(kain, besi, mesin, kapal d.s.g). Penduduknya kota-kota kita,
terutama non-proletar, seperti tukang-tukang, dobi, saudagar
kecil-kecil seperti penjual cendol, satai d.s.g. atau Buruh Halus,
seperti guru-guru, jongos, clerk d.s.g. Yang buruh tulen di kota-
kota kita masih sangat sedikit, kalau diperbandingkan dengan
jumlah penduduk. Lagi pula mereka bukan buruh industri
produktif yakni buruh yang mengadakan hasil (kain, besi, dll),
melainkan buruh pengangkut, seperti kereta, kapal dan tram,
yang kecakapannya juga kurang dari buruh industri betul.
Tiadalah seperti di Berlin, London atau New York, dimana,
kalau tutup pabrik pukul satu berbunyi kita melihat sampai
1.000.000 Buruh Pabrik, yang muka, tangan dan pakaiannya
berkilat-kilat dengan minyak mesin, berduyun-duyun
meninggalkan pabrik. Ini belum ada! Malah belum seperti
Bombay, dimana buruh kain saja terkumpul 150.000. Atau di
Calcutta yang mempunyai 300.000 buruh model baru, seperti
buruh pelikan (tambang), kain, mesin, kereta, kapal dll. Betul ada
beratus ribu sudah terkumpul di perusahaan gula, tetapi mereka
itu buruh tani. Yang buruh pabriknya baru sedikit, dan sebab
disini ada pabrik gula, disana 50 KM lagi berdiri pabrik lagi, jadi
sebab sangat terpencar-pencar, maka kita susah pula mengatur
mereka.
Ringkasnya betul buruh kita (kereta, kapal, gula, minyak
d.s.g.) lebih kuat dari non-proletar, karena mereka menjalankan
perusahan negeri, tetapi kita jangan overschatten (overestimate
82