11
B. Teori
Zakat adalah kewajiban keagamaan bagi setiap Muslim yang mampu, sebagai
salah satu rukun Islam. Secara tradisional, zakat terbagi menjadi beberapa jenis
seperti zakat fitrah dan zakat mal (harta). Dalam konteks modern, muncul kategori
baru yang dikenal sebagai zakat profesi, yaitu zakat yang dikenakan pada
penghasilan individu dari profesinya, seperti gaji, honorarium, dan pendapatan lain
yang bersifat rutin.
Batasan profesi dilihat ketergantungannya dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian. Pertama, pekerja ahli yang berdiri sendiri artinya tidak terikat oleh
pemerintah, seperti dokter swasta, insinyur, pengacara, penjahit, tukang batu, guru,
dosen, wartawan dan konsultan. Kedua, profesi yang terkait dengan pemerintah
atau yayasan atau badan usaha yang menerima gaji setiap bulan. Menurut sebagian
ulama, seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan Muawiyah, kedua kelompok profesi di
ata baik yang wiraswasta atau pegawai yang terikat oleh suatu instansi, mereka
dapat terkena kewajiban mengeluarkan zakat profesinya masing-masing ketika
menerima upah/gaji sebesar seperempat puluhnya. Jika rutinitas itu dilakukan maka
tidak ada lagi baginya kewajiban untuk mengeluarkan zakat pada akhir tahun.
Di sisi lain, jika dilihat dari aspek penerimaannya, profesi dapat dikategorikan
menjadi dua. Pertama, hasil usaha yang teratur dan pasti setiap bulannya. Yang
termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah seperti upah pekerja dan gaji
pegawai. Kedua, hasil yang tidak tetap dan dapat dipastikan seperti kontraktor,
pengacara, royaliti pengarang, konsultan, dan artis.
Dapt ditarik kesimoulan bahwa zakat profesi meliputi semua pekerjaan yang
halal dan baik baik dari profesi yang diperoleh melalui pendidikan atau bukan. Untuk
waktu pengeluarann zakatnya dapat dikeluarkan sesuai dengan waktu
perolehannya setelah diambil terlebih dahulu untuk kewajiban biaya terhadap
keluarga dan biaya operasional.
Bagi seseorang dengan profesinya yang berpenghasilan pas-pasan bahkan
kurang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bukanlah jenis termasuk profesi yang
wajib dikeluarkan zakatnya, bahkan mereka tergolong orang yang berhak menerima
zakat (mustahiq), seperti tukang beca.
Sedangkan zakat produktif Zakat dalam fikih merupakan ibadah maal (materi)
yang berfungsi untuk meningkatkan perekonomian ummat. Kedukukan zakat
sebagai salah satu rukun Islam meniscayakan kepada ummat Islam untuk
mengimani dan melaksanakannya. Orang yang menganggap zakat bukan rukun
Islam, maka dapat dianggap kafir. Di sisi lain orang yang tidak berzakat padahal
telah berkewajiban maka ia telah melakukan perbuatan dosa karena telah menolak
perintah Allah dan telah mengabaikan hak para mustahiq. Oleh karena itu,
pembayaran zakat bukan sekedar untuk menggugurkan kewajiban tapi memiliki
pengaruh positif kepada kehidupan sosial karena keberadaannya dapat
mengangkat kesejahteraan hidup bagi orang yang tidak mampu.
Bentuk zakat dalam Islam dengan melihat mustahiqnya dapat dibagi menjadi
empat. Pertama, Konsumtif Tradisional, seperti zakat fitrah. Kedua, Konsumtif
Kreatif, contohnya bea siswa. Ketiga, Produktif Tradisional, seperti pemberian