PPT JOURNAL READING RADIOLOGI CHEST RADIOLOGI.pdf

krisnadewirahadi 0 views 16 slides Sep 06, 2025
Slide 1
Slide 1 of 16
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16

About This Presentation

PPT JOURNAL READING RADIOLOGI.pdf


Slide Content

Chest radiological features
of pulmonary tuberculosis in
HIV-positive and HIV-negative
patients
Oleh:
Darren Junior 2302612016
Ni Nyoman Anggun Mawarni Astiti 2302612159
Putu Nindya Krisnadewi Rahadi 2302612204

Pembimbing: dr. Dewa Gde Mahiswara Sudiatmika, Sp.Rad (K) TR
JOURNAL READING

ABSTRAK
Latar Belakang : TB Paru merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada pasien HIV. HIV dapat merubah temuan
x-ray sehingga memperlambat diagnosis dan menyebabkan kesalahan interpretasi.

Metodologi : Studi observasional prospektif di Rumah Sakit Universitas Aga Khan di Karachi, Pakistan (Mei 2023-April 2024).
Membandingkan gambaran radiologis tuberkulosis paru pada pasien positif dan negatif HIV menggunakan x-ray toraks, CT
scan (ketika x-ray toraks tidak tersedia), dan pemeriksaan darah.

Hasil : Tuberkulosis paru didiagnosis melalui pemeriksaan sputum pada 75,9% kasus, dengan koinfeksi HIV ditemukan pada
16,4% kasus (median nilai CD4 119 sel/mm3). Kelompok tuberkulosis paru+HIV lebih muda dan memiliki proporsi pria yang
lebih banyak. Infiltrat alveolar lebih umum ditemukan pada kelompok dengan koinfeksi sementara infiltrat kavitas
ditemukan eksklusif pada kelompok dengan tuberkulosis paru saja. Lobus atas lebih dominan terkena pada kelompok
dengan tuberkulosis paru, sedangkan lobus bawah lebih dominan pada kelompok dengan koinfeksi

Kesimpulan : Mengenali pola radiologis atipikal penting untuk diagnosis dan tatalaksana cepat pada pasien koinfeksi HIV
dan tuberkulosis paru karena kondisi koinfeksi mempersulit manajemen oleh karena interaksi obat dan peningkatan risiko
resistensi obat, terutama di daerah endemis tuberkulosis

LATAR BELAKANG
●TB paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat diidentifikasi dengan pewarnaan
khusus Ziehl-Neelsen.
●Pakistan menempati posisi ke-5 negara dengan beban tuberkulosis tertinggi (prevalensi 348
kasus/100.000 jiwa)
●Gejala umum TB Paru -> demam ringan, keringat malam, batuk produktif, batuk darah berkala,
penurunan BB
●HIV meningkatkan risiko TB paru 30 kali lipat dan TB paru penyebab kematian utama pada pasien HIV
●TB paru primer dapat terlihat normal pada x-ray atau bisa tampak limfadenopati hilar/mediastinal,
efusi pleura, konsolidasi paru
●Pada koinfeksi, gambaran radiologis ditemukan lesi kavitas bilateral, opasitas patchy, dan opasitas
hilar
●Studi ini bertujuan untuk membandingkan gambaran radiologis pada pasien TB paru dengan koinfeksi
HIV+TB paru menggunakan x-ray sebagai alat diagnostik primer

METODOLOGI
●Studi observasional prospektif di RS Universitas Aga Khan Karachi, Pakistan (Mei 2023-April 2024)
●Kriteria inklusi:
○> 18 tahun
○Diagnosis TB paru melalui pemeriksaan mikrobiologi
○Sudah dilakukan pencitraan (x-ray atau CT)
○Terkonfirmasi HIV melalui ELISA
●Kriteria eksklusi:
○< 18 tahun
○Belum dilakukan pencitraan
○TB negatif atau belum verif
○TB ekstraparu
○Penyakit paru interstitial atau struktural lainnya
○TB RO
○Infeksi paru atau malignansi lain

METODOLOGI
●Pasien terinklusi akan dicek x-ray thoraks, CT Scan, dan nilai CD4 pada kelompok HIV
●Hasil radiologi akan diinterpretasikan oleh spesialis paru untuk tahap 1 dan spesialis radiologi untuk
tahap 2
●Studi telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik tertanggal 20 April 2023
●Analisis statistik menggunakan SPSS ver. 19
○Rerata ± SD atau median (JI) -> kuantitatif
○Frekuensi dan persentase (%) -> kualitatif
○Analisis komparatif dengan Fisher’s exact, independent t-test, dan Chi square

HASIL
●Diagnosis tuberkulosis paru (TB paru/PTB)
ditegakkan melalui pemeriksaan dahak pada 75,9%
(n=88) kasus, bronkoskopi pada 22,4% (n=26), dan
biopsi jaringan pada 1,7% (n=2).
●Pemeriksaan BTA (AFB smear) positif pada 60,3%
(n=70) pasien, kultur AFB positif pada 85,3% (n=99),
dan Gene Xpert positif pada 95,7% (n=111). HIV
positif ditemukan pada 16,4% (n=19) pasien TB paru,
dengan jumlah median CD4 sebesar 119 sel/mm³
(IQR= 65,00 – 307,00).
●Mayoritas pasien (95,7%, n=111) menjalani
pengobatan, sementara 4,3% (n=5) tidak diketahui
kelanjutannya (lost to follow-up).
Sebanyak 116 pasien dimasukkan dalam penelitian ini, dengan usia rata-rata 52,23 ± 13,43 tahun. Dari jumlah tersebut, 70,7% (n=82)
adalah laki-laki. Komorbiditas yang paling sering ditemukan adalah diabetes melitus, yang memengaruhi 38,8% (n=45) pasien.

HASIL
●Di antara 97 pasien dengan TB paru HIV-negatif, usia
rata-rata adalah 54,21 ± 12,56 tahun, dibandingkan
dengan 42,16 ± 13,49 tahun pada kelompok TB paru
dengan HIV-positif (p < 0,0001).
●Dominasi laki-laki ditemukan pada kedua kelompok,
yaitu 66,0% (n=64) di kelompok TB paru saja dan
94,7% (n=18) di kelompok ko-infeksi.
●Hipertensi secara signifikan lebih banyak ditemukan
pada kelompok TB paru saja (39,2%, n=38, p = 0,016).
Tidak ada komorbiditas lain yang menunjukkan
perbedaan signifikan antar kelompok.

HASIL
●Konsolidasi merupakan temuan radiologis paling umum, ditemukan
pada 64,7% (n=75) dari seluruh pasien.
●Infiltrat alveolar merupakan temuan kedua terbanyak, terlihat pada
50,9% (n=59) pasien, dengan dominasi signifikan pada kelompok TB
paru + HIV (78,9%, n=15) dibandingkan kelompok TB paru saja (45,4%,
n=44) (p = 0,007).
●Infiltrat retikular ditemukan pada 27,6% (n=32) pasien, lebih sering pada
kelompok TB paru saja (32,0%, n=31) dibandingkan kelompok ko-infeksi
(5,3%, n=1).
●Infiltrat kavitas hanya ditemukan pada kelompok TB paru saja (27,8%,
n=27, p = 0,006).

HASIL
●Di paru kanan, lobus yang paling sering terkena adalah lobus atas, yang
secara eksklusif ditemukan pada kelompok TB paru saja (57,7%, n=56, p
< 0,0001). Lobus tengah kanan terkena pada kedua kelompok, tanpa
perbedaan signifikan (37,1%, n=36 vs 26,3%, n=5, p = 0,368). Sebaliknya,
lobus bawah kanan lebih banyak terkena pada kelompok ko-infeksi
(73,7%, n=14 vs 5,2%, n=5, p < 0,0001).
●Di paru kiri, lobus atas juga hanya terkena pada kelompok TB paru saja
(52,6%, n=51, p < 0,0001), sedangkan lobus bawah lebih dominan
terkena pada kelompok ko-infeksi (78,9%, n=15 vs 4,1%, n=4, p < 0,0001).
●Secara keseluruhan, pasien dengan ko-infeksi TB paru + HIV
menunjukkan pola keterlibatan lobus bawah yang jelas, sementara
pasien TB paru tanpa HIV menunjukkan keterlibatan dominan di lobus
atas.

HASIL
Gambar I. Foto toraks PA dari pasien TB paru HIV-negatif yang menunjukkan infiltrat bercak tidak homogen
pada zona tengah paru kanan disertai kavitas berdinding tebal di sisi kanan

HASIL
Gambar II. Foto toraks PA dari pasien TB paru HIV-negatif yang menunjukkan infiltrat alveolar di
zona atas paru kanan

HASIL
Gambar III. Foto toraks AP dari pasien TB paru HIV-positif yang menunjukkan infiltrat alveolar
bilateral pada kedua paru

DISKUSI
●Studi ini membandingkan perbedaan radiologis
antara pasien tuberkulosis paru (PTB) dengan
dan tanpa HIV menggunakan rontgen dada
(Chest X-ray) sebagai alat utama.
●Dominasi pasien laki-laki ditemukan pada
kelompok PTB + HIV, sesuai dengan penelitian
sebelumnya.
Temuan radiologis utama:
●Konsolidasi adalah temuan paling umum di
kedua kelompok.
●Infiltrat alveolar lebih sering pada pasien
koinfeksi HIV.
●Infiltrat retikuler lebih sering pada pasien
hanya PTB.
●Tidak ditemukan kavitas pada pasien
HIV-positif, sesuai dengan bukti bahwa pasien
HIV jarang mengalami kavitasi karena
lemahnya respons imun seluler.
➔Studi lain (Aline Been et al., L B Hirakata et
al., Jese Kistna et al., Sunita Grover et al.)
mendukung temuan ini, menunjukkan
rendahnya infiltrat kavitasi pada pasien
HIV-TB
➔ Seiring progresivitas HIV (penurunan CD4+),
risiko PTB aktif meningkat, dengan presentasi
klinis dan radiologis yang atipikal, sehingga
menyulitkan diagnosis.
➔Penting bagi klinisi untuk waspada dalam
mengenali gambaran atipikal ini dan
melakukan skrining dini, terutama pada
pasien yang belum mengetahui status
HIV-positif mereka.

KETERBATASAN
➔Ukuran sampel relatif kecil.
➔Studi dilakukan hanya di satu pusat (single center).
➔Tidak memasukkan variabel penting seperti:
◆Penggunaan imunosupresan
◆Durasi terapi antiretroviral (ARV) pada pasien HIV-PTB positif.
◆Keberadaan resistensi obat pada pasien PTB.
➔Terbatasnya sumber daya dan akses teknologi, sehingga hanya
menggunakan rontgen dada sebagai alat diagnostik radiologis utama.
➔Penelitian mendatang disarankan melibatkan populasi yang lebih
besar, lebih beragam, dan mempertimbangkan faktor-faktor tambahan
ini.

KESIMPULAN
❖ Studi ini menyoroti perbedaan penting dalam karakteristik radiologis pasien
PTB dengan dan tanpa koinfeksi HIV.
❖Pada pasien HIV-positif, terdapat:
➢Keterlibatan lobus bawah yang lebih sering.
➢Pola radiologis atipikal, seperti tidak adanya kavitas.
❖Klinisi harus waspada mengenali ciri khas ini di rontgen dada untuk
memastikan diagnosis dan pengobatan dini, terutama di daerah dengan
beban TB tinggi dan akses terbatas ke pencitraan lanjutan.
❖ Wawasan ini penting untuk:
➢Mencegah salah diagnosis.
➢Meningkatkan luaran pasien.
➢Mengurangi risiko resistensi obat pada pasien koinfeksi.

TERIMA
KASIH
Tags