ppt manajemen kegawatdaruratan willy.pptx

willysuento1 7 views 44 slides Sep 16, 2025
Slide 1
Slide 1 of 44
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44

About This Presentation

manajemen kegawat daruratan psikiatri


Slide Content

Willy Jaya Suento MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

Kegawatdaruratan psikiatri adalah suatu kondisi yang ditandai oleh adanya gangguan pada pikiran , perasaan , dan perilaku seseorang yang memerlukan perhatian dan intervensi terapeutik segera . Termasuk gaduh gelisah ( agitasi , agresif , dan perilaku kekerasan ) dan percobaan bunuh diri . Kondisi ini dapat terjadi di dalam atau di luar gedung layanan kesehatan Pengertian Kegawatdaruratan Psikiatri

Agitasi merupakan perilaku patologis yang ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas verbal atau motorik yang tak bertujuan Kegawatdaruratan Psikiatri , termasuk : Kekerasan ( violence ) merupakan bentuk agresi fisik oleh seseorang yang bertujuan melukai orang lain Agresif dapat berbentuk agresi verbal atau fisik terhadap benda atau seseorang Percobaan Bunuh Diri segala bentuk tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk dengan segera mengakhiri kehidupannya.

Algoritma Diagnosis Kondisi Kegawatdaruratan Psikiatrik Apabila menemukan kasus / pasien dengan kondisi kegawatdaruratan psikiatrik , dibuat alur pikir untuk menentukan diagnosis secara cepat , dan memisahkan pasien yang memerlukan penanganan segera . Diagnosis dibuat secara hierarkis , Singkirkan diagnosis gangguan jiwa akibat penyakit organik yang mengancam nyawa hingga ditegakkan gangguan jiwa lainnya .

Pada pasien dengan kondisi kegawatdaruratan psikiatri , yaitu gaduh gelisah dan percobaan bunuh diri , pertama kita selalu pikirkan apakah kondisi tersebut disebabkan atau berkaitan dengan : Delirium Demensia Penyalahgunaan NAPZA Gangguan psikotik Efek samping obat yang berat ; atau Agitasi pada anxietas / depresi Satu per satu penyebab / keterkaitan tersebut disingkirkan hingga mendapatkan diagnosis kerja secara cepat . ALGORITMA UTAMA

Pada pasien dengan kondisi kegawatdaruratan psikiatri, yaitu gaduh gelisah dan percobaan bunuh diri, pertama kita selalu pikirkan apakah kondisi tersebut disebabkan atau berkaitan dengan: Delirium Demensia Penyalahgunaan NAPZA Gangguan psikotik Efek samping obat yang berat; atau Agitasi pada anxietas/depresi Satu per satu penyebab/keterkaitan tersebut disingkirkan hingga mendapatkan diagnosis kerja secara cepat. Kegawatdaruratan Psikiatri Gaduh Gelisah Percobaan Bunuh Diri Manajemen Umum Risiko Bunuh Diri Manajemen Umum Gaduh Gelisah Ya Delirium Ya Tanda dan gejala Delirium Tidak Tanda dan gejala Demensia Tidak Tanda dan gejala Penyalahgunaan Zat Tidak Tanda dan gejala Psikotik Tanda dan gejala Delirium Tidak Tanda dan gejala Demensia Tidak Tanda dan gejala Penyalahgunaan Zat Tidak Tanda dan gejala Psikotik Ya Demensia Ya Ya Penyalahgunaan Zat Ya Ya Psikotik Ya Ya Efek Samping Obat yang Berat Ya Tanda dan gejala Efek Samping Obat yang Berat Tidak Tanda dan gejala Anxietas/Depresi Agitatif Tanda dan gejala Efek Samping Obat yang Berat Tidak Tanda dan gejala Anxietas/Depresi Agitatif Ya Anxietas/Depresi Agitatif Ya

Prinsip Pemeriksaan Gunakan diagram alur berpikir di atas ( algoritma utama) untuk menyingkirkan masalah terkait penyakit fisik dan ketergantungan zat/alkohol yang mungkin mengancam nyawa atau pertimbangkan gangguan jiwa lainnya baik psikotik maupun non-psikotik (depresi, anxietas, dll). Identifikasi kemungkinan penyebab Kondisi organik (demam, kejang/epilepsi, trauma kepala, keganasan, kesadaran yang menurun, kepikunan progresif pada orang tua), dan penggunaan zat psikoaktif dan alkohol. Kondisi mental, ada atau tidaknya gangguan jiwa (gangguan psikotik, gangguan suasana perasaan (mood), gangguan anxietas, gangguan kepribadian) Kaji riwayat penyakit dan riwayat pengobatan medis dan psikiatrik sebelumnya Nilai juga derajat fungsi, berat ringannya gejala psikiatri, adanya penyakit penyerta (komorbiditas), kualitas dan ketersediaan sistem pendukung serta sumber bantuan lainnya.

GADUH GELISAH Gejala & Tanda  Kurang tidur, fluktuasi simtom sangat cepat, dapat meningkat menjadi perilaku kekerasan (violent) atau menyerang Penampilan  Ketakutan berlebihan, sikap mengancam, penderitaan pribadi yang ekstrem Psikomotor  Gaduh gelisah, perilaku destruktif, respons eksplosif terhadap stimulus Mood/Afek  Ansietas, hostilitas, iritabilitas Pembicaraan  Mengancam secara verbal atau kekerasan Proses/Isi Pikir dan Daya Nilai  Terganggu Kaplan & Saddock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry, 11 th Edition. New York: Wolter Kluwer. 2015 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa / Psikiatri . PP PDSKJI. 2012 Citrome L. Postgrad Med 2002; 112(6):85-96. American Psychiatric Association. Am J Psychiatry 2020; 16(2):1-56 Gaduh Gelisah Gangguan Psikotik Gangguan Mental Organik Penyalah gunaan NAPZA Gangguan Mood

Pasien dapat datang dengan: aktivitas motorik yang berlebihan , tidak sesuai dan tidak bertujuan Menyerang Kontrol impuls yang buruk Postur tegang dan condong ke depan Merusak lingkungan Kontak mata melotot Ketakutan dan/ atau anxietas yang berat Iritabilitas yang dapat meningkat intensitasnya menjadi perilaku yang mengancam Ketidakmampuan untuk menganalisis situasi dengan baik Isi pembicaraan berlebihan dan bersifat menghina Tekanan suara keras dan menuntut Marah- marah Dendam Merasa tidak aman

TATALAKSANA GADUH GELISAH SECARA UMUM Algoritma penatalaksanaan gaduh gelisah

Hal- hal yang Perlu Dilakukan dalam Menghadapi Pasien dengan Gaduh Gelisah Berpikir dan bersikap kritis , selalu sadar bahwa kedaruratan bisa muncul di mana dan kapan saja . Tetap tenang Bersikap suportif Jaga jarak aman , termasuk bila diperlukan lakukan fiksasi Tawarkan pilihan , contoh apakah pasien mau mengontrol dirinya , minum obat , atau dibantu dengan menggunakan fiksasi Tegaskan bahwa perilaku kekerasan tidak dapat ditolerir dan yakinkan bahwa pasien akan aman Lakukan dokumentasi terhadap hal-hal yang dilakukan terhadap pasien maupun keluarga

Hal-hal yang Harus Dihindari dalam Menghadapi Pasien dengan Kegawatdaruratan Psikiatri Mengancam Menertawakan pasien saat melakukan wawancara Merasa tidak adekuat ataupun sangat tidak pasti Merasa terancam Sering menghakimi Marah terhadap keluarga yang membawa

Alat dan Obat Kegawatdaruratan Alat- alat : Alat fiksasi fisik untuk tangan dan kaki yang aman Alat fiksasi fisik dapat dibuat dari bahan atau kain yang kuat tetapi halus seperti kain blacu dengan ukuran manset panjang 40 cm x lebar 20 cm x tinggi 0.5 cm. Memiliki 2 tali pengikat , 1 tali pengikat digunakan untuk mengikat manset , tali lainnya yang lebih kokoh digunakan untuk mengikat ke tempat tidur . Alat fiksasi disiapkan empat buah , masing-masing untuk dua untuk lengan dan dua untuk tungkai . Jaket fiksasi yang dipergunakan untuk pasien dengan hiperaktivitas motorik Alat injeksi – spuit 3 cc Sediaan obat-obatan : Obat oral Haloperidol tablet 0,5 mg, 1,5 mg, dan 5 mg Clorpromazine tablet 25 mg, 100 mg Risperidone tablet 2 mg Diazepam tablet 2 mg, 5 mg Lorazepam 2 mg Obat injeksi Haloperidol injeksi 5 mg ( kerja singkat ). b. Diazepam injeksi 10 mg Chlorpromazine injeksi 25 mg Sulfas Atropin injeksi Diphenhidramin injeksi

A. Alat fiksasi kaki dan tangan B. Jaket fiksasi

Manajemen Penatalaksanaan Gaduh Gelisah Lakukan prinsip penatalaksanaan Kegawatdaruratan Psikiatri (strategi umum , modifikasi lingkungan ) Tawarkan untuk mengontrol kondisi gaduh gelisah dengan pemberian medikasi oral seperti Haloperidol tunggal atau menggunakan kombinasi diazepam atau lorazepam untuk membantu pasien merasa tenang (dan bukan untuk tidur ) agar evaluasi dapat dilakukan.Klorpromazin juga dapat diberikan sebagai pilihan jika tidak terdapat kontraindikasi . Bila terapi oral ditolak atau gagal , dapat diberikan injeksi tunggal Haloperidol jangka pendek untuk emergensi (I.M.) yang dapat diulang setiap 30 menit hingga mencapai dosis maksimal ATAU Diazepam injeksi (I.V. lebih baik , dapat diberikan I.M. bila I.V sulit dilakukan , kontraindikasi pada penurunan kesadaran dan sesak ) yang dapat diulang setiap 30 menit hingga mencapai dosis maksimal . Kombinasi keduanya dapat diberikan bila kondisi gaduh gelisah pasien sangat berat . Perhatikan tanda-tanda efek samping pemberian haloperidol. Bila pasien sulit untuk ditenangkan untuk pemberian injeksi , dapat dilakukan tindakan pengikatan fisik ( restraint ) dengan tujuan untuk membantu pasien mengendalikan diri , menjaga keselamatan pasien , dan memudahkan pemberian obat . Setelah kondisi pasien tenang , lakukan pemeriksaan yang diperlukan . Observasi pasien setiap 15 menit sekali , catat adanya peningkatan atau penurunan perilaku ( terkait dengan perilaku , verbal, emosi , dan fisik )

Pelaksanaan pembatasan gerak / pengekangan fisik ( restraint ) Lakukan informed consent secara lisan dan tuliskan di dalam status pasien . Jelaskan tindakan yang akan dilakukan , bukan sebagai hukuman tapi untuk mengamankan pasien , orang lain dan lingkungan dari perilaku pasien yang tidak terkontrol . Siapkan ruang isolasi / alat pengikat ( restraint ) yang aman Lakukan kontrak / kesepakatan untuk mengontrol perilakunya . Pilih alat pengikat yang aman dan nyaman , terbuat dari bahan katun. Pengikatan dilakukan oleh min. 4 orang ; satu orang memegang kepala pasien , 2 orang memegang ekstremitas atas dan 1 orang memegang ekstremitas bawah . Pengikatan dilakukan di tempat tidur bukan di sisi tempat tidur dengan posisi terlentang , kedua kaki lurus , satu lengan di samping badan, satu lengan ke arah kepala .

Pelaksanaan pembatasan gerak / pengekangan fisik ( restraint ) ( lanjutan ) Ikatan sebaiknya tidak terlalu kencang , juga tidak longgar untuk mencegah cedera . Beri bantal di daerah kepala . Lakukan observasi pengekangan setiap 30 menit . Hal- hal yang perlu diobservasi : tanda-tanda vital tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan proses pengikatan nutrisi dan hidrasi sirkulasi dan rentang gerak ekstremitas ( kuat lemahnya ikatan ) higiene dan eliminasi status fisik dan psikologis kesiapan klien untuk dilepaskan dari pengikatan , termasuk tanda vital

Lakukan perawatan pada daerah pengikatan, pantau kondisi kulit yang diikat (warna, temperatur, sensasi), lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap 2 jam , lakukan perubahan posisi pengikatan. Libatkan dan latih pasien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara bertahap. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya: ikatan dibuka satu persatu secara bertahap dimulai dari pergelangan tangan yang tidak dominan, dilanjutkan pergelangan tangan lainnya, selanjutnya jika pasien tidak menunjukkan perilaku agresif lepaskan pengekangan pada pergelangan tangan kanan dan terakhir tangan kiri. Jika klien sudah mulai dapat mengontrol perilakunya, maka pasien sudah dapat dicoba untuk berinteraksi tanpa pengikatan dengan terlebih dahulu membuat kesepakatan yaitu jika kembali perilakunya tidak terkontrol maka pasien akan diisolasi/dilakukan pengikatan kembali. Pelaksanaan pembatasan gerak / pengekangan fisik ( restraint ) ( lanjutan )

Lembar Monitoring

Gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit / gangguan sistemik atau otak yang dapat di diagnosis tersendiri Terdapat hubungan kausal waktu Demensia Delirium Gangguan Mental Organik lainnya Gangguan Fungsi kognitif Gangguan Kesadaran dan perhatian Halusinasi ( sering visual) Waham Gangguan Suasana Perasaan Definisi Gejala Gangguan Mental Organik

Delirium merupakan sebuah sindrom neuropsikiatrik dengan onset akut , ditandai dengan gangguan kesadaran yang fluktuatif , gangguan atensi , gangguan kognitif , gangguan persepsi , dan bersifat reversibel . Penurunan akut dalam tingkat kesadaran dan kognitif , gangguan pada atensi , gangguan persepsi , aktivitas psikomotor abnormal, dan gangguan dalam siklus tidur . Pada gangguan delirium juga teradapat gangguan orientasi waktu , orang dan tempat . Prevalens 10-30% dari seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit , dimana pada populasi pasien lanjut usia didapati 10-15% dengan delirium pada saat masuk rawat dan 10-40% mengalami delirium saat dirawat di rumah sakit . Sedangkan di Unit Gawat Darurat didapati angka kejadian delirium 12-50% dengan lebih dari 60% tidak dikenali oleh sistem kesehatan . Definisi Frekuensi DELIRIUM

1. Pada pasien yang mengalami perubahan mendadak dalam fungsi fisik ( penurunan mobilitas , perubahan nafsu makan , sulit tidur , gelisah ), kognitif ( bingung , sulit konsentrasi , respons lambat ), persepsi ( halusinasi visual atau auditorik ), dan perilaku sosial ( tidak kooperatif ), cek apakah ada faktor risiko predisposisi delirium. Lakukan pemeriksaan fisik (status generalis , status neurologis ) yang cermat serta lakukan pemeriksaan darah lengkap , analisis gas darah dan elektrolit , kimia darah ( glukosa sewaktu , tes fungsi hati , fungsi ginjal ), urinalisis , EKG, dan foto toraks untuk menyingkirkan faktor presipitasi delirium. Pemeriksaan dilakukan serial/ beberapa kali dengan memperhitungkan variasi diurnal dan info dari berbagai sumber ( keluarga , perawat , dll ). Penilaian Evaluasi dan Diagnosis Kegawatdaruratan Delirium a. Riwayat penyakit medik: pemeriksaan fisik terutama kesadaran dan tanda vital serta pemeriksaan neurologis b. Riwayat penggunaan obat, zat psikoaktif, dan alkohol c. Riwayat penyakit psikiatrik: pemeriksaan status mental dan riwayat psikososial Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan seperti: Darah perifer lengkap, Urinalisa lengkap, Elektrolit, Gula darah, Fungsi hati, Fungsi ginjal, Radiologi, dan EKG (jika tersedia, terutama pada pasien berusia di atas 40 tahun).

Faktor predisposisi delirium terdiri dari : Usia lanjut Demensia Polifarmasi Gangguan penglihatan / pendengaran Dehidrasi Gangguan ginjal kronik Gangguan neurologis Gangguan fungsional / disabilitas fisik Faktor presipitasi atau pencetus delirium terdiri dari : efek samping obat (antikolinergik) intoksikasi atau gejala putus penggunaan NAPZA infeksi trauma kepala gangguan metabolik; dehidrasi, gangguan elektrolit, malnutrisi, ensefalopati hepatikum/uremikum gangguan vaskular ; stroke, gagal jantung, hipovolemia, aritmia gangguan endokrin Faktor Risiko Faktor Presipitasi DELIRIUM

Tanda dan Gejala Delirium Perubahan kesadaran yang bersifat fluktuatif dalam satu hari ( biasanya memberat pada malam hari ) Gangguan pemusatan, pertahanan dan pengalihan perhatian Gangguan orientasi waktu, ruang dan bila berat disertai gangguan orientasi orang Halusinasi , biasanya visual ( lihat ) atau olfaktorik ( penciuman ) Hiperaktivitas atau hipoaktivitas motorik Gangguan siklus tidur Inkoherensi Onset akut Adanya penyakit fisik

TATALAKSANA KEGAWATDARURATAN DELIRIUM Atasi kondisi medis yang diduga mencetuskan delirium. Haloperidol 2.5 – 5 mg IM/IV dapat diulang tiap 30 menit maks 20mg / hari Lorazepam 1-2 mg per oral Psikoterapi suportif Reorientasi Hindari obat dengan efek antikolinergik Pertimbangkan fiksasi

KEGAWATDARURATAN NAPZA NAPZA adalah setiap bahan kimia/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi tubuh secara fisik dan psikologis. NAPZA berdasarkan efek yang ditimbulkannya dapat dibagi menjadi: Depresan Stimulan Halusinogen Alkohol Amfetamin LSD Benzodiazepin Metamfetamin PCP Opioid Kokain Kanabis (dosis tinggi) Solven Magic mushrooms Kanabis (dosis rendah)

Anamnesis dilakukan pada pasien dan orang yang mengantarnya . Anamnesis meliputi tanda dan gejala yang ada , waktu timbul gejala , perilaku yang menyertai , intensitas dan frekuensi gejala , gejala yang mengarah pada gangguan organik , misalnya demam , kejang dan trauma. Pada anamnesis juga ditanyakan penggunaan NAPZA: jenis , lama penggunaan , toleransi dosis , gejala putus zat , pengobatan untuk penggunaan NAPZA sebelumnya . Anamnesis Penilaian Kegawatdaruratan NAPZA Perasaan, Pikiran dan Perilaku Pemeriksaan Status Mental Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap Tes urin untuk NAPZA SGOT/SGPT Ureum/Creatinin Pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik secara menyeluruh Pemeriksaan Fisik

NAPZA dengan Cara Kerja Sebagai Depresan Efek yang ringan antara lain: Perasaan tenang dan sejahtera Perasaan gembira yang berlebihan ( euforia ) Perasaan rileks Efek yang lebih serius antara lain: Bicara cadel Jalan sempoyongan Mual Muntah Memperlambat atau menekan sistem saraf pusat dan pesan yang dikirim ke otak. Juga memperlambat detak jantung dan pernafasan. Efek depresan dapat memberikan gejala sebagai berikut:

Hilang nafsu makan Tidak bisa tidur Banyak bicara Gelisah Mempercepat atau merangsang kerja sistem susunan syaraf pusat dan pesan ke dan dari otak. Stimulan juga meningkatkan detak jantung, tekanan darah dan suhu tubuh dan sering membuat orang lebih sadar dan waspada. Efek yang dapat ditimbulkan dapat bermanifestasi sebagai: Efek yang ringan antara lain: Efek yang lebih serius antara lain: Agresi Panik Cemas Sakit kepala Paranoia NAPZA dengan Cara Kerja Sebagai Stimulan

Mempengaruhi persepsi orang yang menyebabkannya melihat atau mendengar sesuatu secara terdistorsi. Halusinogen akan memiliki efek sebagai berikut: NAPZA yang Memiliki Efek Halusinogen Tekanan darah meningkat Detak jantung meningkat Hilang nafsu makan Kram perut Banyak bicara dan tertawa Aktivitas meningkat Panik Dilatasi pupil Distorsi waktu dan ruang

TATALAKSANA KEGAWATDARURATAN NAPZA PSIKOFARMAKA I. Tatalaksana Intoksikasi Tatalaksana Umum Penanganan kondisi medik umum Monitoring vital sign Evaluasi tingkat kesadaran, serta jalan nafas pasien • Observasi tanda vital setiap 15 menit selama 4 jam • Evaluasi perlunya pemberian oksigen • Pasien dipuasakan untuk menghindari aspirasi Tatalaksana Khusus Terapi Intoksikasi Opioid : Nalokson IV, IM, atau subkutan , bila belum berhasil dapat diulang sesudah 3-10 menit sampai 2-3 kali dan pasien dipantau selama 24 jam A pabila pasien gelisah maka dapat diberikan antipsikotik secara oral atau suntikan Simtomatik

TATALAKSANA KEGAWATDARURATAN NAPZA Terapi Intoksikasi Kokain dan Amfetamin : • Bila suhu naik → kompres dengan air hangat • Untuk mencegah kejang berikan diazepam IM diulang 15-20 menit • Bila ada gaduh gelisah berikan antipsikotik • Bila terjadi takikardi berikan propanolol Terapi Intoksikasi Kanabis: Ciptakan suasana yang tenang Ajak bicara tentang apa yang dialami Jelaskan kondisi ini bersifat sementara dan dalam waktu 4-8 jam akan menghilang Diazepam per oral atau parenteral, diulang setiap jam bila diperlukan (hati-hati depresi pernafasan) Apabila gejala psikotik menonjol maka dapat diberikan haloperidol peroral

TATALAKSANA KEGAWATDARURATAN NAPZA Terapi Intoksikasi Alkohol : Kondisi Hipoglikemi maka berikan 50 ml Dextrose 40%. Injeksi Thiamine 100 mg IV untuk profilaksis terjadinya Wernicke Encephalopathy . Apabila pasien gelisah maka dapat diberikan antipsikotik , haloperidol IM, yang dapat diulang per 30 menit , sampai dosis maksimal yang telah ditentukan . Terapi Intoksikasi Sedatif-Hipnotik : Diperlukan terapi kombinasi yang bertujuan : Mengurangi efek obat dalam tubuh (flumazenil, furosemide) Mengurangi absorbsi obat lebih lanjut ( Rangsang muntah ) Mencegah komplikasi jangka panjang ( periksa tanda vital, kemungkinan suicide?)

TATALAKSANA KEGAWATDARURATAN NAPZA Terapi Intoksikasi Halusinogen: Lingkungan yang nyaman Jelaskan efek yang ditimbulkan obat-obat tersebut dan efek tersebut akan menghilang seiring dengan bertambahnya waktu Pemberian antianxietas yaitu Diazepam oral atau Lorazepam oral Terapi Intoksikasi Inhalansia : Pertahankan Oksigenasi Simptomatik

Bunuh Diri perilaku seseorang untuk melakukan bunuh diri apabila keinginan atau harapannya tidak terpenuhi Ancaman bunuh diri diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku atau kebiasaan yang tidak biasa kemudian dilanjutkan dengan percobaan bunuh diri Isyarat atau gelagat mencederai diri sendiri dengan berbagai cara (misal: meminum racun serangga, menembak diri, gantung diri, terjun dari ketinggian, dsb) Percobaan bunuh diri T indakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya

Pasien mungkin datang dengan tanda-tanda fisik, pikiran, perasaan, dan perilaku Tanda Perilaku - Menarik diri - Tidak tertarik dengan hal-hal yang dulu disukai - Penyalahgunaan alkohol atau zat - Perilaku yang tidak menentu - Perubahan perilaku drastis - Impulsif - Mutilasi diri - Mengembalikan semua barang-barang , mengubah surat wasiat , menitipkan hal-hal yang dicintai Tanda Pikiran Bila pasien mengatakan hal-hal: Saya tidak membutuhkan apa-apa lagi Saya tidak bisa berbuat apapun yang baik Saya tidak bisa berpikir benar Saya berharap saya mati Segalanya akan lebih baik tanpa saya Semua masalah akan berakhir secepatnya Tidak ada yang dapat menolong saya Tanda Fisik - Tidak memedulikan penampilan diri - Kehilangan hasrat seksual - Gangguan tidur - Kehilangan nafsu makan , berat badan - Keluhan kesehatan fisik Tanda Perasaan - Putus asa - Marah - Rasa bersalah - Tidak berarti - Kesepian - Sedih - Tidak ada harapan - Tidak tertolong

Pada saat awal menghadapi gawat darurat bunuh diri maka lakukan penilaian kondisi pasien dengan: 1. Lakukan wawancara untuk mengkaji kemungkinan penyebab Penyakit fisik seperti epilepsi, tumor, penyakit Alzheimer, multiple sklerosis, trauma, keganasan terutama di kepala dan leher, penyakit autoimun, penyakit ginjal, sindroma nyeri kronik dan HIV/AIDS Riwayat Gangguan Jiwa dan Komorbiditas Gangguan Jiwa Pikiran dan perilaku bunuh diri seringkali ditemukan pada seseorang dengan gangguan jiwa, terutama Gangguan Depresi, Gangguan Bipolar, Skizofrenia, Gangguan Stres Pasca Trauma, Anxietas, Gangguan Penyalahgunaan Zat, dan Gangguan Kepribadian seperti Gangguan Kepribadian Antisosial dan Gangguan Kepribadian Ambang Penilaian Penilaian Kegawatdaruratan Psikiatri: Bunuh Diri II. Lakukan wawancara untuk mengkaji Faktor Risiko Faktor Protektif

Faktor Risiko Bunuh Diri Adanya ide, rencana, dan akses ke alat-alat saat ini Riwayat percobaan bunuh diri atau melukai diri sendiri Riwayat keluarga dengan bunuh diri Penyalahgunaan alkohol/ zat psikoaktif Riwayat gangguan jiwa saat ini atau sebelumnya Baru pulang dari perawatan di rawatan psikiatri Impulsivitas dan kontrol diri yang rendah Keputusasaan Kehilangan – fisik, keuangan, personal Masalah yang berkepanjangan Riwayat perlakukan salah dan kekerasan (fisik, seksual, emosional) Kondisi akut seperti dipermalukan, rasa putus asa, rasa bersalah dan malu Masalah komorbiditas kesehatan, terutama yang saling memperberat atau diagnosis baru Umur (usia lanjut dan dewasa muda), jenis kelamin (laki-laki), tidak menikah, hidup sendiri Homo seksual

Faktor Protektif Dukungan sosial yang positif Spiritualitas Tanggungjawab pada keluarga, aset ekonomi Memiliki anak atau hamil Kepuasan hidup Memiliki kemampuan membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak Memiliki ketrampilan menyelesaikan masalah Hubungan terapeutik yang positif Memiliki hobi, aktivitas rekreasional

Instrumen Penilaian Risiko Bunuh Diri/Perilaku Melukai Diri

Tindakan- tindakan Khusus Kondisi Khusus Tindakan Mereka yang telah merencanakan bunuh diri saat ini Perlu untuk dirawat Menyingkirkan alat-alat Membina hubungan terus dengan pasien dan kontak sumber dukungan terdekat Mereka yang tampak gelisah dan sulit mengendalikan diri Lakukan manajemen gaduh gelisah Mereka yang memiliki rasa nyeri dan sesak Bantu untuk mengurangi rasa nyeri dan sesak Mereka yang dengan perilaku bunuh diri sebelumnya Lindungi dari bahaya seperti yang dulu pernah dilakukan Mereka yang memiliki gangguan jiwa Sesuai simtom

Kondisi Psikiatrik Manifestasi Emergensi Penanganan Krisis Anak & Remaja Upaya dan ide bunuh diri ; penyalahgunaan zat , bermasalah dengan hukum , hamil , melarikan diri ; gangguan makan ; psikosis Evaluasi potensi bunuh diri , tingkat penyalahgunaan zat , dinamika keluarga ; psikoterapi psikodinamik ; rawat inap jika perlu Serangan Panik Hiperaktivitas Otonom disertai perasaan takut berlebih Alprazolam,0,25–2 mg; , antidepresan Distonia Akut Opistotonus , rigiditas , krisis okulogirik , tortikolis , hipersalivasi Menurunkan dosis / menghentikan APG., Switch ke APG-II, pemberian anticholinergic drugs ( Atropin inj., Dypenhidramin Inj., Trihexyphenidil tablet) Neuroleptic malignant Syndrome Hyperthermia; muscle rigidity; autonomic instability; parkinsonian Discontinue antipsychotic; IV dantrolene; bromocriptine orally; hydration and cooling; Akatisia Agitasi, kegelisahan, ketidaknyamanan otot; disforia Kurangi dosis antipsikotik ; propranolol (30–120 mg sehari ); benzodiazepin ; diphenhydramine secara oral atau IV PTSD Panik, teror; Pemikiran bunuh diri; kilas balik Reassurance ; intervensi krisis Kaplan & Saddock’s synopsis of psychiatry: behavioral sciences/clinical psychiatry, 12 th Edition. New York: Wolter Kluwer. 2020 KONDISI KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI LAINNYA

KESIMPULAN Penatalaksanan kegawatdaruratan psikiatri secara efektif memberikan peluang perbaikan yang lebih cepat dan optimal bagi pasien Kondisi kegawatdaruratan psikiatri seperti perilaku agresi / agitasi , suicide, penggunaan zat dan kondisi lain memerlukan asessment cepat untuk mengurangi risiko membahayakan bagi diri pasien dan orang lain. Kegawatdaruratan psikiatri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegawatdaruratan fisik yang harus ditangani secara kolaboratif

THANK YOU FOR YOUR KIND ATTENTION
Tags