Public relations is propaganda.docx is wh

Nissa208317 1 views 10 slides May 22, 2025
Slide 1
Slide 1 of 10
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10

About This Presentation

Nuice


Slide Content

PUBLIC RELATIONS IS PROPAGANDA
PENDAHULUAN
Semua orang cukup tahu tentang propaganda sehingga tidak menyukainya,
namun hanya sedikit yang cukup tahu untuk mengatakan apa sebenarnya fungsi
propaganda. Propaganda biasanya memunculkan gambaran tentang negara-negara
asing yang mengibarkan bendera di mana pemerintah membuat masyarakatnya
begitu tidak peduli sehingga mereka berpikir bahwa yang naik adalah yang turun
dan yang turun adalah yang naik. Atau, dalam konteks yang lebih dekat, orang-
orang menggunakan kata 'propaganda' untuk menggambar lingkaran besar yang
mencakup semua upaya persuasif yang salah dan kadang-kadang bahkan secara
tidak masuk akal memberi makna seperti 'gagasan yang tidak saya setujui.'
Propaganda dalam penggunaan populer adalah istilah yang hampir tidak ada
gunanya. istilah yang secara samar-samar terkait dengan penipuan massal dan
manipulasi publik. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa propaganda adalah
sesuatu yang jauh lebih spesifik daripada ini dengan pengetahuan profesional
yang terdefinisi dengan baik dan terpelajar, praktik-praktik yang khas, dan bahkan
konferensi untuk menyempurnakan teknik mereka dan ini adalah salah satu
keberhasilan besar para propagandis sehingga hanya sedikit orang yang peduli
untuk mengetahuinya ( Cordon, 2022). Para propagandis meninggalkan nama
‘propaganda’ pada awal abad ke-20 untuk menghilangkan konotasi negatifnya,
dan bahkan banyak yang bekerja di bidang ini saat ini tidak dapat
menghubungkan nama kontemporer dari bidang tersebut dengan nama
historisnya. ‘Propaganda’ pertama kali digunakan pada tahun 1622 dari
Kongregasi Suci Katolik untuk Penyebaran Iman (Sacra Congregation de
Propaganda Fide), namun pada abad ke-20 namanya sudah populer (Boerman,
2022).
Hubungan Masyarakat (PR) adalah industri yang terus berkembang dan
baru-baru ini mengalami transformasi luar biasa. Perkembangan ini mencakup

integrasi teknologi baru, jangkauan globalisasi yang lebih luas, dan peningkatan
penekanan pada keterbukaan dan keaslian (Brunner & Smallwood, 2019; Santoso
& Negoro, 2019). Dalam wacana ini, kita akan mempelajari beberapa perubahan
penting yang telah membentuk lanskap humas, yaitu maraknya media sosial,
semakin pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), dan pentingnya
komunikasi yang dipersonalisasi. Transformasi yang menonjol dalam hubungan
masyarakat adalah munculnya media sosial (Susilo, 2022). Platform media sosial
seperti Facebook, Twitter, dan Instagram telah muncul sebagai alat yang ampuh
bagi organisasi untuk terhubung dengan pemangku kepentingannya. Melalui
platform ini, perusahaan dapat terlibat dalam komunikasi langsung, menyebarkan
informasi, menyampaikan masukan, dan membina hubungan (Tuten, 2020).
Humas merupakan suatu fungsi manajemen yang menilai sikap
masyarakat, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individu dan organisasi
untuk kepentingan dan rencana umum serta melaksanakan program kegiatan
dengan tujuan memperoleh wawasan, pengertian dan dukungan dari masyarakat.
Fungsi humas antara lain menjaga keharmonisan komunikasi antara perusahaan
dan masyarakat, Humas merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap
masyarakat, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individu dan organisasi
untuk kepentingan dan rencana masyarakat serta melaksanakan program kegiatan
bersama dengan masyarakat. bertujuan untuk memperoleh wawasan, pengertian
dan dukungan dari masyarakat (Hin, 2019) Fungsi humas antara lain menjaga
komunikasi yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat.
Selain itu, media sosial telah merevolusi pendekatan manajemen krisis
dalam hubungan masyarakat (Akdeniz, 2020). Meskipun komunikasi krisis
tradisional bergantung pada saluran seperti siaran pers dan wawancara, lanskap
kontemporer memungkinkan respons yang cepat dan langsung melalui media
sosial. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk terlibat dengan pemangku
kepentingannya secara real-time selama krisis. Perkembangan penting lainnya
adalah semakin pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam
hubungan masyarakat. CSR berkaitan dengan komitmen organisasi untuk

beroperasi secara etis dan berkelanjutan, yang mencakup tindakan seperti
mengurangi dampak lingkungan, mendukung tujuan sosial, dan terlibat dalam
filantropi. Dalam masyarakat saat ini, konsumen semakin menyadari dampak
bisnis terhadap dunia dan lebih cenderung mendukung perusahaan yang selaras
dengan nilai-nilai mereka dan berkontribusi positif (Tkalac Verčič, 2021).
Akibatnya, humas kini lebih menekankan pada upaya menampilkan inisiatif CSR
untuk memperkuat citra merek dan membina hubungan dengan pemangku
kepentingan.
Personalisasi mewakili aspek penting lainnya dari perubahan dalam
hubungan masyarakat. Di masa lalu, upaya PR terutama ditujukan untuk
menjangkau khalayak massa melalui saluran media tradisional seperti televisi dan
surat kabar. Namun, pendekatan saat ini lebih mengutamakan strategi komunikasi
yang dipersonalisasi (Agatha et al., 2023; Putranto et al., 2021). Personalisasi
melibatkan penyesuaian komunikasi untuk segmen audiens tertentu berdasarkan
minat, kebutuhan, dan preferensi mereka. Pendekatan ini mencakup kampanye
pemasaran email yang dipersonalisasi dan iklan media sosial yang ditargetkan.
Dengan menerapkan komunikasi yang dipersonalisasi, profesional PR dapat
membina hubungan yang lebih kuat dengan pemangku kepentingan dan
meningkatkan efektivitas kampanye.
Propaganda melibatkan pembagian fakta, opini, dan ide yang dirancang
untuk mengubah perilaku atau memotivasi tindakan. Meskipun secara umum kita
menganggap propaganda sebagai istilah sejarah, para pakar ilmu sosial dan
humaniora mengakui bahwa propaganda merupakan konsep filosofis, psikologis,
retoris, dan sosiologis. Beberapa definisi propaganda berfokus pada konsep
kesengajaan dan motif penulis, dampak pada tindakan dan perilaku penerima,
serta tingkat kemauan bebas penerima dalam menerima atau menolak pesan
(Leung, 2022).
Para propagandis melakukan tugasnya dengan baik, dan saat ini hanya
sedikit orang yang mengetahui hubungan antara hubungan masyarakat dan

propaganda; banyak ‘penasihat humas’ bahkan tidak mengetahui sejarah
bidangnya masing-masing. Propaganda secara populer tetap didefinisikan sebagai
segala upaya manipulasi massal, namun kenyataannya propaganda tersebut
merupakan industri bernilai miliaran dolar dengan serangkaian praktisi,
pengetahuan, dan hubungan ekonomi yang jelas (Miric, 2023).
TEORI
Menurut Grunig & Hunt yang dikutip oleh Kriyantono teori excellence
dalam Public Relations merupakan pengembangan teori situational of the public
dan 4 model public relations, keempat model tersebut adalah Model Press
Agentry/Publisitas yang berarti proses diseminati informasi bergerak satu arah
(one-way communication) dari organisasi kepada publiknya. Pada dasarnya press
agentry merupakan kegiatan publisitas, yaitu upaya meraih perhatian dan liputan
media. Grunig dan Hunt mengembangkan model ini berdasarkan pengalaman dari
Phineas Taylor Barnum, pemilik dari kelompok sirkus, The American Circus,
Newson. Pada abad ke- 19, agen pres bekerja untuk mempengaruhi opini publik
dengan menciptakan berita. Agen pers berinvestasi waktu dalam penelitian namun
kurang dalam pembahasan etika. Tujuannya adalah manipulasi. Menekan pada
praktek PR yang fokus pada upaya promosi, publisitas, dan propaganda publik.
Praktisi PR dalam model ini dihalalkan untuk melakukan segala cara demi
mendongkrak nama oraganisasi atau orang yang diwakilinya.
Menurut Polancis (2023) Model komunikasi ini menunjukkan bahwa
informasi bergerak satu arah (one way communication) dari organisasi kepada
publiknya. Dalam praktiknya model ini lebih menunjukkan pada tindakan praktisi
PR dan humas yang banyak melakukan kampanye, propaganda, serta publisitas
yang sifatnya satu arah. Yakni disampaikan dari organisasi pada publiknya dengan
publisitas yang menguntungkan sepihak. Biasanya, model ini mengabaikan media
massa, mengabaikan kebenaran yang ada, dan berbagai upaya untuk menutupi
hal-hal negative organisasi atau perusahaan di hadapan publiknya.

PEMBAHASAN
Propoganda adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis
untuk memanipulasi, membentuk, mempengaruhi, mengubah dan mengarahkan
serta mengendalikan pandangan, pendapat, persepsi dan sikap perilaku orang
banyak guna mencapai tujuan tertentu sesuai yang diinginkan penyebar
propaganda. Caranya dengan menyebarkan gagasan (ide) atau menciptakan
peristiwa tertentu dan menanamkannya secara sistematis pada lubuk hati atau
pikiran target. Seperti contoh Tahun 1990 militer AS memormulasi propaganda
dalam bentuk Public Relation (PR) dan Psy-Ops. Keduanya menjadi fitur utama
dari perencanaan dan pelaksanaan perang. Targetnya, melalui media hendak
diciptakan persetujuan publik (engineering of consent) bagisuatu tindakan perang.
Contohnya pada Perang Teluk, media dikelola dan diaturjauh dari medan
pertempuran. PR militer menjadi sumber informasi mengakibatkan akses
wartawan dikontrol dengan ketat dan adanya penyensoran melalui penyangkalan
keterlibatan militer juga kerap dilakukan. Adanya sikap optimistis, dengan
meminimalkan jumlah kematian membuat seolah perang yang dilakukan AS
tampak ‘bersih’.
Propaganda telah menjadi alat yang efektif untuk membentuk opini dan
tindakan publik selama berabad-abad. Hubunagan antara Propaganda dengan PR
adalah keduanya bertujuan untuk membentuk persepsi dan memengaruhi opini
public dalam bentuk informasi yang salah, keduanya menggunakan media massa,
dan diarahkan pada khalayak tertentu. Hasil akhir dari keduanya adalah membuat
orang melakukan tindakan tertentu. Perbedaan terbesar, dan yang paling penting,
adalah kebenaran pesannya. Propaganda menggunakan bias, setengah kebenaran,
dan ketakutan untuk mempengaruhi sikap publik terhadap cita-cita, tujuan, atau
agenda politik. Sedangkan PR menggunakan fakta yang bisa diperiksa. Humas
mengandalkan logika dan terkadang emosi untuk menyebarkan informasi antara
organisasi atau individu dan publiknya. Penggunaan fakta yang dapat diverifikasi

penting saat melakukan pitching kepada jurnalis atau mengirimkan siaran pers,
karena informasi yang salah dapat memengaruhi kredibilitas di hadapan jurnalis
(Putranto et al., 2021).
Menurut Edward (1947) dalam Polancis (2023) dikatakan prpoganda
merupakan Rekayasa persetujuan merupakan tindakan yang didasarkan pada
pengetahuan menyeluruh akan situasi dan penerapan prinsip-prinsip serta praktik
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dengan tujuan menjadikan
orang agar mendukung ide-ide dan program.yang hendak direalisasikan dimana
Propaganda memberikan mekanisme “ membentuk pemikiran massa” kepada
pemimpin sehingga “ mereka akan menggunakan kekuatan yang baru diraih ke
arah yang diinginkan”. Kepemimpinan dapat “ mengendalikan pemikiran public
sama seperti militer mengendalikan tubuh prajuritnya”. Proses “ rekayasa
persetujuan” adalah “ esensi terpenting dari proses demokrasi” Semakin kecil
kemampuan negara untuk menerapkan kekerasan dalam mempertahankan
kepentingan kelompok-kelompok elite yang secara efektif
mendominasinya,semakin ia membutuhkan pemikiran untuk menemukan teknik-
teknik engineering of consent atau manufacture of consent.
Menurut Polancis (2023) Public Relations (PR) merupakah sebuah usaha
di dunia modern saat ini yang digunakan untuk melancarkan proses komunikasi
dan pemahaman. Namun, PR tidak memiliki definisi yang sederhana. PR
memiliki begitu banyak definisi berdasarkan perkembangannya. Hal ini
dikarenakan PR sendiri merupakan bidang yang memiliki cakupan yang sangat
luas, sehingga tidak dapat dirangkum menjadi sejumlah kata saja. Public Relations
adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke
luar, antara organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuantujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
Dalam perkembangan era PR konvensional dengan PR digital yaitu :
Pertama, ketergantungan pada media massa, PR konvensional sangat bergantung

dengan relasi media relations dalam menjalankan segala aktivitas PR. Sedangkan
PR digital, berkurangnya relasi yang ketergantungan pada publisitas media massa.
PR tidak lagi bergantung pada media dalam perihal pemberitaan dan publisitas,
PR digital mempunyai kebebasan dalam mempublikasikan berita atau informasi
melalui media komunikasi mereka. Mulai dari aspek promosi dan membangun
citra positif perusahaan. Selain itu, hampir seluruh institusi/perusahaan
mempunyai media sosial sendiri, memberikan infografis kepada khalayak, bahkan
memiliki tim sosial media specialist.
Kedua, kendali komunikasi. PR Konvensional seorang PR menjalankan
kendali komunikasi dengan model komunikasi verbal, maupun memo pesan yang
bersifat satu arah yakni menjalankan kepentingan dan perintah para pemilik
perusahaan ataupun tempat mereka bekerja, lalu mengkomunikasikan tugas
tersebut secara internal dan eksternal sesuai dengan arahan yang didapatkan.
Berbeda dengan saat ini, kendali komunikasi menjadi lebih kompleks dengan.
kehadiransifat interaktivitas yang berlangsung di media sosial. Hadirnya
kebebasan yang dibawa oleh media sosial tidak jarang menjadi konsumsi public
secara luas karena terpublikasi melalui media sosial. Steyn (2022). Ketiga, dari
pembagi menjadi pengelola konten. Pada media sosial, konten adalah sesuatu
yang begitu penting dan aset bagi seorang PR dalam mengelola publikasi
perusahaan dan institusi tempat kerja. Semakin banyak konten yang dibagikan
akan menaikkan publisitas yang diharapkan. Karena itu seorang PR yang baik
adalah mereka yang pandai bercerita di media sosial tentang produk dan layanan
perusahaan atau institusi. Oleh karena itu, brand stories menjadi penting bagi PR
untuk mencapai keberhasilan dan membangun daya tarik perusahaan bukan hanya
sekedar memindahkan liputan peristiwa tetapi layaknya. penyampaian press
release yang masih sering digunakan saat ini.
Propaganda menekankan pada pesan yang dimaksudkan terutama untuk
melayani kepentingan pembawa pesan. Hal ini juga dapat didefinisikan sebagai
penyebaran informasi untuk mempengaruhi opini publik dan memanipulasi
keyakinan orang lain . Ada banyak cara di mana informasi dapat disampaikan

kepada khalayak atau individu. Guru sekolah berusaha memberikan informasi
yang akurat kepada siswanya, dan siaran berita televisi berupaya memberikan
layanan serupa kepada khalayaknya. Apa yang membuat propaganda berbeda dari
aktivitas serupa adalah kualitas informasi dan cara penggunaannya. Propaganda
juga dapat dipandang sebagai upaya sistematis untuk membujuk. Persoalannya di
sini bukanlah benar atau salahnya apa yang dikatakan. Para propagandis
mengirimkan pesan sepihak, menekankan kualitas satu pihak dan kelemahan
pihak lain. Pidato politik merupakan salah satu bentuk propaganda yang paling
banyak digunakan pada abad ke-20. Ada banyak kasus ketika politisi yang
mencalonkan diri mencoba untuk menampilkan citra terbaik mereka sambil
menunjukkan secara langsung atau tidak langsung semua kelemahan lawan
mereka. Propaganda menggunakan media komunikasi radio, televisi, surat kabar
dan majalah untuk menjangkau khalayak massa. Penonton seperti itu tidak bisa
membantah, mereka hanya bisa menunjukkan persetujuan atau ketidaksetujuan.
Jika propaganda dirancang hanya untuk satu orang, orang tersebut bisa tidak
setuju dan mendukung pandangan pribadinya, situasi yang juga berlaku bagi
kelompok kecil. Faktanya, para propagandis tidak tertarik pada tanggapan yang
masuk akal atau dialog; yang mereka inginkan adalah membuat sebanyak
mungkin orang mengikuti sudut pandang mereka (Wimberly, 2021).
Konsensus saat ini adalah bahwa firma propaganda modern pertama
adalah Biro Publisitas Boston, yang didirikan pada tahun 1900. Klaim asal usul
tersebut pada analisis akhir pasti bersifat sewenang-wenang, karena Biro
Publisitas jelas dipengaruhi oleh perkembangan sebelum berdirinya dan para
praktisi di kemudian hari. lebih lanjut meningkatkan, memodifikasi, dan menolak
hubungan kekuasaan dan pengetahuan yang ditelusuri dari Biro Publisitas. Di
seluruh zona perubahan temporal dan konseptual ini, karya ini terutama menyebar
dari tahun 1900 dan berdirinya Biro Publisitas hingga tahun 1934, yang tidak
hanya menandai kematian Ivy L. Lee, penasihat awal terkemuka dalam hubungan
masyarakat, namun juga titik di mana dimana Depresi Hebat dipahami sebagai
fenomena yang bertahan lama dan pemikiran mulai terkonsentrasi pada isu-isu

yang timbul khususnya dari Depresi dan Kesepakatan Baru Roosevelt (Xifra,
2020).
Bagi sebagian besar penasihat humas, subjektivitas merupakan aktivitas
yang hanya dapat dilakukan sejauh ini. Para propagandis bekerja dengan
pandangan bahwa subjeknya terdiri dari dorongan alami tertentu. Dorongan-
dorongan ini dapat dipenuhi dengan berbagai cara, sehingga tugas para
propagandis adalah mengubah bagaimana dorongan-dorongan tersebut
diterjemahkan ke dalam hasrat-hasrat tertentu dan bagaimana para subjek
berusaha memuaskan hasrat-hasrat tersebut. Misalnya, Brewster dan Palmer
berpendapat bahwa semua orang mempunyai keinginan untuk bersosialisasi dan
berteman. Dorongan ini, meskipun merupakan fakta yang tidak dapat diubah,
masih dapat dipenuhi dengan cara yang hampir tak terbatas, dan merupakan tugas
para propagandis untuk melatih pelanggan untuk memuaskan dorongan tersebut
dengan cara yang berguna bagi klien mereka melalui “pengulangan, ukuran yang
mengesankan, ilustrasi dan frasa pendek (Zhou, 2021).
Selain itu, penggunaan strategi komunikasi korporat yang efisien
memfasilitasi pengelolaan harapan pemangku kepentingan dan mengurangi
ketidakpastian. Tindakan mengkomunikasikan strategi, inisiatif, dan isu-isu
perusahaan secara terbuka memungkinkan para pemangku kepentingan untuk
memiliki kesadaran yang lebih komprehensif mengenai arah tujuan organisasi dan
potensi bahayanya. Transparansi yang diberikan memungkinkan para pemangku
kepentingan untuk membuat keputusan yang tepat dan menyesuaikan kepentingan
mereka dengan tujuan organisasi. Organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja
yang lebih damai dan produktif dengan memastikan bahwa para pemangku
kepentingan mendapat informasi secara konsisten dan terlibat secara aktif,
sehingga menghindari kesalahpahaman dan potensi konflik.
Selain itu, komunikasi korporat yang efektif memainkan peran penting
dalam manajemen krisis dan pembentukan reputasi positif. Selama periode
gejolak, seperti situasi yang melibatkan penarikan kembali produk atau kesulitan

hubungan masyarakat, sangat penting untuk melakukan komunikasi yang
transparan dan simpatik agar dapat secara efektif mengatasi kekhawatiran dan
mengembalikan kepercayaan. Penerapan strategi komunikasi krisis yang efektif
mempunyai potensi untuk mengurangi dampak buruk terhadap reputasi organisasi
dan mencegah kerugian yang berkepanjangan. Sebaliknya, mempertahankan cara
komunikasi yang teratur dan konstruktif dalam situasi tertentu akan berkontribusi
pada pengembangan reputasi perusahaan yang positif, sehingga meningkatkan
daya tarik organisasi di mata calon mitra, pelanggan, dan karyawan. Komunikasi
korporat yang efektif memainkan peran penting sebagai instrumen strategis bagi
organisasi untuk menegakkan dan meningkatkan reputasi mereka. Akibatnya, hal
ini memperkuat hubungan mereka dengan pemangku kepentingan dan menambah
pencapaian berkelanjutan dalam jangka panjang (Agatha, 2023)
Kesimpulan
Meskipun berbeda dengan pandangan tentang tujuan dan hasil (praktik
Hubungan Masyarakat bertujuan untuk membangun dan memelihara jalur
komunikasi, pemahaman, penerimaan, dan kerja sama yang saling
menguntungkan antara organisasi dan publiknya, melalui transparansi dan
kejujuran, sedangkan propaganda menekankan pada a pesan yang dimaksudkan
terutama untuk melayani kepentingan pembawa pesan (untuk mempengaruhi
opini publik dan memanipulasi keyakinan orang lain dengan cara apa pun), kedua
aktivitas tersebut juga memiliki cukup banyak kesamaan..
Tags