Antara Cara dan Tujuan – dr. Sigit Setyawadi SpOG Page 3
pekerjaan, maka yang didapat adalah pekerjaan. Kalau ingin hasilnya,
fokus ke berapa penghasilan yang ingin diperoleh”
Jika melihat gambar slide diatas, sebagian besar kita terjebak di pekerjaan,
bukan hasil. Kolom sebelah kanan yaitu hasil tidak pernah ditunjukkan
kepada kita. Orang tua kita tidak berani, guru kita juga sama saja, semua
hanya menunjukkan kita ke kolom tengah. Setiap kali kita ditanya kalau
besar besok jadi apa, jawaban yang diharapkan adalah kolom tengah.
Seolah olah dengan menjadi dokter, guru, dosen, bupati, polisi, tentara,
semua masalah sudah selesai. Padahal masalahnya baru dimulai. Pikiran
sadarnya menginginkan yang sebelah kanan, bawah sadarnya
menginginkan yang tengah. Disanalah pertarungan seumur hidup yang
terjadi pada kebanyakan orang. Mereka bekerja keras mencari uang,
kemudian membuangnya untuk kenikmatan, kemudian bekerja keras
untuk mendapat lebih banyak dan membuang lagi lebih banyak. Mereka
terjebak kepada ilusi bahwa kalau memiliki barang barang mewah seperti
rumah, mobil, baju bagus, tas bagus, mereka akan lebih bahagia. Padahal
sama sekali tidak. Bawah sadat kita yang menjebak kita pada kehidupan
yang disebut hedonic treadmill. Demi apa ? Demi tujuan tunggal pikiran
bawah sadar sebagian besar orang, yaitu membuat tuannya terus
bekerja keras mencari nafkah. Karena memang itulah yang dimasukkan
ke kepala kita saat kita kecil. Bekerja itu bagus, menganggur itu jelek.
Banyak orang yang akhirnya hanya berputar putar saja di dua kolom
proses. Belajar kemudian bekerja, merasa ada yang kurang, belajar lagi,
mengambil S2, atau S3, atau informal ikut kursus. Setelah itu bekerja lagi,
kemudian belajar lagi, dan bekerja lagi, dan belajar lagi dan bekerja lagi
dan belajar lagi. Coba Anda lihat ada berapa banyak sertifikat di almari
besi anda ?. Apalagi yang bekerja di bidang kedokteran, keperawatan,
atau pendidikan. Sistem memaksa kita untuk belajar lagi dan belajar lagi.
Padahal tujuan kita sebenarnya adalah ke kolom hasil di paling kanan.
Tetapi seperti ada tembok tebal yang tidak bisa kita tembus.
Kalau saja sejak kecil kita sudah dibiasakan untuk berpikir hasil, bukan
kerja, maka langitlah batasnya. Apalagi kalau itu dilakukan sejak balita,
maka anak itu akan aman karena pikiran bawah sadarnya akan
menuntunnya sendiri menuju hasil. Sejak awal pikiran bawah sadarnya
bekerja untuk mencapai penghasilan yang besar. Jalan kesana akan dibuka
lebar. Pekerjaan atau cara bukan lagi menjadi prioritas, hasil yang menjadi
tujuan. Sekolah dan bekerja bukan lagi menjadi tujuan seperti sekarang
ini, tetapi menjadi alat atau cara. Tentu saja bawah sadar kita akan