PPT efusi pleura Kelompok 1 terbaru.pdf

DwipuspaAyusugito3 0 views 32 slides Oct 07, 2025
Slide 1
Slide 1 of 32
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32

About This Presentation

Askep Efusi


Slide Content

EFUSI
PLEURA KEPERAWATAN GAWAT DARURATASUHAN KEPERAWATAN
KELOMPOK 2

ANGGOTA
KELOMPOK
FIONA ANDIENA 2311311003
DWI PUSPA AYU SUGITO
2311313001
NAZIFA ARRAHMAH 2311313002
PUTRI AZIZAH 2311313003
NAURA NURHASNA FIRMAN
2311313005

EFUSI PLEURA Pleura adalah selaput tipis yang
melapisi permukaan paru-paru dan
bagian dalam dinding dada di luar
paru-paru. Di pleura, cairan
terakumulasi di ruang antara lapisan
pleura. Biasanya, jumlah cairan yang
tidak terdeteksi hadir dalam ruang
pleura yang memungkinkan paru-
paru untuk bergerak dengan lancar
dalam rongga dada selama
pernapasan (Philip, 2017).
PENGERTIAN
EFUSI PLEURA
ETIOLOGI
a. Peningkatan tekanan pada
kapiler sub pleura atau limfatik
b. Peningkatan permeabilitas
kapiler
c. Penurunan tekanan osmotic
koloid darah
d. Peningkatan tekakanan
negative intrapleural
e. Kerusakan drainase limfatik
ruang pleura

ANATOMI
FISIOLOGI a. Trakea
Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan.
a. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada
ketinggian kira- kira veterbrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi
oleh jenis sel yang sama.
a. Bronkioli
Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli
terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lender dan silia.
a. Pleura Parietal dan Pleura Visceral
Pleura yang bagiannya menempel dengan dinding dalam
rongga dada disebut pleura parietalis dan bagian yang
melekat dengan paru-paru disebut pleura visceralis.
a. Lobus
Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari
beberapa bagian yaitu paru kiri terdiri dari dua lobus
(lobus superior dan lobus inferior) dan paru kanan terdiri
dari tiga lobus yaitu (lobus superior, lobus medius dan
lobus inferior). KLASIFIKASI
Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Efusi pleura transudate
Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa
membran pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan
di sebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi
produksi dan absorbsi cairan pleura.
b. Efusi pleura eksudat
Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati
pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru
terdekat (Morton, 2012).

MANIFESTASI
KLINIS -Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila
cairan banyak, penderita akan sesak nafas.
-Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril
(tuberculosis), banyak keringat, batuk, banyak riak.
-Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jikapenumpukan cairan pleural yang signifikan.
-Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit
akan berkurang.
-Bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk
permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).
-Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-
rochfusz, yaitu dareah pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada auskulasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
-Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura

PATOFISIOLOGI Dalam keadaan normal, rongga pleura berisi 10-20 cc cairan serosa yang berfungsi sebagai pelumas
antara pleura parietalis dan viseralis, diproduksi oleh pleura parietalis dan diabsorpsi melalui sistem
limfatik. Keseimbangan produksi dan absorpsi cairan ini dapat terganggu akibat infeksi tuberkulosis
paru, dimana basil Mikobakterium tuberkulosis masuk ke alveoli menyebabkan infeksi primer,
limfangitis lokal, dan limfadenitis regional yang meningkatkan permeabilitas membran sehingga
terjadi akumulasi cairan (efusi pleura).
Efusi pleura tuberkulosis berbentuk eksudat berwarna serous atau hemoragik dengan kandungan
protein tinggi dan leukosit 500-2000/ml (awalnya polimorfonuklear kemudian limfosit), namun jarang
mengandung kuman tuberkulosis karena timbul akibat reaksi hipersensitivitas, bukan infeksi langsung,
dan menimbulkan gejala seperti sesak napas, pergerakan dada asimetris, fremitus melemah, perkusi
redup, demam, batuk, dan penurunan berat badan.

PENATALAKSANAAN
MEDIS a. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan aktifitas akan
meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin meningkat pula.
b. Thoraksentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan
efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah
cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat dikalkukan 1 jam
kemudian.
c. Antibiotic
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi. Antibiotik diberi sesuai hasil
kultur kuman.
d. Pleurodesi
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui selanginterkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
e. Water seal drainage (WSD)
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang menggunakan water seal untuk
mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura atau rongga pleura.

PEMERIKSAAN PENUNJANG a.Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura, dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan
adanya cairan.
b.CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya
pneumonia, abses paru atau tumor.
c.USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam jumlah kecil.
d.Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk diperiksa menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa
cairan pleura bisa membantu untuk menentukan penyebabnya.
e.Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura
sebelah luar diambil untuk dianalisa.
f.Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk membantu menemukan penyebab efusi pleura.
g.Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab efusi pleura, yaitu dengan pembedahan untuk
membuka rongga dada. Namun, pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari
efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

KOMPLIKASI
a. Fibrotoraks: Perlekatan fibrosa antara pleura akibat drainase yang tidak adekuat, dapat
menyebabkan hambatan mekanis berat dan memerlukan dekortikasi.
b. Atelektasis: Pengembangan paru tidak sempurna akibat penekanan dari efusi pleura.
c. Fibrosis paru: Pembentukan jaringan ikat berlebihan di paru akibat atelektasis
berkepanjangan yang menyebabkan penggantian jaringan paru normal.
d. Kolaps paru: Tekanan ekstrinsik dari efusi mendorong udara keluar sehingga paru kolaps.
e. Empiema: Akumulasi nanah dalam rongga pleura akibat infeksi yang menyebar dari paru,
menyebabkan tekanan pada paru, sesak napas, dan nyeri.

Borcelle
OTHERS
Pengkajian
a. Assesment
1) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, 39ebagian39i, pekerjaan, alamat, no. rekam medis, diagnosis medis.
2) Keluhan utama
Biasanya pasien masuk dengan keluhan sesak nafas, demam mengigil, rasa terhimpit benda berat pada
dada, nyeri seperti menusuk akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokalisir terutama pada saat
batuk dan bernafas serta batuk non produktif (Mutaqqin, 2018).
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien pernah menderita penyakit seperti TB Paru. Hal ini perlu diketahui untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposes.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, nyeri pleuritik dan rasa terhimpit benda berat pada dada. Biasanya
pasien terpasang WSD dan mengalami nyeri pada bagian WSD.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan pada keluarga lain yang sama menderita penyakit efusi pleura, kecuali penularan infeksi TB
Paru yang menjadi faktor penyebab timbulnya efusi pleura (Somatri, 2012). ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS

Borcelle
OTHERSPengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
-Peningkatan sekresi pernapasan
-Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
-Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan
benda asing, Jalan napas bersih atau tidak
2) Breathing
-Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
-Peningkatan frekuensi nafas.
-Nafas dangkal dan cepat
-Kelemahan otot pernapasan
-Reflek batuk ada atau tidak
-Penggunaan otot Bantu pernapasan
-Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
-Irama pernapasan : teratur atau tidak
-Bunyi napas Normal atau tidak
ran, nyeri atau tidak ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS 3) Circulation
-Penurunan curah jantung: gelisah, letargi,
takikardia
-Sakit kepala
-Gangguan tingkat kesadaran
4) Disability
-Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran,
nyeri atau tidak
-Adanya trauma atau tidak pada thoraks
5) Exposure
-Enviromental control
-Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya
hipotermia

Borcelle
OTHERS
Pengkajian
b. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat Kesehatan Kaji SAMPLE Signs/Symptoms (Tanda dan Gejala)
Pasien dengan efusi pleura umumnya mengeluhkan sesak napas, nyeri dada yang tajam terutama saat menarik napas
dalam, batuk tidak produktif, dan kelelahan. Nyeri pleuritik terjadi akibat gesekan antara lapisan pleura yang meradang.
Penurunan suara napas dan fremitus juga sering ditemukan pada pemeriksaan fisik. Gejala ini menjadi dasar dalam
pengkajian awal untuk menentukan kemungkinan etiologi efusi, seperti infeksi, keganasan, atau penyakit autoimun.
Allergies (Alergi) Pengkajian alergi penting untuk mencegah reaksi obat yang tidak diinginkan selama terapi.
Medications (Pengobatan) Informasi tentang obat yang sedang dikonsumsi membantu perawat menilai efektivitas
terapi dan potensi interaksi obat.
Past Medical History (Riwayat Penyakit)
Riwayat penyakit sebelumnya seperti tuberkulosis, pneumonia, gagal jantung, atau kanker sangat relevan karena
dapat menjadi penyebab efusi pleura.
Last Meal/Oral Intake (Asupan Terakhir) Asupan makanan terakhir penting untuk menentukan status nutrisi dan
kesiapan pasien jika akan dilakukan tindakan medis. Malnutrisi dapat memperburuk kondisi pasien dan menghambat
proses penyembuhan.
Event Leading (Kejadian Sebelum Sakit) Informasi mengenai awal mula keluhan membantu menentukan onset
penyakit dan faktor pencetus. Misalnya, pasien yang mengalami demam dan batuk sebelum sesak napas
kemungkinan mengalami efusi akibat infeksi paru ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS

Borcelle
OTHERS
Pengkajian
b. Pengkajian Sekunder
2) Metode untuk Mengkaji Nyeri (OPQRST)
Onset Mengetahui kapan nyeri mulai dirasakan
membantu menentukan fase penyakit.
Provocation Faktor yang memperburuk nyeri, seperti
posisi tubuh atau aktivitas, memberikan petunjuk tentang
jenis nyeri.
Quality Deskripsi nyeri seperti tajam, menusuk, atau
terbakar membantu membedakan nyeri pleura dari nyeri
jantung atau muskuloskeletal.
Radiation Nyeri yang menjalar ke bahu atau punggung
menunjukkan keterlibatan saraf atau struktur pleura yang
luas. Severity Skala nyeri (NRS 0–10) digunakan untuk
menilai intensitas nyeri dan memantau efektivitas
intervensi analgesik.
Timing Durasi dan pola nyeri (terus-menerus atau hilang
timbul) membantu menentukan apakah kondisi bersifat
akut atau kronis. ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS 3) Tanda-tanda vital
Pulse (Nadi) Takikardi (nadi >100x/menit) sering ditemukan pada
pasien dengan efusi pleura akibat hipoksia atau respon terhadap nyeri.
Monitoring nadi penting untuk mendeteksi perubahan hemodinamik.
Respiration Rate (RR) Takipnea (RR >20x/menit) merupakan tanda
kompensasi tubuh terhadap gangguan oksigenasi.
Blood Pressure (TD) Tekanan darah biasanya normal, namun perlu
dipantau untuk mendeteksi komplikasi seperti sepsis atau tamponade
jantung jika efusi sangat besar.
Temperature (Suhu) Demam menunjukkan adanya proses infeksi
seperti pneumonia atau tuberkulosis sebagai penyebab efusi.
Pemantauan suhu penting untuk evaluasi terapi antibiotik.
Saturasi Oksigen (SpO₂) Penurunan saturasi oksigen (<94%)
menunjukkan gangguan difusi oksigen akibat penumpukan cairan di
pleura.
GCS(Glasgow Coma Scale) GCS digunakan untuk menilai kesadaran,
terutama jika pasien menunjukkan tanda-tanda hipoksia berat atau
komplikasi sistemik.
ECG 12 Lead Pemeriksaan ini dilakukan jika nyeri dada menyerupai nyeri
jantung, untuk menyingkirkan kemungkinan infark miokard atau
perikarditis.
Gula Darah Pemantauan gula darah penting terutama pada pasien
dengan komorbiditas diabetes atau yang menerima terapi steroid

Borcelle
OTHERS
4) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : biasanya pasien dalam keadaan sadar, tampak sesak , tampak meringis dan lemah.
2) TTV:biasanya pernafasan tachypnea, nadi takikardi, suhu jika infeksi hipertermi, tekanan darah hipotensi.
3) Rambut dan kepala : biasanya tidak ada gangguan pada kepala, kepala simetris, tidak ada benjolan atau luka dan
mesoschepal.
4) Wajah : biasanya wajah tampak pucat dan meringis karena nyeri
5) Mata : biasanya konjungtiva anemis, refleks pupil positif
6) Hidung : umumnya cenderung sesak nafas dan terkadang terpasang O2
7) Mulut : biasanya mukosa bibir kering dan tampak pucat.
8) Telinga : biasanya tidak ada masalah pada pendengaran.
9) Leher : adanya pembengkakan pada kelenjer getah bening.
10)Dada
Inspeksi : pada pasien efusi bentuk hemitorax yang sakit mencembung, pergerakan pernafasan menurun, pernafasan
cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspnea, terlihat ekspansi dada simetris, sesak nafas dan penggunaan otot
bantu napas.
Palpasi : vical premitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya >250cc. disamping itu ditemukan
pergerakkan dinding dada yang tertinggal pada bagian yang sakit.
Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak tergantung jumlah cairannya.
Auskultasi : suara nafas menurun sampai menghilang, bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian
yang terkena ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS

Borcelle
OTHERS
11)Jantung
Inspeksi : ictucordias tidak terlihat, normal berada pada RIC 5 linea clavicula kiri selebar 1 cm.
Palpasi : tidak teraba pembesaran pada ictus cordis. Perkusi : untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantunh
yang terdengar pekak. Auskultasi : tidak ada bunyi murmur.
12)Abdomen
Inspeksi : tidak ada asites pada abdomen, umbilicus tidak menonjol, tidak terlihat ada benjolan atau massa.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba benjolan atau massa, hepar tidak teraba.
Perkusi : timpani, tidak ada massa padat atau cairan yang akan menimbulkan suara pekak.
Auskultasi : suara peristaltic hiperaktif.
13)Ektremitas biasanya ektremitas atas dan bawah normal dan tidak ada edema, CRT < 2detik
14)Genetelia tidak adanya masalah pada genetelia (Agustin, 2018).
c. Pemeriksaan Labor dan Diagnostik
1. Sputum : dengan kerakteristik umum berwarna hijau atau purulent, berlendir atau bernoda darah. Hasil pemeriksaan
BTA +1. +2, +3, +4.
2. Rontgen : menunjukan infiltrasi kecil pada lesi awal dibidang paru atas, endapan kalsium dari lesi primer yang
sembuh atau cairan efusi.
3. TB skin test : reaksi positif yaitu luas indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48 hingga 72 jam setelah injeksi
intradermal antigen menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi tidak selalu menunjukkan bahwa
penyakit aktif. Hasil positif berkembang 2-10 minggu setelah terpapar (Puspasari,2019). ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS

Borcelle
OTHERS
4. Menurut Smeltzer and Bare,2014 pemeriksaan diagnostic pada pasien efusi pleura yaitu :
Kultur sputum dapat ditemukan positif mycobacterium tuberculosis.
Apusan darah asam Zehl Neelsen positif basil tahan asam
Skin test positif berekasi area indurasi 10 mm lebih besar, terjadi selama 48-72 jam setelah injeksi.
Foto thoraks pada tuberculosis ditemuka infiltrasi lesi pada lapangan atas paru, deposi kalsium pada
lesi primer dan adanya bats sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran batas cairan
yang melengkung.
Biopsy paru adanya gian cells berindikasi nekrosis.
ABGs abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru.
Fungsi paru terjadi penurunan vital capacity, peningkatan dead space, peningkatan rasio residual
udara ke total lung capacity dan penyakit pleural tuberculosis kronik tahap lanjut ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS

DIAGNOSA
KEPERAWATAN -
Pola nafas tidak efektif b.d keletihan otot pernafasan yangd d.d
dispena,dispena,penggunaanototbantupernafasan,pernafasan
cupinghidung(D.0005)
Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar kalpier yang
d.d dispnea saat istirahat,dispneu saat aktifita sringan, sianosis.(D.0003)
Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)(D.0032)
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis(D.0077)
Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum(D.0056)

INTERVENSI
KEPERAWATAN Pola nafas tidak efektif :
Manajemen Jalan Nafas ( I.14509)
Gangguan pertukaran gas :
PemantauanRespirasi(I.01014)
Resiko defisit nutrisi :
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Nyeri akut :
Manajemen Nyeri (I.08238)
Intoleransi aktifitas :
ManajemenEnergi(I.05178) EVALUASI
KEPERAWATAN Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana
atau menghentikan rencana
keperawatan(Manurung,2011).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS
Ny. L adalah seorang wanita berusia 62 tahun, beragama Islam, beretnis Jawa, dengan pendidikan terakhir SMA,
saat ini tidak bekerja, dan tinggal di Surabaya bersama tiga anaknya yang menjadi penanggung jawab biaya
pengobatan. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak dua tahun lalu, tanpa hipertensi atau alergi
obat/makanan, dan tidak memiliki riwayat penyakit paru atau operasi sebelumnya. Pasien dibawa ke IGD RUMKITAL
Dr. Ramelan Surabaya pada tanggal 19 Maret 2025 pukul 22.00 oleh anaknya dengan keluhan utama sesak setelah
melakukan aktivitas, napas yang timbul-hilang sejak tiga hari sebelumnya dan semakin memberat pada malam
hari, disertai demam ringan dan badan lemas. Keluhan membaik saat posisi semi-Fowler menggunakan tiga
bantal. Pasien tampak cemas, murung, dan ingin selalu didampingi anaknya selama perawatan. Makanan terakhir
pasien diketahui berupa nasi dengan lauk sayur sekitar 4 jam sebelum masuk IGD.
Saat tiba di IGD, pasien dalam keadaan komposmentis (GCS E4V5M6) dengan kategori triase P1. Tanda vital
menunjukkan tekanan darah 100/75 mmHg, nadi 112x/menit, pernapasan 35x/menit dengan irama tidak teratur,
SpO₂ 86% tanpa oksigen yang meningkat menjadi 96% dengan nasal cannula 4 LPM, dan suhu 37,2°C. Pemeriksaan
fisik menunjukkan dada normocest dengan pergerakan simetris, ronki halus basal paru bilateral, penggunaan otot
bantu pernapasan berupa cuping hidung, akral dingin, basah, dan pucat, CRT <3 detik, turgor kulit sedikit menurun,
serta kelemahan gerakan ekstremitas ringan akibat kondisi umum lemah. Pemeriksaan neurologis menunjukkan
pupil isokor 2 mm/2 mm, refleks cahaya positif, dan tidak ditemukan fraktur atau paralisis ekstremitas. Pemeriksaan
penunjang menunjukkan gas darah arteri dengan pH 7,26, PCO₂ 72,6 mmHg, PO₂ 79 mmHg, dan HCO₃ 26,8 mmol/L.
Hasil foto thorax menunjukkan efusi pleura bilateral basal. Terapi medis yang diberikan meliputi furosemide 40 mg
IV per hari, acetylcysteine 200 mg tiga kali sehari, levofloxacin 250 mg per hari, serta oksigen nasal cannula 4 LPM.

Hasil pemeriksaan laboratorium: Assesment
A. Identitas pasien:
Nama Inisial : Ny. L
Usia : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Surabaya
Tanggal Masuk RS : 19 Maret 2025, pukul 22.00
WIB
Tempat Pengkajian : IGD RUMKITALDr. Ramelan
Surabaya Penanggung Jawab : 3 orang anak
pasien

Keluhan Utama: Sesak napas yang dirasakan sejak
3 hari yang lalu.
Riwayat Kesehatan Sekarang: Pasien mengeluh
sesak napas yang dirasakan sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit, dengan karakteristik hilang
timbul dan semakin memberat pada hari masuk
IGD. Sesak napas berkurang dengan posisi
setengah duduk atau tidur dengan diberi ganjalan
3 bantal (orthopneu). Keluhan sesak terutama
dirasakan saat pasien beraktivitas dan semakin
memberat pada siang hari sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan disertai dengan demam dan badan
terasa lemas. Pasien menyangkal adanya riwayat
perjalanan keluar kota.
Riwayat Kesehatan Dahulu: Riwayat Diabetes
Melitus sejak 2 tahun yang lalu, tidak memiliki
riwayat hipertensi, tidak memiliki riwayat penyakit
lainnya, tidak memiliki riwayat alergi baik terhadap
obat-obatan maupun makanan.
Riwayat Kesehatan Keluarga: Tidak ada informasi
terkait riwayat kesehatan keluarga dalam data
kasus
B. Primary Survey
Airway: jalan nafas pasien paten
Breathing: didapatkan pergerakan dada simetris,
irama pernafasan ireguler, suara nafas tambahan
ronkhi halus di daerah basal paru kanan dan kiri,
pasien diberikan terapi oksigen nasal 4 lpm, SpO2
96%.
Circulation: didapatkan Irama jantung reguler,
akral dingin, basah dan pucat. Membran mukosa
normal, CRT < 3detik, turgor kulit menurun, tidak
ada edema, tidak ada perdarahan.
Disability: didapatkan kesadaran komposmentis,
GCS E: 4, V:5, M:6 pupil : isokor, ukuran 2mm/2mm
reflek cahaya +/+, tidak ada fraktur, tidak ada
paralisis.
Exsposure: Extremitas diperiksa, kelemahan
gerakan ringan akibat kondisi umum lemah, tidak
ada kelainan tulang atau cedera.

C. Secondary Survey
1. Riwayat Kesehatan Kaji SAMPLE
Tanda dan gejala (Signs/Symptoms): Sesak napas sejak 3 hari, hilang timbul dan memberat pada hari
masuk RS, disertai demam, badan lemas, sesak berkurang saat posisi duduk atau tidur dengan 3
bantal.
Alergi (Allergies): Tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan.
Pengobatan (Medications): Terapi medis yang diberikan: Furosemide dexa 40 mg/hari, Acetylcysteine
3x200 gr, Levofloxacin 250 gr/hari, Otsu NS 3x125 mg.
Riwayat Penyakit Dahulu (Past medical history): Riwayat diabetes melitus sejak 2 tahun lalu, tidak ada
riwayat hipertensi.
Makanan Terakhir (Last meal/oral intake): Makanan terakhir pasien diketahui berupa nasi dengan lauk
sayur sekitar 4 jam sebelum masuk IGD.
Kejadian Sebelum Sakit (Event leading): Sesak napas timbul sejak 3 hari sebelumnya, hilang timbul, dan
semakin memberat hingga akhirnya masuk IGD 2. Vital Sign
Pulse (Nadi): 112 x/menit (reguler)
Respiration Rate (RR): 35 x/menit (takipneu)
Blood Pressure (TD): 100/75 mmHg
Temperature (Suhu): 37,2°C
Saturasi Oksigen (SpO₂): 86% tanpa oksigen, meningkat menjadi 96% dengan nasal O₂ 4 lpm GCS(Glasgow
Coma Scale): E4 V5 M6 (15, compos mentis)
ECG12lead: Tidak ada informasi Gula Darah: 156 mg/dl (postprandial)

3. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Inspeksi: Rambut berwarna hitam, kulit kepala tidak
ada lesi, warna kulit kuning langsat
Palpasi: Tidak disebutkan dalam kasus
Perkusi:Tidak disebutkan dalam kasus
Auskultasi:Tidak disebutkan dalam kasus
Leher
Inspeksi: Tidak ada edema atau cairan
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada bagian leher
Perkusi: Tidak disebutkan dalam kasus
Auskultasi: Tidak disebutkan dalam kasus
Dada/Thorax, Jantung, Paru-Paru
Inspeksi: Bentuk dada normocest, pergerakan simetris,
ada otot bantu napas cuping hidung, pola napas
takipneu
Perkusi: tidak ada informasi
Auskultasi: ronkhi halus basal paru
bilateral
Ekstremitas
Inspeksi: Kuku bersih, turgor kulit
menurun, gerakan ekstremitas lemah
akibat kondisi umum lemah
Palpasi: Tidak disebutkan dalam kasus
Perkusi: Tidak disebutkan dalam kasus
Auskultasi: Tidak disebutkan dalam
kasus

INVESTIGASI DAN ANALISIS
IDENTIFIKASI MASALAH

IDENTIFIKASI MASALAH DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan Pertukaran Gas(D.0003) Gangguan pertukaran gas
b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d dispnea, PCO2
meningkat,PO2 menurun, takikardia,PH arteri menurun,bunyi napas
tambahan,diaforesis, napas cuping hidung dan pola napas
abnormal.
2. Intoleransi aktifitas(D.0056)
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, d.d mengeluh lelah, frekuensi
jantungmeningkat >20%dari kondisi istirahat, dispnea saat
aktivitas,merasa lemah
3. Ansietas(D.0080) A
nsietas b.dkurang terpapar informasi d.dmerasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah,frekuensi napas
meningkat,frekuensi nadi meningkat,diaforesis, muka tampak
pucat.
DIAGNOSAKEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN

INTERVENSI KEPERAWATAN

EVALUASI KEPERAWATAN

EVALUASI KEPERAWATAN

KESIMPULAN
Efusi pleura merupakan kondisi adanya penumpukan cairan di rongga pleura yang menyebabkan
gangguan fungsi paru, ditandai dengan sesak napas, takipnea, hipoksemia, dan perubahan
analisa gas darah. Keadaan ini dapat menimbulkan masalah keperawatan utama berupa
gangguan pertukaran gas, intoleransi aktivitas, dan ansietas, serta berisiko menimbulkan nyeri dan
defisit nutrisi. Penatalaksanaan mencakup terapi medis untuk mengatasi penyebab dan
mengurangi cairan pleura, serta intervensi keperawatan yang berfokus pada optimalisasi
oksigenasi, pengaturan aktivitas, dukungan emosional, edukasi, dan pencegahan komplikasi.
Dengan pendekatan terintegrasi, kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan dan risiko komplikasi
dapat diminimalkan.
Ny. L, perempuan 62 tahun dengan riwayat Diabetes Melitus, datang ke IGD dengan keluhan sesak
napas yang memberat sejak tiga hari terakhir. Hasil pemeriksaan menunjukkan takipnea,
takikardia, SpO₂ rendah, serta gangguan asam-basa berupa asidosis respiratorik dengan
hiperkapnia dan hipoksemia ringan akibat efusi pleura. Diagnosa keperawatan utama meliputi
gangguan pertukaran gas, intoleransi aktivitas, dan ansietas. Penatalaksanaan medis dan
keperawatan difokuskan pada optimalisasi oksigenasi, manajemen energi, serta dukungan
emosional dan edukasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut

THANK
YOU!
Tags