KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK HERI BAHTIAR, S.Kep,Ns. MPH FAKULTAS KEPERAWATAN PRODI PENDIDIKAN NERS INKES YARS MATARAM TAHUN 2025
Pengertian gerontik, geriatrik, gerontologi dan keperawatan gerontologi Gerontologi Secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani, geron yang berarti "orang tua" dan logos yang berarti "ilmu". Merupakan ilmu yang mempelajari seluruh aspek dalam proses penuaan, termasuk perubahan fisik, psikologis, sosial, dan biologis. Bidang ini bersifat multidisiplin, melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti kedokteran, psikologi, sosiologi, dan ekonomi untuk memahami penuaan dari berbagai sudut pandang
Geriatrik Merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada diagnosis, pengobatan, dan pencegahan penyakit pada pasien lanjut usia. Istilah ini merujuk pada penanganan medis khusus untuk lansia yang mengalami berbagai kondisi atau masalah kesehatan yang kompleks. Seorang lansia dianggap geriatri apabila memiliki lebih dari satu masalah kesehatan, baik fisik maupun psikis, atau berusia di atas 70 tahun dengan satu permasalahan kesehatan.
Gerontik Istilah ini sering kali digunakan dalam konteks keperawatan, merujuk pada praktik atau pelayanan keperawatan yang diberikan kepada lansia. Fokusnya adalah pada asuhan keperawatan yang komprehensif, mencakup aspek biologis, psikososial, spiritual, dan kultural. Sering kali digunakan secara bergantian dengan istilah "keperawatan gerontologi
Keperawatan gerontologi Merupakan bentuk pelayanan profesional yang menerapkan ilmu dan teknik keperawatan pada klien lansia, baik dalam kondisi sehat maupun sakit. Pelayanan ini bersifat holistik dan komprehensif, ditujukan untuk individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kesehatan dan kemandirian lansia, serta meningkatkan kualitas hidup mereka. Prosesnya melibatkan tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi asuhan keperawatan
DEFINISI LANSIA Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia . Menua merupakan proses sepanjang hidup , tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu , tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan . Definisi lansia (lanjut usia) secara umum adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia di Indonesia. Menurut WHO yang mengklasifikasikan lansia (elderly) sebagai usia 60-74 tahun. Lansia juga merupakan tahap akhir siklus hidup yang ditandai dengan perubahan fisik, mental, dan penurunan fungsi tubuh
Batasan Batasan Lanjut usia Menurut WHO Lanjut usia meliputi Usia pertengahan (Middle age), adalah kelompok usia (45 -59 tahun ). Lanjut usia ( Eldery ) antara (60&74thn) Lanjut usia (old) antara (75&90 thn ) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
Teori Teori proses menua Biologis: Pada orang tua terjadi proses degenerasi karena: a. Berkurangnya jumlah sel-sel baru b. Sel-sel yang terbentuk pada usila, kualitas kurang daripada usiamuda. c. Terjadi metabolisme kompleks (organ-organ aus) d. Keturunan: orang yang diturunkan oleh orang dengan usila,maka mempunyai kemungkinan usila
Sosial a. Teori activity: Lansia yang aktif, lebih besar terpuaskan hidup. Konsep diri berhubungan dengan peran dan peran sebelumnya harus diganti dengan peran yang baru untuk tetap aktif. b. Teori continuity: Mengembangkan interaksi antara pengalaman biologik dan psikologik. c. Teori stratifikasi usia: Interdependen yang tinggi antara lansia dan masyarakat. d. Teori person: Perubahan pada kompetensi akan mempengaruhi lansia dalam berhubungan dengan lingkungan (Lawton, 1982).
Psikologik a. Genertif >< self absorption/stagnasi (40-65 tahun): ï‚· Dewasa menengah ï‚· Kematangan ï‚· Ekspresi tentang dunia umum b. Integritas ego >< despair (65-70 tahun) ï‚· Dewasa tua ï‚· Menerima, menjanda
Kultur/Budaya (Herskouits, 1955) ï‚· Culture: pengalaman universal, unik ï‚· Culture: stabil, dinamis ï‚· Bagian dari: kehidupan Spiritual : Kepercayaan spiritual, praktik, pengertian hidup dan mati, usaha untuk aktualisasi diri (Haugk, 1976). Tempat ibadah dan pemimpin agama memberikan kontribusi yang unik, untuk mewujudkan kesehatan mental komunitas Perubahan spiritual/kepercayaan agama mempengaruhi apapun yang menjadi kehendak Tuhan Bertindak pasif dan menolak Upaya rehabilitasi: dihukum atas dosanya , rasa bersalah Banyak terlibat dalam peran-peran keagamaan
TIPE LANJUT USIA Tipe arip Bijaksana Tipe mandiri Tipe tidak puas Tipe pasrah Tipe Bingung
Klasifikasi Berdasarkan Tipe Kepribadian ini menggambarkan bagaimana seorang lansia beradaptasi dengan perubahan fisik dan sosial seiring bertambahnya usia. Tipe Arif Bijaksana: Lansia yang kaya pengalaman, bijaksana, ramah, rendah hati, dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Tipe Mandiri: Lansia yang aktif, selektif dalam pergaulan dan kegiatan, serta memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan kemandiriannya. Tipe Tidak Puas: Lansia yang sering mengalami konflik batin, menentang proses penuaan, dan cenderung menunjukkan sikap pemarah, tidak sabar, serta suka mengkritik. Tipe Pasrah: Lansia yang menerima nasibnya, mengikuti kegiatan ibadah, dan menjalani hidup dengan pasrah. Tipe Bingung: Lansia yang mengalami kehilangan kepribadian, mudah terkejut, merasa minder, mengasingkan diri, dan acuh tak acuh
PERUBAHAN FISIK DAN FUNGSI AKIBAT PEROSES MENUA SEL SISTEM PERSARAFAN SISTEM PENGELIHATAN Jumlah sel menurun Ukuran sel lebih besar Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang Proporsi protein di otak , otot , ginjal , darah dan hati menurun Menurun hubungan persarafan Berat otak menurun 10-20% Respon dan waktu untuk bereaksi lambat , khususnya terhadap stres Saraf panca indra mengecil Sfingter pupil timbul seklerosis dan respon terhadap sinar menghilang Kornea lebih berbentuk steris Lensa lebih suram Meningkatnya ambang , pengamatan sinar
PERUBAHAN MENTAL Faktor Faktor yang mempengaruhi perubahan mental : Perubahan fisik , khususnya organ perasa Kesehatan umum Tingkat pendidikan Keturunan Lingkungan
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL Kehilangan pinansial ( Pendapatan berkurang ) Kehilangan status Kehilangan teman atau kenalan atau relasi Kehilangan pekerjaan atau kegiatan Merasakan atau sadar terhadap kematian , perubahan cara hidup Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabattan 7. Adanya penyakit kronis dan ketidak mampuan 8.Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial 9. Adanya gangguan saraf panca indra , timbul kebutaaan atau ketulian 10. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan 11. Rangkaian kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family 12. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
Spiritual pada lansia Apa itu Spiritualitas? Aspek kemanusiaan yang mencari makna dan tujuan hidup. Lebih dari sekadar agama, mencakup nilai-nilai, harapan, dan hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi. Mengapa Spiritualitas Penting bagi Lansia? Membantu lansia menghadapi perubahan dan ketidakpastian dalam hidup. Memberikan ketenangan batin dan meningkatkan kesejahteraan emosional. Menjadi sumber koping untuk mengatasi masalah kesehatan dan kesepian
Perubahan Spiritual pada Lansia Peningkatan Fokus pada Spiritualitas: Banyak lansia menemukan bahwa agama dan spiritualitas menjadi lebih penting seiring bertambahnya usia. Hal ini bisa terjadi karena kesadaran akan kefanaan hidup dan pencarian makna yang lebih dalam. Integrasi Agama dalam Kehidupan: Bagi lansia yang religius, agama semakin terintegrasi dalam cara berpikir dan bertindak sehari-hari. Praktik keagamaan seperti ibadah dan doa menjadi lebih intens
Tahap-Tahap Perkembangan Spiritual Lansia Atchley: Spiritualitas dan Penuaan Keinginan untuk bertumbuh secara spiritual: Banyak lansia merasa termotivasi untuk lebih mengembangkan spiritualitas mereka. Perjalanan spiritual yang unik: Setiap individu memiliki pengalaman spiritual yang berbeda. Pencarian makna: Lansia sering merenungkan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang keberadaan mereka
Dampak Perubahan Spiritual terhadap Kesejahteraan Lansia Dampak Positif: Penerimaan Diri dan Kematian: Membantu lansia menerima proses penuaan dan menghadapi kematian dengan lebih tenang. Rasa Puas dan Berharga: Perkembangan spiritual yang matang menciptakan rasa percaya diri dan kepuasan hidup. Ketahanan Emosional: Praktik spiritual dapat mengurangi stres, kecemasan, dan rasa takut. Dampak Negatif (Distres Spiritual): Rasa putus asa: Jika kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, lansia bisa merasa kehilangan harapan dan tujuan. Merasa bersalah atau tidak berharga: Perasaan ini dapat muncul ketika lansia merasa belum mencapai tujuan spiritualnya.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Spiritualitas Lansia Faktor Internal: Penurunan fisik: Kondisi kesehatan yang menurun dapat memengaruhi kemampuan lansia untuk beribadah. Perubahan peran sosial: Pensiun atau kehilangan pasangan dapat memicu pertanyaan tentang makna hidup. Faktor Eksternal: Dukungan keluarga: Perhatian dan dukungan keluarga sangat penting untuk kesejahteraan spiritual lansia. Komunitas sosial: Partisipasi dalam komunitas keagamaan memberikan dukungan sosial yang kuat. Keterbatasan akses: Lansia di panti jompo mungkin merasa kesepian dan kurang mendapat dukungan spiritual
Intervensi untuk Mendukung Spiritualitas Lansia Peran Keluarga: Melibatkan lansia dalam kegiatan keagamaan atau ritual keluarga. Mencurahkan perhatian dan waktu untuk mendengarkan cerita lansia. Peran Petugas Kesehatan: Mengidentifikasi dan merespons kebutuhan spiritual lansia secara holistik. Mendukung praktik keagamaan pasien selama perawatan. Terapi Spiritual: Terapi kelompok atau konseling untuk membantu lansia menemukan makna hidup. Mendorong kegiatan yang bermakna, seperti berkebun atau berinteraksi dengan alam
Lingkup keperawatan gerontik Lingkup keperawatan gerontik mencakup perawatan pada berbagai tingkatan, dari pencegahan hingga pemulihan, dengan pendekatan yang holistik: Preventif (Pencegahan): Mengupayakan pencegahan penyakit atau penurunan fungsi akibat proses penuaan melalui pemeriksaan berkala, edukasi tentang gizi seimbang, dan aktivitas fisik. Kuratif (Penyembuhan): Memberikan perawatan bagi lansia yang mengalami penyakit akut atau kronis dengan fokus pada pemulihan. Rehabilitatif (Pemulihan): Membantu lansia memulihkan dan mengoptimalkan kembali fungsi fisik, mental, dan psikososial mereka. Promotif (Peningkatan): Mendorong pola hidup sehat pada lansia, termasuk kesehatan mental dan spiritual, untuk meningkatkan kualitas hidup. Holistik: Memperhatikan semua aspek kebutuhan lansia, yaitu bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural
Peran perawat gerontik Peran perawat gerontik sangat luas, mencakup berbagai posisi untuk memastikan lansia mendapatkan perawatan yang optimal: Care Giver (Pemberi Asuhan Langsung): Memberikan perawatan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan dasar lansia. Pendidik: Mengedukasi lansia dan keluarganya tentang perawatan yang tepat, manajemen penyakit, dan pentingnya kemandirian. Konselor: Memberikan bimbingan dan dukungan emosional kepada lansia serta keluarganya dalam menghadapi proses penuaan.
Motivator: Mendorong semangat hidup dan kemandirian lansia agar tetap produktif dan berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Advokat: Bertindak sebagai pembela hak-hak lansia, memastikan mereka mendapatkan layanan berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan. Manajer Kasus: Mengoordinasikan layanan perawatan yang dibutuhkan lansia, termasuk perawatan jangka panjang dan manajemen risiko. Peneliti: Berpartisipasi dalam penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik yang lebih inovatif.
Fungsi perawat gerontik Fungsi perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas hidup lansia dan penanganan masalah terkait usia secara komprehensif: Mengatur dan mengelola perawatan: Mengoordinasikan kebutuhan perawatan harian dan jangka panjang lansia. Memelihara kemandirian lansia: Membantu lansia agar tetap mandiri seoptimal mungkin dalam aktivitas sehari-hari. Menghilangkan stigma usia: Membantu mengubah pandangan negatif atau stereotip terhadap lansia, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Memberikan dukungan psikososial: Mendengarkan keluh kesah dan memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan lansia. Membangun pertumbuhan berkelanjutan: Membuka kesempatan bagi lansia untuk terus berkembang dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial.
model pelayanan keperawatan gerontik Model Adaptasi Callista Roy Model ini berfokus pada kemampuan adaptasi lansia terhadap perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi seiring bertambahnya usia. Inti model: Lansia adalah makhluk bio-psiko-sosial yang terus berinteraksi dengan lingkungannya. Fokus pelayanan: Membantu lansia beradaptasi dengan perubahan yang ada melalui empat mode: Fisiologis: Pemenuhan kebutuhan fisik seperti nutrisi, eliminasi, dan istirahat. Konsep diri: Membantu lansia mempertahankan harga diri dan identitas mereka. Fungsi peran: Membantu lansia beradaptasi dengan perubahan peran di masyarakat dan keluarga. Interdependensi: Membantu lansia mempertahankan hubungan dengan orang lain untuk mendapatkan dukungan sosial.
2. Model Sistem Betty Neuman Model ini melihat lansia sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan stresor atau penyebab stres dari lingkungan. Inti model: Pencegahan adalah fokus utama pelayanan untuk mempertahankan stabilitas sistem lansia. Fokus pelayanan: Pencegahan primer: Mencegah masalah kesehatan sebelum terjadi, misalnya dengan edukasi pola makan sehat dan olahraga. Pencegahan sekunder: Deteksi dini dan intervensi cepat untuk mengatasi masalah yang sudah timbul, seperti skrining tekanan darah secara berkala. Pencegahan tersier: Membantu lansia pulih dari masalah kesehatan dan meminimalkan komplikasi
3. Model Perawatan Diri (Self Care) Dorothea Orem Model ini berfokus pada kemampuan lansia untuk merawat diri sendiri. Inti model: Keperawatan diperlukan ketika lansia tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. Fokus pelayanan: Sistem dukungan penuh (wholly compensatory): Perawat mengambil alih seluruh perawatan ketika lansia tidak mampu merawat diri sama sekali. Sistem dukungan sebagian (partially compensatory): Perawat membantu lansia dalam beberapa aspek perawatan diri. Sistem dukungan edukatif dan perkembangan (supportive-educative): Perawat memberikan edukasi dan dukungan agar lansia dapat merawat dirinya secara mandiri
5. Model Transkultural Madeleine Leininger Model ini menekankan pentingnya perawatan yang peka terhadap perbedaan budaya, nilai, dan kepercayaan lansia. Inti model: Kesejahteraan lansia hanya dapat dicapai jika perawatan disesuaikan dengan konteks budaya mereka. Fokus pelayanan: Melestarikan budaya: Mempertahankan atau memfasilitasi praktik budaya yang bermanfaat bagi kesehatan lansia. Mengakomodasi budaya: Membantu lansia menyesuaikan diri dengan praktik perawatan yang tidak sesuai dengan budayanya, tetapi tetap aman. Merestrukturisasi budaya: Membantu lansia mengubah praktik budaya yang berbahaya bagi kesehatannya.