23
merdeka, dikuasai oleh tuannya. Orang yang terlilit hutang, yaitu oraang yang
memiliki tunggakan hutang kepada orang lain baik hutang tersebut untuk
kepentingan pribadinya atau hutang karena untuk biaya kebajikan. Orang yang
berjuang di jalan Allah, yaitu para tentara yang berperang melawan serangan
orang kafir. Orang yang sedang dalam perjalanan. Yaitu orang yang sedang
melakukan sebuah perjalanan dengan tujuan yang baik bukan untuk kemaksiatan,
seperti pelajar atau mahasiswa yang belajar di luar negeri.
Permasalahan yang muncul adalah, apa hukum zakat untuk pembangunan
mesjid? Sebab sekali lagi dalam surat at-Taubah ayat 60, sebagaimana dijelaskan
di atas, pembangunan dan pemugaran mesjid tidak termasuk ke dalam mustahiq
zakat. Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan di atas diperlukan ijtihad yang
dapat menentukan pintu masuk kepada kelompok mana zakat untuk pembangunan
mesjid itu?
Dari ke-delapan macam mustahiq zakat seperti tersebut di atas, ditemukan
mustahiq yang disebut sabilillah yang secara bahasa artinya jalan Allah. Para ulama
dalam memahami kata sabilillah tidak hanya terbatas pada makna hakiki yaitu para
pejuang yang berperang menegakkan agama Allah. Kata sabilillah juga dipahami
secara majazi yang maknanya bersifat umum. Terkait dengan makna yang
tersebut terakhir ini, para ulama memiliki penafsiran yang beraneka ragam.
Menurut Mahmud Syaltut, istilah sabilillah memiliki arti kemaslahatan ummat
yang manfaatnya kembali kepada kaum muslimin seperti pembangunan mesjid,
rumah sakit, perlengkapan pendidikan, dan sebagainya. Memperkuat pendapatnya,
Syaltut mengutip pendapat Imam Al-Razi yang mengatakan bahwa kata sabilillah
tidak terbatas pada arti tentara. Syaltut juga mengutip pendapat al-Qaffal yang
berpendapat bahwa boleh menyalurkan zakat ke semua bentuk kebaikan seperti
untuk mengurus mayat, membangun benteng, dan pembangunan mesjid. Tetapi
Syaltut memberikan catatan bahwa zakat yang diperbolehkan untuk pembangunan
mesjid dengan syarat mesjid itu hanya satu-satunya di suatu desa, atau untuk
pembangunan mesjid baru karena mesjid yang tersedia tidak cukup lagi untuk
menampung jamaah. Menurut Syaltut, arti sabilillah dapat disimpulkan menyangkut
pemeliharaan posisi materi dan spritual suatu bangsa termasuk di dalamnya mesjid.
Menurut al-Maraghi, istilah sabilillah adalah semua perkara yang berhubungan
dengan kemaslahatan ummat dapat dimasukkan ke dalam sabilillah, seperti perkara
yang menyangkut masalah agama dan pemerintahan, seperti masalah pelayanan
haji. M. Rasyid Ridha berpendapat bahwa, istilah sabilillah mencakup semua
kepentingan syariah secara umum yang berkenaan dengan masalah agama dan
negara dan yang terpenting, untuk persiapan kepentingan perang dengan membeli
persenjataan.
Menurut Yusuf Qardhawi, istilah sabilillah memiliki arti yang lentur, yaitu semua
sarana yang dapat dipergunakan untuk memperjuangkan kemajuan ummat Islam
dan melawan semua bentuk serangan orang-orang kafir, semuanya termasuk
sabilillah. Lebih rinci, beliau menyebutkan usaha pembebasan Islam dari kekuasaan
dengan memerangi kaum kafir, sarana pendidikan dan pengajaran serta lembaga
da’wah, surat kabar islami, penerbitan buku-buku islami dan para da’i, semua yang