PPT referat Covid19 _ GI, tichaaaaa .pptx

NurseTeamPanglimaPol 5 views 52 slides Sep 16, 2025
Slide 1
Slide 1 of 52
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52

About This Presentation

PPT referat Covid19 _ GI, tichaPPT referat Covid19 _ GI, tichaPPT referat Covid19 _ GI, tichaPPT referat Covid19 _ GI, ticha


Slide Content

BAB I PENDAHULUAN

COVID-19 DAN GANGGUAN GASTROINTESTINAL DATA 29 OKTOBER 2020: 218 Negara: 44,850,798 kasus konfirmasi , 32,776,377 kesembuhan , 1,180,396 kematian . INDONESIA: 404,048 kasus terkonfirmasi , 329,778 kesembuhan , 13,701 kematian . Akhir 2019 sampai 2020  Virus jenis baru SARS-CoV-2 Wuhan, China  Berbagai negara 2019 -novel coronavirus (2019-nCoV)  Coronavirus Disease (Covid-19) Gejala umum : demam > 38 ° C, batuk kering , kesulitas bernafas . Pasien terkonfirmasi pertama di Amerika mengalami keluhan gangguan saluran pencernaan berupa diare , mual , muntah , dan rasa tidak nyaman diperut , 7 hari kemudian pasien terkonfirmasi Covid-19. Penelitian cohort secara konsisten melaporkan adanya gejala GI diantara pasien Covid-19. Studi besar yang melibatkan 1,099 pasien dari 522 rumah sakit di China, 55 pasien diantaranya mengalami mual atau muntah , dan 42 pasien mengalami diare . LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia . Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia , mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan menyebabkan penyakit Covid-19. (WHO) CORONAVIRUS

DEFINISI Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan . Virus baru dan penyakit yang disebabkan ini tidak dikenal sebelum mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok , bulan Desember 2019. Covid-19 sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara di seluruh dunia. (WHO) COVID-19

KARAKTERISTIK VIRUS COVID-19 Virus Covid-19 merupakan strain ketujuh dari human coronavirus ( HCoV ). Virus RNA berukuran 120-160nm. Sekuens virus ini mempunyai kemiripan dengan coronavirus yang diisolasi pada kalelawar Protein spike memiliki afinitas yang kuat terhadap angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) Sangat dekat dengan SARS- CoV = subgenus Sarbecovirus Kaca , Logam , Plastik  9 hari Baja  3 hari Tembaga  4 jam Aerosol  3 jam di udara DISINFEKTAN Etanol (62%-71%) Hydrogen Peroksida (0,5%) Sodium hipoklorit (0,1%) Belzalklonium Klorida (0,05%-0,2%) Klorheksidin glukonat (0,02%)

DROPLET; BATUK, BERSIN AEROSOL TRANSMISI VERTIKAL? Belum terbukti , Peluang terjadi tergolong kecil TRANSMISI COVID-19

TRANSMISI COVID-19 REPRODUCTION NUMBER

PATOGENESIS COVID-19

PATOGENESIS COVID-19

SARS-CoV-2 Alveoli Menginfeksi Pneumosit Tipe 2 Mengeluarkan mediator inflamasi spesifik Makrofag terstimulasi Mengeluarkan sitokin IL-1, IL-6, TNF-𝛼 Vasodilatasi Permeabilitas kapiler ↑ Kebocoran plasma ke ruang interstisial dan alveoli Sebagian masuk ke alveoli Cairan terakumulasi diluar alveoli Edema Interstisial Edema alveoli Mendatangkan neutrofil Melepaskan ROS dan Protease Merusak virus Merusak Pneumosit tipe 1 dan 2 Mengganggu pertukaran gas Surfaktan ↓ Tekanan permukaan ↑ Alveoli kolaps Surfaktan ↓ Tekanan permukaan ↑ Aliran darah Sistem Saraf Pusat Hipotalamus Sekresi prostaglandin (PGE2) Suhu tubuh ↑ DEMAM

Alveoli kolaps (+) Akumulasi cairan disekitar alveoli Merusak membran alveolar untuk pertukaran gas HIPOKSEMIA pO 2 ↓ Stimulasi kemoreseptor Stimulasi sistem saraf simpatis (+) DETAK JANTUNG ↑ FREKUENSI NAFAS ↑ Sel-sel yang mati akan terakumulasi di alveoli Deposisi protein, cairan , debris pneumosit tipe 1, debris pneumosit tipe 2, neutrofil , makrofag Konsolidasi Mengganggu pertukaran gas BATUK

FAKTOR RESIKO COVID-19 Penyakit komorbid --> hipertensi , diabetes mellitus Jenis kelamin laki-laki Perokok aktif Usia tua Kanker dan penyakit hati kronik Belum ada studi yang menghubungkan riwayat penyakit asma dengan kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2. Studi meta- analisis menyatakan bahwa pasien Covid-19 dengan riwayat penyakit sistem respirasi cenderung memiliki gejala yang lebih parah . Kontak erat dengan pasien Covid-19

MANIFESTASI KLINIS COVID-19

GANGGUAN GASTROINTESTINAL PADA COVID-19 GREAT IMITATOR 1,099 pasien , 5% diantaranya mengalami mual , 3,8% mengalami diare . Jin et al , pada 74 pasien Covid-19 dengan gejala gastrointestinal, 28% diantaranya tidak memiliki gejala pernafasan . An et al , melaporkan 9 pasien pada awalnya hanya memiliki gejala pencernaan . } Terdapat dua kasus penyakit parah yang menunjukkan bukti virus yang terdeteksi di esofagus , lambung , duodenum, rektum Membuktikan bahwa virus dapat berkembang di sepanjang saluran pencernaan

GANGGUAN GASTROINTESTINAL PADA COVID-19 Gejala Gastrointestinal Pada Covid-19

GANGGUAN GASTROINTESTINAL PADA COVID-19 SARS-CoV-2 ACE 2 TMPRSS 2 Esofagus Epitel usus halus Enterosit Colon Sel epitel paru-paru Glial otak Tubular ginjal Viral load ↑ Jaringan-jaringan tersebut merupakan target SARS-CoV-2 Terjadi kerusakan barrier usus Mikroba usus mengaktifkan innate dan adaptive immune Melepaskan sitokin proinflamasi kedalam sistem peredaran darah Terjadi badai sitokin ARDS Gejala gastrointestinal ↓ FASE AWAL FASE KONTINU

GANGGUAN GASTROINTESTINAL PADA COVID-19 Mekanisme yang diduga sebagai penyebab diare pada Infeksi Covid-19: Masuknya virus secara langsung melalui reseptor ACE-2  menyebabkan malabsorbsi , sekresi usus yang tidak seimbang , sistem enterik yang diaktifkan . Kerusakan langsung / tidak langsung pada epitel usus oleh respon inflamasi . Gangguan flora usus yang disebabkan virus. Disbiosis usus akibat antibiotik dan/ atau antivirus. DIARE

GANGGUAN GASTROINTESTINAL PADA COVID-19

Masuknya virus Merusak vili-vili di sekitar daerah brush border usus halus . Mengganggu absorpsi asam amino sehingga keseimbangan mikrobiota usus terganggu Reaksi inflamasi Pengeluaran mediator inflamasi Eksudasi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus Produksi mukus meningkat Gangguan absorbsi Hiperperistaltik Pengeluaran isi usus ( feses ) berlebihan DIARE

GANGGUAN GASTROINTESTINAL PADA COVID-19 DMVN: Dorsal Motor Vagal Nucleus NTS: Nucleus Tractus Solitarius VRG: Ventral respiratory group of neurons AP: Area Postrema EEC: Enteroendocrine Cells GLP-1: Glucagon-Like-Peptide-1 CCK: Cholecystokinin

GANGGUAN GASTROINTESTINAL PADA COVID-19 Penyebab primer atau sekunder Kerusakan sel mukosa gastrointestinal akibat invasi virus –> masih belum jelas apakah SARS-CoV-2 dapat merusak epitel GI dan menyebabkan ulserasi dan perdarahan . Bisa disebabkan oleh koagulopati pada pasien dengan kegagalan organ multipel Penggunaan steroid, kortikosteroid , heparin, asam salisilat pada profilaksis thrombosis intravascular. Penelitian kasus perdarahan saluran cerna bagian atas pada pasien Covid-19 di Italy : Dari 23 pasien memiliki keluhan, terdapat: Tarry stools 12 pasien, haematemesis 5 pasien, coffee ground vomitus 3 pasien, severe progressive anemia and dark stool 3 pasien. Temuan hasil endoskopi dari 18 pasien: ulkus gaster atau ulkus duodenal sebanyak 8 pasien, gastritis erosif atau hemoragik 4 pasien, Mallory- Weiss 2 pasien, Dieulafoy lesion 2 pasien, gastroesofageal varises tipe-1 1 pasien, dan 1 pasien normal. Perdarahan Gastrointestinal

GANGGUAN GASTROINTESTINAL PADA COVID-19 Hasil biopsi pada sel epitel gaster , duodenum, dan gaster  SARS-CoV-2 terbukti dapat menginfeksi saluran cerna Pada pemeriksaan feses , virus dapat terdeteksi . Terdapat 23% pasien yang dilaporkan virusnya masih terdeteksi dalam feses , walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran pernafasan . Menguatkan dugaan adanya kemungkinan transmisi secara fecal oral Masih memerlukan penelitian lebih lanjut lagi

DIAGNOSIS COVID-19: ANAMNESIS Selama pandemi , setiap pasien harus dipertimbangkan dan diasumsikan sebagai carrier Gejala klinis bervariasi berdasarkan derajat penyakit Onset pasien mulai mengalami keluhan Perlu diketahui dengan jelas RIWAYAT perjalanan pasien , riwayat kontak erat dengan pasien Covid-19, pekerjaan , berada di satu rumah dengan pasien Covid-19. Penyakit komorbid Setidaknya terdapat satu gejala yang mencurigakan Covid-19: demam (>37,5  C), diare , mual , muntah , perut tidak nyaman , batuk kering , sakit tenggorokan . Riwayat perjalanan ke daerah atau negara dengan risiko tinggi penularan Covid-19 dalam 2 minggu terakhir . Kontak yang dekat atau kemungkinan pajanan dengan kasus Covid-19 yang mencurigakan atau terkonfirmasi .

DIAGNOSIS COVID-19: ANAMNESIS Kasus probable: Orang yang diyakini sebagai suspek dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut Berat atau gagal nafas akibat alveoli paru-paru penuh cairan (ARDS), atau meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan Covid-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR Kasus suspek : Orang dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut dalam 14 hari terakhir, dan sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA, dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/ probable Covid-19.

DIAGNOSIS COVID-19: ANAMNESIS Kasus terkonfirmasi : Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus Covid-19 setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium RT-PCR, kasus konfirmasi ada yang bergejala dan tidak bergejala Kasus kontak erat : Kontak erat, yaitu orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi Covid-19, riwayat kontak yang dimaksud adalah: Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat.

DIAGNOSIS COVID-19: PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran : kompos mentis atau penurunan kesadaran Frekuensi nadi ↑ Frekuensi nafas ↑ Tekanan darah normal/↓ Suhu tubuh ↑ KEADAAN UMUM DAN TANDA-TANDA VITAL Tidak menggambarkan kelainan khas . Retraksi otot pernafasan . Auskultasi masih sangat beragam ; normal, wheezing, ronkhi halus mirip seperti pneumonia viral pada umumnya . PEMERIKSAAN FISIK DADA Penurunan kesadaran  penurunan perfusi pada otak  penanganan segera Takipnea , SpO2 <90%  pneumonia berat Hipotensi , Denyut jantung ↑/ ↓, Capillary Refill Time > 2 detik  syok septik PEMERIKSAAN FISIK

DIAGNOSIS COVID-19: PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi rutin Hitung jenis Hemostasis (PT/APTT, d Dimer) Laktat ( untuk menunjang kecurigaan sepsis) Prokalsitonin ( bila dicurigai bakterialis ) Melihat komorbid dan evaluasi kemungkinan terjadi pneumonia: Fungsi ginjal : ureum , kreatinin Fungsi hati : ALT, ASH, LDH Albumin Analisis Gas Darah (AGD) Elektrolit Gula darah Biakan kuman serta uji kepekaan

DIAGNOSIS COVID-19: PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium Didapatkan hasil : Leukopenia/normal Limfopenia LED ↑ CRP ↑ PCT normal D-dimer ↑: Pengentalan darah yang menyebabkan terjadinya thrombus ( batuk , sesak , nyeri dada)  memicu terjadinya gagal nafas dan kematian pada pasien Covid-19. AST dan ALT↑ Menandakan adanya kelainan hati Cedera hati yang dialami terkait dengan infeksi Covid-19 atau sekunder akibat peradangan sistemik / obat toksisitas , belum diketahui

DIAGNOSIS COVID-19: PEMERIKSAAN PENUNJANG 2. CT-Scan dan Foto Thorax Gambaran CT- scan dipengaruhi oleh perjalanan klinis pasien, yaitu: Pasien asimtomatis : cenderung unilateral, multifocal, predominan gambaran ground-glass. Jarang ditemukan gambaran penebalan septum interlobularis , efusi pleura, dan limfadenopati . Satu minggu sejak onset gejala : lesi bilateral dan difus , predominan gambaran ground-glass. 5% efusi pleura, 10% limfadenopati Dua minggu sejak onset gejala : predominan gambaran ground-glass , sudah mulai terlihat adanya konsolidasi . Tiga minggu sejak onset gejala : predominan gambaran ground-glass dan pola retikular . Dapat ditemukan bronkiektasis , penebalan pleura, efusi pleura, dan limfadenopati .

DIAGNOSIS COVID-19: PEMERIKSAAN PENUNJANG CT Toraks Transversal, Pada hari ke-12 setelah onset gejala . CT Toraks Transversal, Pada hari ke-15 setelah onset gejala

DIAGNOSIS COVID-19: PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Real- time reversetranscription polymerase chain reaction (RT-PCR) Spesimen: swab nasofaring atau swab orofaring Pada pasien asimtomatis : 7 hari setelah kontak Pada pasien simtomatik : hari pertama onset Hasil negative tidak menyingkirkan kemungkinan infeksi SARS-CoV-2 Pemeriksaan Antigen-Antibodi Tidak direkomendasikan WHO sebagai dasar diagnostik utama Pemeriksaan serologis negatif masih perlu observasi

DIAGNOSIS COVID-19 KAPAN PASIEN DINYATAKAN SEMBUH DAN KAPAN PASIEN DIPERBOLEHKAN PULANG? DULU: Terdapat perbaikan klinis Hasil negative swab tenggorok PCR 2 kali berturut-turut dalam selang > 24 jam Dipulangkan : sudah dinyatakan sembuh dan penyakit komorbid sudah teratasi , keadaan stabil . Pasien simtomatik : 10 hari setelah onset gejala + ditambah 3 hari tanpa gejala ( termasuk demam dan tanpa gejala respiratori ) Pasien asitomatik : 10 hari setelah tes positif SARS-CoV-2 SEKARANG: WHO, JUNI, 2020

TATA LAKSANA COVID-19 Tanpa Gejala Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari Diberi edukasi apa yang harus dilakukan ( diberikan leaflet untuk dibawa kerumah ) Vitamin C, 3x1 tablet ( untuk 14 hari ) Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari , pagi dan malam hari Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis Gejala Ringan Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa kerumah ) Vitamin C, 3x1 tablet ( untuk 14 hari ) Klorokuin fosfat , 2x500 mg ( untuk 5 hari ) atau Hidroksiklorokuin , 1x400 mg ( untuk 5 hari ) Azitromisin , 1x500 mg ( untuk 5 hari ) dengan alternatif Levofloxacin 1x750 mg ( untuk 5 hari ) Simtomatis ( Parasetamol dan lain-lain) Bila perlu , Antivirus: Oseltamivir, 2x75 mg atau Favipiravir ( Avigan ), 2x600 mg ( untuk 4 hari ) Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis

TATA LAKSANA COVID-19 Gejala Sedang Rujuk ke rumah sakit / rumah sakit darurat seperti Wisma Atlet Isolasi di rumah sakit / rumah sakit darurat seperti Wisma Atlet selama 14 hari Vitamin C, diberikan 200-400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam secara intravena (IV) selama perawatan Klorokuin fosfat , 2x500 mg ( untuk 5 hari ) atau Hidroksiklorokuin , 1x400 mg ( untuk 5 hari ) Azitromisin , 1x500 mg ( untuk 5-7 hari ) dengan alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam per IV atau oral ( untuk 5-7 hari ) Antivirus: Oseltamivir, 2x75 mg atau Favipiravir ( Avigan ) loading dose 2x1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2x600 ( hari ke 2-5) Simtomatis ( Parasetamol dan lain-lain)

TATA LAKSANA COVID-19 Gejala Berat Isolasi di ruang isolasi rumah sakit rujukan Diberikan obat-obatan rejimen Covid-19 Klorokuin fosfat 2x500 mg perhari ( hari ke 1-3) dilanjutkan 2x250 mg ( hari ke 4-10) atau Hidroksiklorokuin dosis 1x400 mg ( untuk 5 hari ) Azitromisin , 1x500 mg ( untuk 3 hari ) Antivirus: Oseltamivir, 2x75 mg atau Favipiravir ( Avigan ) loading dose 2x1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2x600 ( hari ke 2-5) Vitamin C, diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan Obat suportif lainnya Pengobatan komorbid yang ada Monitor yang ketat agar tidak jatuh ke gagal nafas yang memerlukan ventilator mekanik

TATA LAKSANA COVID-19: PERKEMBANGAN TERAPI Host modifiers / immune-based therapy Stem cell therapy Plasma convalescent therapy Inhibitor IL-6 ( tocilizumab, sarilumab , siltuximab ) Inhibitor IL-1 (anakinra) Terapi antikoagulan Steroid

TATA LAKSANA COVID-19 Obat Pada Tata Laksana Covid-19 Serta Efek Samping Gastrointestinal

TATA LAKSANA COVID-19 Gejala gastrointestinal Pengobatan Simtomatik Tidak berhasil dengan pengobatan simtomatik primer Evaluasi lanjutan karena dapat berhubungan dengan penyakit atau penyebab lain

TATA LAKSANA COVID-19 Perdarahan Gastrointestinal dengan Covid-19

TATA LAKSANA COVID-19 Pasien dengan penurunan nafsu makan  Nutrisi harus diperhatikan agar pengobatan tetap efektif . Manyediakan energi Membantu memulihkan pencernaan Membantu absorbsi Gerak peristaltik fisiologi usus Menjaga fungsi normal mikroekologi Kekebalan mukosa Pasien yang tidak mampu mengonsumsi makanan oral Nutrisi enteral Nutrisi parenteral Naso Gastric Tube (NGT) Nasal Jejunal Tube (NJT) Pasien yang memiliki lesi gastrointestinal dan tidak dapat mentolerir nutrisi enteral Pasien berisiko tinggi untuk mengalami refluks aspirasi atau tidak dapat mentolerir pemberian selang nasogastrik

DIAGNOSIS BANDING COVID-19 Pneumonia Bakterial SARS/MERS Pneumonia viral lain Pneumonia jamur Edema Paru Kardiogenik

PROGNOSIS COVID-19 Prognosis pasien sesuai dengan derajat penyakit Derajat ringan berupa infeksi saluran napas atas umumnya memiliki prognosis yang baik Pada pasien dengan keadaan acute respiratory distress syndrome (ARDS) prognosis menjadi buruk. Terutama bila disertai dengan penyakit komorbid , usia lanjut dan memiliki riwayat penyakit paru yang dialami sebelumnya. Sebagian besar belum diketahui Sebagian penelitian , memiliki hasil klinis yang lebih buruk  Penting menyertakan gejala gastrointestinal untuk mendiagnosis Covid-19 lebih dini Tingkat penyakit parah atau kritis meningkat tajam Memiliki tingkat komplikasi ARDS dan cedera hati yang lebih tinggi Covid-19 dengan Gejala Gastrointestinal

KOMPLIKASI COVID-19 1. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Onset baru atau gejala respirasi memburuk dalam satu minggu klinis diketahui Foto dada (X-ray; CT scan; atau USG paru ): opasitas bilateral, tidak sepenuhnya oleh efusi , lobar atau kolaps paru , atau nodul . 2. Sepsis Disfungsi organ disebabkan disregulasi respon tubuh terhadap infeksi . Tanda disfungsi organ: Perubahan status mental, susah nafas atau nafas cepat , saturasi oksigen rendah , urin output berkurang , heart rate meningkat , nadi terasa lemah , ekstremitas dingin , tekanan darah rendah . Hasil lab: koagulopati , trombositopenia , asidosis , tinggi laktat atau hyperbilirubinemia. 3. Syok sepsis Hipotensi persisten walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan , membutuhkan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L

KOMPLIKASI COVID-19 4. Koagulopati koagulasi intravaskular diseminata (DIC), tromboemboli vena, peningkatan D-dimer dan waktu prothrombin yang berkepanjangan 5. Kardiovaskular : Perikarditis akut , disfungsi ventrikel kiri , aritmia , acute myocardial injury ( berhubungan dengan adanya peningkatan serum troponin)

08 EDUKASI

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Penyakit Covid-19 disebabkan oleh virus jenis baru yaitu SARS-CoV-2 yang saat ini sudah menjadi pandemi diseluruh dunia . Penularan yang relatif cepat melalui droplet dan aerosol, menjadikan penyakit ini harus diwaspadai dengan menggunakan masker, mencuci tangan , dan menjaga jarak antara satu sama lain . Selain dari manifestasi klinis berupa masalah pernafasan, keluhan gastrointestinal berupa diare, sakit perut, mual, muntah tanpa faktor etiologi lain yang jelas harus dipertimbangkan sebagai kemungkinan terjadinya infeksi SARS-CoV-2. Penegakkan diagnosis utama yang direkomendasikan adalah RT-PCR. Masih banyak knowledge gap pada bidang ini, sehingga masih diperlukan banyak studi lebih lanjut .

TERIMAKASIH

DAFTAR PUSTAKA Yuliana. Corona Virus diseases (Covid-19). Lampung : Wellness and Healty Magazine; February 2020;2(1):p. 187-192. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Herikurniawan , Sinto R, Singh G, Nainggolan L, Nelwan EJ, Chen LK, Widhani A, Wijaya E, Wicaksana E, Maksum M. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini . Jakarta : Jurnal Penyakit Dalam Indonesia; Maret 2020:7(1):p. 45-67. Sutaryono S, Andasari SD, Kasjono HS. Diagnosis and epidemiology of Coronavirus (COVID-19) outbreak in Indonesia. Jurnal Teknologi Laboratorium . 2020;9(1):49–57. Coronavirus Update. 2020. Available from : https://www.worldometers.info/coronavirus/ akses pada 29 Oktober 2020. Burhan E. Coronavirus yang Meresahkan Dunia. J Indon Med Assoc. 2020;70(2):5–7. Villapol S. Gastrointestinal symptoms associated with COVID-19: impact on the gut microbiome. Translational Research. 2020;1–13. Samanta J, Dhar J, Abdul K, Rakesh K. 2019 Novel coronavirus infection: Gastrointestinal Manifestations. Journal of Digestive Endoscopy. 2020;11(3):13–18 Wong SH, Lui RNS, Sung JJY. Covid-19 and the digestive system. Journal of Gastroenterology and Hepatology (Australia). 2020;35(5):744–8. WHO. Pernyataan Jawaban Terkait Covid-19 Untuk Publik . Diunduh dari https:// www.who.int / indonesia /news/novel-coronavirus/ qa -for-public 26 Oktober 2020 Pariang NF. Panduan Praktis Untuk Apoteker . Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. 2020;53(9):1779–91. JURNAL RESRPIROLOGI INDONESIA. Majalah Resmi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2020;40(2):122.

DAFTAR PUSTAKA World Health Organization. Transmisi SARS-CoV-2 : implikasi terhadap kewaspadaan pencegahan infeksi . Pernyataan keilmuan [Internet]. 2020;1–10. Available from: who.int Eder P, Łodyga M, Dobrowolska A, Rydzewska G, Kamhieh-Milz J. Addressing multiple gastroenterological aspects of COVID-19. Poland: Polish Archives of Internal Medicine; 11 April 2020:1-35. Mao R, Qiu Y, He JS, Tan JY, Li XH, Liang J, et al. Manifestations and prognosis of gastrointestinal and liver involvement in patients with COVID-19: a systematic review and meta-analysis. Lancet Gastroenterol Hepatol [Internet]. 2020;5(7):667–78. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S2468-1253(20)30126-6 Kemenkes . Kemenkes Kenalkan Istilah Probable, Suspect, Kontak Erat Dan Terkonfirmasi Covid-19. Kementrian Kesehat [Internet]. 2020;1–2. Available from: https://www.kemkes.go.id/pdf.php?id=20071500002 D’Amico F, Baumgart DC, Danese S, Peyrin-Biroulet L. Diarrhea During COVID-19 Infection: Pathogenesis, Epidemiology, Prevention, and Management. Clinical Gastroenterology and Hepatology . 2020;18(8):1663–72. Available from: https://doi.org/10.1016/j.cgh.2020.04.001 Andrews PLR, Cai W, Rudd JA, Sanger GJ. COVID‐19, nausea and vomiting. Journal of Gastroenterology and Hepatology . 2020;1–11. Gulen M, Satar S. Uncommon Presentation of COVID-19: Gastrointestinal Bleeding. Clinics and Research Hepatology Gastroenterology. 2020;(May):19–20. Mauro A, De Grazia F, Lenti MV, Penagini R, Frego R, Ardizzone S, et al. Upper gastrointestinal bleeding in COVID-19 inpatients: Incidence and management in a multicenter experience from Northern Italy. Clinics and Research in Hepatology and Gastroenterology [Internet]. 2020; Available from: https://doi.org/10.1016/j.clinre.2020.07.025 Gadiparthi C, Perisetti A, Sayana H, Tharian B, Inamdar S, Korman A. Gastrointestinal Bleeding in Patients with Severe SARS-CoV-2. The Amican Journal of Gastroenterology. 2020;115(8):1283–5. Aguila EJT, Cua IHY, Dumagpi JEL, Francisco CPD, Raymundo NT V., Sy- Janairo MLL, et al. COVID-19 and its effects on the digestive system and endoscopy practice. JGH Open. 2020;4(3):324–31. Kemenkes . Pedoman kesiapan menghadapi COVID-19. Pedoman kesiapan menghadapi COVID-19. 2020;40-41.

DAFTAR PUSTAKA Saw Swee Hock School of Public Health. COVID-19 Science Report: Clinical Characteristics. 2020;(April):55. Burhan E, Isbaniah F, Yoga T. PNEUMONIA COVID-19. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta: PDPI; 2020. 23 p. Cavaliere K, Levine C, Wander P, Sejpal D V., Trindade AJ. Management of upper GI bleeding in patients with COVID-19 pneumonia. Gastrointestestinal Endoscopy [Internet]. 2020;92(2):454–5. Available from: https://doi.org/10.1016/j.gie.2020.04.028 kemenkes RI. Agustus 2020 PEDOMAN TATALAKSANA COVID-19. 2020. Tim COVID-19 IDAI. Protokol Tatalaksana Covid-19. 1. 2020;1–50. NIH. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Treatment Guidelines. Disponible en : https://covid19treatmentguidelines.nih.gov/. Nih . 2020;2019:130. El Ouali S, Achkar JP, Lashner B, Regueiro M. Gastrointestinal manifestations of COVID-19. Clevelang Clinic Journal of Medicine. 2020;87(6):1–4. Ye Q, Wang B, Zhang T, Xu J, Shang S. The mechanism and treatment of gastrointestinal symptoms in patients with COVID-19. Am J Physiol - Gastrointest Liver Physiol. 2020;319(2):G245–52. Mao R, Qiu Y, He JS, Tan JY, Li XH, Liang J, et al. Manifestations and prognosis of gastrointestinal and liver involvement in patients with COVID-19: a systematic review and meta-analysis. Lancet Gastroenterol Hepatol [Internet]. 2020;5(7):667–78. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S2468-1253(20)30126-6 Azer SA. COVID-19: pathophysiology, diagnosis, complications and investigational therapeutics. New Microbes New Infect [Internet]. 2020;37(M):100738. Available from: https://doi.org/10.1016/j.nmni.2020.100738 World Health Organization. Tatalaksana klinis infeksi saluran pernapasan akut berat ( SARI ) suspek penyakit COVID-19. World Health Organization. 2020;4(March):1–25. Lotfi M, Hamblin MR, Rezaei N. COVID-19: Transmission, prevention, and potential therapeutic opportunities. Clin Chim Acta. 2020;508(April):254–66.
Tags