Reaksi Kimia dalam Industri Petrokimia Materi Bahan Ajar & Presentasi
Pendahuluan Industri petrokimia memanfaatkan berbagai reaksi kimia untuk mengubah bahan baku hidrokarbon menjadi produk bernilai tambah. Reaksi utama meliputi: perengkahan, reforming, isomerisasi, dan polimerisasi.
Thermal Cracking (Perengkahan Termal) • Dekomposisi hidrokarbon rantai panjang → molekul lebih kecil • Suhu: 455–540 °C, Tekanan: 100–1000 psi • Reaksi endotermis, memutus ikatan C–C • Menghasilkan parafin & olefin ringan • Selektivitas rendah, konsumsi energi tinggi
Catalytic Cracking (Perengkahan Katalitik) • Menggunakan katalis padat (zeolit, alumina, silica alumina) • Suhu lebih rendah dibanding thermal cracking • Produk lebih selektif: propana, butana, bensin beroktan tinggi • Kelebihan: residu lebih sedikit, sulfur lebih rendah • Kekurangan: katalis dapat diracuni oleh S/N/Cl
Reforming • Konversi nafta beroktan rendah → reformat beroktan tinggi • Melibatkan reaksi: cracking, polimerisasi, dehidrogenasi, isomerisasi, alkilasi • Produk utama: bensin beroktan tinggi, gas, minyak residu • Reformat digunakan sebagai bahan baku petrokimia & campuran bensin
Isomerisasi • Mengubah n-parafin → isoparafin • Katalis: AlCl3 (dengan HCl), katalis berbasis Pt • Meningkatkan angka oktan bensin • Contoh: n-butana → isobutana (bahan baku alkilasi) • Produk: isoparafin stabil dengan angka oktan tinggi
Polimerisasi • Menggabungkan molekul olefin → hidrokarbon berat beroktan tinggi • Umpan: etilena, propilena, butilena • Proses: - Polimerisasi termal: 510–590 °C, 600–3000 psi - Polimerisasi katalitik: katalis H₂SO₄ atau H₃PO₄ • Produk: dimer, trimer, polimer untuk bahan bakar & petrokimia