KETERSEDIAAN AIR
IRIGASI
Dipresentasikan oleh Kelompok 4
ANGGOTA TIM : Rici Sarmila Sari (22061017)
Randi Sastra Ramadhan (22061015
LATAR BELAKANG Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, terutama dalam bidang pertanian. Sebagian besar kegiatan budidaya
pertanian di Indonesia masih sangat bergantung pada air irigasi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, ketersediaan air irigasi
menjadi faktor utama dalam menentukan keberhasilan produksi pertanian dan
ketahanan pangan nasional.
Namun demikian, permasalahan ketersediaan air irigasi kerap muncul akibat
faktor alam maupun aktivitas manusia. Perubahan iklim, degradasi lingkungan,
pertumbuhan penduduk, dan meningkatnya kebutuhan air untuk sektor non-
pertanian sering menimbulkan konflik dan keterbatasan suplai air. Kondisi ini
menuntut adanya pengelolaan air irigasi yang baik, efisien, serta berkelanjutan
agar dapat menjamin produksi pertanian secara optimal
Ketersediaan air irigasi adalah jumlah air yang tersedia dan dapat
dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian pada periode tertentu.
Ketersediaan ini sangat bergantung pada kondisi iklim, hidrologi, geologi,
serta pengelolaan sumber daya air di suatu wilayah. Air irigasi berfungsi
sebagai faktor penentu produktivitas pertanian karena memengaruhi
pertumbuhan tanaman, hasil panen, serta keberlanjutan usaha tani.
Ketersediaan air terdiri dari tiga bentuk, yaitu air hujan, air permukaan, dan
air tanah. Sumber air utama dalam pengelolaan alokasi air adalah sumber air
dalam permukaan bantuk air di sungai, saluran, danau, dan tampungan
lainnya. Penggunaan air tanah kenyataannya sangat membantu pemenuhan
kebutuhan air baku dan air irigasi pada daerah yang sulit mendapatkan air
permukaan, akan tetapi berkelanjutannya perlu dijaga dengan pengambilan
yang terkendali dibawah debit aman (safeyield).
Pengertian Ketersediaan Air Irigasi
SUMBER AIR IRIGASI
Air Permukaan – berasal dari sungai, waduk, danau, dan embung.
Sumber ini banyak dimanfaatkan karena jumlahnya relatif besar
dan mudah dialirkan ke lahan.
01
Air Tanah – diperoleh dari sumur dangkal, sumur artesis, maupun
mata air. Air tanah biasanya digunakan di wilayah dengan
ketersediaan air permukaan terbatas.
02
03
Air Hujan – dimanfaatkan melalui teknologi penampungan
seperti embung desa, kolam retensi, atau sistem panen air hujan.
Ketersediaan air dapat dihitung dengan persamaan:
P = �?????? + Et ±∆�
Dimana: P = Curah hujan rata-rata tahunan (mm/tahun)
Et = Evapotranspirasi rata-rata tahunan (mm/tahun)
Ro = Aliran rata-rata tahunan (mm/tahun)
ΔSt = Perubahan simpanan (legas tanah, air tanah, dan air genangan) air dalam
DAS
Analisis ketersediaan air menghasilkan perkiraan ketersediaan air disuatu
wilayah sungai, secara spesial dan waktu. Analisis ini pada dasarnya terdiri atas
langkah-langkah sebagai berikut : analisis data debit aliran, analisis data curah
hujan dan iklim, pengisian data debit yang kosong, memperpanjang data debit
runtut waktu, dan analisis frekuensi debit aliran rendah.
1) Curah hujan
Curah hujan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan secara efektif untuk
kebutuhan air tanaman. Curah hujan andalan untuk tanaman padi adalah
probabilitas curah hujan yang jatuh dengan kegagalan 80% ( R 80 )
P= M per n+1 x 100%
Dimana : P = Probabilitas
M = Nomor urut data
N=Jumlah Data
2) Curah hujan rata-rata
Salah satu cara untuk menghitung curah hujan rata-rata dengan cara
menghitung menggunakan metode aljabar sebagai berikut :
P = p1+p2+p3...+pm
n
Dimana : P = Rerata curah hujan
p = Data curah hujan disuatu stasiun
n = Jumlah stasiun curah hujan
3) Curah hujan efektif Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang
jatuh pada suatu daerah tertentu dan biasanya digunakan untuk
pertumbuhan tanaman. Curah hujan efektif ini dimanfaatkan oleh tanaman
untuk memenuhi kehilangan air akibat evapotranspirasi tanaman, perkolasi
tanaman, dan lain-lain
Rumus untuk mencari curah hujan efektif adalah sebagai berikut :
Re = R80 x 70% mm/hari
Dimana : Re = Curah hujan efektif
R80 = Curah hujan harian dengan probabilitas terjadi 80% selama
setahun.
Debit Andalan Berdasarkan Data Hujan
Analisis debit andalan dihitung dengan menggunakan metode F.J Mock.
Metode F.J Mock merupakan suatu model analisis debit rata – rata bulanan
sungai yang didasarkan pada prinsip keseimbangan air dengan
mempertimbangkan hubungan antara limpasan permukaan (run off)
dengan curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kelembaban tanah serta
penyimpanan
Kriteria perhitungan dan asumsi diurutkan sebagai
berikut:
a. Data meteorologi
Data curah hujan bulanan (R) untuk setiap tahun
Data jumlah hari hujan bulanan (n) untuk setiap tahun
b. Parameter yang digunakan dalam perhitungan debit andalan
m = Exposed surface, persentase lahan yang terbuka atau
tidakditumbuhi vegetasi, nilainya dapat ditaksir dengan peta tata guna
lahan atau pengamatan di lapangan. Ditaksir berdasarkan peta tata
guna lahan atau dengan asumsi:
m = 0 % untuk lahan dengan hutan lebat.
m = 0 % pada akhir musim hujan dan bertambah 10 % setiap bulan
kering untuk lahan sekunder.
m = 10 % - 40 % untuk lahan yang tererosi.
m = 20 % - 50 % untuk lahan pertanian yang diolah.
K = Koefisien simpan tanah atau faktor resesi aliran
tanah(Catchment Area Resession Factor). Nilai K ditentukan oleh
kondisi geologi lapisan bawah. Batasan nilai K yaitu antara 0 – 1,0.
Semakin besar K, semakin kecil air yang mampu keluar dari tanah.
Vn-1 = penyimpanan awal (initial storage). Nilai ini berkisar antara
3mm –109 mm.
Debit andalan dengan menggunakan metode F.J Mock dirumuskan:
E/Ep = (m/20)(18 – n)
Vn = Vn – Vn1
Q = DRO – BF
Dimana:
E = perbedaan antara evapotranspirasi potensial
dengan evapotranspirasi terbatas.
Ep = evapotranspirasi potensial (mm/bulan).
m = presentase lahan yang tidak tertutup vegetasi (%).
n = jumlah hari hujan.
Vn = volume air bulan ke n (mm/bln).
Vn – 1 = volume air bulan ke n – 1 (mm/bulan).
Q = debit (??????3/detik).
DRO = direct run off (mm/bln).
BF = base flow (mm/bln).
DAMPAK KETERSEDIAAN AIR IRIGASI
1.Produktivitas Pertanian
Air yang cukup meningkatkan pertumbuhan tanaman, yang
berujung pada hasil panen yang lebih tinggi.
Tanaman yang kekurangan air dapat mengalami stres, yang
mengurangi kualitas dan kuantitas hasil.
2.Keberlanjutan Lingkungan
Pengelolaan air yang baik membantu menjaga ekosistem dan
mencegah pencemaran.
Praktik irigasi yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan
kerusakan tanah dan penurunan kualitas air.
3.Ketahanan Pangan*:
Ketersediaan air irigasi yang baik berkontribusi pada ketahanan
pangan dengan memastikan pasokan makanan yang
stabil dan berkualitas.
STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN AIR IRIGASI
1.Inovasi Teknologi
Penggunaan teknologi modern, seperti sensor kelembaban tanah, dapat
membantu petani mengelola penggunaan air dengan lebih efisien.
Sistem irigasi pintar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
2. Praktik Konservasi
Menerapkan teknik konservasi tanah dan air, seperti penanaman tanaman
penutup dan pengelolaan air hujan.
Menggunakan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan.
3.Rehabilitasi Sumber Daya
Melakukan reboisasi dan rehabilitasi lahan untuk meningkatkan
penyerapan air dan menjaga kualitas tanah.
Membangun infrastruktur yang mendukung pengelolaan air, seperti
bendungan dan saluran irigasi.
KESIMPULAN Ketersediaan air irigasi merupakan aspek penting yang menentukan
keberhasilan . Sumber utama air irigasi berasal dari air permukaan, air tanah,
dan air hujan. Ketersediaan air sangat dipengaruhi oleh faktor curah hujan,
kondisi hidrologi, iklim, serta efisiensi sistem irigasi. Perhitungan
ketersediaan air dilakukan dengan neraca air yang memperhitungkan debit,
kebutuhan, dan kehilangan air.
Menjaga ketersediaan air irigasi sangat penting untuk menjamin produksi
pangan berkelanjutan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain konservasi air,
efisiensi sistem irigasi, pengelolaan DAS, pengaturan pola tanam, dan
penerapan teknologi hemat air.