PENEMUAN KEMBALI REVOLUSI KITA 29
70Lima Materi Pendukung Pendidikan Kader
Saya merasa seperti Dante dalam Divina Coomedia itu. saya merasa
bahwa revolusi kita inipun menderita siksaan segalam macam setannya
neraka, segala macam penderitaannya inferno, dan kemudian, dengan
kembali kita kepada Undang-undang Dasar 1945, kini sedang mengalami
penyucian, agar nanti kita memasuki sorga. Kini kita sedang dalam
purgatorio, sedang dalam dicuci dari segala kekotoran, sedang dalam
louterings-proces, dalam segala hal, agar nanti jika kita sudah tercuci, sudah
“gelouterd”, kita dapat memasuki kebahagiaan paradisonya masyarakat adil
dan makmur.
Setan liberalisme, setan federalisme, setan individualisme, setan
sukuisme, setan golonganisme, setan penyelewengan-penyelewengan, setan
kepetualangan, setandualisme, setan macam, setan korupsi, setan garuk
kekayaan hantam kromo, setan multi party system, setan pemberontakan,
-segala macam setan telah menerkam kita didalam inferno itu, dan sekarang
kita mengalami purgatorio di segala lapangan. Herorientasi, herordening,
retooling, reshaping, remaking, - itu semuanya adalah purgetorio yang
perlu, agar supaya kita bisa melanjutkan perjalanan kita di atas relnya
revolusi, menuju kepada tujuan revolusi.
Biar kamu imperialis di luar negeri geger! Mereka menuduh kita,
bahwa Undang-undang Dasar 1945 adalah “bikinan Jepang”. Mereka
menuduh pula, bahwa kekuasaan presiden dalam rangka Undang-undang
Dasar 1945 sekarang ini, dilandaskan kepada kediktatoran militer.
Sekali lagi, biar mereka geger! Undang-undang Dasar 1945 bukan
“bikinan Jepang”, Undang-undang Dasar 1945 bukan “Japanese made”.
Undang-undang Dasar 1945 adalah asli cerminan kepribadian (identity)
bangsa Indonesia yang sejak jaman purbakala mula mendasarkan sistim
pemerintahannya kepada musyawarat dan mufakat dengan pimpinan
satu kekuasaan sentral di tangan seorang “sesepuh”, -seorang tetua-, yang
tidak mendiktatori, tetapi “memimpin”. Demokrasi Indonesia sejak jaman
purbakala mula adalah Demokrasi Terpimpin, dan ini adalah karakteristik
bagi semua demokrasi-demokrasi asli di benua Asia.
Ya, benar, tanpa tedeng aling-aling kita memberi talak tiga kepada
demokrasi Barat yang free fight liberalistis itu, tetapi sebaliknyapun kita
dari dulu mula menolak mentah-mentah kepada kediktatoran. Demokrasi
terpimpin adalah demokrasi kekeluargaan, tanpa anarkinya liberalisme,
tanpa autokrasinya diktator. Siapa misalnya hendak mengatakan, bahwa
Sun Yat Sen adalah diktator, kecuali barangkali orangorang imperialis