Salinan Forensik Medikolegal.pdfhhhhhhhhhhh

Iceyvangel 18 views 169 slides Sep 12, 2025
Slide 1
Slide 1 of 169
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109
Slide 110
110
Slide 111
111
Slide 112
112
Slide 113
113
Slide 114
114
Slide 115
115
Slide 116
116
Slide 117
117
Slide 118
118
Slide 119
119
Slide 120
120
Slide 121
121
Slide 122
122
Slide 123
123
Slide 124
124
Slide 125
125
Slide 126
126
Slide 127
127
Slide 128
128
Slide 129
129
Slide 130
130
Slide 131
131
Slide 132
132
Slide 133
133
Slide 134
134
Slide 135
135
Slide 136
136
Slide 137
137
Slide 138
138
Slide 139
139
Slide 140
140
Slide 141
141
Slide 142
142
Slide 143
143
Slide 144
144
Slide 145
145
Slide 146
146
Slide 147
147
Slide 148
148
Slide 149
149
Slide 150
150
Slide 151
151
Slide 152
152
Slide 153
153
Slide 154
154
Slide 155
155
Slide 156
156
Slide 157
157
Slide 158
158
Slide 159
159
Slide 160
160
Slide 161
161
Slide 162
162
Slide 163
163
Slide 164
164
Slide 165
165
Slide 166
166
Slide 167
167
Slide 168
168
Slide 169
169

About This Presentation

ii


Slide Content

MASTER CLASS
Jakarta
Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan
T. 021 8317064 | BB. 5a999b9f/293868a2
WA. 081380385694/081314412212
FORENSIK &
MEDIKOLEGAL
Medan
Jl. Setiabudi no. 65 G, medan P
T. 061 8229229 | BB. 24BF7CD2
w w w . o p t I m a p r e p . c o m
dr. Yo l i n a | d r. K h o i r ul | d r. A k h m a d | d r. C e m a r a

KAIDAH DASAR NORMAL

KAIDAH DASAR MORAL
Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum\Kesehatan (4th ed). Jakarta: EGC.

Keadilan (justice)

•Perbedaan kedudukan sosial, tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama dan
faham kepercayaan, kebangsaan dan
kewarganegaraan, status perkawinan,
serta perbedaan jender tidak boleh dan
tidak dapat mengubah sikap dokter
terhadap pasiennya.
•Tidak ada pertimbangan lain selain
kesehatan pasien yang menjadi perhatian
utama dokter.
•Prinsip dasar ini juga mengakui adanya
kepentingan masyarakat sekitar pasien
yang harus dipertimbangkan
Berbuat baik (beneficence)

•Selain menghormati martabat manusia,
dokter juga harus mengusahakan agar
pasien yang dirawatnya terjaga keadaan
kesehatannya (patient welfare).
•Pengertian ”berbuat baik” diartikan
bersikap ramah atau menolong, lebih
dari sekedar memenuhi kewajiban.
Menghormati martabat manusia (respect
for person) / Autonomy

•Setiap individu (pasien) harus
diperlakukan sebagai manusia yang
memiliki otonomi (hak untuk menentukan
nasib diri sendiri),
•Setiap manusia yang otonominya
berkurang atau hilang perlu mendapatkan
perlindungan.
Tidak berbuat yang merugikan
(nonmaleficence)

•Praktik Kedokteran haruslah memilih
pengobatan yang paling kecil risikonya dan
paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno:
first, do no harm, tetap berlaku dan harus
diikuti.

Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya
5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle
Beneficence

Beneficence (Berbuat baik)
•General beneficence
–Melindungi dan mempertahankan hak, mencegah terjadinya kerugian
–Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
•Specific beneficence
–Menolong orang cacat, menyelamatkan dari bahaya, mengutamakan kepentingan pasien
–Memandang pasien/ keluarga/ sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter/ rumah
sakit/ pihak lain
–Maksimalisasi akibat baik
–Menjamin nilai pokok: “apa saja yang ada, pantas kita bersikap baik terhadapnya” (apalagi ada
yang hidup)
•Prinsip tindakan
–Berbuat baik kepada siapa pun, termasuk yang tidak kita kenal
–Pengorbanan diri demi melindungi dan menyelamatkan pasien
–“janji” atau wajib menyejahterakan pasien dan membuat diri terpecaya
•Contoh tindakan
–Dokter bersikap profesional, bersikap jujur, dan luhur pribadi (integrity); menghormati pasien,
peduli pada kesejahteraan pasien, kasih sayang, dedikatif mempertahankan kompetensi
pengetahuan dan keterampilan teknisnya
–Memilih keputusan terbaik pada pasien yang tidak otonom (kurang mampu memutuskan
bagi dirinya), misalnya anak, pasien dengan gangguan jiwa, pasien dalam kondisi gawat

Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan

Non-Maleficence
•Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien: tidak boleh
berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien; minimalisasi
akibat buruk
•Primum non nocere: First do no harm
•Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:
–Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang
penting dan dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
–Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
–Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal)
–Norma tunggal, isinya larangan
•Contoh tindakan:
–Tidak melakukan malpraktik etik, baik sengaja atau tidak; seperti dokter tidak
mempertahankan kemampuan ekspertisnya atau menganggap pasien sebagai
komoditi
–Menghentikan pengobatan yang sia-sia atau pengobatan luar biasa, yaitu
pengobatan yang tidak biasa diperoleh atau digunakan tanpa pengeluaran
amat banyak, nyeri berlebihan, atau ketidaknyamanan lainnya
–Juga membiarkan mati (letting die), bunuh diri dibantu dokter, euthanasia,
sengaja malpraktik etis

Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan
termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)

Autonomy
•Autonomy
•Pandangan Kant
–Otonomi kehendak = otonomi moral, yaitu kebesan
bertindak, memutuskan atau memilih dan menentukan diri
sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang
ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan, atau campur
tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam
berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia
•Tell the truth
–Hormatilah hak privasi orang lain, lindungi formasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien;
bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting

Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb

Justice
•Justice (Keadilan)
•Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness), yaitu:
–Memberi sumbangan dan menuntut pengorbanan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur
dari kebutuhan dan kemampuan pasien
•Jenis keadilan:
–Komparatif (perbandingan antarkebutuhan penerima)
–Distributif (membagi sumber): sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani ;
secara material kepada:
•Setiap orang andil yang sama
•Setiap orang sesuai kebutuhannya
•Setiap orang sesuai upayanya
•Setiap orang sesuai jasanya
–Sosial: kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama
•Utilitarian: memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi sosial dan
memaksimalkan nikmat/ keuntungan bagi pasien
•Libertarian: menekankan hak kemerdekaan sosial-ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil
substansif atau materiil)
•Komunitarian: mementingkan tradisi komunitas tertentu
•Egalitarian: kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu
rasional (sering menerapkan kriteria material kebutuhan bersama)
–Hukum (umum)
•Tukar-menukar: kebajikan memberkan atau mengembalikan hak-hak kepada yang berhak
•Pembagian sesuai denan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai
kesejahteraan umum

VISUM ET REPERTUM

VISUM ET REPERTUM (VER)
•VeR : Keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan
medis terhadap manusia, baik hidup atau mati untuk
kepentingan peradilan.
•Dasar: PASAL 133 KUHAP
–Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
•Pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP: yang berwenang
meminta keterangan ahli → penyidik & penyidik pembantu
Pengantar Medikolegal, Budi Sampurna

Siapa Yang Berhak Membuat VER?
•Dalam pasal 133 KUHAP disebutkan: penyidik berwenang
untuk mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.

•Sebenarnya boleh saja seorang dokter yang bukan dokter
spesialis forensik membuat dan mengeluarkan visum et
repertum.

•Tetapi, di dalam penjelasan pasal 133 KUHAP dikatakan
bahwa keterangan ahli yang diberikan oleh dokter spesialis
forensik merupakan keterangan ahli, sedangkan yang
dibuat oleh dokter selain spesialis forensik disebut
keterangan.

Syarat Pembuatan Visum et Repertum
Syarat yang menyangkut prosedur yang harus dipenuhi dalam
pembuatannya, yaitu:
•Permintaan visum et repertum haruslah secara tertulis (sesuai
dengan pasal 133 ayat 2 KUHAP)
•Pemeriksaan atas mayat dilakukan dengan cara bedah, jika ada
keberatan dari pihak keluarga korban, maka pihak polisi atau
pemeriksa memberikan penjelasan tentang pentingnya dilakukan
bedah mayat.
•Permintaan visum et repertum hanya dilakukan terhadap peristiwa
pidana yang baru terjadi, tidak dibenarkan permintaan atas
peristiwa yang telah lampau.
•Polisi wajib menyaksikan dan mengikuti jalannya pemeriksaan.
•Isi visum et repertum tidak bertentangan dengan ilmu kedokteran
yang telah teruji kebenarannya

Permintaan VeR menurut Ps.133 KUHAP
•WEWENANG PENYIDIK
•TERTULIS (RESMI)
•TERHADAP KORBAN, BUKAN TERSANGKA
•ADA DUGAAN AKIBAT PERISTIWA PIDANA
•BILA MAYAT :
–IDENTITAS PADA LABEL
–JENIS PEMERIKSAAN YANG DIMINTA
–DITUJUKAN KEPADA : AHLI KEDOKTERAN FORENSIK /
DOKTER DI RUMAH SAKIT
Pengantar Medikolegal, Budi Sampurna

Ketentuan Lain dalam VeR Korban Hidup
•SURAT PERMINTAAN VER DAPAT “TERLAMBAT” :
–KORBAN LUKA DIBAWA KE DOKTER (RS) DULU SEBELUM KE
POLISI
–SPV MENYEBUTKAN PERISTIWA PIDANA YANG DIMAKSUD
–VER = SURAT KETERANGAN, JADI DAPAT DIBUAT
BERDASARKAN REKAM MEDIS (RM telah menjadi barang
bukti sejak datang SPV)
–PEMBUATAN VER TANPA IJIN PASIEN, SEDANGKAN SKM
LAIN HARUS DENGAN IJIN.
–SEBAIKNYA DIANTAR PETUGAS AGAR DAPAT DIPASTIKAN
IDENTITAS KORBAN DAN STATUSNYA SEBAGAI “BARANG
BUKTI”
Pengantar Medikolegal, Budi Sampurna

VeR dan Rekam Medis
•Seorang pasien yang datang berobat ke RS dengan perlukaan
dan/atau keracunan, apalagi dengan anamnesis yang menunjukkan
adanya kemungkinan kaitan dengan suatu tindak pidana, pertama-
tama harus DIANGGAP sebagai kasus forensik, tanpa melihat ada
atau tidaknya Surat Permintaan VER dari polisi.
•Dokter yang menangani pasien ini harus melakukan pencatatan
anamnesis secara lengkap dan detil. Pemeriksaan fisik dilakukan
seperti biasa, akan tetapi pencatatan luka-lukanya dilakukan secara
lengkap dan mendetil.
•VER kasus forensik klinik dibuat berdasarkan rekam medis korban,
yang dibuat oleh dokter IGD, dokter yang merawat, SpF maupun
perawat. Suatu VER yang baik hanya dapat dihasilkan dari Rekam
Medis (RM) yang baik pula.
Cara Pencatatan Rekam Medis untuk Kasus Forensik Klinik,
Djaja Surya Atmadja

Rahasia VeR
–Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang
Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
–Penggunaan keterangan ahli, atau VeR hanya
untuk keperluan peradilan
–Berkas VeR hanya boleh diserahkan kepada
penyidik yang memintanya.
–Untuk mengetahui isi VeR, pihak lain harus melalui
aparat peradilan, termasuk keluarga korban

Sanksi Hukum Bila Menolak
Pembuatan VeR
PASAL 216 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau
permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh
pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;
demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna
menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah.
Pengantar Medikolegal, Budi Sampurna

Visum et
Repertum
Antemortem
Visum
sementara
Visum definitif
Visum lanjutan
Postmortem
Pemeriksaan
luar
Pemeriksaan
dalam (Otopsi)
Otopsi
anatomis
Otopsi klinis
Otopsi forensik

Jenis Visum et Repertum Korban Hidup
•Visum et repertum biasa/tetap. Visum et repertum ini
diberikan kepada pihak peminta (penyidik) untuk korban
yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.

•Visum et repertum sementara. Visum et
repertum sementara diberikan apabila korban memerlukan
perawatan lebih lanjut karena belum dapat membuat
diagnosis dan derajat lukanya. Apabila sembuh
dibuatkan visum et repertum lanjutan.

•Visum et repertum lanjutan. Dalam hal ini korban tidak
memerlukan perawatan lebih lanjut karena sudah sembuh,
pindah dirawat dokter lain, atau meninggal dunia.

Visum et repertum untuk orang mati (jenazah)
•Pada pembuatan visum et repertum ini, dalam
hal korban mati maka penyidik mengajukan
permintaan tertulis kepada pihak Kedokteran
Forensik untuk dilakukan bedah mayat
(outopsi).

Jenis VeR lainnya
•Visum et repertum Tempat Kejadian Perkara (TKP). Visum ini dibuat
setelah dokter selesai melaksanakan pemeriksaan di TKP.

•Visum et repertum penggalian jenazah. Visum ini dibuat setelah dokter
selesai melaksanakan penggalian jenazah.

•Visum et repertum psikiatri . Visum pada terdakwa yang pada saat
pemeriksaan di sidang pengadilan menunjukkan gejala-gejala penyakit
jiwa.

•Visum et repertum barang bukti. Misalnya visum terhadap barang bukti
yang ditemukan yang ada hubungannya dengan tindak pidana, contohnya
darah, bercak mani, selongsong peluru, pisau.

KEJAHATAN SUSILA

Kejahatan Susila
•Persetubuhan yang diancam di KUHP meliputi pemerkosaan,
persetubuhan dengan wanita tidak berdaya, persetubuhan dengan
wanita yang belum cukup umur.
•Dokter wajib membuktikan:
–Adanya persetubuhan (deflorasi hymen, laserasi vulva atau vagina,
sperma dalam vagina paling sering terdapat pada fornix posterior)
–Adanya tindak kekerasan (memberikan racun/obat/zat agar menjadi
tidak berdaya)
–Usia korban
–Menentukan pantas tidaknya korban untuk dikawin
–Adanya penyakit menular seksual, kehamilan, kelainan pskiatrik atau
kejiwaan
•Pada institusi yang memiliki dokter spesialis kandungan,
pemeriksaan untuk kasus kejahatan susila dilakukan oleh spesialis
tersebut, bila tidak ada dilakukan oleh dokter umum

Menentukan Ada Tidaknya Persetubuhan
•Persetubuhan adalah peristiwa di mana alat kelamin laki-laki masuk
ke dalam alat kelamin perempuan, sebagian atau seluruhnya.

•Tanda pasti persetubuhan adalah adanya sperma dalam vagina.

•Adanya robekan pada selaput dara bukanlah tanda pasti
persetubuhan, karena robekan pada selaput dara hanya
menunjukkan bahwa ada benda padat yang masuk ke dalam
kelamin perempuan.

•Pada pelaku yang aspermia, pemeriksaan ditujukan untuk
mendeteksi adanya air mani dalam vagina.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.

Menentukan Adanya Tanda Kekerasan
•Memeriksa apakah ada bekas luka
berdasarkan daerah yang terkena, berapa
perkiraan kekuatan kekerasan.

•Bila tidak ditemukan luka, ada kemungkinan
dilakukan pembiusan sebelum kejahatan
seksual. Maka perlu dicari adanya racun serta
gejala racun tersebut pada korban.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.

Memperkirakan Umur
•Dapat dilakukan dari pemeriksaan gigi geligi
atau pemeriksaan foto rontgen tulang.

•Perkiraan umur diperlukan untuk menentukan
apakah korban dan/atau pelaku sudah dewasa
(21 tahun ke atas).
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.

Menentukan Pantas Tidaknya Korban Untuk
Dikawin
•Pengertian pantas tidaknya untuk dikawin
dinilai dari apakah korban telah siap untuk
dibuahi yang dimanifestasikan dengan sudah
mengalami menstruasi.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Abdul Muniem Idries. 2011.

PEMERIKSAAN DALAM KASUS KEJAHATAN
SEKSUAL
PEMERIKSAAN SEMEN
Pemeriksaan
visual
Pada pakaian, bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih gelap
daripada sekitarnya. Dan Bercak yang sudah agak tua berwarna
kekuningan.

Perabaan dan
penciuman
Bercak mani teraba kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap,
bila tidak teraba kaku, masih dapat dikenali dari permukaan bercak yang
teraba kasar. Pada penciuman, bau air mani seperti klorin (pemutih) atau
bau ikan
Ultraviolet (UV)
Semen kering (bercak semen) berfluoresensi (bluish-white) putih
kebiruan di bawah iluminasi UV dan menunjukkan warna yang
sebelumnya tak nampak. Namun Pemeriksaan ini tidak spesifik,sebab
nanah, fluor albus, bahan makanan, urin, dan serbuk deterjen yang
tersisa pada pakaian sering berflouresensi juga.

PEMERIKSAAN KIMIAWI
Metode
Florence
Cairan vaginal atau bercak mani yang sudah dilarutkan,
ditetesi larutan yodium (larutan Florence) di atas objek glass
Hasil yang diharapkan: kristal-kristal kholin peryodida
tampak berbentuk jarum-jarum / rhomboid yang berwarna
coklat gelap
Metode
Berberio
Cairan vagina atau bercak semen yang sudah dilarutkan,
diteteskan pada objek glass, lalu ditambahkan asam pikrat
dan diamati di bawah mikroskop.
Hasil yang diharapkan: Kristal spermin pikrat akan terbentuk
rhomboik atau jarum yang berwarna kuning kehijauan.
Fosfatase
asam
Dapat dilakukan pada cairan vagina dan pada bercak semen
di pakaian.
Hasil yang diharapkan: warna ungu timbul dalam waktu
kurang dari 30 detik, berarti asam fosfatase berasal dari
prostat.
Metode
PAN
Bercak pada pakaian diekstraksi dengan cara menempelkan
kertas saring Whatman no.2 yang dibasahi dengan
aquadest, selama 10 menit.
Hasil positif menunjukkan warna merah jambu.

PEMERIKSAAN CAIRAN MANI
Sampel :
1. Forniks posterior vagina
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence

2. Bercak pada pakaian
Pemeriksaan Taktil, Visual, Sinar UV,
Fosfatase asam, PAN, Berberio, Florence

Pemeriksaan Sperma
•Pemeriksaan Sperma tanpa pewarnaan
–Tujuan: Untuk melihat motilitas spermatozoa.
Pemeriksaan ini paling bermakna untuk
memperkirakan saat terjadinya persetubuhan.
–Sperma didalam liang vagina masih dapat
bergerak dalam waktu 4 – 5 jam post-coitus;
sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak
sampai sekitar 24-36 jam post coital dan bila
wanitanya mati masih akan dapat ditemukan 7-8
hari.

Pemeriksaan Sperma
•Pemeriksaan dengan pewarnaan
–Bila sediaan dari cairan vagina, dapat diperiksa
dengan Pulas dengan pewarnaan gram, giemsa
atau methylene blue atau dengan pengecatan
Malachite-green.
–Bila berasal dari bercak semen (misalnya dari
pakaian), diperiksa dengan pemeriksaan Baechii.
Hasil: spermatozoa dengan kepala berwarna
merah dan ekor berwarna biru muda terlihat
banyak menempel pada serabut benang

Pewarnaan Malachite Green
•Keuntungan dengan pulasan ini
adalah inti sel epitel dan leukosit
tidak terdiferensiasi, sel epitel
berwarna merah muda merata dan
leukosit tidak terwarnai. Kepala
spermatozoa tampak berwarna
ungu, bagian hidung merah muda.

•Dikatakan positif, apabila
ditemukan sperma paling sedikit
satu sperma yang utuh.

Pewarnaan Baechii
•Reagen dapat dibuat dari : Acid
fuchsin 1 % (1 ml), Methylene
blue 1 % (1 ml), Asam klorida 1
% (40 ml).

•Hasil : Serabut pakaian tidak
berwarna, spermatozoa dengan
kepala berwarna merah dan ekor
berwarna biru muda terlihat
banyak menempel pada serabut
benang.

OTOPSI

JENIS OTOPSI
J E N I S
O T O P S I
D E S K R I P S I
OTOPSI KLINIS
•Pada kematian wajar, dilakukan untuk mengetahui sebab kematian dan
perjalanan penyakit
•Tidak harus menyeluruh
•Harus ada persetujuan keluarga
•Contoh: pada kasus orangtua meninggal mendadak saat tidur
OTOPSI
FORENSIK
•Pada kecurigaan keamtian tidak wajar
•Dilakukan menyeluruh
•Tidak perlu persetujuan keluarga, yang perlu adalah keluarga
diberitahukan (KUHAP 133 dan 134)
•Bila keluarga menolak, polisi tunggu 2 x 24 jam dengan maksud untuk
pendekatan kepada keluarga. Bila setelah 2 x 24 jam keluarga menolak
maka otopsi telah dikerjakan.
OTOPSI
ANATOMI
•Untuk kepentingan pendidikan
•Mayat yang diautopsi biasanya dari gelandangan, tapi tidak dapat
langsung diotopsi, tetapi harus menunggu selama satu tahun. Sementara
menunggu, mayat diawetkan dalam lemari pendingin atau difiksasi. Bila
dalam 1 tahun tidak ada keluarganya maka dilakukan otopsi anatomi.

TANATOLOGI

TANATOLOGI
Thanatologi adalah topik dalam ilmu kedokteran forensik yang mempelajari
hal mati serta perubahan yang terjadi pada tubuh setelah seseorang mati

Tanda Kematian tidak pasti :
1.Pernafasan berhenti lebih dari 10 menit
2.Sirkulasi berhenti lebih dari 15 menit
3.Kulit pucat
4.Tonus otot menghilang dan relaksasi
5.Pembuluh darah retina mengalami segmentasi
6.Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan menggunakan air

Tanda Kematian Pasti
1.Lebam Mayat (Livor mortis)
2.Kaku Mayat (Rigor mortis)
3.Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
4.Pembusukan (decomposition)
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.

DECOMPOSITION:
Affecting Factors
EXTERNAL:
•germs
•temperature
•air
•water
•medium

INTERNAL:
age
condition
cause
sex

EXAMINATIONS OF:
•corpse;
•witnesses;
•location
Determining time of death

in
somatic
death
gluc
anaerobic
metab
lactic + E
other cycle
metab
ADP ATP
primary relaxation
Accumulation
ADP & lactic
RIGIDITY/RIGOR MORTIS
in
celullar
death
decomposition
secondary
relaxation
no gluc
no metab
in a living person
O
2
aerobic metab
gluc lactic + E
ATP ADP
relaxation
E
contraction
other
cycles

TANATOLOGI FORENSIK
•Livor mortis atau lebam mayat
–terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah
kematian akibat berentinya sirkulasi dan adanya
gravitasi bumi .
–Eritrosit akan menempati bagian terbawah badan
dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan.
–Muncul pada menit ke-30 sampai dengan 2 jam.
Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap
8-12 jam.

Rigor mortis atau kaku mayat
•terjadi akibat hilangnya ATP.
•Rigor mortis akan mulai muncul 2 jam postmortem semakin
bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam
postmortem.
•Kemudian dipertahankan selama 12 jam, setelah itu akan
berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya.
•Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah
adalah suhu tubuh, volume otot dan suhu lingkungan.
•Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah.
•Rigor mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi
dan antefleksi pada seluruh persendian tubuh.

Penurunan suhu badan
•Pada saat sesudah mati, terjadi proses pemindahan
panas dari badan ke benda-benda di sekitar yang lebih
dingin secara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
•dipengaruhi oleh suhu lingkungan, konstitusi tubuh dan
pakaian.
•Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan
pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih
cepat.
•Lama kelamaan suhu tubuh akan sama dengan suhu
lingkungan.

Pembusukan mayat (dekomposisi)
•Terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja
bakteri.
•Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai
dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau
busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lain-lain.
•RUMUS CASPER untuk perbedaan kecepatan pembusukan udara:
air: tanah = 8:2:1
•Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah
terutama bila dikubur ditempat yang dalam, terlindung dari
predators seperti binatang dan insekta, dan rendahnya oksigen
menghambat berkembang biaknya organisme aerobik.

0
20
mnt
30
mnt
2
jam
6
jam
8
jam
12
jam
36
jam
Livor mortis
mulai muncul
Livor mortis lengkap
dan menetap
Rigor mortis
mulai muncul
Rigor mortis
lengkap (8-10
jam)
24
jam
Pembusuk
an mulai
tampak di
caecum
Pembus
ukan
tampak
di
seluruh
tubuh
Budiyanto A dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Indonesia.
Thanatologi

CADAVERIC SPASM
•Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu keadaan dimana
terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh
otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi
primer.

•Berhubungan dengan kehabisan cadangan glikogen dan ATO yang bersifat
setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat
sesaat sebelum meninggal

•Dapat terjadi pada semua otot di tubuh akan tetapi biasanya pada grup –
grup otot tertentu, misalnya otot lengan atas.

•Kepentingan medikolegal adalah menunjukan sikap terakhir masa
hidupnya, misalnya tangan menggenggam erat benda yang diraihnya pada
kasus tenggelam ; terjadi sesaat setelah kematian, sebelum onset normal
dari rigor mortis.

Cadaveric Spasme atau Rigor Mortis?
•Bedakan rigor mortis dengan cadaveric
spasme.
–Rigor mortis baru terjadi pada 2-4 jam pertama,
terjadi secara komplit pada 6-12 jam paska
kematian,dan terutama terlihat jelas pada otot –
otot kecil.
–Cadavaric spasme segera setelah terjadi kematian
somatis. Dapat terjadi pada semua otot di tubuh
akan tetapi biasanya pada grup – grup otot
tertentu.

Bedanya dengan stiffening
•Heat stiffening : kekakuan otot akibat koagulasi protein
oleh panas. Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tetapi
rapuh (mudah robek)
–dapat dijumpai pada korban mati terbakar
–pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek
sehingga menimbulkan flexi leher, siku, paha, dan lutut,
membentuk sikap petinju (pugilistic attitude)

•Cold stiffening : kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin,
sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan
sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot,
sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya
es dalam rongga sendi.

SEBAB-MEKANISME-CARA
KEMATIAN

SEBAB-MEKANISME-CARA KEMATIAN
•Untuk dapat menentukan sebab kematian,
secara mutlak harus dilakukan otopsi.

•Sedangkan perkiraan sebab kematian dapat
diteliti dari kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan luar.

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011

Sebab Kematian
•Sebab kematian lebih ditekankan pada alat atau
sarana yang dipakai untuk mematikan korban.
–Contoh: karena tenggelam, karena terbakar, karena
tusukan benda tajam, karena pencekikan, karena
kekerasan benda tumpul.

•Sebab kematian banyak membantu penyidik dalam
melaksanakan tugas, misalnya untuk mencari dan
menyita benda yang diperkirakan dipakai sebagai alat
pembunuh, sehingga sebab kematian seperti mati
lemas tidak tepat.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011

Mekanisme Kematian
•Mekanisme kematian menunjukkan bagaimana
korban itu mati setelah umpamanya tertembak atau
tenggelam.
–Contoh: karena perdarahan, karena refleks vagal, karena
hancurnya jaringan otak

•Mekanisme lebih bersifat teoritis dan tidak selalu
dapat diketahui pasti
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011

Cara Kematian
•Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal 3 cara
kematian, yaitu:
1.Wajar: kematian korban karena penyakit, bukan
karena kekerasan atau rudapaksa.
2.Tidak wajar, yang dibagi menjadi kecelakaan, bunuh
diri, dan pembunuhan.
3.Tidak dapat ditentukan, yang disebabkan karena
keadaan mayat telah sedemikian rusak atau busuk
sehingga luka atau penyakit tidak dapat ditemukan
lagi.
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan, A. Munim Idris, 2011

ASFIKSIA
•Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan
berupa berkurangnya kadar oksigen (O
2) dan
berlebihnya kadar karbon dioksida (CO
2)
secara bersamaan dalam darah dan jaringan
tubuh akibat gangguan pertukaran antara
oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru
dengan karbon dioksida dalam darah kapiler
paru-paru.

Pemeriksaan Luar Post Mortem
•Luka dan ujung-ujung ekstremitas sianotik (warna biru keunguan)
yang disebabkan tubuh mayat lebih membutuhkan HbCO
2 daripada
HbO
2.

•Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra. Tardieu’s spot
merupakan bintik-bintik perdarahan (petekie) akibat pelebaran
kapiler darah setempat.

•Lebam mayat cepat timbul, luas, dan lebih gelap karena
terhambatnya pembekuan darah dan meningkatnya
fragilitas/permeabilitas kapiler. Hal ini akibat meningkatnya kadar
CO
2 sehingga darah dalam keadaan lebih cair. Lebam mayat lebih
gelap karena meningkatnya kadar HbCO
2..

•Busa halus keluar dari hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan
adanya fenomena kocokan pada pernapasan kuat.

Pemeriksaan Dalam Post Mortem
•Organ dalam tubuh lebih gelap & lebih berat dan ejakulasi
pada mayat laki-laki akibat kongesti / bendungan alat
tubuh & sianotik.
•Darah termasuk dalam jantung berwarna gelap dan lebih
cair.
•Tardieu’s spot pada pielum ginjal, pleura, perikard, galea
apponeurotika, laring, kelenjar timus dan kelenjar tiroid.
•Busa halus di saluran pernapasan.
•Edema paru.
•Kelainan lain yang berhubungan dengan kekerasan seperti
fraktur laring, fraktur tulang lidah dan resapan darah pada
luka.

ASFIKSIA MEKANIK

ASFIKSIA MEKANIK
•Penutupan lubang saluran pernafasan bagian atas:
–Pembekapan (smothering)
–Penyumbatan/ penyumpalan (gagging , choking)
•Penekanan dinding saluran pernafasan:
–Penjeratan (strangulation)
–Pencekikan (manual strangulation)
–Gantung (hanging)
•External pressure of the chest yaitu penekanan dinding
dada dari luar.
•Drowning (tenggelam) yaitu saluran napas terisi air.
•Inhalation of suffocating gases.

Penyumbatan/ Penyumpalan
(Gagging, Choking)
•Asfiksia mekanik yang terjadi akibat tertutupnya rongga
mulut oleh benda asing, misalnya sapu tangan, tissue,
makanan, dan sebagainya.

•Pemeriksaan luar yang ditemukan pada kasus
penyumpalan:
–Pemeriksaan luar menunjukkan hipoksia akibat asfiksia secara
umum.
–Memar atau lecet pada bagian tubuh akibat perkelahian dengan
pelaku dapat ditemukan
–Luka memar atau robek di rongga mulut dapat ditemukan
–Lengan atau tungkai kadang ditemukan dalam keadaan terikat

Penjeratan
JENIS PENJERATAN:
•Manual Strangulation :dilakukan dengan tangan dan
tangan tidak perlu melingkari leher korban.

•Palmar Strangulation :dilakukan dengan kedua tangan
,dimana tangan kanan pelaku ditekan horizontal pada
mulut korban dibantu tangan kiri yang menekan vertikal
sehingga telapak tangan kiri menekan leher korban bagian
depannya.

•Garroting atau penjeratan dengan alat: dilakukan dengan
menyerang korban dari belakang dan menjeratnya dengan
alat perjerat.

Ciri Penjeratan Dengan Alat
•Alat penjerat yang biasanya dibawa oleh pelaku seperti tali, kawat, dll.
Sedang, alat yang biasa dibawa korban seperti selendang, dasi, stocking
atau kain lainnya.
•Jumlah lilitan satu dengan simpul mati.
•Alat penjerat berjalan mendatar, luka lecet umumnya melingkari leher
secara keseluruhan.
•Dapat ditemukan luka bulan sabit, yang disebabkan oleh kuku (baik kuku
penjerat atau kuku korban)
•Patah tulang lidah (os. hyoid) tidak lazim kecuali didahului dengan
pencekikan.
•Bila mekanisme kematiannya asfiksia, akan ditemukan kelainan mayat
akibat mati lemas (lebam mayat yg lebih gelap dan luas, sianosis, bintik
pendarahan di mata, busa halus putih keluar dari mulut, darah tetap cair ,
dan sembabnya organ dalam tubuh)
•Bila mekanisme kematiannya refleks vagal, maka kelainan yang ditemukan
terbatas pada alat penjerat dengan luka lecet tekan akibat alat penjerat.

Ciri Penjeratan Dengan Tangan
(Pencekikan)
•Manual Strangulation biasa dilakukan bila korbanya lebih lemah dari
si pelaku, seperti orang tua, anak-anak, wanita gemuk.
•Adanya luka lecet pada bahu si pelaku berbentuk bulan sabit yang
disebabkan oleh kuku si pelaku.
•Patahnya tulang lidah disertai dengan resapan darah di jaringan
ikat dan otot sekitarnya.
•Sembabnya kutub pangkal tenggorokan (epiglotis) dan jaringan
longgar di sekitarnya dengan bintik-bintik pendarahan.
•Jika mekanisme kematiannya oleh asfiksia maka akan dijumpai
tanda-tanda asfiksia
•Jika mekanisme kematiannya inhibisi vagal, kelainan terbatas pada
bagian leher disertai tanda-tanda asfiksia.
•Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pencekikan sekitar 30
detik-beberapa menit.

Pembekapan
•Obstruksi mekanik aliran udara dari
lingkungan sekitar ke dalam mulut dan atau
rongga hidung, yang menghambat pemasukan
udara ke paru-paru, dengan cara menutup
mulut dan hidung. Penutupan lubang hidung
dan mulut bisa menggunakan tangan, bantal,
atau kantong plastik.

Pemeriksaan Forensik pada Kasus
Pembekapan
•Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan adalah luka lecet jenis tekan
atau geser, jejas bekas jari/kuku di sekitar wajah, dagu, pinggir rahang,
hidung, lidah dan gusi, yang mungkin terjadi akibat korban melawan.

•Luka memar atau lecet dapat ditemukan pada bagian/permukaan dalam
bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan gigi, gusi dan lidah. Ujung
lidah juga dapat mengalami memar atau cedera.

•Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, misal dengan bantal,
maka pada pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak ditemukan
tandatanda kekerasan.

•Ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan luar maupun pada
pembedahan jenazah. Perlu pula dilakukan pemeriksaan kerokan bawah
kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.

PENGGANTUNGAN (HANGING)
•Penggantungan (Hanging) adalah suatu keadaan
dimana terjadi konstriksi dari leher oleh alat penjerat
yang ditimbulkan oleh berat badan seluruh atau
sebagian.

•Alat penjerat sifatnya pasif, sedangkan berat badan
sifatnya aktif sehingga terjadi konstriksi pada
leher.

Umumnya penggantungan melibatkan tali, tapi
hal ini tidaklah perlu. Penggantungan yang terjadi
akibat kecelakaan bisa saja tidak terdapat tali.

Tipe Penggantungan
•Suicidal hanging (gantung diri)
–Paling banyak ditemui
–Korban bunuh diri
•Accidental hanging
–Lebih banyak ditemukan pada anak-anak utamanya pada umur antara 6-12 tahun.
Tidak ditemukan alasan untuk bunuh diri karena pada usia itu belum ada tilikan
dari anak untuk bunuh diri. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengawasan dari orang
tua.
–Pada orang dewasa, bisa terjadi akibat pelampiasan nafsu seksual yang
menyimpang.
•Homicidal hanging
–Pembunuhan yang dilakukan dengan metode menggantung korban.
–Biasanya dilakukan bila korbannya anak-anak atau orang dewasa yang kondisinya
lemah baik oleh karena penyakit atau dibawah pengaruh obat, alcohol, atau korban
sedang tidur.

PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM VS POSTMORTEM
NO PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM PENGGANTUNGAN POSTMORTEM
1
Tanda-tanda penggantungan ante-mortem
bervariasi. Tergantung dari cara kematian
korban
Tanda-tanda post-mortem menunjukkan kematian
yang bukan disebabkan penggantungan
2
Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran
terputus (non-continuous) dan letaknya pada
leher bagian atas
Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk lingkaran utuh
(continuous), agak sirkuler dan letaknya pada bagian
leher tidak begitu tinggi
3
Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada
sisi leher
Simpul tali biasanya lebih dari satu, diikatkan dengan
kuat dan diletakkan pada bagian depan leher
4
Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi dari
jejas penjeratan. Lebam mayat tampak di atas
jejas jerat dan pada tungkai bawah
Ekimosis pada salah satu sisi jejas penjeratan tidak
ada atau tidak jelas. Lebam mayat terdapat pada
bagian tubuh yang menggantung sesuai dengan posisi
mayat setelah meninggal
5
Pada kulit di tempat jejas penjeratan teraba
seperti perabaan kertas perkamen, yaitu
tanda parchmentisasi
Tanda parchmentisasi tidak ada atau tidak begitu jelas

PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM VS POSTMORTEM
NO PENGGANTUNGAN ANTEMORTEM PENGGANTUNGAN POSTMORTEM
6
Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan lain-
lain sangat jelas terlihat terutama jika
kematian karena asfiksia
Sianosis pada bagian wajah, bibir, telinga dan lain-lain
tergantung dari penyebab kematian
7
Wajah membengkak dan mata mengalami
kongesti dan agak menonjol, disertai dengan
gambaran pembuluh dara vena yang jelas
pada bagian dahi
Tanda-tanda pada wajah dan mata tidak terdapat,
kecuali jika penyebab kematian adalah pencekikan
(strangulasi) atau sufokasi
8 Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali
Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus kematian
akibat pencekikan
9
Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya
cairan sperma sering terjadi pada korban pria.
Demikian juga sering ditemukan keluarnya
feses
Penis. Ereksi penis dan cairan sperma tidak
ada.Pengeluaran feses juga tidak ada
10
Air liur. Ditemukan menetes dari sudut mulut,
dengan arah yang vertikal menuju dada. Hal
ini merupakan pertanda pasti penggantungan
ante-mortem
Air liur tidak ditemukan yang menetes pad kasus
selain kasus penggantungan.

GANTUNG DIRI VS PEMBUNUHAN
NO PENGGANTUNGAN PADA BUNUH DIRI PENGGANTUNGAN PADA PEMBUNUHAN
1
Usia. Gantung diri lebih sering terjadi pada
remaja dan orang dewasa. Anak-anak di bawah
usia 10 tahun atau orang dewasa di atas usia 50
tahun jarang melakukan gantung diri
Tidak mengenal batas usia, karena tindakan
pembunuhan dilakukan oleh musuh atau lawan dari
korban dan tidak bergantung pada usia
2
Tanda jejas jeratan, bentuknya miring, berupa
lingkaran terputus (non-continuous) dan
terletak pada bagian atas leher
Tanda jejas jeratan, berupa lingkaran tidak terputus,
mendatar, dan letaknya di bagian tengah leher,
karena usaha pelaku pembunuhan untuk membuat
simpul tali
3
Simpul tali, biasanya hanya satu simpul yang
letaknya pada bagian samping leher
Simpul tali biasanya lebih dari satu pada bagian
depan leher dan simpul tali tersebut terikat kuat
4
Riwayat korban. Biasanya korban mempunyai
riwayat untuk mencoba bunuh diri dengan cara
lain
Sebelumnya korban tidak mempunyai riwayat untuk
bunuh diri
5
Cedera. Luka-luka pada tubuh korban yang bisa
menyebabkan kematian mendadak tidak
ditemukan pada kasus bunuh diri
Cedera berupa luka-luka pada tubuh korban
biasanya mengarah kepada pembunuhan

GANTUNG DIRI VS PEMBUNUHAN
NO PENGGANTUNGAN PADA BUNUH DIRI PENGGANTUNGAN PADA PEMBUNUHAN
6
Racun. Adanya racun dalam lambung korban,
misalnya arsen, sublimat korosif, dll tidak
bertentangan dengan kasus gantung diri. Rasa
nyeri yang disebabkan racun tersebut mungkin
mendorong korban untuk gantung diri
Terdapatnya racun berupa asam opium hidrosianat atau kalium
sianida tidak sesuai pada kasus pembunuhan, karena untuk hal ini
perlu waktu dan kemauan dari korban itu sendiri. Dengan demikian
maka kasus penggantungan tersebut adalah karena bunuh diri
7
Tangan tidak dalam keadaan terikat, karena sulit
untuk gantung diri dalam keadaan tangan terikat
Tangan yang dalam keadaan terikat mengarahkan dugaan pada
kasus pembunuhan
8
Kemudahan. Pada kasus bunuhdiri, biasanya
tergantung pada tempat yang mudah dicapai
oleh korban atau di sekitarnya ditemukan alat
yang digunakan untuk mencapai tempat
tersebut
Pada kasus pembunuhan, mayat ditemukan tergantung pada
tempat yang sulit dicapai oleh korban dan alat yang digunakan
untuk mencapai tempat tersebut tidak ditemukan
9
Tempat kejadian. Jika kejadian berlangsung di
dalam kamar, dimana pintu, jendela ditemukan
dalam keadaan tertutup dan terkunci dari
dalam, maka kasusnya pasti merupakan bunuh
diri
Tempat kejadian. Bila sebaliknya pada ruangan ditemukan terkunci
dari luar, maka penggantungan adalah kasus pembunuhan
10
Tanda-tanda perlawanan, tidak ditemukan pada
kasus gantung diri
Tanda-tanda perlawanan hampir selalu ada kecuali jika korban
sedang tidur, tidak sadar atau masih anak-anak.

Penggantungan vs Penjeratan
•Dari pemeriksaan forensik, kasus
penggantungan dan penjeratan memiliki
tanda yang serupa.

•Yang membedakan penggantungan dan
penjeratan adalah tenaga yang dipakai pelaku
jauh lebih besar pada tindakan penjeratan,
sehingga korban meninggal lebih cepat.

TENGGELAM

TIPE TENGGELAM
•Tipe Kering (Dry drowning):
–akibat dari reflek vagal yang dapat menyebabkan henti jantung
atau akibat dari spasme laring karena masuknya air secara tiba-
tiba kedalam hidung dan traktus respiratorius bagian atas.
–Banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa yang banyak
dibawah pengaruh obat-obatan (Hipnotik sedatif) atau alkohol
 tidak adausaha penyelamatan diri saat tenggelam.

•Tipe Basah (Wet drowning)
–terjadi aspirasi cairan
–Aspirasi air sampai paru menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah paru. Air bergerak dengan cepat ke membran kapiler
alveoli. Surfaktan menjadi rusak sehingga menyebabkan
instabilitas alveoli, ateletaksis dan menurunnya kemampuan
paru untuk mengembang.

Tipe Tenggelam
•Secondary drowning/near drowning
–Korban masih hidup atau masih bisa diselamatkan
saat hampir tenggelam. Namun setelah dilakukan
resusitasi selama beberapa jam, akhirnya korban
meninggal.

•Immersion syndrome
–Korban meninggal tiba-tiba saat tenggelam pada air
yang sangat dingin
–Akibat refleks vagal

Berdasarkan Lokasi Tenggelam
AIR TAWAR
•Air dengan cepat diserap
dalam jumlah besar
hemodilusi 
hipervolemia dan
hemolisis massif dari sel-
sel darah merah 
kalium intrasel akan
dilepas  hiperkalemia
 fibrilasi ventrikel dan
anoksia yang hebat pada
miokardium.
AIR LAUT
•Pertukaran elektrolit dari
air asin ke darah 
natrium plasma
meningkat  air akan
ditarik dari sirkulasi 
hipovolemia dan
hemokonsentrasi 
hipoksia dan anoksia

Tanda Tenggelam
Tanda korban masih hidup saat tenggelam:
•Ditemukannya tanda cadaveric spasme
•Perdarahan pada liang telinga
•Adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang
air) pada saluran pernapasan dan pencernaan
•Adanya bercak paltouf di permukaan paru
•Berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri berbeda
•Ditemukan diatome
•Adanya tanda asfiksia
•Ditemukannya mushroom-like mass

5 Tanda Pasti Tenggelam
•Terdapat tanda asfiksia
•Diatome pada pemeriksaan getah paru
•Bercak paltouf di permukaan paru
•Berat jenis darah yang berbeda antara jantung
kiri dan kanan
•Mushroom-like mass

Pemeriksaan Luar Korban Tenggelam
•Mayat dalam keadaan basah berlumuran pasir dan benda-benda
asing lainnya yang terdapat di dalam air laut dan kadang-kadang
bercampur lumpur.

•Busa halus putih yang berbentuk jamur (mush room-like mass).
–Masuknya cairan kedalam saluran pernafasan merangsang terbentuknya
mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-
paru dan terkocok oleh karena adanya upaya pernafasan yang hebat. Busa
dapat meluas sampai trakea, bronkus utama dan alveoli.

•Cutis anserina pada ekstremitas akibat kontraksi otot erector pilli
yang dapat terjadi karena rangsangan dinginnya air.

Pemeriksaan Luar Korban Tenggelam
•Washer woman hand. Telapak tangan dan kaki berwarna
keputihan dan berkeriput yang disebabkan karena inhibisi
cairan ke dalam cutis dan biasanya membutuhkan waktu yang
lama.
•Cadaveric spasme. Merupakan tanda vital yang terjadi pada
waktu korban berusaha menyelamatkan diri., dengan cara
memegang apa saja yang terdapat dalam air.
•Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air.
•Penurunan suhu mayat
•Lebam mayat terutama pada kepala dan leher

Pemeriksaan Dalam Korban Tenggelam
•Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem pernapasan, busa halus putih
dapat mengisi trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat ditemukan,
demikian pula halnya dengan benda-benda asing yang ikut terinhalasi bersama
benda air.
•Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara makroskopis misalnya pasir,
lumpur, binatang air, tumbuhan air dan lain sebagainya; sedangkan yang tampak
secara mikroskopis diantaranya telur cacing dan diatome (ganggang kersik).
•Pleura dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan.
Perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum
interalveoli, atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.
•Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi
inter alveolar, dan sering terlihat di bawah pleura; bercak ini disebut sebagai
bercak ”Paltauf”.
–Bercak berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian bawah paru-paru,
yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-paru.

Pemeriksaan Dalam Korban Tenggelam
•Kongesti pada laring
•Emphysema aquosum atau emphysema
hyroaerique yaitu paru-paru tampak pucat
dengan diselingi bercak-bercak merah di antara
daerah yang berwarna kelabu;
•Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan
menyebabkan distensi jantung kanan dan
pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi
darah yang merah gelap dan cair, tidak ada
bekuan.

PEMERIKSAAN KHUSUS
PADA KASUS TENGGELAM
•Terdapat pemeriksaan khusus pada kasus mati
tenggelam (drowning), yaitu :
–Percobaan getah paru (lonset proef)
–Pemeriksaan diatome (destruction test)
–Pemeriksaan kimia darah (gettler test & Durlacher
test).

Tes getah paru (lonset proef)
•Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef)
yaitu mencari benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan,
telur cacing) dalam getah paru-paru mayat.
•Syarat melakukannya adalah paru-paru mayat
harus segar / belum membusuk.
•Cara melakukan percobaan getah paru (lonsef proef)
yaitu permukaan paru-paru dikerok (2-3 kali) dengan
menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris
permukaan paru-paru. Kemudian teteskan diatas objek
gelas. Syarat sediaan harus sedikit mengandung
eritrosit.

Tes Diatom
TES DIATOM
•Diatom adalah alga atau ganggang
bersel satu dengan dinding terdiri
dari silikat (SiO
2) yang tahan panas
dan asam kuat.

•Bila seseorang mati karena
tenggelam maka cairan bersama
diatome akan masuk ke dalam
saluran pernafasan atau pencernaan
kemudian diatome akan masuk
kedalam aliran darah melalui
kerusakan dinding kapiler pada waktu
korban masih hidup dan tersebar
keseluruh jaringan.

4 CARA PEMERIKSAAN DIATOM:
•Pemeriksaan mikroskopik langsung.
Pemeriksaan permukaan paru disiram
dengan air bersih iris bagian perifer
ambil sedikit cairan perasan dari
jaringan perifer paru, taruh pada
gelas objek tutup dengan kaca
penutup. Lihat dengan mikroskop.

•Pemeriksaan mikroskopik jaringan
dengan metode Weinig dan Pfanz.

•Chemical digestion. Jaringan
dihancurkan dengan menggunakan
asam kuat sehingga diharapkan
diatom dapat terpisah dari jaringan
tersebut.

•Inseneration. Bahan organik
dihancurkan dengan pemanasan
dalam oven.

Tes Kimia Darah
TEST KIMIA DARAH
•Mengetahui ada tidaknya
hemodilusi atau
hemokonsentrasi pada
masing-masing sisi dari
jantung, dengan cara
memeriksa gaya berat spesifik
dari kadar elektrolit antara lain
kadar sodium atau clorida dari
serum masing-masing sisi.

•Dianggap reliable jika
dilakukan dalam waktu 24 jam
setelah kematian
•Test Gettler: Menunjukan
adanya perbedaan kadar
klorida dari darah yang diambil
dari jantung kanan dan
jantung kiri. Pada korban
tenggelam di air laut kadar
klorida darah pada jantung kiri
lebih tinggi dari jantung kanan.

•Tes Durlacher: Penentuan
perbedaan berat plasma
jantung kanan dan kiri. Pada
semua kasus tenggelam berat
jenis plasma jantung kiri lebih
tinggi daripada jantung kanan .

INHALATION OF SUFFOCATING
GASSES

Inhalation of suffocating gasses
•Ada 3 cara kematian pada korban kasus
inhalation of suffocating gasses, yaitu menghisap
gas :
1. CO
2. CO2
3. H2S

•Gas CO banyak pada kebakaran hebat. Gas CO2
banyak pada sumur tua dan gudang bawah tanah.
Gas H2S pada tempat penyamakan kulit.

Perbedaan Keracunan CO dan
Keracunan CO2
•Perbedaan terutama terlihat pada warna
darah korban.
–Pada keracunan CO, darah berwarna merah bata
(cherry red)
–Pada keracunan CO2, darah berwarna merah
gelap.

Keracunan CO
•Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya
berdasarkan anamnesis adanya kontak dan ditemukannya
gejala keracunan CO.
•Pada jenazah, dapat ditemukan warna lebam mayat yang
berupa Cherry Red pada kulit, otot, darah dan organ-organ
interna, yang tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30%
atau lebih. Akan tetapi pada orang yang anemik atau
mempunyai kelainan darah warna cherry red ini menjadi
sulit dikenali.
•Pemeriksaan Laboratorium:
–Uji Kualitatif, menggunakan 2 cara: uji dilusi alkali dan uji
formalin
–Uji Kuantitatif menggunakan cara Gettler-Freimuth

KERACUNAN SIANIDA

Keracunan CN
•Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan
tanda patognomonik untuk keracunan CN, dengan cara menekan dada
mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan hidung.
•Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari
mulut, dan lebam jenazah berwarna merah terang, karena darah kaya
akan oksi hemoglobin (karena jaringan dicegah dari penggunaan oksigen)
dan ditemukannya cyanmethemoglobin.
•Pemeriksaan selanjutnya biasanya tidak memberikan gambaran yang khas.
•Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan
pada mukosa lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan
karena terbentuk hematin alkali dan pada perabaan mukosa licin seperti
sabun.
•Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi
antemortal dan postmortal.

PEMERIKSAAN PADA KASUS
KERACUNAN SIANIDA
•Pemeriksaan luar: korban mati tercium amandel dengan
menekan dada mayat sehingga akan keluar gas dari mulut dan
hidung. Sianosis pada wajah & bibir, busa keluar dari mulut, &
lebam mayat berwarna merah terang, karena darah vena kaya
akan oksi-Hb.

•Pemeriksaan bedah jenasah: dapat tercium bau amandel saat
membuka ronga dada, perut & otak serta lambung (bila racun
melalui mulut). Darah, otot & penampang organ tubuh dapat
berwarna merah terang. Selanjutnya hanya ditemukan tanda
asfiksia pada organ tubuh.

Pemeriksaan Laboratorium Kasus
Keracunan Sianida
•Uji kertas saring menggunakan asam pikrat jenuh: Kertas tersebut
dicelupkan kedalam darah korban, bila positif berubah menjadi
warna merah terang (sianmethemoglobin).

•Reaksi Schonbein-Pagenstecher (reaksi Guajacol): Pada reaksi ini
bila hasilnya positif akan membentuk warna biru hijau pada kerta
saring. Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapat bila isi
lambung mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon sehingga
reaksi ini hanya untuk skrining.

•Reaksi Prussian Blue: hasil positif menunjukkan endapan larut dan
terbetuk warna biru berlin.

•Cara Gettler Goldbaum: hasil positif ditunjukkan oleh perubahan
warna kertas saring menjadi biru.

INFANTICIDE

Pembunuhan Anak Sendiri
•Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak
berapa lama setelah dilahirkan, karena takut
ketahuan bahwa ia melahirkan anak (Pasal 341).
•Dokter yang memeriksa mayat bayi, harus
mencantumkan hal – hal berikut
–Apakah lahir mati atau hidup Uji apung paru
–Berapakah umur bayi tersebut (intra dan
ekstrauterine)
–Apakah bayi tersebut sudah dirawat
–Apakah penyebab kematiannya

Pembunuhan Anak Sendiri
•Patokan korban baru dilahirkan berdasarkan tidak adanya
tanda-tanda perawatan:
–Masih berlumuran darah
–Tali pusat belum dirawat
–Adanya lemak bayi yang jelas
–Belum diberi pakaian
•Tanda lahir hidup:
–Makroskopis: dada tampak mengembang, diafragma sudah turun
sampai sela ida 4-5. Paru berwarna warna merah muda tidak merata
dengan gambaran mozaik, konsistensi spons, teraba derik udara, akan
mengapung pada tes apung paru.
–Mikroskopis paru: adanya pengembangan kantung alveoli.

PEMERIKSAAN MAYAT BAYI
Hal yang perlu diperiksa adalah:
•Berapa umur bayi dalam kandungan, apakah sudah cukup
bulan untuk dilahirkan? (Untuk membedakan kasus abortus
dengan kasus pembunuhan anak)

•Apakah bayi lahir hidup atau sudah mati saat dilahirkan?
(Untuk membedakan kasus stillbirth dengan bayi lahir hidup)

•Apakah ada tanda perawatan bayi? (Untuk membedakan
kasus infantisida atau pembunuhan)

•Apakah penyebab kematian bayi?

Infantisida (Pembunuhan Anak
Sendiri)
•Infanticide atau pembunuhan anak sendiri adalah
pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
dengan atau tanpa bantuan orang lain terhadap
bayinya pada saat dilahirkan atau beberapa saat
sesudah dilahirkan, oleh karena takut diketahui
orang lain bahwa ia telah melahirkan anak.

•Pasal berkaitan infantisida: pasal 341-343 KUHP.

Pemeriksaan dalam kasus Infantisida
•Hal-hal yang harus ditentukan atau yang perlu
dijelaskan dokter dalam pemeriksaannya adalah:
–Berapa umur bayi dalam kandungan, apakah sudah
cukup bulan untuk dilahirkan.
–Apakah bayi lahir hidup atau sudah mati saat
dilahirkan.
–Bila bayi lahir hidup, berapa umur bayi sesudah lahir.
–Apakah bayi sudah pernah dirawat.
–Apakah penyebab kematian bayi.

Penentuan Usia Janin (1)
•Bayi dianggap cukup bulan jika: Panjang badan di atas
45 cm, berat badan 2500 – 3500 gram, lingkar kepala
lebih dari 34 cm.
•Untuk menentukan umur bayi dalam kandungan, ada
rumus empiris yang dikemukakan oleh De Haas, yaitu
menentukan umur bayi dari panjang badan bayi.
–Untuk bayi (janin) yang berumur di bawah 5 bulan, umur
sama dengan akar pangkat dua dari panjang badan. Jadi
bila dalam pemeriksaan didapati panjang bayi 20 cm, maka
taksiran umur bayi adalah Ö20 yaitu antara 4 sampai 5
bulan dalam kandungan atau lebih kurang 20 – 22 minggu
kehamilan.
–Untuk janin yang berumur di atas 5 bulan, umur sama
dengan panjang badan (dalam cm) dibagi 5 atau panjang
badan (dalam inchi) dibagi 2.

Penentuan Usia Janin (2)
•Keadaan ujung-ujung jari: apakah kuku-kuku telah melewati
ujung jari seperti anak yang dilahirkan cukup bulan atau
belum. Garis-garis telapak tangan dan kaki dapat juga
digunakan, karena pada bayi prematur garis-garis tersebut
masih sedikit.
•Keadaan genitalia eksterna: bila telah terjadi descencus
testiculorum maka hal ini dapat diketahui dari terabanya
testis pada scrotum, demikian pula halnya dengan keadaan
labia mayora apakah telah menutupi labia minora atau
belum; testis yang telah turun serta labia mayora yang
telah menutupi labia minora terdapat pada anak yang
dilahirkan cukup bulan dalam kandungan si-ibu.
•Hal tersebut di atas dapat diketahui bila bayi segar, tetapi
bila bayi telah busuk, labia mayora akan terdorong keluar.

Penentuan Usia Janin (3)
Berdasarkan ukuran lingkaran kepala:
•Bayi 5 bulan : 38,5-41 cm
•Bayi 6 bulan : 39-42 cm
•Bayi 7 bulan : 40-42 cm
•Bayi 8 bulan : 40-43 cm
•Bayi 9 bulan : 41-44 cm

Penentuan Usia Janin (4)
•Pusat penulangan diperiksa pada 2 tempat yaitu yaitu
pada telapak kaki dan lutut.

•Pada telapak kaki pemeriksaan ditujukan kepada tulang
talus, calcaneus dan cuboid.
–Adanya pusat penulangan di tulang talus menunjukkan
bayi telah berumur 7 bulan, tulang calcaneus 8 bulan dan
tulang cuboid 9 bulan.

•Di lutut ditujukan untuk memeriksa pusat penulangan
di proksimal tulang tibia dan distal femur.
–Adanya pusat penulangan pada kedua tulang tersebut
menunjukkan bayi telah berumur 9 bulan dalam
kandungan (cukup umur).

Penentuan Bayi Lahir Hidup/ Mati
•Pemeriksaan luar: Pada bayi yang lahir hidup, pada
pemeriksaan luar tampak dada bulat seperti tong . biasanya
tali pusat masih melengket ke perut, berkilat dan licin.
Kadang-kadang placenta juga masih bersatu dengan tali
pusat. Warna kulit bayi kemerahan.

•Penentuan apakah seorang anak itu dilahirkan dalam
keadaan hidup atau mati, pada dasarnya adalah sebagai
berikut:
–Adanya udara di dalam paru-paru.
–Adanya udara di dalam lambung dan usus,
–Adanya udara di dalam liang telinga bagian tengah, dan
–Adanya makanan di dalam lambung.

•Penentuan pasti dengan tes apung paru.

Usia Bayi Ekstra Uterin
•Udara dalam saluran cerna : sampai lambung
atau duodenum (hidup beberapa saat), usus
halus (hidup 1-2 jam), usus besar (5-6 jam),
rektum (12 jam)
•Mekonium dalam kolon (24 jam setelah lahir)
•Perubahan tali pusat (tempat lekat membentuk
lingkaran kemerahan dalam 36 jam)
•Eritrosit berinti hilang dalam 24 jam pertama
•Perubahan sirkulasi darah

Tes Apung Paru
•Keluarkan paru-paru dengan mengangkatnya mulai dari trachea sekalian
dengan jantung dan timus. Kesemuanya ditaruh dalam baskom berisi air.
Bila terapung artinya paru-paru telah terisi udara pernafasan.

•Untuk memeriksa lebih jauh, pisahkan paru-paru dari jantung dan timus,
dan kedua belah paru juga dipisahkan. Bila masih terapung, potong
masing-masing paru-paru menjadi 12 – 20 potongan-potongan kecil.
Bagian-bagian ini diapungkan lagi. Bagian kecil paru ini ditekan dipencet
dengan jari di bawah air. Bila telah bernafas, gelembung udara akan
terlihat dalam air.

•Bila masih mengapung, bagian kecil paru-paru ditaruh di antara 2 lapis
kertas dan dipijak dengan berat badan. Bila masih mengapung, itu
menunjukkan bayi telah bernafas. Sedangkan udara pembusukan akan
keluar dengan penekanan seperti ini, jadi ia akan tenggelam.

Bayi Lahir Mati: Still birth vs Dead Born
•Still birth, artinya dalam kandungan masih hidup, waktu dilahirkan sudah mati.
Ini mungkin disebabkan perjalanan kelahiran yang lama, atau terjadi accidental
strangulasi dimana tali pusat melilit leher bayi waktu dilahirkan.

•Dead born child, di sini bayi memang sudah mati dalam kandungan. Bila
kematian dalam kandungan telah lebih dari 2 – 3 hari akan
terjadi maserasi pada bayi. Ini terlihat dari tanda-tanda:
–Bau mayat seperti susu asam.
–Warna kulit kemerah-merahan.
–Otot-otot lemas dan lembek.
–Sendi-sendi lembek sehingga mudah dilakukan ekstensi dan fleksi.
–Bila lebih lama didapati bulae berisi cairan serous encer dengan dasar bullae
berwarna kemerah-merahan.
–Alat viseral lebih segar daripada kulit.
–Paru-paru belum berkembang.

Ada/ Tidaknya Tanda Perawatan
Tidak adanya tanda perawatan adalah sbb:
•Tubuh masih berlumuran darah,
•Ari-ari (placenta), masih melekat dengan tali pusat dan
masih berhubungan dengan pusar (umbilicus),
•Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak
beraturan, hal ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung
tali pusat tersebut ke permukaan air,
•Adanya lemak bayi (vernix caseosa), pada daerah dahi serta
di daerah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti
daerah lipat ketiak, lipat paha dan bagian belakang bokong.

IDENTIFIKASI FORENSIK

Identifikasi Forensik
•Merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas
seseorang/korban, terutama pada jenazah tidak
dikenal, membusuk, rusak, terbakar, kecelakaan
masal, ataupun bencana alam
•Metode identifikasi yang dapat digunakan adalah:
Identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian
dan perhiasan, medik, gigi, serologik, metode
eksklusi dan metode identifikasi DNA

IDENTIFIKASI FORENSIK
Secara garis besar ada dua metode pemeriksaan, yaitu:
• Identifikasi primer: identifikasi yang dapat berdiri sendiri tanpa perlu
dibantu oleh kriteria identifikasi lain. Teknik identifikasi primer yaitu :
–Pemeriksaan DNA
–Pemeriksaan sidik jari
–Pemeriksaan gigi
Pada jenazah yang rusak/busuk untuk menjamin keakuratan dilakukan
dua sampai tiga metode pemeriksaan dengan hasil positif.

•Identifikasi sekunder: Pemeriksaan dengan menggunakan data identifikasi
sekunder tidak dapat berdiri sendiri dan perlu didukung kriteria
identifikasi yang lain.
–Identifikasi sekunder terdiri atas cara sederhana dan cara ilmiah.
–Cara sederhana yaitu melihat langsung ciri seseorang dengan memperhatikan perhiasan,
pakaian dan kartu identitas yang ditemukan.
–Cara ilmiah yaitu melalui teknik keilmuan tertentu seperti pemeriksaan medis.

Metode Identifikasi
•Metode Visual
–Memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan.
Hanya efektif pada jenazah yang masih dapat dikenali wajah dan bentuk
tubuhnya
•Pemeriksaan Dokumen
–Dokumen identifikasi (KTP, SIM, Paspor, dst) yang dijumpai bersama
jenazah. Tidak bisa dipastikan kepemilikan dokumen yang ditemukan, sulit
diandalkan.
•Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
–Dari ciri-ciri pakaian dan perhiasan yang dikenakan
•Pemeriksaan Serologis
–Menentukan golongan darah jenazah. Tidak khas untuk masing-masing individu
•Metode Eksklusi
–Terutama pada kecelakaan masal

Metode Identifikasi
•Identifikasi Medik
–Menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata,
kelainan/cacat khusus. Termasuk pemeriksaan radiologis (sinar X)
•Pemeriksaan Gigi
–Pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang dengan pemeriksaan manual,
sinar-X, dan pencetakan gigi. Data dibandingkan dengan data ante-mortem
•Identifikasi DNA
–Diperlukan DNA pembanding. Mahal dan hanya dapat dilakukan oleh ahli forensik
molekular
•Pemeriksaan Sidik Jari
–Membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante-mortem.
Saat ini merupakan pemeriksaan yang diakui tinggi ketepatannya.
Dibutuhkan penanganan yang ba terhadap jari tangan jenazah

Metode identifikasi
•Identifikasi kerangka
–Membutikan kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan tinggi
badan, ciri khusus, dan deformitas, serta rekonstruksi wajah. Mencari tanda
kekerasan pada tulang dan memperkirakan sebab kematian. Perkiraan saat
kematian dilakukan dengan memperhatikan kekeringan tulang.
•Pemeriksaan anatomik
–Dilakukan dengan pemeriksaan serologik dan histologik
•Penentuan ras
–Dapat dilakukan denan antropologik pada tengkorak, gigi geligi, tulang
panggul.
–Arkus zigomatikus dan gigi insisivus atas pertama yang berbentuk seperti
sekop memberi petunjuk ke ras Mongoloid.
–Jenis kelamin ditentukan dari tulang panggul, tulang tengkorak, sternum,
tulang panjang, skapula, metakarpal.
–Tinggi badan diperkirakan dari panjang tulang tertentu.

JENIS LUKA DAN PASAL
PENGANIAYAAN

Perlukaan akibat kekerasan
Pelbagai jenis kekerasan

o Kekerasan bersifat mekanik
•Kekerasan tumpul
•Kekerasan tajam
•Tembakan senjata api

o Kekerasan bersifat alam
•Luka akibat api
•Luka akibat listrik

o Kekerasan bersifat kimiawi
•Luka akibat asam keras
•Luka akibat basa kuat

Luka Akibat Kekerasan Tumpul
•Luka memar: Tampak sebagai bercak, biasanya
berbentuk bulat/lonjong. Luka memar yang baru
terjadi tampak sebagai bercak biru kemerahan dan
agak menimbul. Proses penyembuhan menyebabkan
warna bercak berubah menjadi kebiruan, kehijauan,
kecoklatan, kekuningan dan akhirnya hilang saat terjadi
penyembuhan sempurna dalam 7-10 hari.

•Luka robek: Luka terbuka tepi tidak rata, pada salah
satu sisi dapat ditemukan jejas berupa luka lecet tekan.

Luka Akibat Kekerasan Tumpul
•Luka lecet tekan: Tampak sebagai
bagian kulit yang sedikit
mencekung, berwarna kecoklatan.
Bentuknya memberikan gambaran
bentuk benda penyebab luka.

•Luka lecet geser: Bagian yang
pertama bergeser memberikan
batas yang lebih rata, dan saat
benda tumpul meningalkan kulit
yang tergeser berbatas tidak rata.
Tampak goresan epidermis yang
berjalan sejajar.

Luka Akibat Kekerasan Tajam
•Luka tusuk: Akibat kekerasan tajam yang mengenai kulit dengan
arah kekerasan tegak terhadap permukaan kulit. Tepi luka rata.
–Lebar luka menggambarkan lebar pisau yang digunakan.
–Karena elastisitas kulit, dalamnya luka tidak menggambarkan
panjangnya pisau

•Luka sayat: Akibat kekerasan tajam yang bergerak k.l sejajar dengan
permukaan kulit. Panjang luka jauh melebihi dalamnya luka.

•Luka bacok: Akibat kekerasan tajam dengan bagian “mata” senjata
yang mengenai kulit dengan arah tegak. Kedua sudut luka lancip
dengan luka yang cukup dalam.

Luka Bakar
•Luka bakar api: menimbulkan kerusakan kulit yang bervariasi,
tergantung pada tingginya suhu dan lamanya api mengenai kulit.

•Luka bakar benda panas: kerusakan kulit terbatas, sesuai dengan
penampang benda yang mengenai kulit. Bentuk luka sesuai dengan
bentuk permukaan benda padat.

•Luka bakar listrik: Benda beraliran listrik saat mengenai kulit, oleh
tahanan yang terdapat pada kulit, akan menimbulkan panas yang
dapat merusak kulit dalam bentuk luka bakar benda padat. Pada
kulit basah, listrik dialirkan tanpa merusak kulit.
–Bila listrik mengalir melewati medula oblongata pusat vital akan
terganggu; melewati daerah jantungfibrilasi ventrikel; melewati otot
sela igakejang otot pernafasan.

LUKA LISTRIK
Ada 2 jenis tenaga listrik yang dapat menimbulkan
luka listrik yaitu :
•Tenaga listrik alam seperti petir dan kilat.
•Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah
(DC) seperti telepon (30-50 volt) dan tram listrik
(600-1000 volt) dan arus listrik bolak-balik (AC)
seperti listrik rumah, pabrik, dll

Akibat Luka Listrik
KOEPPEN menggolongkan akibat kecelakaan listrik dalam 4
kelompok yaitu :
•Kelompok I : kuat arus < 25 mA AC (DC antara 25-80 mA)
dengan transitional R yang tinggi efek yang berbahaya (-).
•Kelompok II : kuat arus 25-80 mA AC (DC 80-300 mA) dg
transitional R < dari kel.I  hilangnya kesadaran, aritmia dan
spasme pernafasan.
•Kelompok III : Kuat arus 80-100 mA AC (DC 300 mA - 3A),
transitional R < dari kel. II. Jk t = 0,1-0,3s , efek biologisnya
sama dg kel. II. Jk > 0,3s  vibrilasi ventrikel irreversibel.
•Kelompok IV : kuat arus > 3A  cardiac arrest

Pemeriksaan Luar Luka Listrik
•Current mark berbentuk oval, kuning atau coklat keputihan atau coklat
kehitaman atau abu-abu kekuningan dikelilingi daerah kemerahan dan
edema sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya (daerah halo).
•Sepatu korban dan pakaian dapat terkoyak.
•Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus arang, rambut ikut
terbakar, tulang dapat meleleh dengan pembentukan butir kapur/kalk
parels terdiri dari kalsium fosfat.
•Endogenous burn/Joule burn terjadi jika kontak dengan tubuh lama
sehingga bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat
menjadi hitam dan hangus terbakar
•Exogenous burn dapat terjadi bila tubuh terkena arus listrik tegangan
tinggi yang sudah mengandung panas, sehingga tubuh akan hangus
terbakar dengan kerusakan yang sangat berat dan tidak jarang disertai
dengan patahnya tulang-tulang .

LUKA PETIR
•Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir
termasuk arus searah (DC) dengan tegangan 20 juta volt dan kuat
arus 20 ribu ampere.

Ada 3 keadaan yang berpotensi besar terkena petir :
1.Berada di tanah lapang.
2.Berada dibawah pohon yang tinggi.
3.Kehujanan dan memakai perhiasan yang terbuat dari logam.

Ada 3 kelainan akibat sambaran petir :
1.Efek listrik.
2.Efek panas.
3.Efek ledakan.

Luka Petir
Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :
•Current mark / electrik mark / electrik burn.
Efek ini termasuk salah satu tanda utama luka
listrik (electrical burn).
•Aborescent markings. Tanda ini berupa
gambaran seperti pohon gundul tanpa daun
akibat terjadinya vasodilatasi vena pada kulit
korban sebagai reaksi dari persentuhan antara
kulit dengan petir (lightning / eliksem). Tanda
ini akan hilang sendiri setelah beberapa jam.
•Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran
petir (lightning / eliksem) akan berubah
menjadi magnet. Efek ini termasuk salah satu
tanda luka listrik (electrical burn).

Arborescent mark

Luka Petir
Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :
•Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu
bahkan seluruh tubuh korban dapat terbakar atau
hangus.

•Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh
seperti perhiasan dan komponen arloji. Arloji korban
akan berhenti dimana tanda ini dapat kita gunakan untuk
menentukan saat kematian korban. Efek ini juga
termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).

LUKA TEMBAK
•Dalam memberikan pendapat atau kesimpulan dalam
visum et repertum, tidak dibenarkan menggunakan istilah
pistol atau revolver; oleh karena perkataan pistol
mengandung pengertian bahwa senjatanya termasuk
otomatis atau semi otomatis, sedangkan revolver berarti
anak peluru berada dalam silinder yang akan memutar jika
tembakan dilepaskan.

•Oleh karena dokter tidak melihat peristiwa
penembakannya, maka yang akan disampaikan adalah;
senjata api kaliber 0,38 engan alur ke kiri dan sebagainya.

Luka Tembak Menempel Erat
•Luka simetris di tiap sisi
•Jejas laras jelas mengelilingi lubang luka
•Tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim
tattoo

Kelim pada Luka Tembak
•Kelim tato: akibat butir mesiu; gambaran bintik-
bintik hitam bercampur perdarahan, tidak dapat
dihapus dengan kain.
•Kelim jelaga: akibat asap; gambaran bintik-bintik
hitam yang dapat dihapus dengan kain.
•Kelim api: akibat pembakaran dari senjata; luka
bakar terlihat dari kulit dan rambut di sekitar luka
yang terbakar.
•Kelim lecet: akibat partikel logam; bentuknya luka
lecet atau luka terbuka yang dangkal

Luka Tembak Masuk vs Keluar
•Luka tembak masuk: pada tubuh korban tersebut akan
didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai
unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api
tersebut, seperti anak peluru, butir-butir mesiu yang
tidak terbakar atau sebagian terbakar, asap atau jelaga,
api, partikel logam, minyak pada anak peluru.

•Luka tembak keluar: tidak adanya kelim lecet, kelim-
kelim lain juga tentu tidak ditemukan. Luka tembak
keluar pada umumnya lebih besar dari luka tembak
masuk.

Klasifikasi Luka menurut KUHP
•Klasifikasi luka dan pasal yang berhubungan:
–Luka ringan pasal 352 KUHP = luka derajat satu
–Luka sedang pasal 351 (1) atau 353 (1) = luka
derajat dua
–Luka berat pasal 90 KUHP

Luka Ringan dan Luka Sedang
•Luka derajat satu (pasal 352 KUHP): Luka tersebut
TIDAK menyebabkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan
jabatan/pencaharian.

•Luka derajat dua (pasal 351(1) KUHP): luka
tersebut TELAH menyebabkan penyakit atau
halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/
pencaharian untuk SEMENTARA WAKTU.

Luka Ringan vs Luka Sedang
•Untuk membedakan luka derajat satu atau dua, maka dilakukan
pengujian dengan beberapa kriteria sbb:
–Apakah luka tersebut memerlukan perawatan medis, seperti
penjahitan luka, pemberian infus dsb
–Apakah luka atau cedera tersebut menyebabkan terjadinya gangguan
fungsi (fungsiolesa)?
–Apakah lokasinya di tempat yang rawan, seperti mulut, hidung, leher,
skrotum?
–Apakah lukanya tunggal, sedikit, atau banyak?

•Bila luka tersebut mutlak memerlukan perawatan medis,
menyebabkan gangguan fungsi, lokasinya pada lokasi rawan dan
jumlah lukanya banyak, maka lukanya pada umumnya merupakan
luka derajat dua. Jika tidak ada satupun hal tersebut
yang terpenuhi maka derajat lukanya adalah satu. Pembedaan luka
derajat satu dan dua pada banyak kasus merupakan hal yang sulit,
sehingga kesimpulan seorang dokter dengan dokter lainnya kadang
berbeda.

INFORMED CONSENT

INFORMED CONSENT
•Informed Consent adalah persetujuan tindakan
kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.

•Menurut Lampiran SKB IDI No. 319/P/BA./88 dan
Permenkes no 585/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medis Pasal 4 ayat 2
menyebutkan dalam memberikan informasi kepada
pasien / keluarganya, kehadiran seorang perawat /
paramedik lainnya sebagai saksi adalah penting.

Yang Berhak Memberikan Informed Consent
•Pasien yang telah dewasa (≥21 tahun atau
sudah menikah, menurut KUHP) dan dalam
keadaan sadar.
•Bila tidak memenuhi syarat di atas, dapat
diwakilkan oleh keluarga/ wali dengan urutan:
–Suami/ istri
–Orang tua (pada pasien anak)
–Anak kandung (bila anak kandung sudah dewasa)
–Saudara kandung

Tujuan Informed Consent
•Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap
tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan
secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang
dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.
•Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap
suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur
medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap
tindakan medik ada melekat suatu resiko

( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 )

•Tindakan medis yang dilakukan tanpa izin pasien, dapat
digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan
berdasarkan KUHP Pasal 351 (trespass, battery, bodily
assault ). Menurut Pasal 5 Permenkes No 290 / Menkes /
PER / III / 2008, persetujuan tindakan kedokteran dapat
dibatalkan atau ditarik kembali oleh yang memberi
persetujuan, sebelum dimulainya tindakan ( Ayat 1 ).
Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus
dilakukan secara tertulis oleh yang memberi persetujuan (
Ayat 2 ).

•Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi
sebelum dimintakan persetujuan tindakan kedokteran
adalah:
–Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter
harus segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa.
–Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa
menghadapi situasi dirinya.

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS
•Persetujuan tindakan medis secara praktis
dibagi menjadi 2:
Implied consent Pasien tidak menyatakan persetujuan baik secara tertulis maupun
lisan, namun dari tingkah lakunya menyatakan persetujuannya.
Contoh: pasien membuka baju untuk diperiksa, pasien
mengulurkan lengan untuk diambil sampel darah.
Expressed
consent
Persetujuan dinyatakan secara lisan atau tertulis. Khusus setiap
tindakan yang mengandung risiko tinggi, harus diberikan
persetujuan tertulis oleh pasien atau yang berhak mewakili (sesuai
UU No.29 tahun 2004 pasal 45)
Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyelidikan,
A. Munim Idries, 2013

Jenis Consent Lainnya
JENIS
CONSENT
PENJELASAN
Informed consent
Consent yang diberikan pada pasien secara tertulis,
yang ditandatangani langsung oleh pasien yang
berangkutan.
Proxy consent
Consent yang diberikan oleh wali pasien (orangtua,
suami/istri, anak, saudara kandungnya dsb) karena
pasien tidak kompeten untuk memberikan consent
(misalnya pada pasien anak).
Presumed
consent
Pasien tidak dapat memberikan consent, namun
diasumsikan bahwa bila pasien sadar, ia akan setuju
dengan tindakan medis yang diambil. Consent jenis ini
biasanya dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan atau
pada donor organ dari cadaver.
Appelbaum PS. Assessment of patient’s competence to consent to treatment. New England Journal of Medicine. 2007; 357: 1834-
1840.

REKAM MEDIS

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
• Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran: setiap dokter atau dokter
gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
medis.

•Pasal 47 ayat (1): Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana
pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik
pasien.

•Mengenai isi rekam medis diatur lebih khusus dalam Pasal 12 ayat
(2) dan ayat (3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis: Isi rekam medis
merupakan milik pasien yang dibuat dalam bentuk ringkasan rekam
medis..

Rekam Medis
–Administrative Value
–Legal Value
–Financial Value
–Research Value
–Education Value
–Documentation Value

Kepemilikan Rekam Medis
•Permenkes No.269 tahun 2008: isi Rekam Medis
adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam
Medis (secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau
institusi kesehatan.

•Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa
berkas rekam medis itu merupakan milik sarana
pelayanan kesehatan, yang harus disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun
terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat.

Kepemilikan Rekam Medis
•Aplikasi: Karena isi Rekam Medis merupakan milik
pasien, maka pada prinsipnya tidak pada tempatnya jika
dokter atau petugas medis menolak memberitahu
tentang isi Rekam Medis kepada pasiennya, kacuali pada
keadaan-keadaan tertentu yang memaksa dokter untuk
bertindak sebaliknya.

•Sebaliknya, karena berkas Rekam Medis merupakan milik
institusi, maka tidak pada tempatnya pula jika pasien
meminjam Rekam Medis tersebut secara paksa, apalagi
jika institusi pelayanan kesehatan tersebut menolaknya.

RAHASIA MEDIS
•Sesuai dengan UU Rumah Sakit pasal 38:
•Yang dimaksud dengan “rahasia kedokteran”
adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan hal yang ditemukan oleh dokter dan
dokter gigi dalam rangka pengobatan dan
dicatat dalam rekam medis yang dimiliki
pasien dan bersifat rahasia.

Wajib Simpan Rahasia Kedokteran
•Dasar hukum
–PP no 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran tgl 21 mei 1966.
–Pasal 55 undang-undang no 23/1992
–Pasal 11 PP 749.MENKES/PER/XII/1989 tentang
REKAM MEDIS: “rekam medis merupakan berkas
yang wajib disimpan kerahasiaannya”
–PERMENKES NO.36 TAHUN 2012 ttg Rahasia
Kedokteran

Yang Berhak Terhadap Isi Rekam Medis
•PASIEN

Bila pasien tidak kompeten, disampaikan kepada:
1.Keluarga pasien, atau
2.Orang yang diberi kuasa oleh pasien atau keluarga
pasien, atau
3.Orang yang mendapat persetujuan tertulis dari
pasien atau keluarga pasien

Pengecualian Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran
PerMenKes RI No.269/MENKES/PER/III/2008 BAB IV Pasal 10:
•Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit,
riwayat pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka
dalam hal :
–untuk kepentingan kesehatan pasien
–memenuhi permintaan aperatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan.
–Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri
–Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
undangan
–Untuk kepentingan penelitian, pendidikan atau audit medis sepanjang
tidak menyebutkan identitas pasien".

PEMBUKAAN RAHASIA MEDIS
PERMENKES NO.36 TAHUN 2012 PASAL 5:
•Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum, permintaan pasien
sendiri, atau berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Yang Dimaksud Kepentingan
Kesehatan Pasien
Pasal 6
Kesehatan pasien meliputi:
•Kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan,
penyembuhan, dan perawatan pasien; dan
•Keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan
pembiayaan kesehatan.

oDilakukan dengan persetujuan dari pasien
oDalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), persetujuan dapat
diberikan oleh keluarga terdekat atau pengampunya

Yang Dimaksud Untuk Penegakan Hukum
Pasal 7
•Pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakan hukum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dapat dilakukan pada proses penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan sidang pengadilan.
•Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat melalui pemberian data dan informasi berupa visum et repertum,
keterangan ahli, keterangan saksi, dan/atau ringkasan medis.
•Permohonan untuk pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis dari pihak yang
berwenang.
•Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran dilakukan atas dasar perintah
pengadilan atau dalam sidang pengadilan, maka rekam medis seluruhnya
dapat diberikan.

ADVERSE EVENT

INSIDENS KESELAMATAN PASIEN
Medical
Error
•Kesalahan nakes
•Dapat dicegah
•Karena berbuat (commission)
•Karena tdk berbuat
(ommision)
Pasien tidak
cedera
Pasien cedera
NEAR MISS
PREVENTABLE
ADVERSE
EVENT
Process of
care
(Non error)
Pasien cedera
UNPREVENTABLE
ADVERSE EVENT
MALPRAKTIK
Acceptable
Risk
Unforseeable
Risk
Complication
of Disease

Adverse Event
Preventable Adverse Event
•Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang
tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau karena tidak
bertindak (ommision), dan bukan karena
“underlying disease”.

•Adverse event yang menimbulkan akibat fatal,
misalnya kecacatan atau kematian, disebut juga
sentinel event.

Adverse Event
Unpreventable Adverse Event
•Acceptable risk: Kejadian tidak diharapkan yang merupakan risiko
yang harus diterima dari pengobatan yang tidak dapat dihindari.
Contoh: Pasien Ca mammae muntah-muntah pasca kemoterapi

•Unforseeable risk: Kejadian tidak diharapkan yang tidak dapat diduga
sebelumnya. Contoh: Terjadi Steven Johnson Syndrome pasca pasien
minum paracetamol, tanpa ada riwayat alergi obat sebelumnya.

•Complication of disease: Kejadian tidak diharapkan yang merupakan
bagian dari perjalanan penyakit atau komplikasi penyakit. Contoh:
Pasien luka bakar dalam perawatan mengalami sepsis.

Kejadian Nyaris Cedera/ Near Miss
•Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena :
–“keberuntungan” (mis.,pasien terima suatu obat kontra indikasi
tetapi tidak timbul reaksi obat),
–“pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya
sebelum obat diberikan),
–“peringanan” / mitigasi (suatu obat dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya

MALPRAKTEK/ KELALAIAN MEDIS
•Malpraktek pada prinsipnya merujuk pada suatu
praktek profesi yang buruk karena tidak sesuai standar
profesi yang telah ditetapkan sebelumnya.

•Dapat berupa pelanggaran terhadap standar
kompetensi, standar perilaku, dan standar pelayanan.

•Tidak semua kerugian yang timbul dalam pelayanan
kedokteran dapat dikategorikan malpraktek, karena
ada kerugian yang terjadi meski dokter telah
melakukan tindakan sesuai standar.

Unsur Yang Harus Dipenuhi Dalam Malpraktek
•Duty of care
–Dokter telah menyatakan kesediaan untuk merawat pasien
tersebut. Harus ditinjau juga legalitas dari semua pihak (dokter,
pasien, RS).
•Breach of duty
–Ada kegagalan atau kelalaian dokter dalam memenuhi
kewajibannya dalam merawat atau mengobati pasien.
•Injury
–Ada kerusakan atau kerugian materi dan imateriil yang timbul
dari kelalaian tersebut, misalnya biaya, hilangnya kesempatan
mendapat penghasilan.
•Proximated cause
–Ada hubungan langsung atau sebab akibat yang jelas antara
tindakan dokter dengan kerugian yang dialami pasien.

Jenis Malpraktek
CIVIL MALPRACTICE
•Deviasi dari standar
pelayanan


•Kompensasi: uang ganti rugi


•Masalah antara hubungan
dokter-pasien saja
CRIMINAL MALPRACTICE
•Penyimpangan berat atau
tidak melakukan standar
pelayanan sama sekali

•Kompensasi: Hukuman
penjara, disertai/tidak
disertai uang ganti rugi

•Melibatkan negara karena
melanggar hukum negara

HUKUM PIDANA VS PERDATA
HUKUM PIDANA HUKUM PERDATA
Publik Privat
Kepentingan umum Kepentingan individu
Dipertahankan oleh negara Dipertahankan oleh
perorangan
Dituntut oleh jaksa Dituntut oleh penggugat
Tidak ada usaha perdamaian Ada usaha perdamaian
Sanksi berupa kurungan Sanksi berupa ganti rugi
Tags