P engertian Akad Mudharabah Akad mudharabah merupakan salah satu akad kerjasama usaha antara shahibul maal ( pemilik dana ) dan mudharib ( pengelola dana ) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka , jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana , kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana , seperti penyelewengan , kecurangan , dan penyalahgunaan dana . Mudharabah menurut PSAK 105 adalah kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama ( pemilik dana ) menyediakan seluruh dana , sedangkan pihak kedua ( pengelola dana ) bertindak selaku pengelola , dan keuntungan usaha dibagi antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya ditanggung oleh pengelola dana PSAK 105 Menurut fiqih mudharabah berasal dari kata dha-ra-ba yang berarti memukul atau berjalan lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha . Menurut ulama mazhab hanafi , mudharabah adalah akad perjanjian untuk bersama-sama dalam membagi keuntungan dengan adanya modal dari satu pihak dan pekerjaan dari pihak lain. Fiqih
Mudharabah muthalaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik modal (sahib al-mal) dan pengelola modal ( mudhorib ) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha , waktu , dan daerah bisnis . Mudharabah Muthlaqah
M udharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah on balance sheet Mudharabah muqayyadah of balance sheet
Mudharabah Musytarakah merupakan transaksi kerja sama yang mana pihak mudharib ikut mengikutkan modal/ dananya pada investasi . Mudharabah Musytarakah
D asar Hukum Akad Mudharabah Al-Qur’an Q.S Al- Muzamil ayat 20 Q.S Al- Jumu’ah ayat 10 Ijma’ Hadist I bnu Abas dari Sayyidina Abas bin Abdul Thsallib I bnu Majah dari Shuhaib r.a Qiyas Adapun dalil dari qiyas adalah bahwa mudharabah diqiyaskan kepada akad musaqah , karena sangat dibutuhkan masyarakat .
Bagi Hasil Akad Mudharabah PSAK paragraph ke 11 yang berbunyi “ Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil atau bagi laba . Jika berdasarkan prinsip bagi hasil , maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan usaha ( omset ). Sedangkan jika berdasarkan prinsip pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang diberkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah .
Penjualan Rp 25.000.000 Return Penjualan Rp 325.000 Potongan Penjualan Rp 150.000 Rp (475.000) Penjualan Bersih Rp 24.525.000 Harga Pokok Penjualan Rp (15.500.000) Laba Kotor Beban Usaha: Beban Penjualan Rp 1.070.000 Beban Adm & Umum Rp 2.525.000 Rp (3.595.000) Laba Usaha Rp 5.430.000 Pendapatan Di Luar Usaha: Pendapatan Bunga Rp 275.000 Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 5.705.000 Pajak Rp 570.500 Laba Bersih Setelah Pajak Rp 5.134.500 Contoh Bagi Hasil Laba kotor Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan = Rp 24.525.000 – Rp 15.500.000 = Rp 9.025.000
No Keterangan Jumlah 1 Modal per bulan Rp 1.000.000.000 2 Biaya BSM per bulan Rp 10.000.000 3 Biaya operasional BSM per bulan Rp 5.000.000 4 Keuntungan yang 0,5% dari modal diinginkan per bulan 0,5% x Rp 1.000.000.000 = Rp 5.000.000 Dari tabel diatas dapat dihitung tingkat margin per bulan BSI: Biaya dana per bulan Rp 10.000.000 Biaya operasional per bulan Rp 5.000.000 Keuntungan yang diinginkan per bulan Rp 5.000.000 + Margin per bulan ( Rp ) Rp 20.000.000 Margin per bulan (%|) = Rp 20.000.000 X 100% = 2% Rp 1.000.000.000 Dari perhitungan di atas , dapat disimpulkan bahwa tingkat margin di BSI (ex BSM) KCP Jepara 1 sebesar 2%. Jadi , nisbah yang diperoleh BSI adalah : Nisbah Margin X Laba Kotor = 2% X Rp 9.025.000 = Rp 180.500