Monitoring Hemodinamika, Drugs, and Defribilator. KELOMPOK 9 NABILA MUTIARA FASHA NUNU SOLEHA NUR AZIZAH NURMALYTA DWI PRASTIWI RIFA ASMIEZA AL HAQ
HEMODINAMIKA
Pengertian Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh , baik melalui sirkulasi magna ( sirkulasi besar ) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru paru ). Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan dalam kondisi yang fisiologis dengan kontrol neurohormonal . Namun , pada pasien-pasien kritis mekanisme kontrol tidak melakukan fungsinya secara normal sehingga status hemodinamik tidak akan stabil . Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting dalam perawatan pasien-pasien kritis karena status hemodinamik yang dapat berubah dengan sangat cepat .
Tujuan Mengevaluasi fungsi dasar kardiovaskular Memastikan adanya disfungsi kardiovaskular Petunjuk untuk tindakan khusus yang berguna memperbaiki fungsi kardiovaskular Mengevaluasi respons pasien dengan cepat terhadap pemberian obat obatan dan dukungan mekanik Deteksi dini , mengidentifikasi , dan dapat memberikan terapi pada kasus mengancam jiwa seperti gagal jantung dan tamponade jantung .
Indikasi Pemantauan Hemodinamik Shock Infark miokard Pasca operasi jantung Gagal nafas Hipertensi pulmonal Pasien yang memerlukan pemberian cairan yang adekuat
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hemodinamik Pasien PICU Penyakit Gangguan pada organ jantung, paru-paru, ginjal Obat-obatan/terapi Analgesik, sedasi, morfin Mode Ventilator Sistem kardiovaskular dan pernafasan Status psikologi yang buruk Respon tubuh ketika stres memaksa jantung untuk bekerja lebih cepat Aktivitas yang berlebih
KLASIFIKASI Berdasarkan tingkat keinvasifan alat , monitoring hemodinamik dibagi menjadi monitoring hemodinamik non invasif dan invasif . Meskipun sudah banyak terjadi kemajuan dalam teknologi kedokteran , pemantauan secara invasif masih tetap menjadi gold standard monitoring.
Hemodinamik Non-Invasif 1) Pernapasan Frekuensi pernapasan atau RR pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik ditentukan pada batas atas dan batas bawah . Batas bawah ditentukan pada nilai yang dapat memberikan informasi bahwa pasien mengalami hipoventilasi dan batas atas pada nilai yang menunjukkan pasien mengalami hiperventilasi . Pengaturan RR pada pasien disesuaikan dengan usia pasien 2 ) Capillary Refill Time (CRT) CRT yang memanjang merupakan tanda dehidrasi pada pasien . Ini diperkuat jika disertai dengan turgor kulit dan pola pernapasan yang abnormal. Namun , CRT yang memanjang juga harus diperhatikan dalam hubungannya dengan tanda-tanda klinis lainnya , misalnya hemodinamik tidak stabil . Normal CRT adalah kurang dari dua detik .
3 ) Saturasi Oksigen Pemantauan SaO2 menggunakan pulse oximetry untuk mengetahui prosentase saturasi oksigen dari hemoglobin dalam darah arteri . Pulse oximetry merupakan salah satu alat yang sering dipakai untuk observasi status oksigenasi pada pasien yang portable, tidak memerlukan persiapan yang spesifik , tidak membutuhkan kalibrasi dan non invasif . Nilai normal SaO2 adalah 95-100% 4 ) Tekanan Darah Perhitungan tekanan darah dilakukan dengan alat bantu monitor. Nilai normal sesuai usia pasien adalah sebagai berikut : usia 1 bln : 85/50 mmHg, 6 bulan : 90/53 mmHg, 1 tahun : 91/54 mmHg, 2 tahun : 91/56 mm Hg, 6 tahun : 95/57 mmHg, 10 tahun : 102/62 mm Hg, 12 tahun : 107/64 mmHg, 16 tahun : 117/67 mmHg dan 20 tahun ke atas 120/80 mmHg. Pada pasien dewasa lebih sering digunakan pada angka 110/70 sampai dengan 120/80 mmHg (Ramesh, 2003).
5 ) Mean arterial pressure (MAP) Tekanan arteri rata-rata merupakan tekanan rata-rata selama siklus jantung yang dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi perifer . Perhitungan MAP dilakukan dengan alat bantu monitor untuk memberikan informasi terkait perfusi ke arteri koronari , organ tubuh dan kapile . Rumus perhitungan MAP adalah 1/3 sistolik + 2/3 diastolik atau perhitungan nilai normal berkisar 90-100 mmHg. 6 ) Frekuensi denyut jantung Perhitungan frekuensi denyut jantung dilakukan dengan alat bantu monitor. Frekuensi jantung pasien usia 1 bulan : 100 sampai dengan 180 kali/ menit , 6 bulan : 120 sampai dengan 160 kali/ menit , 1 tahun : 90 sampai dengan 140 kali/ menit , 2 tahun : 80 sampai dengan 140 kali/ menit , 6 tahun : 75 sampai dengan 100 kali/ menit , 10 tahun : 60 sampai dengan 90 kali/ menit , 12 tahun : 55 sampai dengan 90 kali/ menit , 16 tahun ke atas : 60 sampai dengan 100 kali/ menit
7 ) Urin Walaupun produksi urin sebagian besar menggambarkan kecukupan perfusi ginjal , namun produksi urin sering juga digunakan sebagai petunjuk adekuatnya curah jantung . Curah jantung dipengaruhi oleh tekanan darah , volume darah , tingkat hidrasi dan obat-obatan yang sedang digunakan . Bila perfusi ginjal cukup , produksi urin akan lebih dari 0,5 ml/kg BB/jam. Untuk menjaga perfusi ginjal tetap adekuat , tekanan arteri rata-rata harus dipertahankan sekitar 70-90 mmHg. Produksi urin di monitor dengan memasukkan kateter Foley ke kandung kemih . 8 ) GCS Tingkat kesadaran seseorang dapat dinilai secara kualitatif ( kompos mentis, apatis , somnolen , spoor/stupor, dan koma ) maupun secara kuantitatif dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS).
Tekanan Darah Arteri Metode Invasif Tekanan Vena Sentral Tekanan Arteri Pulmonal Variabel yang selalu diukur dalam monitoring hemodinamik pasien kritis dengan metode invasif meliputi :
1) Tekanan Darah Arteri Tekanan darah arteri adalah tekanan darah yang dihasilkan oleh ejeksi ventrikel kiri ke aorta dan ke arteri sistemik . Tekanan arteri sistemik terdiri dari Tekanan sistolik adalah tekanan darah maksimal ketika darah dipompakan dari ventrikel kiri . Range normal berkisar 100- 130 mmHg Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi , tekanan diastolik menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dihadapi oleh jantung . Range normal berkisar 60-90 mmHg Mean Arterial Pressure atau tekanan arteri rata-rata selama siklus jantung . MAP dapat diformulasikan dengan rumus : Sistolik + 2. Diastolik x 1/3. MAP menggambarkan perfusi aliran darah ke jaringan .
Indikasi Pasien dengan kondisi kritis : h emodinamik tidak stabil , hipertensi krisis Pasien akan dilakukan bedah mayor Pasien dibutuhkan serial analisa gas darah : p asien gagal nafas , pasien dengan ventilasi mekanik , pasien dengan gangguan asam basa Lokasi pemasangan kateter arteri Lokasi penempatan kateter intraarteri meliputi arteri radialis , brachialis, femoralis , dorsalis pedis , dan arteri axilaris . Pertimbangan penting pada penyeleksian lokasi insersi kateter meliputi , adanya sirkulasi darah kolateral yang adekuat , kenyamanan pasien , dan menghindari area yang beresiko tinggi mudah terjadi infeksi .
Prosedur Pengukuran tekanan darah arteri secara invasif dilakukan dengan memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah arteri dan disambungkan ke sistem transducer. Tekanan intra arteri melalui kateter akan dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh tranducer lalu disebar dan diteruskan pada osciloskope , kemudian diubah menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera pada layar monitor. Interpretasi gelombang tekanan darah arteri Gelombang tekanan arteri dihasilkan dari mulainya usaha untuk membuka katup aorta, kemudian diikuti dengan peningkatan tekanan arteri sampai tekanan puncak ( maksimum ejeksi ventrikel ) tercapai . Tekanan di ventrikel turun secara cepat sehingga tekanan aorta menjadi lebih tinggi dari tekanan ventrikel kiri . Perbedaan tekanan tersebut mengakibatkan katup aorta tertutup , penutupan katup aorta menghasilkan “ dicrotic notch” pada gelombang tekanan arteri .
Gelombang tekanan arteri sistolik digambarkan naik turun , hal ini menyatakan dimulainya usaha pembukaan katup aorta diikuti ejeksi cepat darah dari ventrikel , kemudian gambaran menurun kebawah , karena adanya penurunan tekanan sehingga katup aorta tertutup sehingga terbentuk “ dicrotic notch”. Periode diastolik yaitu saat jantung relaksasi digambarkan dengan penurunan untuk kemudian dimulai periode awal sistolik .
2) Tekanan Vena Sentral Tekanan vena sentral merupakan tekanan pada vena besar thorak yang menggambarkan aliran darah ke jantung . Tekanan vena sentral merefleksikan tekanan darah di atrium kanan atau vena kava. Pada umumnya jika venous return turun , CVP turun , dan jika venous return naik , CVP meningkat . Indikasi pemantauan tekanan vena sentral Mengetahui fungsi jantung Mengetahui fungsi ventrikel kanan Menentukan fungsi ventrikel kiri Menentukan dan mengukur status volume intravascular Memberikan cairan , obat-obatan , nutrisi parenteral Kateter CVP dapat digunakan sebagai rute emergensi insersi pacemaker sementara .
Lokasi pemasangan kateter vena sentral Penempatan kateter vena sentral melalui vena jugularis interna , vena subklavia , vena jugularis eksternal , dan vena femoralis . Pada umumnya pemantauan dilakukan melalui vena subklavia . Interpretasi CVP Gelombang atrial biasanya beramplitudo rendah sesuai dengan tekanan rendah yang dihasilkan atrium. Rata rata RAP berkisar sampai 10 mmHg, dan LAP kira kira 3 sampai 15mmHg. Tekanan jantung kiri biasanya melampaui tekanan jantung kanan karena terdapat perbedaan resistensi antara sirkulasi sistemik dengan sirkulasi paru . Pengukuran secara langsung tekanan atrium kiri biasanya hanya dilakukan di icu setelah operasi jantung . Gelombang CVP normal yang tertangkap pada monitor merupakan refleksi dari setiap peristiwa kontraksi jantung . da gelombang CVP terdapat tiga gelombang positif (a, c, dan v) yang berkaitan dengan tiga peristiwa dalam siklus mekanis yang meningkatkan tekanan atrium dan dua gelombang (x dan y) yang dihubungkan dengan berbagai fase yang berbeda dari siklus jantung dan sesuai dengan gambaran EKG normal.
G elombang CVP Timbul akibat penonjolan katup atrioventrikuler ke dalam atrium pada awal kontraksi ventrikel iso volumetrik . Dikorelasikan dengan akhir gelombang QRS segmen pada EKG. Gelombang c Gelombang a Diakibatkan oleh peningkatan tekanan atrium pada saat kontraksi atrium kanan . Dikorelasikan dengan gelombang P pada EKG Gelombang v timbul akibat pengisisan atrium selama injeksi ventrikel ( ingat bahwa selama fase ini katup AV normal tetap tertutup ) digambarkan pada akhir gelombang T pada EKG Gelombang v 1 2 3
Diakibatkan oleh terbukanya tricuspid valve saat diastol disertai aliran darah masuk ke ventrikel kanan . Terjadi sebelum gelombang P pada EKG.. Gelombang Y descendent Gelombang X descent Gelombang ini mungkin disebabkan gerakan ke bawah ventrikel selama kontraksi sistolik . Terjadi sebelum timbulnya gelombang T pada EKG 4 5
Nilai CVP rendah Pasien berada dalam kondisi kurang cairan , mendapatkan ventilasi tekanan negative, shock, dll Nilai CVP tinggi Paasien mengalami kelebihan volume cairan , gagal jantung kanan , dan pada pasien dengan ventilasi positif . Interpretasi nilai CVP
3) Tekanan Arteri Pulmonal Definisi Pemantauan hemodinamik secara invasif melalui pembuluh vena dengan menggunakan sistem tranduser tekanan yang digunakan untuk mengetahui tekanan di arteri pulmonal . Indikasi Pasien dalam resiko tinggi : EF rendah , gagal jantung akut , hipertensi pulmonal dan instabilitas hemodinamik . Paska operasi bedah jantug secara konservatif . Lokasi pemasasangan kateter arteri pulmonal Vena subklavia Vena julgularis interna V ena basilica atau vena brachialis
Jenis-Jenis Kateter Arteri Pulmonal Double lumen kateter arteri pulmonal Bentuk sederhana ukuran 5 Fr, terdiri dari dua lumen Kateter termodilusi empat lumen Yang paling sering digunakan untuk dewasa tersedia ukuran 5 dan 7 Fr Lumen distal Balon Lumen proximal (RA) Termistor 1 2
Jenis-Jenis Kateter Arteri Pulmonal Fiber Optik Termodilusi Kateter arteri Pulmonal Seperti standar kateter termodilusi, hanya ada tambahan dua lumen fiber optik. Berfungsi untuk memantau SVO2 secara terus menerus. Pace maker termodilusi kateter arteri pulmonal Kateter termodilusi ini memiliki lima elektroda : 2 elektrode intra ventrikuler yang terletak 18.5 dan 19.5 cm dari ujung kateter dan 3 elektroda intra arterial yang terletak 28,5 - 31 dan 33,5 cm dari ujung kateter 3 4
Terdiri dari sistolik , diastolik dan nilai rata rata . Seiring usia , tekanan arteri pulmonal meningkat . Usia lebih dari 60 tahun , nilai rata rata tekanan arteri pulmonal (PA) = 16 •} 3 mmHg. Usia kurang dari 60 tahun nilai rata rata PA = 12 •} 2 mmHg. Sistolik PA menggambarkan aliran darah dari ventrikel kanan ( RV) ke PA dan selama diastole katup mitral terbuka diikuti darah yang dari PA masuk ke LA dan LV. Gelombang tekanan arteri pulmonal digunakan untuk diagnose berbagai kondisi jantung yang abnormal. Interpretasi gelombang arteri pulmonal
Defribilator
Definisi Defibrillator atau kerap disebut juga alat pacu jantung adalah alat untuk memberikan terapi energi listrik dengan dosis tertentu ke jantung pasien melalui elektroda (paddle) yang ditempatkan di permukaan dinding dada pasien . Tujuan penggunaan alat ini yaitu sebagai alat penyelamatan yang memberikan kejut elektrik untuk menormalkan ritme jantung pada pasien yang mengalami fibrillasi ventrikular atau ritme abnormal lainnya yang dapat diatasi dengan pemberian kejut elektrik .
Jenis-Jenis Defribillator berdasarkan gelombangnya 01 02 Defibrillator Monophasic Defibrillator Biphasic Defibrillator monophasic adalah defibrillator yang hanya menggunakan kejutan listrik dari satu sisi saja . Defibrillator biphasic adalah defibrillator yang menggunakan kejutan listrik dari dua sisi
Indikasi Ventricular Tachycardia Pulseless Ventricular Tachycardia Ventricular Fibrillation Kontraindikasi Ritme jantung yang sinus (normal) Takikardia supraventricular (SVT) yang stabil Asistol Aktivitas elektrik tanpa nadi ( pulseless electrical activity /PEA) Brakikardia
CARA SPESIFIK PENGGUNAAN DEFIBRILLATOR Pertama-tama ambil paddle dari sisi samping alat Pastikan defribillator dalam keadaan kering Beri gel pada permukaan paddle Tempelkan paddle pada pasien di posisi apeks dan sternum Tekan tombol energy Lakukan pengisian dengan menekan satu tombol pada paddle, lalu proses pengisian dapat dilihat di monitor. Jangan sentuh pasien pada saat melakukan defibrilasi ( kejut jantung ) Setelah proses pengisian selesai maka akan terdengar “ beeb ” pada display muncul tulisan. “ Defibrilator Ready” dan pada tombol paddle akan menyala . Selanjutnya tekan paddle agak menekan ke dada/ tulang rusuk . Untuk pengosongan tekan kedua tombol pada paddle secara bersamaan Lihat pada monitor Setelah selesai pilih switch pada tombol energi hingga menunjukkan angka Lalu tekan tombol power
Hal-hal yang harus diperhatikan Selama pemberian shock jantung ini ada hal yang harus diperhatikan yaitu pasien harus : Tidak ada kontak dengan orang lain Tidak ada kontak dengan barang berbahan metal atau konduktor Saat paddle kontak langsung atau bersentuhan dengan pasien , pastikan juga paddle tidak terhubung dengan barang yang terbuat dari metal. Selain itu pastikan dada pasien kering . Karena dialiri arus yang besar , kemungkinan terjadi luka bakar oleh karena itu perletakan paddle yang tepat .
Definisi AED Perangkat AED adalah defibrillator eksternal otomatis ( automated external defibrillator/AED ) yang menggunakan perintah suara dan indikator visual untuk memandu penyelamatan dalam melakukan urutan resusitasi yang dapat meliputi defibrilasi dan resusitasi jantung paru ( cardiopulmonary resuscitation/CPR ). Unit ini menggabungkan bentuk gelombang , dan beroperasi baik dalam mode dewasa ataupun anal- anak .
Cara penggunaan AED AED dapat digunakan di dalam unit gawat darurat ataupun di luar apabila menemukan pasien dalam keadaan pingsan atau tidak sadar . Berikut prosedur pelaksanaan AED : Jika anda melihat ada orang yang tiba-tiba pingsan atau tidak sadar , segera panggil bantuan medis atau ambulans . Setelah itu , minta seseorang untuk mencari alat AED terdekat . Periksa apakah penderita benar-benar tidak sadar . Jika penderita sudah dewasa , coba guncangkan tubuhnya atau panggil dengan suara keras . Namun jika penderita adalah anak kecil , jangan guncangkan tubuhnya , melainkan cukup dicubit saja . Jika penderita sadar atau dapat merespons , jangan gunakan AED. Jika penderita tidak sadar , periksa pernapasan dan denyut nadinya . Apabila penderita tak bernapas dan denyut nadinya tidak teraba , atau teraba namun tidak teratur , lakukanlah CPR (cardiopulmonary resuscitation). Kompresi dada dan pemberian napas buatan melalui CPR dapat memberikan oksigen sementara pada penderita sambil menunggu AED.
Lanjutan… Ketika AED tiba , pastikan tubuh penderita dan kondisi di sekitarnya sudahbenar-benar kering . Lepaskan pakaian dan benda lain yang menempel pada tubuh penderita , seperti koyo atau kalung . Setelah itu , nyalakan alat AED. Alat AED akan memberikan panduan dalam bentuk suara mengenai langkah demi langkah yang harus Anda lakukan . Terdapat dua lempeng elektroda AED yang harus ditempelkan ke dada penderita sesuai posisi yang tampak pada gambar di AED. Jika kabel lempeng elektroda ini belum tersambung langsung ke AED, segera sambungkan . Setelah elektroda terpasang , hentikan CPR dan tekan tombol ” analisis ". Pastikan tidak ada yang menyentuh tubuh penderita selama AED
DRUGS
Monitoring obat adalah suatu pendekatan klinis yang krusial dalam mengoptimalkan efektivitas terapi obat dan mengurangi potensi risiko efek samping . Dengan memantau konsentrasi obat dalam tubuh pasien , respons terapeutik , dan dampaknya terhadap fungsi organ, praktik ini bertujuan untuk memberikan terapi obat yang individual dan aman . DEFINISI
Tujuan Monitoring Obat 1. Optimasi Terapi : Menyesuaikan dosis obat untuk mencapai efek teraupetik yang diinginkan . 2. Pencegahan Toksisitas : Mencegah atau mengurangi risiko efek samping atau keracunan obat . 3. Individualisasi Pengobatan : Menyesuaikan terapi berdasarkan karakteristik unik pasien.
Kategori obat yang dimonitor : Menjaga kadar terapeutik untuk mencegah resistensi . Mengoptimalkan dosis untuk kontrol kejang dan mengurangi risiko efek samping . ANTIBIOTIK ANTIKONVULSAN IMUNOSUPRESAN Pemeliharaan tingkat kekebalan yang tepat setelah transplantasi . OBAT KARDIOVASKULAR Memantau kadar terapeutik untuk antikoagulan atau antiaritmia .
METODE MONITORING Pemantauan Konsentrasi Darah Pengukuran konsentrasi obat dalam darah untuk memastikan tingkat terapeutik Pemantauan Efek Samping Evaluasi respon pasien terhadap obat , termasuk deteksi dini efek samping . Monitoring Fungsi Organ Pengujian fungsi hati , ginjal , atau organ lain yang dapat dipengaruhi oleh obat .
Pasien Pediatrik dan Geriatrik Penyesuaian dosis sesuai dengan karakteristik Populasi ini Kehamilan dan Menyusui Pertimbangan khusus terkait risiko dan manfaat terapi obat pada ibu hamil atau menyusui Penyakit Komorbid Monitoring intensif pada pasien dengan penyakit kronis atau gangguan fungsi organ Variabilitas Pasien dan Konteks Klinis:
Peran Professional Kesehatan DOKTER Menetapkan rencana pengobatan , mengevaluasi hasil monitoring, dan melakukan penyesuaian dosis jika diperlukan FARMASI Memberikan informasi tentang dosis , interaksi obat , dan pedoman monitoring PERAWAT Memantau respons pasien , memberikan edukasi obat , dan mendukung kepatuhan pasien .
Kepatuhan Pasien Pemahaman Pasien Edukasi terkait tujuan terapi , dosis obat , dan efek samping yang mungkin terjadi Penting untuk mengikuti rencana pengobatan dan melaporkan perubahan atau masalah kepada profesional kesehatan . Pendidikan Pasien dan Kepatuhan
Sensor Elektronik Inovasi teknologi untuk pemantauan obat secara real-time Integrasi Sistem Informasi Kesehatan Pemantauan obat yang terintegrasi dengan rekam medis elektronik untuk pengelolaan informasi yang lebih efisien . Teknologi dalam Monitoring Obat