PPT Tentang PERSENTASI Anak Berkebutuhan Khusus.pptx
DwiLestari965114
7 views
23 slides
Sep 14, 2025
Slide 1 of 23
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
About This Presentation
Presentasi tentang Anak Berkebutuhan Khusus
Size: 280.59 KB
Language: none
Added: Sep 14, 2025
Slides: 23 pages
Slide Content
Mata kuliah anak berkebutuhan khusus Kelompok 1 Maria Kartika tyas arum/ 855800207 Budi santoso / 859903975 siti Mahmudah / 855800246 sugiarti / 855800332 MODUL 1 DAN MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 1 Definisi berbagai istilah Sebelum terbitnya undang undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (UU No.20/2003 tentang Sisdiknas ). Istilah yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan kebutuhan bagi anak-anak tersebut adalah Pendidikan Luar biasa (PLB), yaitu anak yang memiliki keluarbiasaan . Keluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar biasa , yang dapat disejajarkan dengan kata exceptional dalam Bahasa inggris . Dengan demikian keluarbiasaan berarti menggambarkan sesuatu yang luar biasa dapat berupa suatu yang positif atau sebaliknya sesuatu yang negatif . Anak luar biasa (ALB) adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar biasa yang secara signifikan yang membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya . Kelainan khusus terjadi karena peserta didik mengalami kelainan yang signifikan dari kondisi normal sehingga anak atau peserta didik tersebut memerlukan bantuan khusus , yang disebut sebagai kebutuhan khusus Anak Kebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang karena kelainan yang dimilikinya memerlukan khusus dalam pembelajaran agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam PP No. 17/2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan Pendidikan, anak luar biasa disebut sebagai peserta didik berkelainan . Sejak berlakunya UU No. 20/2023 tentang Sisdiknas maka digunakan istilah Pendidikan khusus yang menurut pasal 32 ayat 1 “ merupakan Pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik , emosional , mental, sosial , dan/ atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa .
Klarifikasi anak dengan kebutuhan khusus Kategori anak / peserta didik dengan kelainan atau kebutuhan khusus berdasarkan jenis penyimpangan menurut Mulyono Abdulracman (2000) dibuat untuk keperluan pembelajaran . Kategori tersebut adalah sebagai berikut : Kelompok yang mengalami penyimpangan atau kelainan dalam bidang intelektual terdiri dari anak yang luar biasa cerdas (Intellectually Superior) dan anak yang tingkat kecerdasannya rendah atau disebut tunagrahita . Kelompok yang mengalami penyimpangan atau keluarbiasaan yang terjadi karena hambatan sensoris atau indra , terdiri dari anak tunanetra dan tunarungu . Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komikasi . Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku , yang terdiri dari anak tunalaras dan penyandang gangguan emosi , termasuk autis . Kelompok anak yang mempunyai keluarbiasaan / penyimpangan ganda atau berat dan sering disebut tunaganda .
Jenis jenis kebutuhan khusus : Tunanetra Tunanetra berarti kurang penglihatan . Sejalan dengan makna tersebut , istilah ini dipakai untuk mereka yang mengalami gangguan penglihatan yang mengakibatkan fungsi penglihatan tidak dapat dilakukan . 2. Tunarungu Istilah tunarungu dikarenakan bagi mereka yang mengalami gannguan pendengaran , mulai dari yang ringan sampai denga yang berat . Gangguan ini dapat terjadi sejak lahir ( merupakan bawaan ), dapat juga setelah kelahiran . 3. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi atau dalam Bahasa inggris disebut communication Disorder, merupakan gangguan yang cukup signifikan karena kemampuan komunikasi memungkinkan seseorang untuk berintraksi dengan orang lain. Jika kemampuan ini terganggu maka proses intraksi pun terganggu pula.
4. 4. Tunagrahita Tunagrahita atau sering dikenal dengan cacat mental adalah kemapuan mental yang ada di bawah normal. 5 Tunadaksa Tunadaksa secara harafiah berarti cacat fisik . Oleh karena itu kecacatan ini , anak tersebut tidak dapat menjalankan fisik secara normal. 6. 6. Tunalaras Istilah tunalaras digunakan sebagai padanan dari istilah Behavior disorder dalam Bahasa inggris . Kelompok tunalaras sering juga dikelompokkan dengan anak yang mengalami gangguan emosi (emotionally disturbance). Gangguan yang muncul pada anak-anak ini berupa gangguan perilaku , seperti suka menyakiti diri sendiri , ( suka mencabik-cabik baju dan memukul mukul kepala ). Suka menyerang teman ( agresif ) atau dalam bentuk penyimpangan lainnya . 7. Anak kesulitan belajar Anak Berkesulitan belajar merupakan anak-anak yang mendapat kesulitan belajar bukan karena kelainan yang dideritanya . 8. Tunaganda Sesuai dengan istilah tunaganda kelompok penyandang kelainan jenis ini adalah mereka yang menyandang lebih dari satu jenis kelainan .
KEGIATAN BELAJAR 2 Penyebab Dan Dampak Munculnya Kebutuhan Khusus Penyebab Munculnya Kebutuhan Khusus Kebutuhan khusus muncul karena peserta didik memiliki Kelainan yang mengakibatkan dia memerlukan bantuan khusus dalam pembelajaran dan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab kelainan dapat dibagi menjadi tiga kategori, seperti berikut: 1. Penyebab Pranatal Penyabab yang berekasi sebelum kelahiran. 2. Penyebab Perinatal Penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses kelahiran. 3. Penyebab Postnatal Penyebab yang muncul setelah kelahiran.
Disamping berdasarkan masa terjadinya, penyebab kelainan dapat dikelompokan berdasarkan agen pembawa kelainan. Misalkan: Tunagrahita, dapat terjadinya karena virus infeksi dan keracunan. Trauma, gangguan metabolisme atau kekurangan gizi, Gegar otak, Kelainan kromosom, Pengaruh lingkungan atau karena bawaan (keturunan) Tunarungu, dapat disebabkan oleh keturunan, meningitis, influenza yang berkepanjangan, penyakit gondok, campak, serta pengaruh lingkungan. Tunanetra, selain disebabkan keturunan, juga disebabkan penggunaan obat yang salah/berlebihan ketika hamil, pemberian oksigen yang berlebihan pada bayi premature, kecelakaan, tumor, dan penyakit yang berhubungan dengan darah.
B. Dampak Kelainan dan Kubutuhan Khusus Dampak kelainan sangat bervariasi, baik bagi anak, keluarga/orang tua, maupun masyarakat. Kita akan menyadari bahwa dampak kelainan dipengaruhi oleh banyak faktor Dampak Kelainan bagi Anak Kelainan yang terjadi pada anak akan membawa dampak tersendiri. Jenis dan tingkat kelainan akan menentukan dampaknya bagi anak. Kelainan yang diatas normal maupun dibawah normal. 2. Dampak Kelainan bagi Keluarga Dampak kelainan bagi keluarga, terutama orang tua, sangat bervariasi. Ada orang tua yang secara pasta menerima kenyataan yang mereka hadapi, naming tidak jarang yang merasa sangat terpukul, dan tentu saja ada yang tidak peduli. 3. Dampak Kelainan bagi Masyarakat Sikap masyarakat mungkin sangat bervariasi tergantung dari latar belakang sosial budaya dan pendidikan. Ada masyarakat yang bersimpati bahkan ikut membantu menyediakan berbagai fasilitas, ada yang bersikap acuh tak acuh, bahkan tidak jarang ada yang bersikap antipati sehingga melarang anak-anaknya bergaul atau berteman dengan ABK.
K EGIATAN BELAJAR 3 Kebutuhan Serta Hak Dan Kewajiban Anak Berkebutuhan Khusus Kebutuhan Anak Ber Kelainan (Berkebutuhan Khusus) Manusia sebagai makhluk tertinggi memang mempunyai kebutuhan yang sangat kompleks, mulai dari kebutuhan yang sangat mendasar sampai dengan kebutuhan yang tertinggi, yaitu aktualisasi diri Kebutuhan Fisik/Kesehatan Kebutuhan Fisik ini tentu terkait erat dengan jenis kelainan yang disandang. 2. Kebutuhan Sosial-Emosional Bersosialisasi merupakan kebutuhan setiap makhluk, termasuk para penyandang kelainan. 3. Kebutuhan Pendidikan Kebutuhan pendidikan penyandang keluarbiasaan, meliputi berbagai aspek yang terkait dengan keluarbiasaan yang disandangnya.
B. Hak Penyandang Kelainan Dalam Pasal 31 UUD 1945 disebutkan bahwa semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Hal ini dijabarkan lebih language dalam BAB IV Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dari BAB IV tersebut, ada empathy ayat yang dijadikan acuan dalam menentukan hak para penyandang kelainan. Pasal 6, ayat (1), (2), (4), dan (5) yang dikutip dari BAB IV UU No. 20/ Tahun 2003. Ayat (1) : setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu Ayat (2): warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus Ayat (4): warga negara yang memiliki potential kecerdasan atau back at istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus Ayat (5): setiap warga negara berhak men dapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat
Kewajiban Penyandang Kelainan Sebagai warga negara para penyandang kelainan juga mempunyai Kewajiban yang harus dipenuhi. Undang-Undang No. 20/2023 tentang Sisdiknas, Baby IV, Pasal 6, menetapkan bahwa. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun waking mengikuti pendidikan dasar. Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
MODUL 2 KEGIATAN BELAJAR 1 Pengertian Pelayanan Pendidikan dan Sejarah Perkembangan dan Pendidikan Khusus di Indonesia. Makna dan Jenis Pelayanan Pendidikan Bagi ABK. Makna Pelayanan Pendidikan Pelayanan atau service merupakan suatu jasa yang diberikan oleh seseorang atau satu lembaga untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1997:571 ), pelayanan diartikan sebagai : Perihal atau cara melayani . Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memeperoleh imbalan atau uang. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang ataupun jasa .
Sedangkan menurut UU No.20/2003 tentang Sisdiknas dalam Bab 1 pasal 1 ayat 1 menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri , kepribadian , kecerdasan , akhlak mulia , serta keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat , bangsa dan negara. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa makna pelayanan pendidikan yaitu layanan yang mengacu pada penyediaan jenis layanan yang sesuai dengan kebutuhan yang dilayani sehingga memungkinkan seseorang mengembangkan potensi dirinya .
2. Jenis Pelayanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus . Jenis pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi tiga , yaitu : Pelayanan di bidang kesehatan dan fisik , melibatkan tenaga professional seperti ahli terapi fisik dan dokter ahli . Pelayanan kebutuhan emosional sosial , melibatkan para psikolog dan pekerja sosial . Layanan pendidikan yang berkaitan langsung dengan kebutuhan pendidikan , yang merupakan kebutuhan besar para penyandang kelainan , melibatkan ahli pendidikan dari berbagai bidang dan psikolog .
B. Sejarah Perkembangan Layanan Pendidikan Khusus . Pada abad ke 14 dan 15, para penyandang disabilitas mendapatkan perlakuan buruk karena adanya masyarakat yang masih percaya mitos bahwa mereka harus diisolasi bahkan dibuang . Layanan pendidikan khusus diawali dari adanya perlakuan yang buruk dari masyarakat baik di Indonesia maupuan di negara – negara lain. Sejarah singkat perkembangan layanan pendidikan khusus : Pada abad ke 16 di Spanyol , merupakan titik awal berdirinya sekolah tunarungu . Pada abad ke 19 di Amerika terdapat layanan formal bagi anak tunagrahita , tunarungu wicara , dan tunanetra . Mulai tahun 1901 di Indonesia didirikan pendidikan luar biasa yaitu Institut untuk Tunanetra di Bandung. Tahun 1927 didirikan Sekolah Luar Biasa (SLB ) untuk tunagrahita di Bandung.
Bersumber dari pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negaa berhak mendapatkan pendidikan , maka Pemerintah mengeluarkan PP No. 72 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa . Keberadaan SLB semakin berkembang di Indonesia. Pada 1991 sekolah SLB hanya berjumlah 899 dan pada 1998 menjadi 1.248. Kemudian pemerintah mengeluarkan PP No.17/2010 yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah .
Berikut hasil penelitian dari Tim Peneliti dari Pusat Pengembangan Kurikulum dan Satuan Pendidikan mengenai profil siswa SD yang memerlukan layanan khusus ( Herry Widyastono , dkk : 1997 ) Gangguan komunikasi : 65,2 % Mengalami kesulitan berhitung : 57,5 % Mengalami kesulitan membaca : 51,2 % Memiliki intelengensia tinggi : 45,8 % Kesulitan menulis : 31,7 % Intelegensia rendah : 25 % Ganggunan emosi : 21, 8 % Ganggguan kesehatan / gizi : 13,4 % Prestasi belajar rendah : 13,9 % Gangguan penglihatan : 4,4 % Gangguan anggota tubuh / gerakan : 4 % Gangguan pendengaran : 1 %
MODUL 2 KEGIATAN BELAJAR 2 Berbagai bentuk dan jenis Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Pelayanan Pendidikan Segregasi , Integrasi dan Inklusi Dalam pendidikan Khusus dikenal tiga (3) bentuk layanan pendidikan yang sampai kini masih menimbulkan silang pendapat yaitu : 1. Layanan pendidikan Segregasi Merupakan bentuk layanan pendidikan segregasi memisahkan ABK dari anak normal ( Layanan Terpisah ) 2. Layanan Pendidikan Integrasi Merupakan bentuk layanan pendidikan dalam bentuk terpadu atau integrasi menyediakan bagi ABK di sekolah yang sama dengan anak normal. Melalui pendidikan terintegrasi , para ABK dapat menghayati dunia yang sama dengan anak normal, demikian pula anak normal akan mendapatkan kesempatan untuk menghayati keanekaragaman dalam hidup . 3. Layanan Pendidikan Inklusi Merupakan bentuk layanan pendidikan terpadu penuh yang tanpa membedakan tingkat parahnya kelainan , setiap anak diakui sebagai bagian dari anak-anak yang ada dalam satu sekolah yang terdekat dengan tempat tinggalnya , terlepas dari tingkat kelainan yang disandang .
Ketiga bentuk layanan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan masing – masing. Di antara layanan segregasi penuh dan integrasi penuh dapat dikembangkan berbagai jenis layanan dengan tingkat segregasi dan integrasi yang bervariasi . Dalam kondisi tertentu , integrasi dapat berupa integrasi fisik , integrasi sosial , dan integrasi yang paling kompleks yaitu integrasidalam pembelajaran .
Jenis – jenis pelayanan pendidikan khusus Jenis – jenis layanan pendidikan yang tersedia bagi ABK menurut ( McLaughlin & Lewis 1985) disebut sebagai model layanan pendidikan , yang terdiri dari : Layanan di sekolah Biasa Anak – anak berkebutuhan khusus yang memenuhi syarat bersekolah bersama-sama dengan anak – anak lain disekolah biasa . Model ini dapat dikatakan sebagai integrasi penuh . 2. Sekolah biasa dengan guru konsultan Dalam model ini , ABK bersekolah disekolah biasa , sekolah tersebut dibantu oleh guru pendidikan khusus sebagai konsultan bagi para guru, kepala sekolah , dan orang tua ABK yang ada disekolah tersebut .
3. Sekolah biasa dengan guru kunjungan Model guru konsultan , ABK bersekolah disekolah biasa , dengan para guru yang mengajar disekolah tersebut , dibantu oleh guru kunjungan . Guru kunjungan merupakan guru pendidik khusus yang bertugas di lebih dari satu sekolahan , ia tidak setiap hari berada di sekolah yang sama , melainkan memiliki jadwal kunjungan tetap ke sekolah – sekolah tempatnya bertugas . 4. Model ruang sumber Model ABK belajar di kelas / sekolah biasa yang dilengkapi dengan ruang khusus atau ruang sumber 5. Model kelas khusus Dalam model ini layanan untuk ABK diberikan dikelas – kelas khusus , terpisah dari anak noral 6. Model sekolah khusus siang hari Model ini menyediakan layangan bagi ABK dalam satu sekolah khusus pada sing hari , sedangkan pada waktu-waktu diluar hari /jam sekolah , para ABK berada di rumah bersama keluarga dan dilingkungan masyarakat sekitarnya . 7. Model sekolah dalam panti asuhan atau rumah sakit Dalam model ini , layanan pendidikan bagi ABK diberikan di panti – panti asuhanatau rumah sakit tempat ABK dirawat .
C. Pendekatan kolaboratif dalam pelayanan pendidikan ABK Pelayanan pendidikan untuk ABK merupakan satu kegiatan atau proses yang sangat kompleks yang memerlukan kerjasama dari berbagai pakar / personel yang terkait dengan ABK. Pendekatan kolboratif dalam pelayanan pendidikan ABK berasumsi bahwa layanan pendidikan terhadap ABK akan menjadi lebih efektif jika dilakukan oleh satu tim yang berasal dari berbagai bidang keahlian , yang bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan ABK. Dalam menangani ABK yang ada di sekolah biasa , guru dapat berkolaborasi dengan teman sejawat , kepala sekolah dan orang tua siswa .