PROGRAM ANTI BULLYING PADA LEMBAGA DAN PERORANGAN

DidikSunarko1 0 views 23 slides Oct 02, 2025
Slide 1
Slide 1 of 23
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23

About This Presentation

PROGRAM ANTI BULLYING UTNUK MENCEGAH DAN MENANGANI TINDAKAN BULLYING


Slide Content

PONPES SABILLUL MUTAQIN

APA ITU BULLYING? Definisi : Perilaku agresif berulang yang ditujukan kepada seseorang dengan ( maksud ) tujuan menyakiti , mengintimidasi , atau mengontrol , baik secara fisik , verbal, psikologis , maupun digital (cyberbullying).

Ciri-ciri Utama : Ketidakseimbangan kekuatan  ( pelaku merasa dominan ). Sistematis & berkelanjutan  ( bukan insiden sekali ). Dampak traumatis   pada korban ( gangguan mental, kinerja , kepercayaan diri ).

DASAR HUKUM DI INDONESIA UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

Jenis Contoh Nyata di Indonesia Verbal Mengejek logat daerah , menyebar gosip , merendahkan presentasi . Psikologis Mengucilkan rekan, sabotase tugas, ancaman tidak langsung. Digital Komentar jahat di grup WA kerja, menyebar foto memalukan. Diskriminatif Menghina Keyakinan /agama , gender, disabilitas , atau latar belakang ekonomi . Penyalahgunaan Kekuasaan Atasan memberi target tidak mungkin , memaksa lembur tanpa kompensasi . BENTUK-BENTUK BULLYING DISEKITAR KITA

KENAPA BULLYING MARAK ? ( Akar Masalah ) Budaya "Silence Culture" Korban takut melapor karena ancaman pemecatan atau stigma " tidak kuat mental". Lemahnya Pengawasan SDM Divisi HR fokus pada administratif , abai pada dinamika psikologis tim. Normalisasi Kekerasan Verbal Ungkapan seperti " Biarin , namanya juga bercanda " melegitimasi bullying. Ketidaktahuan Regulasi Banyak korban & perusahaan tidak paham UU yang melindungi (e.g., UU Ketenagakerjaan , KUHP ).

DI MANA- KAH TEMPAT TERJADINYA BULLYING SERING TERJADI 90 PERSEN TERJADI DI DALAM LINGKUNGAN KITA SENDIRI JARANG TERJADI 10 PERSEN TERJADI DI LUAR LINGKUNGAN KITA

“ Jika kamu benar dan tidak ada yang salah padamu . Maka yang salah adalah mereka yang menyakitimu ."

93 PERSEN PELAKU BULLYING ADALAH ORANG-ORANG TERDEKAT DAN KENAL OLEH KORBAN BUKAN ORANG ASING ATAU ORANG YANG TIDAK DIKENAL OLEH KORBAN BERBEDA DENGAN TINDAK PIDANA ATAU TINDAK KEKERASAN LAIN SEPERTI PERAMPOKAN , PERAMPASAN . PENCURIAN

PROGRAM ANTI BULLYING ATAU ZERO BULLYING ADALAH PROGRAM YANG INISIATIFNYA ADALAH UNTUK MEMPERBAIKI DAN INTROSPEKSI DIRI PROGRAM TERSEBUT ADA KARENA KITA SENDIRI INGIN MEMPERBAIKI LEMBAGA KITA SENDIRI MENJAGA NAMA BAIK LEMBAGA DARI PIHAK LUAR YANG MENUDUH KITA MELAKUKAN KEKERASAN MENGHINDARI TUNTUTAN HUKUM PIHAK LUAR TERHADAP LEMBAGA

Data Sumber Riset Temuan Kunci KPAI (2023) 84% pelaku bullying di sekolah / pesantren adalah  orang dalam institusi : - Senior (73%) - Pengajar (11 %) PPIM UIN Jakarta (2022) 68% santri mengaku pernah mengalami bullying dari   pengurus atau staf pesantren . Survei ICJR (2021) 91% kasus kekerasan di asrama sekolah dilaporkan melibatkan  senior atau pengawas asrama .

Pelaku Internal Pelaku Eksternal - Senioritas (wajib "hormat" ekstrem) - Hukuman fisik/disiplin sewenang-wenang - Pengucilan oleh kelompok kelas/asrama - Perundungan di jalan / seputar sekolah - Ancaman geng luar -  Cyberbullying   oleh alumni/orang tak dikenal

KENAPA PIHAK INTERNAL DOMINAN JADI PELAKU ? Akses & Kesempatan Punya otoritas penuh atas siswa / santri → mudah menyalahgunakan kekuasaan . Senior tinggal satu asrama / sekolah → korban sulit menghindar . 2. Budaya " Tutup Mulut " Korban takut melapor karena : Ancaman : " Nanti tidak naik kelas / diusir dari pesantren !" Stigma: " Dia cari perhatian !" 3. Sistem Hierarki Kaku Pesantren : junior wajib patuh mutlak pada senior. Sekolah : Guru dianggap "paling benar " → siswa tidak berani protes . 4. Minim Pengawasan Eksternal Orang tua percaya penuh pada institusi → tidak memantau dinamika internal. Dinas Pendidikan / Kemenag jarang inspeksi mendadak .

DAMPAK BURUK BULLYING Pada Korban: Depresi , penurunan produktivitas , PTSD, bahkan bunuh diri . Pada Lembaga : berkurangnya anggota , reputasi rusak , biaya hukum , penurunan inovasi . Pada Pelaku : Risiko sanksi hukum ( Pidana / Pemutusan Hubungan Kerja ). 📌 Data Kemnaker RI (2023) : Hanya 12% yang melapor !

SOLUSI : LANGKAH PRAKTIS UNTUK KORBAN & LEMBAGA 🔹  Jika Anda Korban : Dokumentasikan Bukti Catat tanggal , jam, saksi , screenshot pesan /email. Laporkan ke Atasan / Pimpinan Gunakan jalur resmi sesuai aturan lembaga . Cari Dukungan Konseling psikolog (via  online :  Sehat Mental Indonesia   atau   Into The Light ). Lapor Hukum Jika Diperlukan Pasal 351 KUHP ( Penganiayaan ), UU ITE ( untuk   cyberbullying ), atau UU Ketenagakerjaan Pasal 86.

🔹  Jika Anda Pengelola / Pengurus Buat Kebijakan Anti-Bullying Jelas Sertakan definisi , sanksi , & jalur pengaduan . Training Rutin Edukasi staf tentang   respectful workplace   dan bahaya bullying. Buka Kanal Pengaduan Aman Misal :  Whistleblowing System   anonim . Berikan Dukungan Psikologis Kolaborasi dengan psikolog perusahaan .

BAGAIMANA MENCEGAH BULLYING? Bangun Budaya "Speak Up" Leader harus jadi contoh : dengar keluhan tanpa menghakimi . Integrasikan Nilai Anti-Bullying Masukkan dalam penilaian kinerja & reward system. Audit Iklim Kerja Berkala Survei anonim tentang psychological safety. 💬 Pesan Kunci : "Bullying bukan sekadar konflik — ia adalah pelanggaran HAM. Setiap individu berhak merasa aman ."

BAGAIMANA MENCEGAH BULLYING? USAHA PEMERINTAH NTUK KORBAN ☎️  Layanan Psikologi Darurat : 119 Ext. 8 ( Kemenkes RI). 📱   Aplikasi " Teman Cerita "  ( KemenPPPA ): Konseling gratis via chat. 🌐  Into The Light Indonesia : Fokus pencegahan bunuh diri remaja .

PERUBAHAN POSITIF YANG BISA DIMULAI HARI INI Sekolah : Jadikan ruang konseling tempat " aman " dan “ nyaman ” Pesantren : Libatkan santri senior yang paham dalam program anti-bullying. Orang Tua : peduli terhadap perhatian anak / santri

MENGAPA LEMBAGA PENDIDIKAN ENGGAN ? 1. " Malu Mengakui Ada Masalah " Mentalitas : " Jika kami buat program anti-bullying, artinya kami mengakui ada kekerasan di sini → reputasi kami jadi rusak !" Fakta : Justru masyarakat modern menghargai transparansi . Contoh : SMAN 3 Yogya malah dipuji karena terbuka tentang program Senior Asuh . 2. Takut Konflik dengan " Tradisi " Senioritas , hukuman fisik , atau " tradisi keras " dianggap bagian tak terpisahkan dari pendidikan karakter . Ironi : Banyak pesantren progresif (e.g., Ponpes Gontor ) sudah hapus kekerasan — justru makin diminati . 3. Kekurangan Sumber Daya Alasan klasik : " Tak ada dana untuk psikolog / pelatihan !" Padahal solusi bisa low-budget. 4. Tidak Tahu Cara Memulai Bingung membedakan anti-bullying dengan " memanjakan anak ".

LANGKAH TRATEGIS : UBAH PARADIGMA , MULAI DARI LANGKAH KECIL 🔹 Langkah 1: Program anti-bullying BUKTI bahwa lembaga Peduli kualitas SDM ( reputasi semakin baik ) Mencegah skandal hukum / pemberitaan buruk ). Siap jadi pelopor perubahan ."* 🔹 Langkah 2: Tak perlu langsung pakai label "Zero Bullying". Mulai secara PERLAHAN Pelatihan perilaku positif Kotak pengaduan anonim di ruang BK. Sisipkan konten anti-bullying di mata pelajaran 🔹 Langkah 3: kemitraan Lembaga Program sejiwa.org KemdikbudSekolah Ramah Anak dan KPAI Langkah 4: Buktikan dengan Data 🔹 Langkah 5: Libatkan O rang Tua Alumni Bentuk Tim Anti Bullying

Tekan rasa marah jika ingin menasehati teman atau yunior Latihan dengan nafas Tulis pesan Hindari tatap muka langsung Menjaga jarak Ubah kalimat KAMU …. MENJADI SAYA TIDAK LAGI ….. DAN SAYA SEGERA ….. TIPS SEDERHANA DALAM KOMUNIKASI ANTI BULLYING

SELAMAT TERIMA KASIH
Tags