DIALEKTIKA RELASIONAL DALAM PENGELOLAAN WISATA GILI KETAPANG Studi Kasus Komunikasi Dialektika Relasional Desa Wisata di Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo
Salah satu desa wisata di Jawa Timur adalah Desa Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo. Pulau kecil yang terletak di Selat Madura, 8 km dari pantai utara Probolinggo. Daerah ini memiliki luas wilayah sekitar 68 hektar dengan jumlah penduduk 8.402 jiwa (Terry & Syah, 2020). Latar Belakang
Pesona yang ditawarkan adalah keindahan Pantai dan alam bawah laut , meliputi biota laut dan terumbu karang Kegiatan wisata berupa snorkeling dan water sport , seperti banana boat, donut boat dan speed boat Latar Belakang
LATAR BELAKANG Mulanya, ketegangan dalam pengelolaan wisata Gili Ketapang muncul dikarenakan beberapa alasan: Dianggap mengganggu aktivitas lokal , khususnya bagi para nelayan . Kekhawatiran warga setempat pada perubahan yang tidak diinginkan , baik dari gaya hidup maupun perubahan dalam norma dan nilai-nilai local. Src . Youtube / Watchdoc Documentary
RUMUSAN MASALAH Bagaimana dialektika relasional dalam pengelolaan wisata Gili Ketapang ? Bagaimana bentuk-bentuk dialektika relasional dalam pengelolaan wisata Gili Ketapang ? Bagaimana proses dialog dalam menyelesaikan konflik pengelolaan wisata Gili Ketapang ?
Landasan Teori Dialektika Relasional Parawisata
KERANGKA BERPIKIR
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Deskriptif Kualitatif Studi Kasus Penelitian dilakukan di Desa Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo
METODE PENELITIAN Sumber Data Data Primer Data Sekunder Teknik Pengambilan Sample Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Timeline Penelitian
Hasil & Pembahasan
Dialektika Relasional Dalam Pengelolaan Wisata Gili Ketapang Integrasi vs Separasi Keinginan Masyarakat Menerapkan Konsep Syariah pada Pengelolaan Wisata Gili Ketapang Pengelola Ingin Wisata yang lebih terbuka Pengelola hanya berfokus Pencapaian Finansial Wisata Snorkeling Gili Ketapang sebagai alternatif untuk Menjaga Sumber Daya Alam Gili Ketapang
Stabilitas vs Perubahan Masyarakat Menilai Wisata Gili Ketapang Menggangu Aktivitas Kapal Nelayan di Gili Ketapang Pengelola Wisata Gili Ketapang ingin pembangunan resort sebagai fasilitas penunjang wisata Gili Ketapang Semakin Sempitnya Areal Tangkap Nelayan dengan adanya Wisata di Gili Ketapang
Expression vs nonexpression Upaya pembohongan dan Pembodohan Kepada Masyarakat Terkait Informasi wisatawan Pemerintah Desa Gili Ketapang Cenderung lebih memihak pada pengelola wisata Masyarakat Menilai Suaranya diabaikan
Bentuk Konflik Pengelola Wisata Gili Ketapang Ancaman dan Boikot Pemblokiran Akses Perusakan fasilitas wisata Pengaduan yang Diajukan oleh Warga kepada Pemerintah Daerah atau Alternatif Lainnya
Masyarakat Gili Ketapang Ancaman Terhadap Tokoh Masyarakat Konflik di kalangan masyarakat sendiri Konflik dalam Bentuk Perselisihan dengan Wisatawan Langsung
Komunikasi Dialogis Antar Komunikator Pertukaran Ide Forum Gili Kompak Pengawas Lapangan Upaya Perdamaian Mediator independent yang dibentuk oleh Pemdes Gili Ketapang
Kesimpulan Penyebab terjadinya ketegangan-ketegangan dalam pengelolaan wisata Gili Ketapang muncul dari konflik antara pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari pariwisata dan kebutuhan pelestarian lingkungan serta nilai-nilai budaya tradisional . Masyarakat Gili Ketapang, khususnya para tokoh masyarakat , memandang dinamika pengelolaan wisata tidak semata-mata dari aspek ekonomi atau administratif , tetapi juga melalui ukuran dimensi keagamaan yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka . Nilai- nilai religius Islam, yang kuat mengakar di tengah masyarakat , menjadi lensa utama dalam menilai apakah suatu aktivitas wisata dianggap layak , pantas , atau justru bertentangan dengan norma yang dianut .
Saran Pengelola dan tokoh masyarakat telah melakukan pendekatan melalui forum Gili Kompak . Pengelola dan Masyarakat Gili Ketapang dapat memanfaatkan paket wisata budaya yang mencakup kegiatan interaktif .