Referat Anomali PD arteri Intrakranial.pptx

jonatanrsb 0 views 59 slides Sep 28, 2025
Slide 1
Slide 1 of 59
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59

About This Presentation

btkv


Slide Content

P endahuluan Anomali Arteri media cerebri

Bab II. Tinjauan Pustaka

Vaskularisasi intracranial

Aneurisma intrakranial

Dilatasi pembuluh darah otak yang berisi darah yang disebabkan oleh kelemahan dari dinding pembuluh darah dan juga menghilangnya 2 lapisan pembuluh darah yaitu tunika media dan tunika intima, yang menjadi elastis mengakibatkan kelemahan pada pembuluh darah Aneurisma intrakranial

Epidemiologi Aneurisma serebri menempati posisi ke 4 Dari data epidemiologi statistik menunjukan dari 6 juta penduduk dari Amerika Serikat memiliki aneurisma serebri yang intak Setiap tahun , sekitar 500,000 kematian di seluruh dunia di sebabkan oleh aneurisma serebri dan setengah dari populasinya adalah pasien yang berusia kurang dari 50 tahun Aneurisma otak paling sering terjadi pada orang dengan prevalensi umur 35 – 60 tahun Rasio jenis kelamin yang menderita aneurisma serebri adalah wanita lebih sering terjadi , yaitu dengan perbandingan 3:2.

Etiologi dan faktor resiko Genetik Riwayat keluarga dan kelainan genetik Ehler-danlos type IV Sindrom Marfan Neurofibromatosis tipe I Faktor yang didapat - Trauma Otak - Merokok dan hipertensi Faktor lain Aneurisma denovo Riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga Diabetes Penuaan Ras ( afrika-amerika ) Faktor yang dapat di kontrol : Alkohol Tembakau Obesitas Gaya hidup fisik yang inaktif .

Patofisologi Destruksi fokal di MEI Perunurunan produksi elastin, kolagen , dan matriks ekstraseluler Kelemahan pada dinding pembuluh darah Sel radang akan mengaktifkan matrix metalloprotein dalam PD yang akan menghancurkan serat elastin dan kolagen FR Hilangnya / menipisnya tunika media Aliran darah yang melewati sakulasi akan mengalami turbulensi balik yang kuat Pada titik penipisan dinding PD tersebut , pada lapisan T. intima akan menonjol keluar dan hanya bertahan akibat lindungan lapisan PD terluar sehingga akan membentuk kantung Deposit trombosit , fibrin, dan sel radang , akan membentuk trombus

Klasifikasi Aneurisma Intrcranial BENTUK Saccular Aneurysm penonjolan kantung ( outpouching ) dari pembuluh darah yang berbentuk seperti buah berry (berry like) yang banyak tumbuh dari bifukarsio arteri , dan merupakan tipe aneurisma intrakranial yang terbanyak (66%-98%). Dissecting Aneurysm Dissecting aneurysm adalah aneurisma yang terjadi akibat terpisahnya lapisan-lapisan pada dinding arteri setelah tunika intima pembuluh darah arteri mengalami robekan . Fusiform Aneurysm Lesi-lesi ini terjadi akibat adanya pelebaran pembuluh darah arteri dan tidak biasa . Kerusakan pada tunika media menyebabkan peregangan dan pemanjangan ( elongasi ) dinding arteri , melebihi ukuran yang normal.

Klasifikasi Aneurisma Intrcranial Ukuran Small aneurysms ukurannya kurang dari 5 mm (1/4 inch) Medium aneurysms ukurannya 6–15 mm (1/4 to 3/4 inch). Large aneurysms ukurannya 16–25 mm (3/4 to 1 1/4 inch). Giant aneurysms ukurannya lebih dari 25 mm (1 1/4 inch).

Klasifikasi Aneurisma Intrcranial Lokasi

Klasifikasi Aneurisma Intrcranial Presentasi Klinis Unrupture Aneurisma rupture Aneurisma Aneurisma tipe ini biasanya asimptomatik sehingga sering ditemukan secara kebetulan atau tidak disengaja . Pada aneurisma yang tidak pecah , biasanya akan membesar sehingga dapat menekan jaringan otak disekitarnya Kondisi dimana aneurisma menjadi pecah dan darah dari aneurisma biasanya mengisi ruangan di sekitarnya yaitu ruangan subarachnoid. Tipe perdarahan seperti ini biasa dikenal dengan perdarahan subarachnoid

Manifestasi klinis Gejala klinis ruptur aneurisma di bagi dalam 5 tingkat : Tingkat 1 : Cephalgia ringan dengan sedikit tanda rangsang meningeal atau tanpa gejala Tingkat 2 : cephalgia agak hebat atau disertai dengan parese nervi kranialis Tingkat 3 : kesadaran somnolen , bingung atau dengan adanya defisit neurologis fokal Tingkat 4 : kesadaran stupor, hemiparese / plegi Tingkat 5 : Kesadaran koma dalam , tanda rigiditas deserebrasi dan tanda stadium paralisis cerebral vasomotor Gejala klinis unruptur aneurisma 51% pasien asimptomatik , 17% mengalami keluhan akut , dan 32% mengalami keluhan kronis . Keluhan neurologis akut seperti iskemik (37%), nyeri kepala (37%), kejang (18%), dan neuropati kranial (12%). Keluhan neurologis kronis termasuk nyeri kepala (51%), defisit penglihatan (29%), kelemahan (11%), dan nyeri wajah (9%).

Tidak Ruptur Ruptur Pupil dilatasi Sakit kepala dengan onset akut Penglihatan ganda atau kabur Nausea dan vomiting Sakit kepala Kaku leher Sakit pada mata atau sekitar mata Kehilangan kesadaran sementara Kebas atau kelemahan pada satu sisi wajah Sensitivitas terhadap cahaya Kesulitan bicara Penglihatan ganda atau kabur Kehilangan keseimbangan Kejang Kesulitan berkonsentrasi atau bermasalah dengan short term memory Kelemahan pada satu sisi badan atau pada salah satu ektrimitas Perbedaan Aneurisma Yang Ruptur dan Tidak Ruptur Manifestasi klinis

Diagnosis CT –Scan Lesinya berbentuk bulat ataupun lobulated dengan batas yang jelas . Zona sentral dan perifer akan menyangat kontras , namun zona yang isodens tidak menyengat . Lumen akan dikelilingi material trombus yang isodens pada CT scan. Pada dinding perifer , aneurisma mengandung jaringan fibrous yang hiperdens .

Diagnosis MRI Pada MRI dapat dijumpai gambaran area yang kehilangan sinyal pada lumen, yang dikelilingi lapisan konsentrik dari hematom , yang berlapis dengan intensitas sinyal yang bervariasi . Terkadang beragam lapisan dari hematom intraluminal dapat menampilkan gambaran menyerupai kulit bawang . Lingkaran tipis bersinyal rendah yang membatasi aneurisma mungkin menujukkan kalsifikasi atau deposit hemosiderin

Diagnosis CTA Metode CTA merupakan diagnostik yang umum untuk mendeteksi aneurisma intrakranial dan perencanaan terapi Angiografi memiliki resiko . Kejadian iskemik serebral didapatkan pada 1,3% dalam 24 jam pertama pasca angiografi , dan deteriorasi neurologis terjadi pada 1,8%, antara 24-72 jam setelah angiografi

Diagnosis MRA Dua standar teknik MRA yang saat ini sering dipakai mencakup metode phase-contrast (PC) dan time of flight (TOF). MRA pada aneurisma intrakranial , dan mendapatkan metode 2D MRA lebih bermanfaat pada aneurisma yang letaknya distal, aneurisma hemoragik ataupun aneurisma dengan thrombosis. Sementara pada MRA 3D memberikan pencitraan yang optimal pada aneurisma yang proksimal dan tidak ruptur

Diagnosis Digital Substraction Angiography (DSA) DSA merupakan kriteria standar untuk menampilkan gambaran aneurisma intracranial Angiografi rotasional 3-D sangat membantu memahami morfologi aneurisma intrakranial , terutama pada kasus yang sulit , untuk membedakan vascular loop dan infundibulum dari bentuk aneurisma yang sebenarnya

TATALAKSANA Microsurgery Tujuan utama metode adalah mengeluarkan aneurisma dari sirkulasi , dengan metode menempatkan clipping sepanjang leher dari aneurisma , dengan mempertahankan induk artery dan arteri yang berdekatan , terutama pada kasus aneurisma intrakranial yang sulit . Saat ini dikembangka n metode nearinfrared indocyanine green videoangiography (ICGA), sebagai metode minimal invasif untuk menilai aneurisma

TATALAKSANA Endovaskuler Pada prosedur ini , craniotomy tidak dianjurkan , sehingga bermanfaat pada PSA grade tinggi dan usia tua . Metode ini telah menjadi terapi standar untuk aneurisma intrakranial di intracavernous , hipofise superior, karotis , dan ujung dari sistem basiler Keuntungan detachable coil sebagai pengobatan aneurisma serebral meliputi : metode pengiriman koil yang bisa diatur , sehingga meningkatkan kesempatan untuk mencapai oklusi intraaneurismal yang ideal Keadaan intrinsik coil yang memungkinkan adaptasi terhadap berbagai morfologi aneurisma Trombogenitas yang rendah sehingga memungkinkan penarikan dan reposisi koil tanpa khawatir masalah klot yang disebabkan manipulasi koil , Ketersediaan yang bervariasi baik ukuran maupun bentuk dari berbagai macam pabrikasi

Tatalaksana

Tatalaksana

Prognosis Aneurisma yang tidak ruptur bisa tidak disadari sepanjang hidup penderita. Aneurisma yang ruptur bisa menyebabkan perdarahan yang fatal, stroke hemoragik, vasospasme, hidrochepalus, koma, kerusakan jaringan otak semetara atau permanen. Prognosis bergantung pada usia, kondisi kesehatan, kondisi neurologik, lokasi aneurisma, perdarahan menetap, waktu antara ruptur dan pertolongan medis. Sekitar 40% pasien dengan aneurisma yang ruptur tidak bertahan dalam 24 jam pertama dan 25% meninggal karena komplikasi selama selang waktu 6 bulan.

Fistula karotis-kavernosa

Definisi Carotid cavernosus fistula adalah hubungan yang tidak normal/ komunikasi abnormal antara arteri karotis internal/ eksternal dan sinus kavernosa

Epidemiologi CCF mewakili sekitar 12% dari semua fistula arteriovenosa dural . Tipe A lebih sering terjadi pada laki-laki muda . Jenis B, C, dan D lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua dari 50 tahun , dengan rasio perempuan : laki-laki sekitar 7:1. Tidak ada latar belakang ras tertentu yang terbukti berkolerasi dengan kecenderungan untuk pengembangan CCF.

Patofisiologi Carotid cavernous fistula terjadi karena robeknya dinding dari arteri karotis interna intrakavernosus atau cabangnya baik traumatic ataupun spontan . Hal ini menyebabkan sirkulasi yang pendek dari darah arteri ke vena dari sinus kavernosus Fistula ini biasanya mempunyai kecepatan aliran darah arteri yang kuat dan umumnya disebabkan oleh robekan traumatik pada dinding arteri Direct fistula terjadi biasanya disebabkan karena trauma kepala , di mana arteri karotis pars cavernosa robek dan pada umumnya mempunyai aliran tinggi Indirect fistula biasanya terjadi secara spontan adalah kemungkinan sebab dari aneurisma , suatu kelainan kongenital dan secara spontan terbuka karena adanya penyakit kolagen , arterosklerosis , ataupun hipertensi . mempunyai aliran rendah

Klafisikasi Carotid-cavernous fistula langsung ( tipe A): adanya hubungan ( dengan aliran yang kuat ) antara arteri karotis interna dengan sinus kavernosus , yang dapat disebabkan oleh trauma ataupun spontan . Carotid-cavernous fistula tidak langsung : adanya hubungan ( dengan aliran yang lemah ) antara arteri duramater ke sinus kavernosus . Dibagi menjadi : Tipe B: berasal dari percabangan meningens arteri karotis interna . Tipe C: berasal dari percabangan meningens arteri karotis eksterna . Tipe D: berasal dari percabangan meningens arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna .

Manifestasi klinis fistula tipe langsung meliputi onset yang cepat dan pulsatile eksoftalmus , kongesti konjungtiva , kemosis , perdarahan subkonjungtiva , oftalmoplegi , peningkatan tekanan intraokuli , dan adanya bruit yang dapat didengar dengan stetoskop bila diletakkan diatas palpebra superior. Gambaran klinis dari carotid-cavernous fistula tipe tidak langsung adalah onsetnya perlahan-lahan dan gejalanya lebih ringan . Dijumpai mata merah pada satu atau kedua mata yang disebabkan dilatasi vena konjungtiva dan episklera . Gambaran yang tampak pada mata tersebut menyerupai konjungtivitis , episkleritis ,

Diagnosis Anamnesis . Pada CCF direk, gejala biasanya muncul beberapa hari atau beberapa minggu setelah trauma dengan trias gejala proptosis pulsatil, kemosis konjungtiva, dan adanya bruit. Adanya riwayat trauma atau riwayat operasi Riwayat aterosklerosis, hipertensi sistemik, penyakit kolagen vaskular, Pseudoxanthoma elasticum , penyakit jaringan ikat (misalnya, sindrom Ehlers-Danlos)

Diagnosis b. Pemeriksaan Fisik Gejala dapat muncul setelah beberapa hari atau beberapa minggu setelah cedera kepala dengan trias klasik yaitu proptosis berpulsasi , kemosis konjungtiva dan suara bruit yang terdengar oleh pasien di dalam kepala . Tanda yang muncul biasanya ipsilateral dari fistula Direct Gejala muncul bertahap dengan gejala mata merah unilateral atau bilateral. Tanda yang dapat ditemukan adalah : Injeksi epibulbar ringan dengan atau tanpa kemosis Pulsasi okular yang dapat dinilai dengan menggunakan tonometri applanasi Peningkatan tekanan intraocular Proptosis ringan dengan bruit yang ringan Oftalmoplegia akibat palsi nervus kranialis VI, atau pembengkakan pada muskulus ekstraokular . Pemeriksaan fundus dapat normal atau terdapat dilatasi vena.  

Diagnosis c. Pemeriksaan Penunjang CT Scan dan MRI Pada pemeriksaan seperti CT scan dan MRI, CCF menunjukkan pelebaran vena oftalmika superior, penebalan otot-otot ekstraokular dan adanya pelebaran sinus kavernosus dengan gambaran konveks dari dinding lateralnya . CT scan memiliki keterbatasan sensitivitas dalam mengevaluasi pasien untuk CCF. Pada hasil CT scan dapat ditemukan proptosis , pembesaran vena oftalmik superior, otot ekstra okular mungkin membesar , edema orbita , mungkin terlihat SAH/ ICH dari pecahnya vena kortikal . MRI memberikan uji pencitraan yang baik untuk pasien yang diduga dengan diagnosa CCF. MRI dapat menunjukkan keberadaan perdarahan parenkim atau leptomeningeal venous drainage .

Diagnosis banding Trombosis sinus kavernosus Trombosis sinus kavernosus adalah pembentukan bekuan darah di dalam sinus kavernosus . Gambaran klinis dari trombosis sinus kavernosus ini adalah edema periorbital , kemosis , parese nervus III, IV, VI, ptosis, midriasis , eksoftalmus , hipoestesi atau hiperestesi disepanjang dermatom nervus V1 dan V2 Oftalmopati tiroid Oftalmopati tiroid atau Graves ophtalmopathy merupakan proses autoimun yang dapat mempengaruhi jaringan orbita dan periorbita . Oftalmopati tiroid menunjukkan gejala penurunan visus , proptosis , lakrimasi dan diplopia. Biasanya proptosis pada graves oftalmopati adalah bilateral mungkin juga asimetris AVM lesi ini dapat menyebabkan pembengkakan orbita , kemosis , eksoftalmos , bruit, peningkatan tekanan episklera , dan intraokuli . Apabila nidus terletak pada orbita bagian anterior, lesi ini dapat terlihat sebagai masa subkutan , berwarna biru , dan berdenyut

Tatalaksana

Prognosis Sebanyak 90% pasien dengan CCF direk ataupun indirek jika tidak diobati akan mengalami kemunduran penglih a tan . 20 – 50% pasien dari CCF tidak langsung dapat selesai secara spontan . Pasien dengan CCF dural jika tidak diobati sebanyak 20 -30 % akan mengalami kemunduran pengelihatan

Arteriovenosus Malformations (AVMs)

Definisi Malformasi arteriovena (AVM) ialah suatu keabnormalan pada pembuluh darah dimana arteri tersambung terus dengan vena tanpa melalui kapilari terlebih dahulu . AVM adalah kelainan kongenital dimana arteri dan vena pada permukaan otak atau di parenkim saling berhubungan secara langsung tanpa melalui pembuluh kapiler

Epidemiologi Tingkat kejadian AVM yang baru didiagnosis adalah sekitar 1 per 100.000 orang per tahun Kejadian perdarahan AVM secara signifikan lebih rendah , sekitar 0,5 per 100.000 orang- tahun . AVM hanya untuk 1–2% dari semua stroke dan 4% dari semua non-trauma perdarahan intraserebral . Namun karena distribusi usia yang unik di antara etiologi stroke, AVM bertanggung jawab atas sepertiga dari stroke hemoragik pada dewasa muda . AVM tampaknya sedikit lebih umum di pria daripada wanita .

Patofisiologi AVM umumnya terbentuk akibat malfungsi diferensiasi pembuluh darah primitif pada embrio 3 minggu , dapat terbentuk dibagian otak manapun dan melibatkan regio pembukaan otak dengan substansia alba. Menurut Wallard , proses ini menjadi 3 tahapan yaitu : Undifferentiated stage (stage 1), ruang-ruang darah yang ada pada mesenkim primitif bergabung menjadi jaringan kapiler yang lebih terorganisir . Arteri dan vena belum bisa dikenali Retiform stage (stage 2), jaringan kapiler yang terbentuk pada stage 1 bergabung menjadi struktur jaringan atau pleksus yang lebih besar yang menjadi progenitor dari arteri dan vena. Maturation stage (stage 3) struktur vaskuler tampak secara histologis , dan batang utama arteri telah tampak . Jaringan kapiler yang ada bertahan hingga saat dewasa diperkirakan berasal dari sisa-sisa ruang darah pada stage 1

Manifestasi Klinis Nyeri kepala 15% asimtomatik Kejang mendadak Gejala lain yang sering ditimbulkan berupa vertigo, pulsing noise dikepala , tuli progresif , penurunan penglihatan , confusion, dementia dan halusinasi . Lebih dari setengah pasien dengan AVM menunjukan gejala hemorrhage sebagai penyebab utama sehingga menimbulkan gejala klinik antara lain berupa kehilangan kesadaran , sakit kepala yang tiba-tiba dan hebat , nausea, vomiting, incontinence dan gangguan penglihatan .

Diagnosis Diagnosa AVM ditegakan dengan menggunakan neuroimaging Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah dengan pencitraan ( Computer Tomography, MRI, dan Cerebral Angiography ).   AVM yang akan dievaluasi termasuk Identifikasi lengkap pasokan arteri Lokasi dan ukuran nidus c) Drainase vena AVM d) Kelainan vaskular terkait e) Kelainan otak yang berdekatan parenkim f) Adanya pendarahan akut atau kronis

Diagnosis CT scan menjadi modalitas pencitraan awal yang digunakan , terutama untuk menyingkirkan perdarahan . CT mampu menunjukkan perdarahan parenkim , subaraknoid , dan intraventrikular yang sangat dini CT dengan kontras menunjukkan peningkatan intens dari arteri , nidus dan vena drainase dari AVM dan sangat penting untuk menggambarkan AVM otak kecil . CT juga digunakan segera setelah periode embolisasi untuk mengevaluasi distribusi bahan emboli dan potensi komplikasi seperti edema, perdarahan dan hidrosefalus . CT angiografi telah banyak digunakan untuk mendiagnosis penyakit vaskular intrakranial seperti aneurisma dan malformasi arteriovenosa

Diagnosis CT angiografi (CTA) CTA seringkali merupakan studi pencitraan saraf awal untuk mendiagnosis penyakit vaskular yang mendasari seperti malformasi arteriovenosa pada pasien dengan hematoma parenkim spontan akut . CT angiografi dapat digunakan sebagai alat tambahan untuk memberikan lokasi akurat dari nidus , anatomi otak yang berdekatan , dan struktur tulang di atasnya . CT angiografi juga dapat digunakan sebagai teknik untuk lokalisasi stereotaktik sebelum perawatan radiosurgical . Ciri khas angioarsitektur dari AVM, seperti aneurisma arteri dan intranidal yang berhubungan dengan aliran dan lesi stenotik pada arteri makan dan vena yang mengering juga dapat dilihat tetapi tidak seakurat pada DSA

Diagnosis MRI lebih unggul dari CT dan CT angiografi dalam menunjukkan ukuran penuh dan lokasi anatomi yang tepat dari AVM nidus . Kemampuan topografi multiplanar dan resolusi anatomis yang lebih besar dari MRI memberikan informasi unik bagi ahli bedah saraf dan ahli saraf intervensi untuk merencanakan perawatan .

Tatalaksana Reseksi atau obliterasi operatif Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa tindakan operatif sebaiknya dilakukan setelah ruptur AVM, dan diperkirakan memberikan hasil yang sedikit lebih baik dibandingkan dengan unruptured AVM. Intervensi bedah merupakan terapi definitif pada AVM Embolisasi endovaskular Terapi ini merupakan terapi penunjang yang penting pada penatalaksanaan unruptured AVM. Umumnya , digunakan bahan yang berfungsi sebagai emboli, antara lain wire coils dan lem . Meskipun terapi embolisasi jarang menghilangkan lesi AVM, tidak dianjurkan untuk melakukan embolisasi sebagai pilihan terapi tunggal . Hal ini dikatakan karena partially treated AVM memiliki kemungkinan yang lebih besar mengalami ruptur dibandingkan dengan AVM yang tidak diterapi

Tatalaksana Radiosurgery Radiosurgery pada awalnya dilakukan dengan mengunakan alat yang disebut dengan gamma-knife ; sangat efektif pada AVM yang berukuran < 2 cm, sedangkan pada lesi yang lebih besar terapi ini kurang responsif

Prognosis Risiko kejadian ruptur pada kasus AVM yang belum pecah berkisar antara 1 dan 2% setiap tahunnya , dan sekitar 10% perdarahan intrakranial akibat ruptur AVM berakibat fatal  

Anomali A. Cerebri Media

Anomali MCA sangat jarang Prevalensi MCA aksesoris 2/1814 (0.11%), frekuensi tertinggi 15/1282 (1.17%) MCA sering terjadi pada penyakit Moyamoya Patofisiologi belum diketahui , MCA sebagai kelainain kongenital dalam tahap embrio Secara klinis , MCA muncul sebagai stroke hemoragik atau iskemik .

EMBRIOLOGI MCA

ANOMALI MCA Anomali MCA : MCA aksesori , MCA duplikat , dan MCA fenestra, dan MCA ranting Kegagalan fusi dapat menghasilkan dua batang MCA Batang lebih besar diartikan sebagai batang MCA utama Jika batang lebih besar muncul dibagian distal dari MCA utama = MCA aksesori jika batang lebih kecil muncul dibagian proksimal MCA utama = MCA duplikat

Diagnosis dan Tatalaksana Pasien yang dicurigai mengalami anomali MCA, disarankan melakukan DSA Modalitas perawatan belum ditetapkan Dalam banyak kasus , anomali MCA menyebabkan IA. Aneurisma diobati dengan klipping

Kesimpulan Aneurisma serebri adalah suatu benjolan dinding arteri otak yang mengandung lapisan intima dan adventisia ( tidak mengandung lapisan muskularis ), Penegakan diagnosis aneurisma serebri diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi . Carotid Cavernous Fistula atau fistula karotis kavernosa (CCF) adalah interaksi abnormal antara arteri dan vena dalam sinus kavernosa dan dapat diklasifikasikan sebagai fistula langsung atau dural . Sekitar 25% CCF terjadi secara spontan , Gambaran klinis dari carotid-cavernous fistula bergantung pada derajat shunting dan rute dari alian vena. Gambaran klinis dari CCF tipe langsung meliputi onset yang cepat dan pulsatile eksoftalmus , kongesti konjungtiva , kemosis , perdarahan subkonjungtiva , oftalmoplegi , peningkatan tekanan intraokuli , dan adanya bruit yang dapat didengar dengan stetoskop bila diletakkan diatas palpebra superior.

Kesimpulan Pemeriksaan definitif dari CCF ialah arteriografi serebral dengan kateterisasi selektif dari arteri karotis interna dan eksterna pada kedua sisi . Pada pemeriksaan CT scan dan MRI, CCF menunjukkan pelebaran vena oftalmika superior, penebalan otot-otot ekstraokular dan adanya pelebaran sinus kavernosus dengan gambaran konveks dari dinding lateralnya . Tujuan tatalaksana farmakologi adalah untuk mengurangi angka morbiditas dan untuk mencegah terjadinya komplikasi Arteriovenous malformation atau AVM merupakan kelainan kongenital yang bisa terdapat di otak maupun medula spinalis, terbentuk dari anyaman abnormal antara arteri dan vena yang dihubungkan oleh satu atau lebih fistula

Kesimpulan Permasalahan yang paling sering ditemukan terkait AVM berupa sakit kepala dan kejang, dimana setidaknya 15% dari populasi tidak menunjukan gejala apapun. Gejala lain yang sering ditemukan berupa vertigo, pulsing noise dikepala, tuli progresif dan penurunan penglihatan, confusion, dementia dan halusinasi. Diagnosa AVM ditegakkan dengan menggunakan neuroimaging setelah pemeriksaan terhadap saraf dan pemeriksaan fisik dilakukan . MRI lebih sensitif dari CT-scan karena dapat memberikan informasi yang lebih baik tentang lokasi dari malformasi tersebut. Terapi radiasi (radiosurgery) biasanya digunakan pada daerah AVM yang lebih kecil dan terletak di dalam otak

Kesimpulan Pemeriksaan definitif dari CCF ialah arteriografi serebral dengan kateterisasi selektif dari arteri karotis interna daneksterna pada kedua sisi . Pada pemeriksaan CT scan dan MRI, CCF menunjukkan pelebaran vena oftalmika superior, penebalan otot-otot ekstraokular dan adanya pelebaran sinus kavernosus dengan gambaran konveks dari dinding lateralnya . Tujuan tatalaksana farmakologi adalah untuk mengurangi angka morbiditas dan untuk mencegah terjadinya komplikasi Arteriovenous malformation atau AVM merupakan kelainan kongenital yang bisa terdapat di otak maupun medula spinalis, terbentuk dari anyaman abnormal antara arteri dan vena yang dihubungkan oleh satu atau lebih fistula
Tags