PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STUNTING DI INDONESIA Devi Shilvia Hatoguan Mangunsong Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu kedokteran Komunitas / Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pembimbing: dr. Ivana Alona, MPH
PENDAHULUAN TUJUAN U ntuk menguraikan teori tentang gambaran permasalahan pendek di Indonesia, dampak dimasa yang akan datang dan strategi penanggulangannya. Untuk memenuhi persyaratan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat , Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. MANFAAT D apat mengembangkan kemampuan dan pemahaman penulis dan pembaca, terutama peserta P3D untuk gambaran permasalahan stunting di Indonesia, dampak dimasa yang akan datang dan strategi penanggulangannya sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia . 2 LATAR BELAKANG Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting . Pada tahun 2017 22,2 % atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/ South-East Asia Regional (SEAR) . Rata -rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4 %. Pendek terjadi karena dampak kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan anak.
3
Stunting dipresentasikan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi (SD) berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO
Epidemiologi Prevalensi Balita Pendek di Dunia Tahun 2000 - 2017 5
Epidemiologi Proporsi Jumlah Balita Pendek di Asia Tahun 2017 6
Epidemiologi Rata-rata Prevalensi Balita Pendek di Regional Asia Tenggara Tahun 2005 - 2017 7
Epidemiologi Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2007 - 2013 8
Epidemiologi Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2015 - 2017 9
Epidemiologi Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2015 - 2017 10
Epidemiologi Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Tahun 2015 - 2017 11
Epidemiologi Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur , sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah Bali. 12
13
Penilaian Status Gizi Balita Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan cara penilaian antropometri kurva WHO . Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator TB/U: Sangat pendek : Zscore <- 3,0 Pendek : Zscore ≥- 3,0 s/d Zscore < -2,0 Normal : Zscore ≤-2,0 14
15 Penyebab Stunting p ada Anak
16
17
18
Program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) 19 Pencegahan dan Penanggulangan Stunting
Pencegahan dan Penanggulangan Stunting 20
Kebijakan dan Program Terkait Intervensi Stunting yang telah Dilakukan di Indonesia 21
PEMBANGUNAN BERSAMA DILUAR SEKTOR KESEHATAN Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Menyediakan Jaminan Persalinan Universal ( Jampersal ) Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi , serta Gizi pada Remaja Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi
23 Kesimpulan Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita pendek ( stunting ). Stunting diidentifikasi dengan membandingkan tinggi seorang anak dengan standar tinggi anak pada populasi yang normal sesuai dengan usia dan jenis kelamin yang sama . Anak dikatakan pendek (stunting) jika tingginya berada dibawah -2 SD dari standar WHO. Stunting dapat disebabkan oleh faktor multi dimensi oleh sebab itu pencegahan stunting harus melibatkan banyak institusi dan dilakukan secara integratif dan komprehensif . Dampak yang dapat diakibatkan dari stunting sangat berbahaya bagi kualitas hidup penderita bahkan merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia yang diterima secara luas , yang selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang .