng
kelapa
9 produk 2025-2029 BSN
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
Pendampingan dan
pengembangan SNI activated
carbon, cocopeat, cocochip, dan
coconut shell handicrafts
4 produk 2025-2029 BSN
Kementerian Perindustrian
Pemda
Swasta
Diseminasi SNI VCO, coconut milk,
coconut water, coconut sugar,
coconut charcoal, coconut flour,
desiccated coconut, activated
carbon, coconut fiber, cocopeat,
cocochip, coconut shell
handicrafts, dan minyak goreng
kelapa kepada pelaku usaha
16 produk 2025-2029 BSN
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
Pengembangan lembaga
penilaian kesesuaian VCO, coconut
milk, coconut water, coconut
charcoal, coconut flour, desiccated
coconut, activated carbon,
coconut fiber, cocopeat, cocochip,
dan coconut shell handicrafts
11 produk 2025-2027 BSN
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta

83 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Pengkajian ulang SNI alkohol
lemak dari minyak kelapa, serat
sabut kelapa, briket serbuk sabut
kelapa, kue kelapa, kecap air
kelapa, dan air kelapa dalam
kemasan
6 produk 2025-2026 BSN
Kementerian Perindustrian
Pemda
Swasta
Fasilitasi penerapan standar dan
sertifikasi produk IKM/UMKM
berbasis pengolahan kelapa
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Koperasi dan
UMKM
Kementerian Perdagangan
Pemda
Swasta
Digitalisasi proses pengajuan dan
persetujuan sertifikasi dan
akreditasi kelapa
1 sistem 2025-2029 Komite Akreditasi Nasional
(KAN)
BSN
Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
Peningkatan kemudahan
sertifikasi organik untuk kelapa
dan produk turunannya
16 provinsi 2025-2029 Swasta
3. Peningkatan literasi
konsumen di dalam
dan luar negeri
terkait penggunaan
dan ragam produk
turunan kelapa
Peningkatan sosialisasi manfaat
produk olahan kelapa baik bagi
masyarakat maupun industri
pengguna di dalam dan luar
negeri
Literasi berbasis
multimedia, seminar dan
lokakarya
2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
Kementerian Luar Negeri
Swasta
Pemda
Dekindo
Perluasan penggunaan produk
dalam negeri
Promosi berbasis
multimedia dan pameran
2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 84
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Kementerian Pertanian
Swasta
Pemda
Dekindo
Fasilitasi promosi pasar ekspor Promosi berbasis
multimedia dan pameran
2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian Perindustrian
Swasta
Pemda
Dekindo
4. Perluasan pasar
ekspor produk
turunan kelapa
Peningkatan kelengkapan HS
Code yang spesifik untuk produk
turunan kelapa
Kode HS Spesifik untuk
produk turunan kelapa
2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian Keuangan
BPS
Dekindo
Fasilitasi perundingan bilateral
untuk menurunkan pajak impor
(sebagai negara G20) dan
menghapuskan hambatan non
tarif yang dikenakan pada produk
olahan kelapa asal Indonesia
Kesepakatan 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Peningkatan kerja sama dengan
perwakilan RI untuk pengumpulan
informasi peluang dan perluasan
pasar
1 rekomendasi 2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Pemda
Diversifikasi pasar dengan non-
traditional market untuk produk
turunan kelapa
10 negara importir baru 2025-2029 Kementerian Perdagangan
Swasta
Pemda

85 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Fasilitasi penanganan hambatan
non tarif yang dikenakan pada
produk olahan kelapa asal
Indonesia
> 50% hambatan non tarif
terselesaikan
2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Optimalisasi ekspor VCO Amerika Serikat, Tiongkok,
Jerman
2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Optimalisasi ekspor dessicated
coconut, coconut oil, dan fractions,
copra
India, Tiongkok, Malaysia 2025-2029 Kementerian Perdagangan
Kementerian Luar Negeri
Misi 4: Penguatan Tata Kelola Perkelapaan dan Ekosistem Pemampu
1. Penguatan data
perkelapaan
Pengembangan data berbasis
satelit untuk monitoring kondisi
lahan dan tanaman kelapa untuk
kepentingan pengendalian lahan
kelapa, potensi benih, peremajaan,
dan panen
1 sistem 2025-2029 Kementerian PPN/
Bappenas
Kementerian Pertanian
BPS RI dan BPS Provinsi
BIG
Swasta
Pemda
Pengembangan neraca komoditas
kelapa dan produk turunannya
1 neraca 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Pertanian
Kementerian Perdagangan
BPS RI dan BPS Provinsi
BIG
Penguatan data harga, konversi
produk kelapa dan data hulu
pendukung hilirisasi kelapa
1 basis data 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
Kementerian Perdagangan
BPS

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 86
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Swasta
Pemda
Pengembangan data kemampuan
industri kelapa
1 basis data 2025-2029 Kementerian Perindustrian
BPS
Pengembangan data produk
domestik bruto kelapa
1 set data 2025-2029 BPS RI dan BPS Provinsi
Kementerian PPN/
Bappenas
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Kementerian ESDM
Swasta
Peningkatan kapasitas analisis
data kelapa
1 kegiatan/tahun 2025-2029 Kementerian PPN/
Bappenas
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
BPS RI dan BPS Provinsi
BIG
Swasta
Pemda
Peningkatan advokasi data kelapa
untuk mendukung penguatan
rantai pasok dan percepatan
hilirisasi kelapa
1 kegiatan/triwulan 2025-2029 Kementerian PPN/
Bappenas
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
BPS RI dan BPS Provinsi
BIG
Swasta
Pemda

87 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Dekindo
Pemutakhiran data pelaku usaha
kelapa (Usaha Pertanian
Perorangan/UTP) dan data industri
kelapa
2 set data 2025-2029 BPS RI dan BPS Provinsi
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Pemda
Dekindo
2. Penguatan
kelembagaan
perkelapaan,
termasuk Badan
Pengelola Dana
Perkebunan
Pembentukan BPDP 1 lembaga 2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian Keuangan
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Kementerian ESDM
Kementerian BUMN
Kementerian PPN/
Bappenas
Penyusunan kebijakan koordinasi
nasional lintas sektor untuk
percepatan hilirisasi kelapa
1 kebijakan/ tim koordinasi
nasional
2025-2029 Kemenko Bidang
Perekonomian
Penguatan dan pembinaan
asosiasi perkelapaan
2 kegiatan/tahun 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
BPDP
Pemda
Dekindo
Penyusunan kebijakan tarif dana
perkebunan kelapa
1 kebijakan 2025 Kemenko Bidang
Perekonomian
Kementerian
PPN/Bappenas
Kementerian Keuangan

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 88
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Kementerian Perindustrian
Kementerian Pertanian
Dekindo
3. Penguatan riset dan
inovasi untuk
hilirisasi kelapa
Penelitian dan pengembangan
benih kelapa unggul, termasuk
melalui metode in vitro, yang
didukung kolaborasi riset
3 varietas kelapa unggul
baru
2025-2029 BRIN
Kementerian Pertanian
Swasta
Pemda
Penelitian dan pengembangan
produk baru turunan kelapa,
termasuk pengujian prototipe
yang didukung kolaborasi riset
20 produk baru turunan
kelapa

2025-2029 BRIN
Kemendikbud Ristek
Kementerian Perindustrian
Swasta
Pemda
Peningkatan riset teknologi mesin
untuk mendukung budidaya,
pemanenan, pasca panen, dan
pengolahan kelapa
20 produk teknologi alat
dan permesinan

2025-2029 BRIN
Kemendikbud Ristek
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Swasta
Pemda
Pengembangan kebijakan
komersialisasi hasil riset dan
inovasi untuk penggunaan di
dalam negeri
1 kebijakan terkait produk
turunan dan 1 kebijakan
terkait alat dan permesinan
2025-2029 BRIN
Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Swasta
Kerja sama hilirisasi (komersial dan
non komersial) hasil riset dan
inovasi berbasis kelapa
> 50% riset dan inovasi
berbasis kelapa
dikomersialisasikan
2025-2029 BRIN
Kemendikbud Ristek
Kementerian Perindustrian
Swasta
Pemda
Peningkatan pendanaan riset Peningkatan alokasi dana 2025-2029 Kementerian Keuangan

89 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
perkelapaan riset perkelapaan > 50% BRIN
BPDP
Kemendikbud Ristek
Swasta
Peningkatan pendaftaran Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) hasil
riset berbasis kelapa
40 HKI terdaftar 2025-2029 BRIN
Kemendikbud Ristek
Kementerian Hukum dan
HAM
Swasta
Peningkatan sarana prasarana
penelitian berbasis kelapa
16 provinsi 2025-2029 BRIN
Kemendikbud Ristek
Swasta
Pemda
Revitalisasi konservasi plasma
nutfah kelapa (genetika kelapa)
yang didukung kerja sama publik
dan swasta
3 provinsi 2025-2029 BRIN
Kementerian Pertanian
Swasta
Pemda
4. Meningkatkan
kontribusi kelapa
menjadi nature-
based solution
untuk adaptasi
perubahan iklim
Pengembangan produk turunan
berbasis sabut kelapa untuk
penahan abrasi, pemulihan lahan
bekas tambang, filter udara dan
air, konstruksi, dan solusi alami
lainnya
35 provinsi 2025-2029 Kementerian PUPR
Kementerian Pertanian
Kementerian LHK
Kementerian ESDM
Kementerian Perindustrian
Swasta
Pemda
Perluasan penggunaan produk
turunan berbasis tempurung
kelapa untuk furniture, pemulihan
terumbu karang, bahan bangunan,
komponen baterai listrik, dan
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Swasta
Pemda

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 90
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
solusi alami lainnya
Perluasan penggunaan produk
turunan berbasis air kelapa untuk
kemasan/pelapis ramah
lingkungan, pengganti kulit
hewan, pangan fungsional, dan
solusi alami lainnya
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Kementerian Perindustrian
Swasta
Pemda
Perluasan penggunaan produk
turunan berbasis daging kelapa
untuk pangan fungsional, sediaan
farmasi, dan solusi alami lainnya
35 provinsi 2025-2029 Kementerian Perindustrian
Kementerian Perdagangan
Kementerian Pertanian
Swasta
Pemda
Perluasan tumpang sari berbasis
kelapa untuk meningkatkan
produktivitas lahan dan
menurunkan emisi sektor
perkebunan
13 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Penerapan praktik baik sistem
pertanian cerdas iklim (climate
smart agriculture) berbasis kelapa
dan kearifan lokal seperti kebun
talun, kebun campuran, tumpang
sari, sistem polikultur atau
agroforestry
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta
Penyiapan uji tuntas (due
diligence) sistem pertanian cerdas
iklim berbasis kelapa untuk pasar
karbon
16 provinsi 2025-2029 Kementerian Pertanian
Pemda
Swasta

91 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Strategi Rencana Aksi Target Akumulatif Pelaksanaan Lembaga
Penyusunan atlas produksi
perkebunan kelapa Indonesia
1 Digital Atlas 2028-2029 BIG
Kementerian Pertanian
Kementerian ATR/BPN
Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan Ristek
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian
PPN/Bappenas
Pemda

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 92
KERANGKA PELAKSANAAN HILIRISASI KELAPA

93 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
4.1. KELEMBAGAAN DAN PENDANAAN PENDUKUNG HILIRISASI
KELAPA
Pelaksanaan hilirisasi kelapa yang optimal tidak terlepas dari peran kelembagaan
yang dapat memfasilitasi pembangunan dialog, koordinasi dan kolaborasi yang
intensif dan konstruktif. Indonesia dapat mengambil pembelajaran dari Filipina
dan India yang memiliki struktur kelembagaan kelapa yang terorganisir baik.
Filipina membentuk lembaga pemerintah yang mengorganisasikan
pengembangan kelapa di tingkat nasional seperti Philippine Coconut Authority
(PCA) dan United Coconut Association of the Philippines (UCAP). Filipina juga telah
mengembangkan strategi pengorganisasian petani kelapa yang solid melalui
koperasi seperti KAMAGCO, asosiasi petani seperti TUCOFA
13
15, serta kelompok suku
seperti Batiri Tribal Farmers Irrigators Association.
14
16 Aktivitas yang dilakukan
termasuk pelatihan praktik pertanian berkelanjutan, peningkatan akses pasar,
pembangunan kebun biji benih kelapa, dan penyediaan ruang advokasi untuk
petani kelapa.
15
17 Pelaksanaan kegiatan tersebut dikolaborasikan dengan peran dari
lembaga pemerintah seperti PCA dan UCAP. India juga membentuk lembaga di
tingkat nasional seperti Coconut Development Board (CDB) dan Coir Board yang
menjadi mitra pelaksanaan program -program pengembangan kelapa bersama
organisasi petani seperti Farmer Producer Organizations (FPOs). FPOs seperti
Velliangiri Uzhavan FPO
16
18 dan South Canara Farmers Producer Company Limited
(SCCFPCL)
17
19telah berperan penting dalam memberikan pelatihan, akses
pinjaman, dan jejaring usaha yang efektif untuk meningkatkan pendapatan petani
kelapa. Struktur piramida tiga tingkat FPOs juga meningkatkan partisipasi petani
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas berdasarkan kelompok -
kelompok kecil.
Sektor perkelapaan di Indonesia saat ini diampu oleh lima aktor utama (Gambar
4.1). Pada sisi hulu, Kementerian Pertanian berperan dalam mengoordinasikan dan
mengawasi pelaksanaan mulai dari tahap pasokan input benih kelapa, budidaya
kelapa, hingga tahap pasca panen. Intervensi yang diberikan oleh Kementerian
Pertanian dalam mendukung hilirisasi kelapa berkaitan dengan peningkatan
produksi dan penyebaran benih unggul, dukungan operasional untuk nursery,
Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) untuk memastikan kualitas dan
mutu kelapa, peremajaan kelapa dengan mengganti tanaman tua /rusak tidak
produktif dengan benih unggul, perluasan kawasan kelapa melalui penanaman di
area baru, serta dukungan intensifikasi dengan memberikan bantuan saprodi

1315
IRDF. (n.d.). Empowering coconut farmers: A tale of resilience and transformation . IRDF.
https://irdf.org.ph/empowering-coconut-farmers-a-tale-of-resilience-and-transformation/
1416
Fabia, N. (n.d.). Empowering coconut farmers organization towards sustainable coconut farming.
Agricultural Training Institute. https://ati2.da.gov.ph/ati-1/content/article/nathaniel-fabia/empowering-
coconut-farmers-organization-towards-sustainable-coconut-farming
1517
Aguilar, E. A., Lozada, E. P., & Aragon, C. T. (2022). Philippine Coconut Industry Roadmap 2021-2040.
Philippine Coconut Authority. ISBN 978-971-94511-5-0.
1618
Conscious Planet. (n.d.). Success story of coconut farmer . Conscious Planet.
https://consciousplanet.org/en/action-rural-rejuvenation/blog/success-story-of-coconut-farmer
1719
Coconut Farmers. (n.d.). Coconut Farmers Portal. https://coconutfarmers.in/

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 94
untuk tanaman belum menghasilkan berupa pupuk dan saprodi lainnya.
Pelaksanaan kelembagaan pada sisi hulu juga didukung oleh Dewan Kelapa
Indonesia yang dibentuk sesuai amanat Undang -Undang No. 34 Tahun 2014
tentang Perkebunan. Saat ini Dewan Kelapa Indonesia menaungi sejumlah 11
asosiasi perkelapaan. Keterlibatan Dewan Kelapa Indonesia dalam struktur
kelembagaan pemampu sektor kelapa Indonesia diharapkan dapat memperkuat
keterwakilan asosiasi perkelapaan dalam penyusunan dan pelaksanaan Peta Jalan
Hilirisasi Kelapa.

Gambar 4.1 Kelembagaan Pemampu Perkelapaan di Indonesia
Pada sisi hilir, Kementerian Perindustrian telah melaksanakan beberapa kegiatan
antara lain penyusunan peta jalan pengolahan kelapa, pengembangan standar,
serta pengembangan dan revitalisasi sentra IKM pengolahan kelapa. Sementara
Kementerian Investasi/BKPM pada tahun 2023 telah menyelesaikan Kajian
Hilirisasi Investasi Strategis yang menjadi basis bagi perencanaan penarikan
investasi perkebunan dan industri pengolahan kelapa. Kementerian Perdagangan
juga berperan dalam memfasilitasi kelapa menjadi komoditas prioritas Sistem Resi
Gudang (SRG), serta mendukung kegiatan promosi, serta menjadi wakil Indonesia
dalam keanggotaan International Coconut Community (ICC).
Untuk dapat bertransformasi seperti Filipina dan India, satu tahap yang sedang
disiapkan oleh Indonesia dan diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Peta
Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 adalah transformasi Badan Pengelola Dana
Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menjadi Badan Pengelola Dana Perkebunan
(BPDP). Transformasi ini memperluas pendanaan dari semula untuk mendukung
kelapa sawit, menjadi pendanaan bagi kelapa sawit, kelapa, kakao, dan karet.

95 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Transformasi tersebut diharapkan dapat diwujudkan melalui pemutakhiran
Peraturan Presiden No. 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan
Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang terakhir diubah melalui Peraturan Presiden
No. 66 Tahun 2018 (Gambar 4.2).
Untuk memperkuat peran BPDP ke depan, langkah strategis yang diusulkan
dalam pelaksanaan Peta Jalan ini adalah melakukan kajian komprehensif terkait
struktur tarif pungutan ekspor terhadap komoditas dan produk turunan kelapa.
Tarif pungutan ini akan menjadi sumber dana khusus yang dialokasikan untuk
mendukung berbagai program pengembangan kelapa secara berkelanjutan tidak
saja pada sisi budidaya dan riset, namun juga pada sisi pengolahan dan
pemasarannya. Komite Pengarah bagi BPDP yang dipimpin oleh Kemente rian
Koordinator Bidang Perekonomian diharapkan dapat melanjutkan fungsinya, dan
ke depan diharapkan dapat bermitra dengan Dewan Kelapa Indonesia sesuai
mandat UU tentang Perkebunan khususnya dalam mempertimbangkan
kebijakan hilirisasi kelapa dan penggunaan pendanaan kelapa. Penguatan Komite
Pengarah BPDP, BPDP, Dewan Kelapa Indonesia, dan organisasi petani
diharapkan dapat meningkatkan kinerja pengorganisasian hilirisasi kelapa di
Indonesia setara dengan keberhasilan pengorganisasian industri kelapa di Filipina
dan India.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 96

Gambar 4.2 Kelembagaan Pemampu Perkelapaan di Indonesia ke Depan

KomitePengarah:
Ketua: Menteri Koordinator
BidangPerekonomian
Anggota: Menteri Pertanian,
Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian, Menteri
Perdagangan, Menteri ESDM,
Menteri BUMN, Menteri
PPN/KepalaBappenas
Sekretariat: Unit Kemenko
BidangPerekonomian
PerpresNo. 61 Tahun2015 Tentang
Penghimpunandan Penggunaan
Dana Perkebunan KelapaSawit
PerpresNo. 24 Tahun2016 Tentang
PerubahanpertamaPerpres61 Tahun
2015
PerpresNo. 66 Tahun2018 Tentang
PerubahankeduaPerpres61 Tahun
2015
Perpres…Tahun202...* Tentang
PerubahanketigaatauPerpresbaru
tentangBadan PengelolaDana
Perkebunan
DrafBadan PengelolaDana Perkebunan (BPDP)*
Dewan Pengawas
(6 wakil pemerintah
dan 3 professional)
terdiridari:
•Ketua
•Anggota
DrafPengelola*:
•DirekturUtama
•PejabatKeuangan
•PejabatTeknis:
•Kelapasawit
•Kelapa
•Kakao
•Karet
Drafpenggunaandana untukkelapa*:
•Nurseri(produksibibit)
•Replanting
•Riset
KomitePengarah: perluSOP
mengatur
•Pertemuanuntuksinkronisasi
kebijakan, monevdan inisiatif
baruminimal 1 kali setahun
•Pertemuankonsultasidengan
pelakuusaha(perwakilan
petani, pelakuusaha
perkebunan, industri
pengolahan, pedagangdan
eksportir), penelitidan
perwakilanpemerintahdaerah
•PelaporankepadaPresiden
BPDP:
•Dewan pengawas: keanggotaan
profesionalperlupencakup
perwakilanpetani
•Sumberpengumpulandana:
•(akandiusulkantarifdan
sumberpungutanekspor
komoditasdan produk
turunannya)
•Penggunaandana:
•Perluditambahkanuntuk
peningkatankapasitasSDM
(penyuluhan, pendidikan,
pelatihan, pendampingan
dan fasilitasi), saranadan
prasarana, literasi, dan
fasilitasiinisiatifbarudi
hilirisasikelapa
UsulanPerbaikan
Keterangan:
* Hasil diskusitanggal21 Agustus2024
Dewan Kelapa
Indonesia

97 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
4.2. INSENTIF INVESTASI HILIRISASI KELAPA
Amanat Presiden Republik Indonesia dalam Pidato Kenegaraan 2022 menyatakan
bahwa hilirisasi menjadi gerbang emas untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun
2045. Program hilirisasi kelapa pada dasarnya memberikan dampak positif bagi
perekonomian yang besar. Kajian Kementerian Investasi/BKPM tentang Investasi
Hilirisasi Strategis menunjukkan bahwa hilirisasi kelapa diharapkan akan
berkontribusi pada peningkatan investasi hingga sekitar US$1.088,8 juta pada
periode 2023 – 2040 dan akan mendorong angka ekspor hingga US$3.977,39 juta
pada periode yang sama. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) menghitung investasi hilirisasi kelapa memiliki potensi investasi
hingga US$ 1,1 miliar.
Peningkatan investasi industri pengolahan kelapa diharapkan dapat diwujudkan
dalam bentuk industri kelapa terintegrasi. Realisasinya dapat didukung dengan
penyediaan kemudahan dan fasilitasi investasi perkebunan dan industri
pengolahan kelapa terintegrasi. Beberapa jenis fasilitas dan investasi yang
mendukung hilirisasi kelapa diantaranya:
1. Fasilitas dan kemudahan berusaha kewenangan pemerintah pusat sesuai
dengan Undang -Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
juncto Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 4 Tahun 2021 yang
menetapkan pedoman dan tata cara pelayanan perizinan berusaha berbasis
risiko.
a. Fasilitas kepabeanan
• Fasilitas pembebasan bea masuk atas impor mesin/barang dan bahan,
yang berlaku untuk seluruh industri termasuk industri perakitan,
komponen, dan kendaraan bermotor, serta jasa industri tertentu
seperti pariwisata dan kebudayaan, transportasi publik, pelayanan
kesehatan publik, pertambangan, konstruksi, telekomunikasi dan
kepelabuhanan;
• Fasilitas pembebasan bea masuk atas impor barang modal ;
b. Fasilitas perpajakan yang terdiri dari fasilitas tax holiday (TH), tax allowance
(TA), dan investment allowance (IA)
• Tax holiday (TH) dengan pengurangan Pajak Penghasilan (PPh)
sebanyak 100 persen dan pengurangan sebanyak 50 persen untuk dua
tahun selanjutnya;
• Tax allowance (TA) dengan pengurangan penghasilan neto atau
penghasilan sebelum pajak sebanyak 30 persen dari CAPEX. Insentif TA
dapat diberikan bagi industri pengolah produk-produk turunan kelapa
yang memenuhi kriteria seperti:
o menyerap tenaga kerja yang besar;
o memiliki nilai investasi yang tinggi berorientasi ekspor;
o memiliki tingkat kandungan lokal yang tinggi;

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 98
o memenuhi KBLI, cakupan produk dan/atau lokasi sesuai dengan
Lampiran I dan/atau Lampiran II Peraturan Pemerintah No. 78
Tahun 2019;
o belum berproduksi secara komersial pada saat pengajuan
permohonan fasilitas;
c. Fasilitas perpajakan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terdiri dari
fasilitas TH dan TA di KEK;
d. Fasilitas super tax deduction (STD) berupa fasilitas penelitian dan
pengembangan , serta fasilitas vokasi melalui pengurangan penghasilan
bruto hingga 200 persen dari jumlah biaya vokasi dan pengurangan
penghasilan bruto hingga 300 persen dari jumlah biaya litbang tertentu;
e. Rekomendasi keimigrasian berupa
• Rekomendasi alih status Izin Tinggal Kunjungan menjadi Izin Tinggal
Terbatas
• Rekomendasi alih status Izin Tinggal Terbatas menjadi Izin Tinggal
Tetap
2. Fasilitas Golden Visa
Fasilitas Golden Visa bermula dari terbitnya Permenkumham No . 22 tahun
2023 tentang pemberian visa dengan masa 5 tahun dan 10 tahun untuk
memberikan kemudahan bagi investor untuk mendukung perekonomian
nasional. Fasilitas ini dapat diajukan secara individual melalui penempatan
dana atau pembentukan perusahaan penana man modal asing.
3. Fasilitas Investment Allowance (IA)
Fasilitas ini memberikan pengurangan penghasilan neto atau penghasilan
sebelum pajak sebanyak 60 persen dari CAPEX secara pro rata 10 persen per
tahun selama enam tahun.
4. Fasilitas dan kemudahan berusaha kewenangan pemerintah daerah sesuai
dengan Undang -Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
juncto Undang-Undang Cipta Kerja:
a. Insentif Investasi
• Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah ;
• Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah ;
• Bantuan modal bagi UMK dan/atau koperasi di daerah ;
• Bantuan riset dan pengembangan bagi UMK dan/atau koperasi ;
• Bantuan pelatihan vokasi bagi UMK dan/atau koperasi;
• Bunga pinjaman rendah;
b. Kemudahan Investasi
• Penyediaan data dan informasi peluang investasi
• Penyediaan sarana dan prasarana
• Fasilitasi penyediaan lahan/lokasi
• Bantuan teknis

99 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
• Penyederhanaan dan percepatan perizinan melalui Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP)
• Kemudahan akses pemasaran hasil produksi
• Kemudahan investasi di kawasan strategis
• Kenyamanan dan keamanan berinvestasi di daerah
• Kemudahan proses sertifikasi dan standardisasi
• Kemudahan akses tenaga kerja siap pakai dan terampil
• Kemudahan akses pasokan bahan baku
• Fasilitasi promosi sesuai kewenangan daerah.
4.3. FASILITASI KOLABORASI RISET DAN INOVASI HILIRISASI KELAPA
Ke depan, kolaborasi riset dan inovasi dalam rangka mendukung pelaksanaan Peta
Jalan Hilirisasi Kelapa khususnya pada misi keempat akan diperkuat. Pelaksanaan
komersialisasi riset dan inovasi diarahkan agar hasilnya dapat dimanfaatkan oleh
industri pengolahan kelapa untuk mengembangkan produk dan proses yang
inovatif, meningkatkan efisiensi, serta memperkuat daya saing di pasar global.
Proyek hilirisasi kelapa yang melibatkan pengolahan kelapa dari bentuk mentah
menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi perlu diperkuat dengan
pemberian insentif kolaborasi riset dan inovasi. Pemberian insentif bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah produk, menciptakan lapangan kerja baru, dan
mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam secara efektif. Pelaksanaan
kolaborasi riset dan inovasi diadopsi dari struktur yang dimiliki oleh Badan Riset
dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk memperkuat ekosistem komersialisasi riset dan
inovasi (Gambar 4.3 dan 4.4).
Hasil kolaborasi riset dapat berupa paten yang dapat dimanfaatkan oleh mitra
dalam bentuk kebijakan atau dilisensikan untuk digunakan oleh industri.
Pelaksanaan pemanfaatan paten tersebut akan dilakukan melalui transfer
teknologi yang melibatkan industri dan UMKM. Dal am kerja sama dengan BRIN,
industri dan UMKM akan memperoleh berbagai insentif, seperti super tax
deduction dan akses ke innovation e-catalogue. Selain itu, industri diharapkan
untuk mendapatkan lisensi dan sertifikasi dari regulator sebagai bagian dari proses
komersialisasi, sehingga produk dapat diluncurkan di pasar dengan standar yang
sesuai.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 100

Sumber: BRIN, 2024
Gambar 4.3 Struktur Penguatan Ekosistem Riset dan Inovasi

Sumber: BRIN, 2024
Gambar 4.4 Struktur Integrasi Infrastruktur Riset, Fasilitasi, dan Kekayaan
Intelektual
4.4. RUJUKAN DATA HILIRISASI KELAPA
Peta Jalan ini juga dilengkapi dengan beberapa data yang baru pertama kali
dibangun untuk konteks Indonesia dengan tujuan untuk dapat memberi rujukan
bagi percepatan hilirisasi kelapa. Data-data tersebut mencakup daftar kode
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI) dan kode Harmonized System (HS), data
konversi, serta data rantai pasok.
Tabel 4.1 menunjukkan daftar kode KBLI serta kode HS yang berkaitan dengan
produk kelapa. Kode KBLI membantu proses identifikasi dan klasifikasi jenis usaha

101 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
yang terkait dengan industri kelapa mulai hulu hingga hilir. Kode KBLI
memudahkan pengelompokan aktivitas perdagangan dan investasi yang
memudahkan pemerintah dalam mengidentifikasi potensi dan tantangan industri
kelapa. Kode KBLI tersebut dapat digunakan sebagai rujukan dari Nomor Induk
Berusaha (NIB) untuk mendapatkan izin usaha serta memastikan legitimasi
operasional perusahaan di Indonesia. Sementara itu, kode HS digunakan dalam
mendukung ketercapaian hilirisasi kelapa karena kode tersebut menyediakan
sistem klasifikasi internasional untuk barang, termasuk produk-produk turunan
kelapa. Kode HS memungkinkan pelaku usaha atau industri dalam memahami
regulasi perdagangan internasional, termasuk tarif bea masuk dan kelengkapan
dokumen untuk ekspor dan impor produk kelapa. Pemahaman terhadap
penggunaan kode HS dapat membantu proses identifikasi peluang pasar baru
dan meningkatkan efisiensi rantai pasok dalam industri kelapa.
Tabel 4.1 Daftar Kode KBLI, Produk dan Kode HS Kelapa 2022
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
A 012 Pertanian
tanaman tahunan
Golongan ini mencakup penanaman
tanaman yang berlangsung lebih
dari dua musim tanam, baik
tanaman yang setiap musim mati
atau tanaman yang tumbuh terus
menerus. Termasuk penanaman
tanaman untuk keperluan
pembibitan dan pembenihan.
Golongan ini juga mencakup
kegiatan penanaman tanaman ini di
area atau lokasi hutan.

A 0126 Perkebunan
buah-buahan
penghasil minyak
(oleaginous)
Subgolongan ini mencakup : -
Perkebunan buah oleaginous,
seperti kelapa, buah zaitun, kelapa
sawit dan buah oleaginous lain
Subgolongan ini tidak mencakup : -
Pertanian kedelai, kacang tanah, dan
biji penghasil minyak lainnya, lihat
0111

A 01261 Perkebunan Buah
Kelapa
Kelompok ini mencakup usaha
perkebunan mulai dari kegiatan
pengolahan lahan, penyemaian,
pembibitan, penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan buah
kelapa. Termasuk kegiatan
pembibitan dan pembenihan
tanaman buah kelapa.
Coconuts, in the
inner shell
(endocarp), fresh or
dried, whether or
not peeled
(08011200); Young
coconut, fresh or
dried, whether or
not peeled
(08011910); Whole
nut (08011990)
C 104 Industri minyak
dan lemak nabati
dan hewani
Golongan ini mencakup pembuatan
dan pengolahan minyak dan lemak
kasar atau minyak dan lemak suling
nabati dan hewani. Golongan ini
mencakup pembuatan tepung

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 102
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
berlemak, minyak dari kacang-
kacangan, biji-bijian dan sayuran,
pembuatan margarin, melanges dan
yang sejenisnya, dan lemak bahan
campuran untuk memasak.
Golongan ini juga mencakup
pembuatan minyak/lemak hewan
yang tidak dapat dimakan, ekstrak
ikan dan minyak ikan, dan produk
sisa lainnya dari pembuatan minyak.
Golongan ini tidak mencakup
pembuatan dan penyulingan
minyak babi dan lemak hewan lain
yang dapat dimakan, penggilingan
jagung basah, produk minyak essen,
dan pengolahan minyak dan lemak
dengan proses kimia.
C 1042 Industri Kopra,
Minyak Mentah
dan Minyak
Goreng Kelapa,
dan Pelet Kelapa
Subgolongan ini mencakup : -
Industri kopra - Industri minyak
mentah kelapa - Industri minyak
goreng kelapa - Industri pelet dari
kelapa

C 10421 Industri Kopra Kelompok ini mencakup usaha
pembuatan kopra.
Kopra (23065000)
C 10422 Industri Minyak
Mentah Kelapa
Kelompok ini mencakup usaha
pengolahan kelapa menjadi minyak
mentah (crude oil) yang masih perlu
diolah lebih lanjut dan biasanya
produk ini dipakai oleh industri lain
Minyak
Kelapa/CNO
(15131190); Industrial
monocarboxylic
fatty
acids/Coconut Acid
Oil (38231910;
38231911)
C 10423 Industri Minyak
Goreng Kelapa
Kelompok ini mencakup usaha
pengolahan lebih lanjut (pemurnian,
pemucatan dan penghilangan bau
yang tidak dikehendaki) dari minyak
mentah kelapa menjadi minyak
goreng kelapa.
Minyak Goreng
(15131910); VCO
(15131110);
Margarine
(15179067)
C 10424 Industri Pelet
Kelapa
Kelompok ini mencakup usaha
pengolahan lebih lanjut kelapa,
seperti pelet kelapa.

C 107 Industri makanan
lainnya
Golongan ini mencakup produksi
berbagai produk makanan yang
belum tercakup pada golongan
sebelumnya. Kegiatan yang
tercakup seperti pembuatan produk
roti, gula, kokoa, coklat dan gula-
gula, pembuatan mie, makroni dan
produk sejenis, hidangan dan
makan siap saji dalam keadaan
beku, dikaleng atau di bungkus
untuk dijual, pembuatan teh dan
bumbu rempah -rempah, pasta ikan,
pengolahan makanan dengan cara

103 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
pengasinan, teh herbal, seperti
halnya produk makanan khusus dan
makanan yang tidak tahan lama.
C 1077 Industri Bumbu-
bumbuan dan
Produk Masak
Lainnya
Subgolongan ini mencakup : -
Industri bumbu-bumbu, saus dan
rempah-rempah, seperti mayonais,
tepung mustar dan mustar olahan -
Industri madu dan karamel buatan -
Industri cuka - Pengolahan garam
menjadi garam makan yang
berkualitas, seperti garam
beryodium - Industri ekstraksi dan
jus dari daging, ikan dan biota air
lainnya (crustacea, mollusca) -
Industri konsentrat buatan

C 10773 Industri Produk
Masak dari Kelapa
Kelompok ini mencakup usaha
pembuatan produk masak dari
kelapa yang belum tercakup dalam
golongan manapun, seperti santan
pekat dan santan cair, kecap kelapa,
sari kelapa (nata de coco), kelapa
parut kering (desiccated coconut),
krim kelapa dan tepung kelapa.
Nata de coco
(20098999;
22021090); Santan
(21069093); Kelapa
Kering (08011100);
Nata de coco
Pudding
(17049099)
C 1072 Industri Gula Subgolongan ini mencakup : -
Industri pemurnian gula (sukrosa)
dan gula pengganti dari jus tebu, bit,
maple dan kelapa, nira, aren -
Industri sirup gula - Industri molasse
(harum manis) - Produksi sirup dan
gula maple Sub golongan ini tidak
mencakup : - Industri glukosa, sirup
glukosa, maltosa, lihat 1062

C 10722 Industri Gula
Merah
Kelompok ini mencakup usaha
pembuatan gula merah baik
berbentuk cetakan, serbuk/granul
maupun cair, yang murni dari nira
sebagai bahan baku baik berasal
dari tebu maupun tanaman palma
(aren, kelapa dan sejenisnya).
Coco Sugar
(17029051)
C 10729 Industri
Pengolahan Gula
Lainnya Bukan
Sirop
Kelompok ini mencakup usaha
pengolahan gula ke dalam bentuk
lain, termasuk pembuatan gula
batu, gula cair, tepung gula, gula
pengganti dari jus tebu, bit, maple
gula cair, gula stevia, kelapa, nira,
aren dan molasse (harum manis),
toping (non-buah) saus manis, dan
gula merah yang tidak murni dari
nira sebagai bahan baku utamanya
dan yang tidak termasuk dalam
kelompok 10721 sd. 10723.
Produk Gula
lainnya (17029099)
C 1079 Industri Produk
Makanan Lainnya
Subgolongan ini mencakup : -
Industri sup dan kaldu - Industri
makanan khusus, seperti formula

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 104
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
bayi, susu lanjutan dan makanan
lanjutan lainnya, makanan bayi dan
makanan yang mengandung bahan
yang dihomogenisasi - Industri
makanan yang tidak tahan lama,
seperti sandwich, pizza mentah dan
lainnya Subgolongan ini juga
mencakup : - Industri ragi - Industri
susu dan keju pengganti dari selain
susu - Industri produk telur dan
albumin telur - Industri krimer
nabati Subgolongan ini tidak
mencakup : - Pertanian tanaman
rempah-rempah, lihat 0128 - Industri
makanan olahan yang tidak tahan
lama dari buah-buahan dan sayuran
(misalnya salad, sayuran yang
dikupas, bean curd), lihat 1039 -
Industri inulin, lihat 1062 - Industri
pizza beku, lihat 1075 - Industri
minuman keras, bir, anggur dan soft
drink, lihat golongan pokok 11 -
Olahan produk botanik untuk
keperluan obat-obatan, lihat 2102
C 10795 Industri Krimer
Nabati
Kelompok ini mencakup usaha
pembuatan krimer nabati emulsi
lemak nabati yang berasal dari
kelapa atau kelapa sawit yang
digunakan sebagai campuran
makanan atau minuman.
Coconut Cream
Powder (21069093)
C 10796 Industri Dodol Kelompok ini mencakup usaha
pembuatan dodol yang terbuat
diperoleh dari bahan utama tepung
beras atau tepung beras ketan,
santan kelapa dan gula, dengan
atau tanpa bahan tambahan lain
yang dimasak hingga mencapai
tekstur yang diinginkan. Pembuatan
lempok masuk kedalam kelompok
10792

C 110 Industri Minuman Golongan ini mencakup pembuatan
dan pencampuran minuman
beralkohol seperti whisky, brandi,
gin, minuman beralkohol yang
disuling/didestilasi dan minuman
beralkohol netral (tanpa
aroma/flavor); wine/anggur,
minuman beralkohol difermentasi
tetapi tidak disuling; minuman
beralkohol dari malt/gandum seperti
bir, ale dan lain-lain termasuk
pembuatan bir beralkohol rendah
atau bir tanpa alkohol, golongan ini
juga mencakup pembuatan
minuman soft drink, air minum

105 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
mineral dan air minum lainnya
dalam botol/kemasan.
C 1109 Industri Minuman
Lainnya
Subgolongan ini mencakup : -
Industri minuman penyegar -
Industri minuman lainnya
Subgolongan ini tidak mencakup : -
Produksi jus buah dan sayuran, lihat
1033 - Industri minuman
mengandung susu, lihat 1059 -
Industri kopi, teh dan produk mate,
lihat 1076 - Industri minuman
anggur tidak beralkohol, lihat 1102 -
Industri bir tidak beralkohol, lihat
1103 - Pengemasan dalam botol dan
pelabelan, lihat 4633 (jika
kegiatannya sebagai bagian dari
perdagangan besar) dan 8292 (jika
kegiatannya atas dasar balas jasa
atau kontrak)

C 11090 Industri Minuman
Lainnya
Kelompok ini mencakup usaha
industri minuman lainnya yang tidak
termasuk dalam subgolongan 1101
s.d 1105, seperti minuman penyegar,
nira, air tebu, air kelapa, minuman
sereal panas, serbuk sekoteng, dan
serealia celup.
Minuman
berbahan dasar air
kelapa (22029930);
Minuman
Kemasan Siap
Konsumsi tanpa
Pengenceran
(22029950); Air
Kelapa (20098920);
Konsentrat air
kelapa (20098930);
Tuak/Palmwine
(22060031;
22060039)
C 201 Industri bahan
kimia
Golongan ini mencakup pembuatan
produk kimia dasar, pupuk dan
senyawa nitrogen serta plastik dan
karet sintetis dalam bentuk dasar.

C 2011 Industri Kimia
Dasar
Subgolongan ini mencakup industri
kimia yang menggunakan proses
dasar, seperti pemisahan termal dan
destilasi (penyulingan). Hasil dari
proses ini biasanya memisahkan
elemen kimia atau memisahkan
bahan campuran kimia.
Subgolongan ini mencakup : -
Industri pencairan atau kompresi
gas anorganik atau gas medis,
seperti gas dasar, udara cair atau
terkompresi, gas pendingin, gas
industri campuran, gas inersia
(lembam) seperti karbondioksida
dan gas isolasi - Industri bahan celup
dan pigmen dari berbagai sumber
dalam bentuk dasar atau konsentrat
- Industri unsur kimia - Industri asam
anorganik kecuali asam nitrit -

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 106
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
Industri alkali, larutan alkali dan zat
anorganik dasar lainnya kecuali
amonia - Industri senyawa anorganik
lainnya - Industri kimia organik
dasar, seperti hidrokarbon asiklis,
jenuh dan tidak jenuh; hidrokarbon
siklis, jenuh dan tidak jenuh; alkohol
siklis dan asiklis; asam mono dan
polikarbon, termasuk asam asetat;
bahan senyawa oksigen lainnya,
termasuk aldehida, keton, kinon, dan
bahan senyawa dual atau
polioksigen; gliserol sintetis; bahan
senyawa organik nitrogen, termasuk
amino; fermentasi tebu, jagung atau
sejenisnya untuk menghasilkan
alkohol dan ester; bahan senyawa
organik lainnya, termasuk produk
destilasi (penyulingan) kayu
(misalnya arang kayu) dan lain-lain -
Industri air suling - Industri produk
aromatik sintetis - Pemanggangan
pirit besi Subgolongan ini juga
mencakup : - Industri produk sejenis
yang digunakan sebagai alat atau
zat berpijar atau luminophores
(benda bercahaya) - Pengayaan bijih
uranium dan torium dan produksi
unsur bahan bakar untuk reaktor
nuklir Subgolongan ini tidak
mencakup : - Ekstraksi metana,
etana, butana atau propana, lihat
0620 - Industri gas bahan bakar
seperti etana, butana, atau propana
pada pengilangan minyak bumi,
lihat 1921 - Industri pupuk nitrogen
dan bahan senyawa nitrogen, lihat
2012 - Industri amonia, lihat 2012 -
Industri potasium nitrit dan nitrat,
lihat 2012 - Industri amonium
karbonat, lihat 2012 - Industri plastik
dalam bentuk dasar, lihat 2013 -
Industri karet sintetis dalam bentuk
dasar, lihat 2013 - Industri bahan
celup dan pigmen, lihat 2022 -
Industri gliserol mentah, lihat 2023 -
Industri minyak dasar alami, lihat
2029 - Industri air suling aromatis,
lihat 2029 - Industri asam salisilik
dan o-asetilsalisilik, lihat 2101
C 20115 Industri Kimia
Dasar Organik
yang Bersumber
dari Hasil
Pertanian
Kelompok ini mencakup usaha
industri kimia organik yang
menghasilkan bahan kimia dari hasil
pertanian termasuk kayu, getah
(gum), minyak nabati industri (IVO)
dengan produk antara lain: asam
alufamat, asam asetat, asam citrat,
asam benzoat, fatty acid, fatty
Biodiesel/Bioavtur
(38260010;
38260021;
38260022); Arang
Tempurung dan
Briket (44022010);
Gliserol (29054500);
Karbon aktif yang

107 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
alcohol, glycerine, furfural, sarbitol,
dan bahan kimia organik lainnya
dari hasil pertanian. Kelompok ini
juga mencakup pembuatan biofuel,
arang kayu, arang batok kelapa
dengan produk: biofuel cair
(biodiesel dan bioethanol anhidrat),
biohidrokarbon (minyak diesel
nabati, minyak bensin nabati,
minyak avtur/jet fuel nabati) dan
bahan kimia resin/damar buatan
berbasis bahan terbarukan
(biobenzene, biotoluene dan
bioxylene dan biopolymer -
bioplastik dari bahan terbarukan).
terbuat dari arang
tempurung kelapa
(38021010)
C 329 Industri
pengolahan
lainnya ytdl
Golongan ini mencakup pembuatan
berbagai macam barang -barang
pribadi yang belum tercakup
sebelumnya. Golongan ini
mencakup peralatan keselamatan
yang bersifat melindungi, sikat dan
sapu untuk berbagai kebutuhan,
berbagai macam pulpen dan pensil,
alat pemberi label dan tanggal,
payung, tongkat untuk berjalan, alat
pengunci, pemantik api, barang
kebutuhan pribadi dan bermacam -
macam barang seperti lilin,
rangkaian bunga, jokes dan
novelties, tangan, tailor's dummies,
peti mati dan lain-lain termasuk
kegiatan taxidermy (mounting kulit
hewan dengan kapas sehingga
terlihat seperti binatang hidup).

C 3290 Industri
Pengolahan
Lainnya Ytdl
Subgolongan ini mencakup : -
Industri peralatan untuk pelindung
keselamatan, seperti pakaian
pelindung dan pakaian anti api;
sabuk pengaman tukang kawat dan
sabuk lain untuk keperluan
pekerjaan; pelampung; topi plastik
yang keras dan perlengkapan
keamanan lainnya yang terbuat dari
plastik (helm olahraga dan segala
macam helm sejenisnya); pakaian
pelindung kebakaran; tutup kepala
pengaman dan peralatan
pengaman pribadi lain yang terbuat
dari logam; penyumbat telinga dan
hidung (misalnya untuk renang dan
pengaman hidung); dan masker gas
- Industri sapu dan sikat, termasuk
sikat yang merupakan komponen
pada mesin, alat pel lantai mekanik
yang dioperasikan tangan, pengepel
dan kemoceng, kuas cat, papan dan
rol cat, kertas cat, alat pembersih

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 108
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
dari karet dan sikat, sapu, pengepel
lainnya - Industri sikat sepatu dan
pakaian - Industri pena dan pensil
dari semua jenis baik mekanik
maupun tidak - Industri isi pensil -
Industri penanggalan, penyegelan
atau penomoran perangko, alat
cetak yang dioperasikan tangan atau
pemberian label timbul, peralatan
cetak manual, pita mesin ketik dan
bantalan tinta - Industri globe -
Industri payung, payung matahari,
tongkat pejalan, seat-stick - Industri
kancing, kancing kait, kancing tekan,
resleting - Industri geretan rokok -
Industri barang-barang pribadi,
seperti pipa rokok, sisir, penyemprot
wangi-wangian, botol vakum dan
bejana vakum untuk keperluan
pribadi atau rumah tangga, wig
(rambut palsu), janggut palsu, bulu
mata palsu - Industri berbagai
macam barang, seperti lilin, tapers
dan sejenisnya, karangan bunga,
rangkaian bunga berbentuk
lingkaran dan keranjang bunga;
bunga, buah-buahan dan daun-
daunan buatan, joke and nouvelties,
ayakan tangan dan handriddles,
boneka yang digunakan oleh
penjahit untuk mengenakan baju,
peti jenazah dan lain-lain - Kegiatan
taxidermy (mengisi kulit binatang
dengan kapas dan lain-lain sehingga
nampak seperti binatang hidup) -
Industri produksi radioisotop -
Industri fabrikasi elemen bakar
uranium Subgolongan ini tidak
mencakup : - Industri sumbu kain
ringan (lighter wicks), lihat 1399 -
Industri pakaian kerja (misalnya
jaket laboratorium, jas kerja,
seragam), lihat 1411 - Industri kertas
nouvelties, lihat 1709 - Industri
plastik nouvelties, lihat 2229
C 32903 Industri Kerajinan
YTDL
Kelompok ini mencakup usaha
pembuatan barang-barang
kerajinan dari bahan tumbuh-
tumbuhan dan hewan, seperti
kerajinan pohon kelapa, tempurung,
serabut, akar-akaran, kulit, gading,
tanduk, tulang, bulu, rambut,
binatang yang diawetkan, kegiatan
taxidermy (mengisi kulit binatang
dengan kapas dan lain-lain sehingga
nampak seperti binatang hidup),
karangan bunga, rangkaian bunga
berbentuk lingkaran dan keranjang

109 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
bunga; bunga, buah-buahan dan
daun-daunan buatan dan barang-
barang lukisan. Termasuk usaha
pembuatan barang-barang
kerajinan dari kulit ikan dan
kekerangan, baik dari kulit kerang
mutiara seperti kerang Pinctada
maxima, kerang mabe (mutiara
setengah bulat), maupun kerang
lainnya.
C 32905 Industri Serat
Sabut Kelapa
Kelompok ini mencakup usaha
pengolahan sabut kelapa menjadi
bahan baku, seperti cocofiber (serat
sabut kelapa), cocopeat (serbuk
sabut kelapa), Rubberized Curl Coir
(RCC)/ serat sabut kelapa berkaret
(sebutret), dan lainnya. Contoh:
cocofiber digunakan untuk
pembuatan jok mobil, spring bed,
dan lainnya serta cocopeat biasanya
digunakan untuk media tanaman,
dan lainnya.
Coconut Fibre
(53050021;
53050022); Coir
Yarn (53081000);
Coir Sheet
(57022000); Floor
covering of
coconut fibres
(57022000); Sacks
& bags (63059020;
63059090)
G 462 Perdagangan
besar hasil
pertanian dan
hewan hidup
Golongan ini mencakup
perdagangan besar serealia, buah
oleaginous, bunga dan tanaman
hias, hasil kehutanan lainnya, serta
hewan hidup. Termasuk didalamnya
perdagangan besar benih dan bibit
tanaman, bibit hewan, kulit dan
jangat, barang kulit, serta
perdagangan besar bahan, sampah,
sisaan pertanian dan hasil ikutan
yang digunakan untuk makanan
hewan.

G 4620 Perdagangan
besar hasil
pertanian dan
hewan hidup
Subgolongan ini mencakup : -
Perdagangan besar padi-padian dan
biji-bijian - Perdagangan besar buah
yang mengandung minyak -
Perdagangan besar bunga dan
tumbuhan - Perdagangan besar
tembakau yang tidak diolah -
Perdagangan besar hewan hidup -
Perdagangan besar kulit dan jangat
- Perdagangan besar kulit (leather) -
Perdagangan besar bahan baku,
sampah, sisaan pertanian dan
produk ikutan yang digunakan
untuk makanan hewan Termasuk
perdagangan besar benih dan bibit
tanaman serta bibit hewan.
Subgolongan ini tidak mencakup : -
Perdagangan besar serat tekstil, lihat
4669

G 46202 Perdagangan
Besar Buah yang
Kelompok ini mencakup usaha
perdagangan besar hasil pertanian
tanaman buah yang mengandung
Buah Kelapa
(08011200); Kelapa
Muda (08011910)

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 110
Kategori Kode Judul Uraian
Produk dan
Kode HS
Mengandung
Minyak
minyak, seperti kelapa dan kelapa
sawit. Termasuk perdagangan besar
bibit buah yang mengandung
minyak.
Keterangan
Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Kategori Industri Pengolahan
Kategori Perdagangan Besar dan Eceran
Produk Akhir
Sumber: ICC, BPS, Kementerian Investasi/BKPM
Peta Jalan juga mencakup data konversi kelapa yang merupakan suatu
perhitungan yang mengakomodasi konversi kelapa bulat hingga ke bagian
produk-produk turunannya (Tabel 4.2). Data konversi kelapa bulat menjadi
berbagai produk turunannya pada Peta Jalan ini menjadi data konversi pertama
untuk Indonesia. Negara-negara penghasil kelapa lain seperti Filipina sudah sejak
lama memiliki data konversi yang dijadikan acuan untuk meng hitung kapasitas
pasokan di dalam negeri untuk pengolahan kelapa. Data konversi membantu
proses pengukuran dan pemantauan volume produksi kelapa sehingga pihak
pemangku kepentingan termasuk industri pengolahan kelapa bisa mendapatkan
gambaran kapasitas produksi industri dan kebutuhan pasar. Data konversi pada
Peta Jalan ini disusun berdasarkan masukan yang disepakati bersama asosiasi
industri pengolahan kelapa, asosiasi petani kelapa, ICC, serta seluruh mitra yang
terlibat dalam penyusunan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa. Perhitungan data konversi
didasarkan pada asumsi bahwa satu butir kelapa setara dengan berat 1,8 kilogram.
Komposisi penyusun satu butir kelapa bulat, terdiri dari tempurung dengan berat
0,22 kilogram, sabut dengan berat 0,63 kilogram, daging dengan berat 0,5
kilogram, serta air kelapa dengan berat 0,45 kilogram. Data konversi ini juga akan
membantu dalam menghitung nilai tambah dari p roduk turunan kelapa.
Data rantai pasok memiliki peran penting dalam penyusunan Peta Jalan,
mengingat peningkatan advokasi data kelapa untuk mendukung penguatan
rantai pasok dan percepatan hilirisasi kelapa menjadi salah satu rencana aksi yang
mendukung hilirisasi kelapa.
Peta Jalan mencoba menyiapkan data rantai pasok dari hilirisasi kelapa yang
disusun berdasarkan masukan dari para asosiasi industri pengolahan kelapa (Tabel
4.3) dan menjadi data rantai pasok pertama yang disusun untuk kelapa di
Indonesia. Ketersediaan data ini diharapkan dapat mengurangi tantangan
mismatched antara daerah produsen kelapa dengan permintaan industri rendah,
dan daerah dengan permintaan industri tinggi namun kapasitas produksi kelapa
rendah. Data rantai pasok ini dapat memberi rujukan bagi industri untuk
membuat keputusan strategis yang mendukun g peningkatan kinerja rantai pasok
secara keseluruhan setelah mempertimbangkan margin harga bahan baku.

111 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Berdasarkan perhitungan data rantai pasok yang telah disusun, dapat diketahui
bahwa diantara lima bagian kelapa, produk turunan kelapa dari daging kelapa
yaitu VCO memiliki margin harga paling rendah, sedangkan produk turunan
kelapa dari nira yaitu coco syrup memiliki margin harga tertinggi senilai 98,01
persen. Sebagai catatan, perhitungan data konversi serta data rantai pasok masih
berupa living document yang masih bisa dimutakhirkan dan dikembangkan lebih
lanjut.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 112
Tabel 4.2 Inisiasi Tabel Konversi Kelapa
Produk
Kelapa (Kg)
Daging
Kelapa Kopra Minyak
Kelapa
Copra
Meal
Dessicated
Coconut
Coconut
Shell
Shell
Charcoal VCO Coir
1 Whole
Nut
Butir
Coconut
Water
Activated
Carbon
Shisha
Briquette
Coco
Fiber Rope/Yarn
1 Liter
Nata De
Coco
1 Kg Daging
Kelapa
1 0.530 0.33 0.16 0.34

0.13

2

1 Kg Kopra 1.89 1 0.63 0.31 0.64

5

1 Kg Minyak
Kelapa
3.03 1.59 1

1.027

1 Kg Copra
Meal
6.1 3.20 2.03 1 2.09

1 Kg
Dessicated
Coconut
2.94 1.5 0.97 0.47 1

1 Kg Coconut
Shell

1 0.25

5

0.08 0.25

1 Kg Shell
Charcoal

4 1

20

0.3 1

1 Kg VCO 7.56 2

1

15

1 M
3
Coir

1 170

20 15.4

1 Whole Nut
Butir
0.5 0.2

0.22 0.05 0.08 0.63 1 0.45 0.01

0.05

1 Kg Coconut
Water

2.22 1

0.83
1 Kg
Activated
Carbon

12 3

60

1

1 Kg Shisha
Briquette

4 1

20

1

1 Kg Coco
Fiber

0.05 8.5

1 0.77

1 Kg
Rope/Yarn

0.06 11

1.3 1

1 Liter Nata
De Coco

1.2

1

113 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Tabel 4.3 Perhitungan Inisiasi Data Rantai Pasok

Nata de cocoAir (L)Kelapa
200.000.000 literKebutuhan
60.000 ton72.000.000 liter288.000 ton(192 ribu butir)Existing
Rp 2500/kgRp 840/literRp 500/literHarga
66,40%28,57%Margin Harga
VCOCoconut MilkDagingKelapaKelapa
Kebutuhan
200.000 liter20.000.000 butirExisting
Rp 100000/literRp 75000Harga
25,00%Margin Harga
BriketshishaArang tempurungTempurungKelapa
444.000 ton444.000 ton17760008.880.000.000 butirKebutuhan
266.400 ton266.400 ton1.065.600 ton5.328.000 butirExisting
Rp 24896/kgRp 8500/kgHarga
65,86%Margin Harga
Karbon AktifArangtempurungTempurungKelapa
Kebutuhan
1200 ton3600 ton18000Existing
Rp 28008/kgRp 19500/kgRp 8800/kgHarga
30,38%54,87%Margin Harga
CocofiberSabutKelapa
293.760 tonKebutuhan
32.832 ton1.641.600 m3293.760 tonExisting
Rp 40000/kgRp 26000/m3Harga
35,00%Margin Harga
Coco Sugar GranulatedNira
500.000 -700.000 literKebutuhan
187.500 kg200.000 -300.000 literExisting
Rp 110000/literRp 25000/kgHarga
77,27%Margin Harga
Coco SyrupNira
200.000 -300.000 literKebutuhan
44625 kg50.000 -100.000 literExisting
Rp 150450/literRp 3000/literHarga
98,01%Margin Harga
Air Sabut
Daging
Tempurung Nira

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 114
Peta Jalan ini juga mencakup rancangan sistem monitoring terintegrasi berbasis
digital untuk pengelolaan operasional hilirisasi kelapa yang lebih efektif dan efisien.
Rancangan sistem tersebut diusulkan dengan nama Integrated Digital Monitoring
for Coconut (INDOCO). Pengembangan INDOCO didasar kan pada luasnya areal
perkebunan kelapa di Indonesia yaitu sebesar 3,3 juta hektar yang tersebar di
seluruh pelosok negeri, sehingga diperlukan teknologi berbasis satelit untuk
membantu pemantauan kondisi lahan dan tanaman kelapa dengan tujuan untuk
pengendalian lahan kelapa, potensi benih, pere majaan, dan panen. Sistem
INDOCO menggabungkan interpretasi teknologi satelit inderaja dengan data
sistem informasi yang disediakan dari pemangku kepentingan terkait sebagai wali
data, serta citra resolusi tinggi lainnya seperti IKONOS, Sentinel 2, dan lain
sebagainya. Pengembangan INDOCO diharapkan dapat bermanfaat untuk
memantau intensitas pertanaman, pola tanam, luas lahan, neraca air lahan,
kebutuhan irigasi, usia tanaman dan indikasi konversi lahan secara efektif.
Rancangan skema kolaborasi dan tata kelola pada sistem INDOCO mengacu pada
tata kelola yang dimiliki oleh Satu Data Indonesia (Gambar 4.5).

Gambar 4.5 Rancangan Skema Kolaborasi dan Tata Kelola Sistem Monitoring
Kelapa Terintegrasi
Rancangan skema kolaborasi dan tata kelola terdiri dari wali data, produsen data,
pembina data, dan pengguna data. Wali data merupakan unit pada Instansi Pusat
dan Instansi Daerah yang melaksanakan kegiatan pengumpulan, pemeriksaan,
dan pengelolaan data ya ng disampaikan oleh produsen data, serta
menyebarluaskan data. Produsen data sendiri merupakan unit pada Instansi Pusat
dan Instansi Daerah yang menghasilkan data berdasarkan kewenangan sesuai
Optik SAR
Pre-Processing
Satellite Data
Computer
Vision
Data LapData Lap
SISCrop
SIMOTANDI
Model Machine Learning
Keluaran
Data
Cuaca
Daerah
Irigasi(D.I)
Data Irigasi
Pertanian
Perkebunan
Kelapa
Satellite Imagery Data Lapangan
•FaseTanaman
Kelapa
•Luas Tanam
•Luas Panen
•Produktivitas
•Indeks
Pertanaman
•NeracaAir Lahan
•KebutuhanIrigasi
•KonversiLahan
Kelapa

115 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
dengan ketentuan peraturan perundang -undangan. Pembina data merupakan
Instansi Pusat yang diberi kewenangan untuk melakukan pembinaan terkait data
atau Instansi Daerah yang diberikan penugasan untuk melakukan pembinaan
terkait data, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2019
tentang Satu Data Indonesia. Sementara itu, pengguna data merupakan Instansi
Pusat, Instansi Daerah, perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang
menggunakan data.
4.5. PENGEMBANGAN KERJA SAMA
Dalam mendukung percepatan pelaksanaan program hilirisasi kelapa, diperlukan
pengembangan kerja sama melalui pembentukan Tim Koordinasi Strategis
Program Hilirisasi Kelapa yang beranggotakan perwakilan kementerian/lembaga,
asosiasi dan mitra pembangunan. Pembentukannya ditetapkan melalui
keputusan Menteri PPN/Kepala Bappenas. Percepatan program hilirisasi kelapa
juga didukung dengan kerja sama antara pemerintah dengan ICC dan mitra
pembangunan lainnya termasuk asosiasi. Kerja sama yang dilakukan oleh Tim
Koordinasi Strategis Program Hilirisasi Kelapa dalam mendukung percepatan
hilirisasi kelapa yaitu berupa kolaborasi dalam penyusunan Peta Jalan Hilirisasi
Kelapa, kolaborasi dan pengawalan pelaksanaan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa,
pengusulan kebijakan dan inisiatif baru, serta kolaborasi perluasan kerja sama
terkait hilirisasi kelapa.
Pada tahap inisiasi pelaksanaan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa, kolaborasi yang akan
dikembangkan Tim Koordinasi Strategis difokuskan pada pelaksanaan program
hilirisasi kelapa yang dilaksanakan melalui empat kelompok proyek pengungkit
yang terintegrasi dari hulu hingga hilir yang akan dilaksanakan pada tahun 2025 –
2029, yaitu peningkatan produktivitas, peningkatan diversifikasi, peningkatan
integrasi rantai pasok, serta peningkatan riset dan inovasi. Rancangan program
dan proyek akan dituangkan lebih lanjut dalam dokumen teknis. Program Hilirisasi
Kelapa diharapkan dapat menjadi bagian dari proyek strategis nasional pada
periode 2025-2029. Gambar 4.6 menguraikan latar belakang yang mendasari
rancangan program dan proyek -proyek pengungkit untuk hilirisasi kelapa.
Gambar 4.7 menunjukkan struktur program hilirisasi kelapa. Penjelasan umumnya
adalah sebagai berikut.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 116

Gambar 4.6 Latar Belakang Program Hilirisasi Kelapa

•Kapasitasproduksibenihmencapai50% darikebutuhandalam5 tahun
•Produktivitaskelapameningkatdari1,12 ton setarakopraper hektarmenjadi
1,21 ton setarakopraper hektar
•Proporsiluastanamanmenghasilkanmeningkatdari76% menjadi80%
dalam5 tahun
•Penghasilanpetanimeningkat
•Kontribusipada penurunanemisigas rumahkacameningkat
•RPJPN 2025-2045: Hilirisasiindustriberbasissumberdayaagro
•RancanganTeknokratikRPJMN 2025-2029: (1) Hilirisasiindustriberbasissumberdayaagrotermasukkelapasebagaikomoditasprioritashilirisasi, (2) PN 2:
SwasembadaPangandan PN 5: Mengembangkanhilirisasiuntukpusatpertumbuhanekonomibaru
KategoriRelevansiProyek
PotensiOutcomedan Manfaat
•Meningkatnyaproduktivitaskelapadan diversifikasikelapadenganmemanfaatkandaging, air, tempurung, sabut, dan nirakelapauntukmenghasilkanproduk
bernilaitambahtinggiyang dipasokdi dalamdan luarnegeri
SasaranUtama
•Produktivitaskelapamasihsebesar1,12 ton setarakopraper hektar.
•98,95% kebunrakyat yang menerapkanpolabudidayatradisional
•Proporsikelapatuadan kelaparusaktinggi
•Potensiproduksibenihsaatini9,8 jutaatau23,65% darikebutuhankelapa
sebesar41,6 juta
•Ongkospanenyang tinggi
•Pendapatanpetanirendah
•Organisasipetanibelumkuat
•Daya saingekspordan ragamprodukturunankelapamasihkalahdariFilipina
•49% pemanfaatandalambentukkoprauntukdiolahmenjadiminyakkelapa
•3,68 jutaton air kelapadibuang, atausetaradengankehilanganpotensisebesar
US$5,25 miliar
•Kehilangannilaiekonomidarisabutkelapayang dibuang/belumdimanfaatkan
sebesarUS$320 juta
•Kehilangannilaitempurungyang belumdimanfaatkansebesarUS$373 juta
•Utilisasiindustripengolahkelapamasihberkisar40 –55%
•Belum adakemitraanrantaipasok(beliputus/melaluipengepul)
•Jumlahindustrikelapaterintegrasidi Indonesia hanya16 industri, lebihrendah
dibandingkanSrilanka(19 industri), Filipina (21 industri), dan Thailand (23 industri)
•Penerapanteknologidan inovasiterbatas
•Kemitraanrantaipasokindustridan petanikelapameningkat
•Utilisasiindustrimeningkatdari45% menjadi65%
•ProduktivitasIKM pengolahankelapameningkat
•Pertumbuhannilaitambahprodukolahankelapa(CAGR) 6,8 persen
•Komersialisasihasilrisetdan inovasiperkelapaanoleh industrimeningkat
•Investasiindustripengolahankelapameningkat
•Jumlahindustripengolahankelapaterintegrasimeningkat
KondisiSaatIni

117 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Program hilirisasi kelapa dilaksanakan berdasarkan struktur yang terdiri dari
delapan proyek. Pelaksanaan program hilirisasi kelapa akan difokuskan di 16
provinsi dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau Kawasan Industri (KI) yang
berbasis agroindustri. Program hilirisasi kelapa dilaksanakan secara lintas K/L dan
daerah, dengan proyek-proyek yang akan dikoordinasikan oleh Kementerian
Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Investasi/BKPM, Kementerian
Perdagangan, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN ), serta melibatkan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keua ngan
termasuk melalui BPDP, Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM,
Kementerian Desa PDTT, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, Pemerintah
Daerah, asosiasi petani kelapa, asosiasi pemerintah daerah penghasil kelapa, serta
asosiasi industri pengolah kelapa (Gambar 4.6). Beberapa modalitas dalam bentuk
kegiatan yang sudah dan sedang dilaksanakan beserta pendanaannya, serta
regulasi pendukung menjadi basis bagi pelaksanaan program ke depan.
Setiap proyek hilirisasi kelapa terdiri dari beberapa kegiatan dengan lokasi dan
perhitungan kebutuhan pendanaan di setiap kegiatan. Sebagai contoh proyek
peningkatan produksi dan penyebaran benih mencakup antara lain kegiatan
pembangunan kebun benih, pemeliharaan kebun sumber benih, serta dukungan
operasional nursery. Proyek peningkatan diversifikasi produk dan daya saing
produk antara lain mencakup kegiatan pengembangan teknologi pengolahan
kelapa produk hilir (MCT, SAF, dan lain-lain), peningkatan pelaporan data industri
Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS).
Sementara itu pelaksanaan proyek peningkatan sentra IKM pengolahan kelapa
akan dilaksanakan seiring dengan kegiatan -kegiatan pengembangan industri
pengolahan kelapa yang dapat mencakup penyusunan kebijakan tata niaga,
business matching, asistensi peningkatan kualitas produk berorientasi ekspor,
fasilitas pusat penyediaan bahan baku industri tempurung dan sabut kelapa (kerja
sama pengembangan prototipe teknologi dengan litbang, akademisi, dan
praktisi), fasilitas pemanfaatan teknologi untuk penyediaan bahan baku indu stri
pengolahan air kelapa (kerja sama pengembangan prototipe teknologi dengan
litbang, akademisi, dan praktisi), serta pelaksanaan restrukturisasi mesin/peralatan.
Keseluruhan kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan utilisasi industri
dan diversifikasi produk turunan kelapa di Indonesia.
Keseluruhan rancangan program dan proyek -proyek pengungkit yang
membentuknya diarahkan untuk menjadi masukan dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025 -2029.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 118

Gambar 4.7 Deskripsi dan Status Proyek-Proyek Hilirisasi Kelapa

Lokasi
16 Provinsi(Riau, Sulawesi Utara,
JawaTimur, Sulawesi Tengah,
Maluku Utara, JawaTengah,
JawaBarat, NTT, Jambi, Maluku,
Kalimantan Barat, Gorontalo,
Sumatera Utara, Lampung,
Banten, KepulauanRiau) dan
KEK/KI yang berbasis
agroindustri
Kelembagaan
Lintas K/L/D
KemenkoPerekonomian,
Kemenkeu(BPDP), Kemen
BUMN, KUMKM, Kemendes
PDTT, KemenPPN/Bappenas,
KemenLHK, KemenATR/BPN,
Pemda, AsosiasiPetaniKelapa,
AsosiasiPemdaPenghasil
Kelapa, AsosiasiIndustri
PengolahKelapa
Sumber
pendanaan
(masih
dikonfirmasi
kepada
project
owner)
•Pada RKP 2025 telah
dialokasikansebagian
pendanaanuntukperbenihan,
peremajaan, dan intensifikasi
•Potensidukungandana non
pemerintahdariswastadan
mitrapembangunan
Kegiatan
yang sudah
ada
•Telah tersediaPeta Jalan Hilirisasi
Kelapa
•Telah tersediaPedomanBudidaya
Kelapayang Baik(2014)
•RencanatransformasiBadan Pengelola
Dana Perkebunan KelapaSawit
(BPDPKS) menjadiBadan Pengelola
Dana Perkebunan (BPDP) yang
mencakupkomoditaskelapa
•Telah dilaksanakanperluasankebun,
perluasankelapagenjah, peremajaan
kelapa, dan intensifikasikelapa
•PengembangansentraIKM pengolahan
kelapa
•PengembanganSNI untukproduk
turunankelapa(minyakgoreng, VCO,
santan, nata de coco, gula kelapa, dll)
•PenerapanHACCP dan sertifikasihalal
Regulasi
pendukung
•PermentanNo. 130/2013 tentang
PedomanBudidayaKelapa(Cocos
nucifera) yang Baik
•PermentanNo. 50/2015 tentang
Produksi, Sertifikasi, Peredarandan
PengawasanBenihTanaman
Perkebunan
•Regulasiberkaitandenganstandar
(SNI, HACCP, dan halal)
StrukturProyek ModalitasRencanaPelaksanaan
Project Owner:
•Kementerian Pertanian
•Kementerian Perindustrian
•Kementerian Investasi/
BKPM
•Kementerian Perdagangan
•BRIN
HilirisasiKelapa
1. Perbaikandata
perkelapaan(budidayadan
pengolahan)
2. Peningkatanproduksi
dan penyebaranbenih
unggul
3. Peningkatan
produktivitaskelapa
4. Peningkatandiversifikasi
produkdan dayasaing
produk
5. Peningkatansentra IKM
pengolahankelapa
6. Peningkataninvestasi
industri pengolahankelapa
7. Integrasi rantaipasokdi
dalamnegeri dan ekspor
8. Peningkatanrisetdan
inovasikelapa

119 | Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045
Peningkatan investasi industri pengolahan kelapa didukung berbagai kegiatan,
seperti promosi investasi, rencana aksi nasional hilirisasi investasi strategis melalui
kegiatan kolaborasi aksi percepatan proyek hilirisasi investasi strategis termasuk
komoditas kelapa, fasilitasi penyelesaian permasalahan industri hilirisasi, termasuk
industri pengolahan komoditas kelapa. Sementara itu peningkatan riset dan
inovasi kelapa akan didukung pendanaan riset dan kerja sama dengan pemerintah
dan dunia usaha.
Pelaksanaan proyek-proyek terkait peningkatan produksi dan penyebaran benih
unggul serta peningkatan produktivitas kelapa melalui penerapan GAP dan
tumpang sari akan difokuskan pada beberapa provinsi, yaitu Riau, Sulawesi Utara,
Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, NTT, Jambi,
Maluku, Kalimantan Barat, dan Gorontalo. Provinsi -provinsi ini dipilih karena
merupakan wilayah dengan tingkat produksi kelapa yang signifikan, sehingga
berpotensi mendukung upaya optimalisasi produktivi tas kelapa secara nasional
melalui pengembangan sumber daya dan teknologi yang lebih maju. Sementara
lokasi untuk program peningkatan utilisasi industri dan diversifikasi produk
direncanakan berdekatan dengan kawasan industri dan kawasan peruntukan
industri di wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk memanfaatkan infrastruktur yang ada,
mempercepat proses industrialisasi yang berdekatan dengan sumber bahan
bakunya, serta mendorong pengembang an produk turunan kelapa di kawasan-
kawasan yang memiliki potensi ekonomi tinggi.

Gambar 4.8 Indikasi Lokasi Penerapan GAP dan Tumpang Sari

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 120

Gambar 4.9 Indikasi Lokasi Peningkatan Utilisasi Industri dan Diversifikasi
Produk
Pendanaan yang telah diidentifikasi untuk pelaksanaan Program Hilirisasi Kelapa
masih bersifat indikatif dan akan dituangkan dalam dokumen yang lebih terinci .
Pembentukan pendanaannya akan mengoptimalkan skema pendanaan
campuran (blended finance) yang memadupadankan pendanaan pemerintah
dengan sumber pendanaan lain termasuk dari swasta, masyarakat dan mitra
pembangunan lainnya.

Sumber: The State of Blended Finance, Convergence, 2021
Gambar 4.10 Mekanisme Blended Finance
Kemajuan dan keberhasilan program hilirisasi kelapa dikawal melalui pelaksanaan
monitoring dan evaluasi yang terintegrasi dan berkala oleh Tim Koordinasi
Strategis.
© GeoNames, Microsoft, TomTom
Powered by Bing
Permodalanconcessional (di bawahmarket-rate)
dan jaminanatauasuransidisediakanoleh
sumberpublikataufilantrofiàCatalytic Funding
MekanismeBlended Finance
Menurunkanrisiko
investasi
Meningkatkanprofil
risk-return agar
sesuaidengan pasar
Sektor
Publik
/Filantropi
Dampak
Sektor
Privat
Mendorongmasuknyapermodalandarisektor
privatsesuaimarket-rate
Blended
Finance
Structures
Development Funding
(Public &
philanthropic
funders)
Private
Capital
Market-rate
Mobilizing
Concessional
Blended Finance berperandalammengurangirisikodengan
menyediakanfirst-loss tranche, memberikan
penjaminan/asuransi, memberikanpendanaanTechnical
Assistance, dan memberikanGrant untukmendesainserta
memberikanstrukturterhadapproyek.

Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025-2045 | 122