semangat menuntut ilmu agar bermanfaat bagi kehidupan

renapebriana0227 9 views 117 slides Oct 17, 2024
Slide 1
Slide 1 of 117
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109
Slide 110
110
Slide 111
111
Slide 112
112
Slide 113
113
Slide 114
114
Slide 115
115
Slide 116
116
Slide 117
117

About This Presentation

lanjutkan


Slide Content

PENGARUH JUMLAH NASABAH, TINGKAT INFLASI DAN HARGA
EMAS TERHADAP PENYALURAN KREDIT GADAI SYARIAH (RAHN)
PADA PT PEGADAIAN INDONESIA
PERIODE 2012-2017

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi




Oleh:
Rafi Kurniawan
NIM: 1112084000030



JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019

i

PENGARUH JUMLAH NASABAH, TINGKAT INFLASI DAN HARGA
EMAS TERHADAP PENYALURAN KREDIT GADAI SYARIAH ( RAHN)
PADA PT. PEGADAIAN INDONESIA
PERIODE 2012-2017

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi


Disusun Oleh:
Rafi Kurniawan
NIM 1112084000030



Di Bawah Bimbingan:





Dr. Sofyan Rizal, M.Si
NIP 197604302011011002





JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 21 Februari 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
Mahasiswa:
1. Nama : Rafi Kurniawan
2. NIM : 1112084000030
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Pengaruh Jumlah Nasabah, Tingkat Inflasi dan Harga
Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn)
pada PT Pegadaian Indonesia periode 2012-2017
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.


Jakarta, 21 Februari 2019





1. Arief Fitrijanto, S.Si., M.Si ( __________________ )
NIP 197111182005011003 Penguji I





2. Dr. Sofyan Rizal, M.Si ( __________________ )
NIP 197604302011011002 Penguji II

iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Rafi Kurniawan
Alamat : Perum Villa Mutiara Jalan Intan Raya no
CC/8 RT 005/001, Sawah Baru, Ciputat,
Tangerang Selatan 15413
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 September 1994
Telepon : 087887448756
Email : [email protected]
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia

B. PENDIDIKAN FORMAL
1. 1999 – 2000 : TK BKB Anggrek
2. 2000 – 2006 : SDN Lebak Bulus 03
3. 2006 – 2009 : SMPN 226 Jakarta
4. 2009 – 2012 : SMAN 66 Jakarta

C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2013 – 2014 : Anggota Kemahasiswaan HMJ EP
2. 2014 – 2015 : Ketua HMJ EP
3. 2015 – 2016 : Wakil Ketua I DEMA FEB

vi

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of The Number of Sharia Pawn’s
Customers, Inflation Rates, and Gold Prices to Sharia Pawn (Rahn) in PT
Pegadaian period 2012 – 2017. This research used the monthly data of each
variable. The method used in this research is multiple regression method using
Ordinary Least Square (OLS) analysis tool through Eviews 8.
Study results obtained are: a) From t test, it is found that partially variable
of The Number of Sharia Pawn (Rahn), and Inflation Rates have significant
influence to Sharia Pawn (Rahn). While Gold Prices variable has no significant
influence to Sharia Pawn (Rahn); b) From F Test, it is found that simultaneously
variable of The Number of Sharia Pawn’s Customers, Inflation Rates, and Gold
Prices have significant influence to Sharia Pawn (Rahn); c) Adjusted R
2
test shows
The Number of Sharia Pawn’s Customers, Inflation Rates, and Gold Prices have
an effect of 70,18% to Sharia Pawn (Rahn).
Keywords: The Number of Sharia Pawn’s Customers, Inflation Rates, Gold Prices,
Sharia Pawn (Rahn)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Jumlah Nasabah,
Tingkat Inflasi dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn)
pada PT Pegadaian Periode 2012-2017. Data yang digunakan merupakan data
bulanan dari masing-masing variabel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode regresi linier berganda menggunakan alat analisis Ordinary Least
Square (OLS) melalui program Eviews 8.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah: a) Dari uji t didapatkan hasil
bahwa secara parsial variabel Jumlah Nasabah, dan Tingkat Inflasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn).
Sedangkan variabel Harga Emas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn); b) Dari uji F didapatkan hasil bahwa
secara simultan variabel Jumlah Nasabah, Tingkat Inflasi dan Harga Emas memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn); c)
Dari uji Adjusted R
2
didapatkan hasil bahwa variabel Jumlah Nasabah, Tingkat
Inflasi dan Harga Emas memiliki pengaruh sebesar 70,18% terhadap Penyaluran
Kredit Gadai Syariah (Rahn).
Kata kunci: Jumlah Nasabah, Inflasi, Harga Emas, Kredit Gadai Syariah (Rahn)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada penulis dan
menganugerahkan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pengaruh Jumlah Nasabah, Tingkat Inflasi dan Harga
Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) pada PT Pegadaian
Indonesia periode 2012-2017 dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa penulis
haturkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menyebarkan
ajaran Islam dari zaman jahiliyyah hingga zaman terang benderang, semoga kita
semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at dalam menuntut ilmu.
Penulis menyadari menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin
dapat selesai dengan baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, saran, semangat, dan
doa dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis selama proses penulisan ini
berlangsung. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Abdurrahman dan Ibu Erna Fitria yang selalu
memberikan dukungan moril maupun materi, nasihat, kasih sayang dan doa
yang tak ada henti-hentinya kepada penulis.
2. Bapak Arief Fitrijanto, S.Si., M.Si selaku Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ekonomi Pembangunan
sekaligus Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, arahan, saran,
bimbingan serta nasihat kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membagikan
ilmunya, motivasi, nasihat, serta saran bagi penulis selama menuntut ilmu di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh mahasiswa Ekonomi dan Bisnis angkatan 2012 yang telah berbagi
ilmu dan membuat masa-masa perkuliahan menjadi penuh warna.

ix

6. Seluruh sahabat seperjuangan skripsi, yaitu Abdul Hakim, Abdul Farid, SE.,
Saeful Nurul Zaman, SE., Irfan Achadi, Arifil Firdaus, Pijar Haqullah,
Amiruddin yang telah memotivasi dan memberi semangat penulis selama
proses penulisan skripsi.
7. Seluruh sahabat Warkop Griya Jakarta yaitu, Dorojatyas, SE., Ulul Albab, SE.,
Aditya Mulawarman, SE., Muhammad Irvan dan Abdul Hakim, terima kasih
atas segala saran, semangat, canda dan tawa selama ini.
8. Keluarga besar WETE Villa Mutiara, terima kasih menjadi tempat terbaik
untuk melepas penat selepas kesibukan setiap harinya.
9. Lissa Puteri Permatasari, terima kasih atas segala semangat dan dukungan yang
tak pernah henti serta menjadi tempat berkeluh kesah selama ini.
10. Kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu, namun memiliki
arti yang begitu mendalam bagi kehidupan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tangerang Selatan, 17 Juni 2019


Rafi Kurniawan

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8
A. Landasan Teori ........................................................................................... 8
1. Pegadaian Syariah .................................................................................. 8
a. Pengertian Pegadaian Syariah ............................................................. 8
b. Ketentuan Hukum Syariah .................................................................. 9
c. Operasional Pegadaian Syariah......................................................... 10
2. Rahn .................................................................................................... 12
a. Pengertian Rahn ............................................................................... 12
b. Landasan Hukum ............................................................................. 13
c. Rukun Rahn ..................................................................................... 15
d. Syarat Rahn ...................................................................................... 15
e. Persamaan dan Perbedaan Rahn dengan Gadai Konvensional ........... 17
f. Praktek ............................................................................................. 19

xi

g. Penggolongan Peminjaman .............................................................. 20
3. Teori Umum Kredit ............................................................................. 20
a. Pengertian Kredit ............................................................................. 20
b. Jenis Kredit ...................................................................................... 22
c. Fungsi Kredit ................................................................................... 23
d. Kredit Pegadaian .............................................................................. 25
4. Nasabah ............................................................................................... 26
5. Inflasi .................................................................................................. 27
a. Pengertian Inflasi ............................................................................. 27
b. Teori Inflasi...................................................................................... 29
c. Penyebab Inflasi ............................................................................... 31
d. Dampak Inflasi ................................................................................. 32
e. Indikator Inflasi ................................................................................ 33
6. Harga Emas ......................................................................................... 35
B. Keterkaitan Variabel ................................................................................. 38
1. Pengaruh Jumlah Nasabah Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah
(Rahn) ........................................................................................................ 38
2. Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) .... 39
3. Pengaruh Harga Emas Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah
(Rahn) ........................................................................................................ 42
C. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 43
D. Kerangka Berpikir .................................................................................... 47
E. Hipotesis ................................................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 49
B. Data Penelitian.......................................................................................... 49
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 49
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 50
1. Uji Asumsi Klasik................................................................................ 52
a. Uji Normalitas .................................................................................. 52
b. Uji Multikolinearitas ........................................................................ 54
c. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................ 55
d. Uji Autokorelasi ............................................................................... 56

xii

2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 57
a. Uji t (Uji Parsial) .............................................................................. 57
b. Uji Adj R
2
(Adjusted R Square) ........................................................ 58
c. Uji F (Uji Fisher) ............................................................................. 58
E. Opersional Variabel Penelitian .................................................................. 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 63
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 63
1. Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................. 63
2. Visi dan Misi Perusahaan ..................................................................... 63
3. Perubahan Nama dan Status Pegadaian ................................................ 64
4. Kegiatan Usaha PT Pegadaian (Persero) .............................................. 65
B. Deskripsi Data .......................................................................................... 66
1. Jumlah Nasabah ................................................................................... 66
2. Inflasi .................................................................................................. 68
3. Harga Emas ......................................................................................... 70
4. Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) .............................................. 71
C. Analisis dan Pembahasan .......................................................................... 73
1. Uji Asumsi Klasik................................................................................ 74
a. Uji Normalitas .................................................................................. 74
b. Uji Multikolinieritas ......................................................................... 74
c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 75
d. Uji Autokorelasi ............................................................................... 77
2. Uji Hipotesis ........................................................................................ 78
a. Uji t (Uji Parsial) .............................................................................. 78
b. Koefisien determinasi (Adjusted R Square) ....................................... 80
c. Uji F (Simultan) ............................................................................... 80
D. Interpretasi Ekonomi ................................................................................. 81
1. Jumlah Nasabah Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) 81
2. Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) ... 81
3. Harga Emas Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) ....... 82
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 84
A. Kesimpulan............................................................................................... 84

xiii

B. Saran ........................................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 87
LAMPIRAN ..................................................................................................... 90

xiv

DAFTAR TABEL


Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Nasabah, Tingkat Inflasi, Harga Emas, dan
Penyaluran Kredit Rahn PT Pegadaian Syariah Tahun 2012-2017
............................................................................................................................ 5
Tabel 2.1 Perbedaam Rahn dan Gadai Konvensional .......................................... 18
Tabel 2.2 Perbedaan secara teknis pada PT. Pegadaian (Persero)........................ 19
Tabel 2.3 Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah ..................................... 20
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 43
Tabel 3.1 Operasional Variabel Pnelitian .......................................................... 61
Tabel 4.1 Data Jumlah Nasabah ......................................................................... 67
Tabel 4.2 Data Tingkat Inflasi ............................................................................ 68
Tabel 4.3 Data Harga Emas ................................................................................ 70
Tabel 4.4 Data Penyaluran Kredit ...................................................................... 72
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................. 75
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 76
Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 77
Tabel 4.8 Hasil Pengolahan Data Regresi ........................................................... 78

xv

DAFTAR GAMBAR


Gambar 2.1 Implementasi akad Rahn ................................................................. 11
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 47
Grafik 4.1 Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 74

xvi

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1: Data Penelitian ............................................................................... 90
Lampiran 2: Data Penelitian (bulanan) ............................................................... 91
Lampiran 3: Data Penelitian (Ln) ....................................................................... 93
Lampiran 4: Uji Normalitas ............................................................................... 96
Lampiran 5: Uji Multikolinieritas ....................................................................... 97
Lampiran 6: Uji Heterokedastisitas .................................................................... 98
Lampiran 7: Uji Autokorelasi ............................................................................. 99
Lampiran 8: Persamaan Hasil Regresi .............................................................. 100

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi moneter Eropa yang terjadi pada tahun 2011 yang
berawal dari rasio utang Yunani yang melampaui batas maksimum. Borosnya
pengeluaran pemerintah Yunani yang dibiayai oleh utang. Keterkaitan antar
bank dan lembaga keuangan Uni-Eropa akhirnya krisis utang Yunani
berdampak ke Irlandia, Portugal, Spanyol dan yang lainnya. Krisis Uni-Eropa
ini juga berdampak ke Indonesia. Hal ini karena Uni-Eropa menjadi tujuan
ekspor bagi pelaku usaha baik dari Indonesia maupun negara lainnya. Dampak
bagi perekonomian Indonesia adalah semakin melambungnya harga baku
impor, produk elektronik, hingga kebutuhan pokok. Kondisi ini menyebabkan
daya beli konsumen semakin menurun dan peningkatan biaya produksi bagi
pelaku usaha.
Masyarakat dan pelaku usaha mulai memikirkan cara mendapatkan dana
konsumsi atau modal tambahan bagi usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengajukan kredit kepada bank maupun meminjam dana dengan sistem gadai.
PT Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
bergerak dalam usaha menyalurkan dana atas dasar hukum gadai dengan sifat
khas yaitu menyediakan pelayanan bagi pemanfaatan umum sekaligus
memupuk keuntungan.
Dalam kehidupan berekonomi sehari-hari masyarakat memiliki
kebutuhan- kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder,
maupun tersier. Terutama pada saat krisis global yang menyebabkan harga naik,
banyak masyarakat yang tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi
kebutuhan ekonominya. Khususnya, masyarakat yang mengalami masalah dan
membutuhkan dana tunai yang mendesak serta tidak ingin berbelit dengan
prosedur lembaga perbankan yang rumit. Selain itu, memudahkan masyarakat
yang membutuhkan dana untuk menjalankan usahanya. Dalam menjalankan

2

usaha tersebut masyarakat menengah kebawah pasti terdapat banyak masalah
terutama dari segi permodalan. Dalam perkembangan perekonomian
masyarakat yang semakin meningkat, muncul jasa pembiayaan yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank.
Meningkatnya kredit perbankan tidak dapat dirasakan oleh masyarakat
menengah ke bawah, dimana umumnya mereka tidak dapat memenuhi syarat
kredit pada perbankan yang rumit. Kemudian untuk mengatasi permasalahan
kredit tersebut salah satunya adalah dengan mengajukan kredit pada lembaga
keuangan non-bank maupun pada pihak perorangan. Meningkatnya jumlah
kredit oleh masyarakat memberi peluang bagi PT Pegadaian (Persero) sebagai
alternatif untuk menyalurkan kredit pada masyarakat golongan menengah ke
bawah yang kurang mendapatkan fasilitas kredit dari perbankan. (Aziz, 2013:5)
Kegiatan perekonomian Indonesia dewasa ini semakin meningkat.
Dengan kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, tanpa didukung pendapatan
yang seimbang, kemudian masyarakat berbondong-bondong mencari kredit
pada bank yang pada mulanya adalah lembaga yang khusus bergerak di bidang
bisnis keuangan. Tapi kenyataannya, masyarakat khususnya golongan ekonomi
lemah, merasa prosedur kredit yang diberikan oleh bank terlalu rumit. Ditambah
lagi rata-rata masyarakat yang membutuhkan dana mendesak untuk keperluan
usahanya atau keperluan lainnya dan tidak mau berbelit-belit dengan
persyaratan bank. Oleh karena itu, beralihlah masyarakat yang membutuhkan
dana mendesak kepada produk penyaluran kredit PT Pegadaian yang
berlandaskan syariah yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai syariah
(Rahn).
Pegadaian merupakan suatu lembaga keuangan bukan bank yang
memberikan pinjaman kepada masyarakat dengan ciri khusus, yaitu secara
hukum gadai. Sesuai dengan hukum gadai bahwa calon peminjam mempunyai
kewajiban untuk menyerahkan barang bergerak miliknya sebagai agunan
kepada perusahaan pegadaian, disertai dengan pemberian hak kepada pegadaian
untuk melakukan penjualan secara lelang. Lelang dimaksudkan sebagai

3

penjualan barang agunan oleh perusahaan pegadaian apabila setelah batas
waktu perjanjian kredit berakhir, nasabah tidak dapat melunasi pinjaman atau
menebus barang tersebut, atau tidak memperpanjang kredit. (Martono,
2010:171)
Pegadaian termasuk bagian dari aktivitas ekonomi yang terpenting dan
suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput juga negara
Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim. Perkembangan produk-produk
yang berbasis syariah kian marak di Indonesia, tidak terkecuali produk yang
dihasilkan oleh PT Pegadaian.
Gadai syariah pada dasarnya, sebagai bagian dari sistem keuangan yang
merupakan tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang memiliki peran,
terutama dalam menyediakan jasa-jasa dibidang keuangan. Karena gadai
syariah bagian dari lembaga keuangan non perbankan yang dalam usahanya
tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, maka gadai syariah hanya diberikan wewenang untuk
memberikan pinjaman kepada masyarakat (nasabah). (Sasli Rais, 2006: 117)
Produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak
memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai
alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan dan melakukan bisnis
untuk memperoleh jasa dengan sistem bagi hasil. Pegadaian syariah atau
dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya Mudharabah (bagi hasil).
Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat menjadi awal kebangkitan
Pegadaian, satu hal yang perlu diamati bahwa PP/10 menegaskan misi yang
harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah riba, misi ini tidak berubah
hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan landasan kegiatan usaha PT
Pegadaian hingga sekarang. Setelah melalui kajian yang panjang, akhirnya
disusunlah suatu konsep pendirian Unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah
awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.
(Purnomo, 2009:2)

4

Berdasarkan pernyataan diatas, maka peran Pegadaian sebagai lembaga
pembiayaan masa sekarang dan masa yang akan datang tetap penting untuk
mewujudkan pemberdayaan ekonomi rakyat baik di kota maupun di pedesaan.
Pengalaman bergelut dengan masyarakat kecil sejak dulu menjadikan
pegadaian sangat akrab dalam menggalang ekonomi kerakyatan. Masyarakat
kecil umumnya masih terbelakang dan dalam kondisi seperti ini peranan
pegadaian sebagai pengaman sosial bagi masyarakat kecil semakin penting
untuk menyediakan kredit berskala kecil, cepat, biaya ringan dan tidak berbelit.
Pegadaian Syariah mempunyai produk-produk utama untuk menyalurkan
dananya kepada masyarakat. Produk-produk tersebut yaitu Rahn, Arrum dan
Mulia. Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip syariah,
dimana nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan
dan pemeliharaan barang jaminan (ijarah). Arrum (Ar-rahn untuk usaha mikro)
merupakan produk pegadaian yang melayani skema pinjaman berprinsip
syariah bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan
usaha melalui sistem pengembalian secara angsuran. Jaminan berupa BPKP
kendaraan sehingga fisik kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk
kebutuhan operasional usaha. Sedangkan Mulia adalah penjualan emas yang
dilakukan Pegadaian kepada masyarakat secara tunai ataupun angsuran dalam
jangka waktu tertentu.
Dalam menentukan jumlah penyaluran kredit gadai, PT Pegadaian
(Persero) akan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal
yang dimaksud yaitu bagaimana perusahaan dapat mengelola dengan baik
seperti manajemen asset perusahaan, faktor 5C (character, capacity, capital,
collateral, dan condition of economy). Termasuk di dalam faktor internal yaitu
perkembangan jumlah nasabah usaha pegadaian. Sedangkan dari faktor
eksternal, perusahaan juga memperhatikan kondisi perekonomian seperti
tingkat inflasi, dan tingkat harga emas. Kondisi jumlah nasabah, tingkat inflasi,
dan harga emas dapat dilihat di tabel 1.1 berikut:

5

Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Nasabah, Tingkat Inflasi, Harga Emas, dan
Penyaluran Kredit Rahn PT Pegadaian Tahun 2012-2017
Tahun
Jumlah Nasabah
(Orang)
Tingkat
Inflasi
(%)
Harga Emas
(Rp/Gram)
Penyaluran
Kredit
(Juta Rupiah)
2012 2.292.312 4,30 520.927 11.122.405
2013 2.635.871 8.38 455.762 11.535.454
2014 577.273 8.36 474.409 11.722.736
2015 823.980 3.35 470.619 13.077.842
2016 854.182 3.02 497.768 14.096.938
2017 850.182 3.61 567.454 14.949.915
Sumber: Annual Report Pegadaian dan Badan Pusat Statistik
Kondisi pada saat tahun 2012 Indonesia mengalami inflasi 4,30 persen,
sebanyak 2,2 juta orang nasabah dan pada tingkat harga emas Rp 520.000/gram
PT Pegadaian mampu menyalurkan dana kredit sebesar Rp 11,2 triliun. Tahun
berikutnya tingkat inflasi naik pada tingkat 8,38 persen, dan PT Pegadaian
mampu menyalurkan kredit sebesar Rp 11,5 miliar, meningkat dibanding tahun
sebelumnya.
Disamping tingkat inflasi yang berfluktuasi, jumlah nasabah juga
mengalami fluktuasi diikuti kenaikan jumlah penyaluran kredit gadai syariah
setiap tahunnya. Pada tahun 2015 sebanyak 823 ribu nasabah, dengan laju
inflasi pada tingkat 3,35 persen dan harga emas Rp 470.619/gram. Hal tersebut
menyimpulkan bahwa fluktuasi jumlah nasabah, inflasi, dan harga emas
mempengaruhi penyaluran kredit rahn. Jumlah nasabah, tingkat inflasi dan
harga emas adalah indikator yang tepat untuk menganalisis perkembangan
penyaluran kredit gadai syariah pasca krisis 2008.
Pada penelitian Winiarti (2013:3) menyimpulkan bahwa kenaikan jumlah
nasabah PT Pegadaian di wilayah Batam mempengaruhi jumlah penyaluran
kredit di PT Pegadaian di wilayah Batam. Semakin meningkat jumlah nasabah
maka semakin banyak kredit yang dapat disalurkan PT Pegadaian Cabang
Batam.

6

Tingkat inflasi juga mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Pengaruh
inflasi ini melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang
terbentuk dari tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat inflasi
tinggi maka tingkat bunga riil akan menurun, ini akan mengakibatkan naiknya
jumlah penyaluran kredit yang diakibatkan turunnya tingkat bunga riil.
Pengaruh perubahan inflasi pada penyaluran kredit terjadi tidak secara langsung
akan tetapi melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu. Dengan menggunakan
asumsi suku bunga riil jika terjadi inflasi naik maka expected profit akan
mengalami kenaikan dan permintaan kredit turut juga mengalami kenaikan,
tetapi jika inflasi naik yang diakibatkan dengan kenaikan nominal interest rate,
sehingga permintaan kredit juga akan naik. Dimana inflasi yang timbul karena
kenaikan biaya produksi (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang timbul karena
berkurangnya penawaran akibat kenaikan biaya produksi. (Aziz, 2013:11)
Faktor yang mempengaruhi lainnya adalah tingkat harga emas yang setiap
tahunnya mengalami fluktuasi. Harga emas mempengaruhi jumlah kredit yang
disalurkan karena barang yang paling sering digadaikan adalah emas. Oleh
karena itu tingkat harga emas sangat mempengaruhi jumlah nilai taksiran yang
akan digadaikan.
Hal ini tentu saja menjadi maslah bagi pegadaian syariah terutama dalam
peningkatan penyaluran kredit gadai syariah dalam mengembangkan usaha
masyarakat dari masa pemulihan krisis hingga sekarang serta meningkatkan
perekonomian Indonesia.
Untuk itu penulis menilai penting untuk mengadakan penelitian dan
membahas tersebut dengan judul “Pengaruh Jumlah Nasabah, Tingkat
Inflasi, dan Harga Emas Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah
(Rahn) pada PT Pegadaian Indonesia (periode 2012-2017)”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jumlah nasabah terhadap penyaluran kredit gadai
syariah (rahn) pada PT Pegadaian Indonesia (periode 2012-2017)?

7

2. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai
syariah (rahn) pada PT Pegadaian Indonesia (periode 2012-2017)?
3. Bagaimana pengaruh harga emas terhadap penyaluran kredit gadai syariah
(rahn) pada PT Pegadaian Indonesia (periode 2012-2017)?
4. Bagaimana pengaruh jumlah nasabah, tingkat inflasi, dan harga emas
secara simultan terhadap penyaluran kredit gadai syariah (rahn) pada PT
Pegadaian Indonesia (periode 2012-2017)?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah nasabah terhadap penyaluran kredit
Gadai Syariah (rahn) pada PT Pegadaian Indonesia (periode 2012-2017).
2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit
Gadai Syariah (rahn) pada PT Pegadaian Indonesia (periode 2012-2017).
3. Untuk mengetahui pengaruh harga emas terhadap penyaluran kredit Gadai
Syariah (rahn) pada PT Pegadaian Indonesia (periode 2012-2017).
4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah nasabah, tingkat inflasi, dan harga
emas secara simultan terhadap penyaluran kredit Gadai Syariah (rahn) pada
PT Pegadaian Indonesia (periode 2012-2017).

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan bisa memberikan
informasi dan dapat mendorong perkembangan bisnis pegadaian syariah di
Indonesia.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bisa menambah khazanah keilmuan
mengenai sistem ekonomi syariah di Indonesia khususnya dalam bidang
pegadaian syariah.

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pegadaian Syariah
a. Pengertian Pegadaian Syariah
Pegadaian Syariah merupakan sebuah lembaga yang dikeluarkan
oleh PT. Pegadain (Persero). Kemunculannya pada awal april 1990
menjadi awal kebangkitannya hingga saat ini. Namun dilihat dari
perkembangannya, pegadaian syariah dinilai belum banyak memberi
kontribusi bagi perekonomian Indonesia pada umumnya dan pada
pegadaian itu sendiri pada khususnya. Hal tersebut dapat dibuktikan
dari kantor-kantor cabang pegadaian syariah yang belum banyak
menjangkau skala kabupaten.
Pegadaian Syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari
uang pinjaman. Walaupun tidak menekankan pada bunga, pegadaian
syariah tetap memperoleh keuntungan yaitu dari biaya jasa simpan
barang (Ijarah) seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional.
Biaya tersebut dihitung nilai barang bukan jumlah pinjaman.
PT. Pegadaian (Persero) sampai saat ini merupakan satu-satunya
lembaga formal di Indonesia yang berdasarkan hukum diperbolehkan
melakukan pembiayaan dengan bentuk penyaluran kredit atas dasar
hukum gadai.
Bersama dengan perkembangan produk berbasis syariah yang
kian marak di Indonesia, sektor pegadaian juga ikut mengalaminya.
Pegadaian syariah hadir di Indonesia dalam bentuk kerja sama bank
syariah dengan PT. Pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah
di beberapa kota di Indonesia. Disamping itu, ada pula bank syariah
yang menjalankan kegiatan pegadaian syariah sendiri.

9

Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya berpegang
pada prinsip syariah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah
memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai
bentuk karena riba, menetapkan udang sebagai alat tukar bukan sebagai
komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk
memperoleh imbalan atau jasa dan/ atau bagi hasil. Payung hukum
gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-prinsip syariah berpegang
pada Fatwa DSN-MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002
tentang rahn yang meyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan, dan
Fatwa DSN-MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas.
Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap menginduk kepada
Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990.
(Soemitra, 2009:384)

b. Ketentuan Hukum Syariah
Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan
syarat tertentu, yaitu:
1) Rukun gadai: adanya ijab dan kabul; adanya pihak-pihak yang
berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (rahn) dan yang
menerima gadai (murtahin), adanya jaminan (marhun) berupa
barang atau harta; adanya utang (marhun bih)
2) Syarat sah gadai: rahin dan murtahin dengan syarat-syarat
kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan
transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan jual beli sah
melakukan gadai. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan
masa yang akan datang dan syarat-syarat tertentu. Utang (marhun
bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau
diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya
bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak dimanfaatkan maka tidak
sah, harus dikuantitatifkan atau dapat dihitung jumlahnya bila tidak

10

dapat diukur atau tidak dikuantitatifikasi, rahn itu tidak sah. Barang
(marhun) dengan syarat harus diperjualbelikan, harus berupa harta
yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah,
harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn
setidaknya harus seizin pemiliknya. (Ali Hasan, 2002:253)

c. Operasional Pegadaian Syariah
Salah satu bentuk jasa layanan lembaga keuangan yang menjadi
kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan dengan menggadaikan
barang sebagai jaminan. Landasan akad yang digunakan dalam
operasional perusahaan dalam pegadaian syariah adalah rahn.
Berlakunya rahn adalah bersifat (tabi’iyah) terhadap akad tertentu yang
dijalankan secara tidak tunai (dayn) sebagai jaminan untuk
mendapatkan kepercayaan. Adapun secara teknis, implementasi akad
rahn dalam lembaga pegadaian adalah sebagai berikut:

11

Gambar 2.1
Implementasi akad Rahn














Keterangan:
1) Rahin mendatangi murtahin untuk meminta fasilitas pembiayaan
dengan membawa marhun yang akan diserahkan kepada murtahin,
lalu murtahin melakukan pemeriksaan termasuk menaksir nilai
barang jaminan tersebut.
2) Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin
melakukan akad rahn.
3) Setelah itu, murtahin memberikan sejumlah pinjaman uang yang
jumlahnya dibawah nilai barang jaminan yang telah ditaksir.
4) Lalu diantara rahin dan murtahin melakukan akad yang baru
apabila pada saat jatuh tempo rahin ingin memperpanjang
pinjamannya dengan syarat yang telah ditentukan.

Marhun bih
(utang)
Murtahin (pihak
yang menerima)
Akad Baru
Pihak yang
menggadaikan
(Rahin)
Jaminan
(Marhun)
3
2
1
4
Sumber: Ade Purnomo (2009)

12

2. Rahn
a. Pengertian Rahn
Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-
prinsip syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern.
Besar kredit yang diberikan sama dengan Gadai Konvensional/KCA,
namun berbeda dalam proses penetapan sewa modal. Gadai Syariah
menerapkan biaya administrasi dibayar dimuka, yaitu saat akad baru/
akad perpanjangan serendah-rendahnya Rp. 2.000,- dan setinggi-
tingginya Rp. 100.000,- untuk jumlah pinjaman maksimum Rp.
200.000.000,-.
Tarif Ijarah dikenakan sebesar Rp. 80 – Rp. 90 per sepuluh hari
masa penyimpanan untuk setiap kelipatan Rp. 10.000,- dari taksiran
barang jaminan yang dititipkan/diagunkan. (Annual Report Pegadaian,
2013:60)
Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang
yang kita miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya,
atau dari hasil penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah
satu harta benda milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Barang yang dijamin tersebut memliki nilai ekonomis dan
pihak yang menahan itu memperoleh jaminan untuk dapat mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Rahn juga yaitu perjanjian
penyerahan barang atau harta Anda sebagai jaminan berdasarkan hukum
gadai berupa emas, perhiasan, kendaraan, atau barang bergerak lainnya
yang terbentuknya pegadaian syariah di Indonesia, yaitu yang
bekerjasama dengan Perum Pegadaian yang membentuk Unit Layanan
Gadai Syariah (ULGS) Rahn. (Ahmad Rodoni, 2004:188)
Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam
Kitabal-Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari
suatu hutang untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang

13

tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang. Sedamhkan
Imam Abu Zakaria al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab
mendefinisikan rahn sebagai menjadikan benda yang bersifat harta
benda itu bila utang tidak dibayar. (Sudarsono, 2003:126)
Gadai syariah (Rahn) adalah menahan salah satu harta milik
nasabah atau rahin sebagai barang jaminan atas pinjaman atau marhun
atas hutang/pinjaman atau marhun bih yang diterimanya, dan
barang/marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. (Sasli Rais, 2006:38)
Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Rahn adalah
menjamin utang dengan sesuatu yang bisa menjadi pembayar utang
tersebut, atau nilainya bisa menjamin utang tersebut.
b. Landasan Hukum
Seluruh aktifitas muamalat dalam Islam harus mempunyai
landasan hukum yang berasal dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah, serta
Ijma’ dan Qiyas. (Sasli Rais, 2006:39-40)
1) Al-Qur’an
Dalil yang memperbolehkan gadai, seperti yang tercantum
dalam surat Al-Baqarah, ayat 283 yang berbunyi sebagai berikut:
ٌناَهِرَف اًبِتاَك اوُدِجَت ْمَلَو ٍرَفَس ٰىَلَع ْمُتْنُك ْنِإَو َماًضْعَب ْمُكُضْعَب َنِمَأ ْنِإَف ۖ ٌةَضوُبْق ِ دَؤُيْلَف
ْكَت َلََو ۗ ُهَّبَر ََّاللَّ ِقَّتَيْلَو ُهَتَناَمَأ َنِمُتْؤا يِذَّلا ُمُت ِثآ ُهَّنِإَف اَهْمُتْكَي ْنَمَو ۚ َةَداَهَّشلا او اَمِب َُّاللََّو ۗ ُهُبْلَق ٌم
ميِلَع َنوُلَمْعَت

“jika kalian dalam perjalanan (bermuamalah tidak secara
tunai), sementara kalian tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (orang yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanat

14

(utangnya) dan hendaklah bertakwa kepada Allah Tuhannya (Al-
Baqarah, 2:283)

Yang menjadi dasar hukum dari ayat diatas adalah kata “ada
barang tanggungan yang dipegang oleh orang yang berpiutang”
barang tanggungan disini biasa dikenal dengan barang jaminan.

2) Hadits
Dari Aisyah r.a, Nabi SAW bersabda:
اًماَعَط ىَرَتْشا َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله َلْوُسَر َّنَأ ًعْرِد ُهَنَهَرَو ٍلَجَأ ىَلِإ ٍ يِدْوُهَي ْنِم ْنِم ا
ٍدْيِدَح.

Artinya:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW mpernah membeli makanan
seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi
kepadanya.” (H.R. Bukhori dan Muslim).

Hadits lain dari Anas r.a:
َّلَص ِيِبَّنلا ىَلِإ ىَشَم ُهَّنَأ ُهْنَع َُّاللَّ
َ
يِضَر ٍسَنَأ ْنَع َع َُّاللَّ ى َو ٍريِعَش ِزْبُخِب َمَّلَسَو ِهْيَل ٍةَخِنَس ٍةَلاَهإ
َل اًعْرِد َمَّلَسَو ِهْيَلَع َُّاللَّ ىَّلَص ُّيِبَّنلا َنَهَر ْدَقَلَو ْنِم َذَخَأَو ٍيِدوُهَي َدْنِع ِةَنيِدَمْلاِب ُه ِهِلْهَِلِ اًريِعَش ُه

Artinya:
“Dari Anas r.a bahwasannya ia berjalan menuju Nabi SAW dengan
roti dari gandum dan sungguh Rasulullah SAW telah menaguhkan
baju bes kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau
mengutamakan gandum dari seorang Yahudi.” (H.R. Anas r.a)

3) Ijtihad Ulama

15

Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadits
itu dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha
dengan jalan ijtihad, dengan kesepakatan para ulama bahwa gadai
diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan
kebolehannya. Demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun
demikian, perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam
bagaimana seharusnya pegadaian menurut landasan hukumnya.
4) Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai
jaminan hutang dalam bentuk rah dibolehkan dengan ketentuan yang
ditetapkan.

c. Rukun Rahn
Dalam perjanjian akad gadai, harus memnuhi beberapa rukun
gadai syariah. Rukun gadai tersebut antara lain:
1) Ar-Rahn (yang menggadaikan), syarat Rahn: orang yang telah
dewasa, berakal, bisa dipercayai, dan memiliki barang yang akan
digadaikan.
2) Al-Murtahin (yang menerima gadai), orang yang dipercaya Rahin
untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang gadai.
3) Al-Marhun (barang yang digadaikan), barang yang digunakan
Rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang.
4) Al-Marhun bih (utang), sejumlah dana yang diberikan murtahin
kepada Rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.
5) Sighat, (ijab dan qabul), kesepakatan antara Rahin dan murtahin
dalam melakukan transaksi gadai.

d. Syarat Rahn
Sebelum dilakukan Rahn, terlebih dahulu dilakukan akad. Akad
adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh 2 orang berdasarkan
perstujuan masing-masing. (Sasli Rais, 2006:42)

16

Sedangkan syarat rahn, ulama fiqh mengemukakannya sesuai
dengan rukun rahn itu sendiri, yaitu:
1) Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap
bertindak hukum (baligh dan berakal). Ulama Hanafiyah hanya
mensyaratkan cukup berakal saja. Karenanya, anak kecil yang
mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan buruk) boleh
melakukan akad rahn, dengan syarat mendapatkan persetujuan dari
walinya. Menurut Hendi Suhendi, syarat bagi yang berakad adalah
ahli tasharuf, artinya mampu membelanjakan harta dan dalam hal
ini memahami persoalan yang berkaitan dengan rahn.
2) Syarat Sighat (lafadz). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad
itu tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dengan masa
yang akan datang, karena akad rahn itu sama dengan akad jual-
beli. Apabila akad itu dibarengi dengan sesuatu, maka syaratnya
batal, sedangkan akadnya sah. Misalnya, Rahin mensyaratkan
apabila tenggang waktu marhun bih telah habis dan marhun bih
belum terbayar, maka rahn itu diperpanjang 1 bulan, mensyaratkan
marhun itu boleh murtahin manfaatkan.
3) Syarat marhun bih, adalah:
a) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin;
b) Marhun bih itu boleh dilunasi dengan marhun itu;
c) Marhun bih itu jelas/tetap dan tertentu.
4) Syarat marhun, menurut pakar fiqh, adalah:
a) Marhun itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan marhun
bih;
b) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal);
c) Marhun itu jelas dan tertentu;
d) Marhun itu milik sah Rahin;
e) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain;
f) Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam
beberapa tempat; dan

17

g) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun
manfaatnya.
Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No.
25/DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang
dapat diterima sebgai agunan pinjaman. Akan tetapi semua pegadaian
syariah di Pekalongan mempunyai pengkhususan pada barang-barang
yang tidak dapat diterima sebagai marhun, yaitu:
1) Barang milik pemerintah
2) Mudah membusuk
3) Berbahaya dan mudah terbakar
4) Barang yang dilarang peredarannya oleh peraturan yang berlaku
dan atau hukum Islam.
5) Cara memperoleh barang tersebut dilarang oleh hukum Islam.
6) Serta ketentuan khusus sebagai berikut:
a) Barang yang disewa-belikan.
b) Barang tersebut masih berupa hutang dan belum lunas.
c) Barang tersebut dalam masalah.
d) Berupa pakaian jadi.
e) Pemakaiannya sangat terbatas.
f) Hewan ternak.
g) Barang yang kurang nilai rahn-nya dibawah biaya invest
gadai.
Ketentuan-ketentuan tersebut diberlakukan mengingat
keterbatasan tempat, sumber daya, fasilitas. Chatamarrasid
menambahkan barang yang tidak dapat digadaikan yaitu barang-barang
karya seni yang nilainya relatif sukar ditaksir dan kendaraan bermotor
tahun keluaran 1996 keatas. (Chatamarrasid, 2008:15)

e. Persamaan dan Perbedaan Rahn dengan Gadai Konvensional

18

Menurut Sasli Rais (2006:46) persamaan antara gadai dengan
Rahn sebagai berikut:
1) Hak gadai berlaku atas pinjaman uang
2) Adanya barang sebagai jaminan hutang.
3) Tidak dibenarkan mengambil manfaat barang gadai.
4) Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai.
5) Bila tenggang waktu peminjaman uang telah habis, maka barang
yang digadaikan boleh dijual/ dilelang.
Sedangkan perbedaan antara gadai dengan Rahn adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Perbedaan Rahn dan Gadai Konvensional
NO. RAHN GADAI KONVENSIONAL
1. Dalam hukum Islam, Rahn
dilakukan secara sukarela
tanpa mencari keuntungan.
Dalam hukum perdata, disamping
prinsip-prinsip tolong-menolong
juga mengambil keuntungan dari
bunga yang ditetapkan.
2. Hanya berlaku untuk benda
bergerak (dalam hukum
perdata).
Berlaku untuk semua benda
(dalam hukum perdata).
3. Tidak ada bunga. Ada bunga.
4. Dapat dijalankan tanpa
melalui suatu lembaga
(independen).
Menurut hukum perdata
dilaksanakan melalui suatu
lembaga.
5. Pembentukan laba dari
jenis transaksi yang sesuai
dengan prinsip syariah.
Pembentukan laba dari bunga
teknik.

19

Perbedaan teknis antara pegadaian syariah dengan pegadaian
konvensional: (Nadratuzzaman, 2008:165)

Tabel 2.2
Perbedaan secara teknis pada PT. Pegadaian (Persero)
No. Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional
1. Biaya administrasi berdasarkan
barang.
Biaya administrasi berupa
prosentase yang didasarkan pada
golongan barang.
2. 1 hari dihitung 5 hari. 1 hari dihitung 15 hari.
3. Jasa simpanan berdasarkan
simpanan.
Sewa modal berdasarkan uang
pinjaman.
4. Bila pinjaman tidak dilunasi,
barang jaminan akan dijual
kepada masyarakat.
Bila pinjaman tidak dilunasi,
barang jaminan dilelang kepada
masyarakat.
5. Uang pinjaman 90% dari
taksiran.
Uang pinjaman untuk golongan A
92 % sedangkan untuk golongan B,
C, dan D 88%-86%
6. Maksimal jangka waktu 3
bulan.
Maksimal jangka waktu 4 bulan.
7. Kelebihan uang hasil dari
penjualan barang tidak diambil
oleh nasabah, diserahkan
kepada lembaga ZIS.
Kelebihan uang hasil lelang tidak
diambil nasabah, tetapi menjadi
milik pegadaian.

f. Praktek
Secara garis besar, pegadaian syariah berjalan atas dua akad:

20

1) Akad rahn, dalam akad ini selama rahin memberikan izin, maka
murtahin dapat memanfaatkan marhun yang diserahkan rahin
untuk memperoleh pendapatan (laba) dari usahanya. Namun,
bukan berarti murtahin boleh mengambil seluruh hasil dari
marhun tersebut. Hal tersebut dikarenakan marhun tersebut
bukan miliknya secara sempurna. (Sasli Rais, 2006:88)
2) Akad Ijarah adalah akad untuk memperbolehkan pemilikan
manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang disewa
dengan imbalan. (Sasli Rais, 2006:81)

g. Penggolongan Peminjaman
Tabel 2.3
Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah
Golongan
Rahn
Marhun Bih Tarif
Administrasi
Jangka
waktu
A 50.000 – 150.000 Rp. 2.000 120 hari
B1 550.000 – 1.000.000 Rp. 8.000 120 hari
B2 1.050.000 – 2.500.000 Rp. 15.000 120 hari
B3 2.550.000 – 5.000.000 Rp. 25.000 120 hari
C1 5.100.000 – 10.000.000 Rp. 40.000 120 hari
C2 10.100.000 – 15.000.000 Rp. 60.000 120 hari
C3 15.100.000 – 20.000.000 Rp. 80.000 120 hari
D 20.100.000 – 100.000.000 Rp. 100.000 120 hari
Sumber: Annual Report PT. Pegadaian 2013

3. Teori Umum Kredit
a. Pengertian Kredit
Kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah percaya.
Kredit yang dimaksud bagi pemberi adalah ia percaya kepada penerima
kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai

21

perjanjian, sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan
kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai
jangka waktu. (Titi Widiarti, 2013:2)
Menurut Kasmir (2012:113) kredit atau pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-pinjaman antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
imbalan, atau bagi hasil.
Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No. 10
Tahun 1998 Bab I Pasal 17 ayat 11, adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank maupun lembaga keuangan
bukan bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. (Purnomo, 2009:4)
Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit
oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan
usaha berdasarkan kepercayaan. Maksudnya, pemberi kredit percaya
kepada orang yang menerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti
akan kembali pokok berserta bunganya sesuai dengan perjanjian.
Sedangkan bagi orang yang menerima kredit merupakan penerimaan
kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai
dengan jangka waktu. Kredit adalah suatu kemampuan untuk
melaksanakan pembelian atau mengadakan pinjaman dengan surat
perjanjian, pembayaran akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu
jangka waktu yang telah disepakati. Kredit merupakan perkataan yang
tidak asing lagi bagi masyarakat, tidak saja dikenal oleh masyarakat
perkotaan tetapi juga masyarakat desa. Kata kredit tersebut sudah sangat
populer dikalangan masyarakat disebabkan karena manusia adalah

22

Homo Economicus dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Kebutuhan manusia selalu beraneka ragam sesuai
dengan harkatnya selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk
mencapai sesuatu yang diinginkannya terbatas. Hal ini menyebabkan
manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-citanya.
Dalam hal ini ia berusaha, maka untuk meningkatkan usahanya untuk
meningkatkan daya guna suatu barang, ia memerlukan bantuan dalam
bentuk pemodalan. Bantuan dari bank maupun lembaga keuangan
bukan bank dalam bentuk tambahan modal inilah yang sering disebut
dengan kredit. (Aziz, 2013:7)

b. Jenis Kredit
Jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2012:120) :
1) Dilihat dari segi kegunaan
a) Kredit investasi, untuk keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan
rehabilitasi.
b) Kredit modal kerja, untuk keperluan meningkatkan produksi
dalam operasionalnya.
2) Dilihat dari segi tujuan kredit
a) Kredit produktif, untuk peningkatan usaha atau produksi
atau investasi.
b) Kredit konsumtif, untuk dikonsumsi secara pribadi.
c) Kredit perdagangan, untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut.
3) Dilihat dari segi jangka waktu
a) Kredit jangka pendek, memiliki jangka waktu kurang dari 1
tahun atau paling lama 1 tahun.
b) Kredit jangka menengah, jangka waktu kreditnya berkisar
antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun.

23

c) Kredit jangka panjang, kredit yang jangka waktu
pengembaliannya di atas 3 tahun sampai 5 tahun.
4) Dilihat dari segi jaminan
a) Kredit dengan jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk
barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.
b) Kredit tanpa tanpa jaminan, merupakan kredit yang
diberikan tanpa ada jaminan barang atau jaminan orang.
5) Dilihat dari segi sektor usaha
a) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk
sektor perkebunan atau pertanian rakyat.
b) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek
misalnya peternakan ayam dan jangka panjang kambing dan
sapi.
c) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya
biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas,
minyak, dan tengah.
d) Kredit pendidikan, yang diberikan untuk membangun sarana
dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit
untuk para mahasiswa.
e) Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti
dosen, dokter, dan pengacara.
f) Kredit perumahan, kredit untuk membiayai pembangunan
atau pembelian perumahan dan biayanya berjangka waktu
panjang.

c. Fungsi Kredit
Menurut Kasmir (2012:117) fungsi kredit adalah:
1) Kredit akan meningkatkan daya guna (equity) uang. Kredit dapat
dijadikan modal usaha atau tambahan modal usaha yang
bermanfaat bagi kelancaran produksi suatu usaha, baik yang

24

diberikan secara langsung oleh pemilik modal maupun melalui
pihak perbankan.
2) Kredit mampu meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Sesuai fungsinya, jika kredit yang diberikan melalui rekening
giro, maka akan meningkatkan peredaran uang giral, sebaliknya
jika kredit yang diberikan secara tunai maka akan meningkatkan
peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan
berkembang.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang diberikan
oleh bank atau lembaga lain akan dapat digunakan oleh debitur
untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi
berguna dan bermanfaat.
4) Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaraan barang.
Kredit dapat digunakan sebagai tambahan modal usaha bagi
suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan berproduksi atau
mengolah suatu bahan baku dari bahan mentah menjadi barang
jadi, sehingga daya guna barang tersebut meningkat.
5) Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi. Dengan
memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas
ekonomi, karena dengan adanya kredit yang diberikan akan
menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.
6) Kredit mampu meningkatkan semangat dalam berusaha. Kredit
adalah salah satu insentif yang diharapkan mampu
meningkatkan volume usaha. Bantuan kredit yang diberikan
oleh bank akan berguna bagi perusahaan untuk mengatas
kekurangan modal, sehingga volume usaha dapat ditingkatkan.
7) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. Bantuan
kredit dapat dijadikan sarana bagi perusahaan untuk memperluas
usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Pendirian dan
peningkatan proyek baru memerlukan tenaga kerja sehingga

25

mereka memperoleh pendapatan, dalam hal ini, adanya kredit
membuat aliran kredit ke tenaga kerja menjadi merata.
8) Kredit merupakan alat untuk meningkatkan hubungan
internasional. Bank-bank asing di luar negeri dapat memberikan
kredit kepada sektor usaha di Indonesia baik secara langsung
maupun tidak langsung. Begitu pula dengan negara-negara
maju, mereka dapat juga memberikan bantuan kredit kepada
sektor dunia usaha di Indonesia. Dengan demikian, berarti
terjalin hubungan ekonomi dan internasional antar negara.
Sedangkan menurut Bank Indonesia, fungsi kredit adalah:
1) Bagi dunia usaha kredit berfungsi sebagai pemodalan untuk
menjaga kelangsungan atau meningkatkan usahanya dan sebagai
pengembalian kredit wajib dilakukan tepat waktu, diharapkan
dapat diperoleh dari keuntungan usahanya.
2) Bagi lembaga keuangan kredit berfungsi untuk menyalurkan
dana masyarakat (deposito, tabungan giro) dalam bentuk kredit
pada dunia usaha.

d. Kredit Pegadaian
Menurut buku pedoman operasional kantor cabang perum
pegadaian pengertian kredit gadai adalah pemberian pinjaman/ kredit
dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai
dan persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Nasabah
menyeleasaikan pinjamannya kepada perusahaan/ pegadaian sebagai
pemberi pinjaman/ kreditur, dengan cara mengembalikan uang
pinjaman dan membayar sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang
berlaku. (Khasanah, 2014:2)
Pegadaian sebagai lembaga yang tugasnya memberi pinjaman
uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Pegadaian diharapkan
akan lebih mampu mengelola usahanya meningkatkan efektivitas dan

26

produktifitasnya dengan lebih profesional, business oriented tanpa
meninggalkan ciri khusus dan misinya, yaitu penyaluran pinjaman atas
dasar hukum gadai dengan pasar sasaran masyarakat golongan ekonomi
lemah dan dengan cara mudah, cepat, aman, dan hemat, sesuai dengan
mottonya “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Masyarakat umumnya
hanya mengetahui kalau pegadaian itu hanya melayani jasa gadai saja.
Produk pegadaian cukup banyak, seperti jasa taksiran, jasa titipan, galeri
24 dan koin emas, usaha persewaan gudang, unit produksi perhiasan
emas dan balai lelang. Tujuan PT Pegadaian selain membantu
masyarakat dalam pembiayaan dana juga bertujuan untuk memperoleh
laba. Laba usaha PT. Pegadaian adalah selisih antara total pendapatan
dengan total biaya. Pendapatan PT. Pegadaian sebagian besar berasal
dari penghasilan bunga atas pinjaman uang yang diberikan serta
penghasilan dari produk jasa lainnya. Biaya yang harus dikeluarkan
adalah biaya operasional dan gaji pegawai. Sebagian besar biaya
operasional adalah biaya dana yang berupa bunga pinjaman dan
obligasi. Sebagian dari laba bersih disetorkan kepada pemerintah
sebagai dana pembangunan sementara sesuai dengan peraturan
pemerintah tentang PT Pegadaian. Sebagian lagi digunakan PT
Pegadaian untuk pengembangan usaha, termasuk peningkatan sumber
daya manusia (Aziz, 2013:7). Menurut buku pedoman operasional
Kantor Cabang Perum Pegadaian tujuan penyaluran kredit gadai adalah
untuk membantu masyarakat yang sedang membutuhkan uang agar
tidak jatuh ke tangan para pemberi uang pinjaman dengan bunga yang
tidak wajar, seperti tukang ijon atau rentenir. Selain itu dengan prosedur
yang mudah dan sederhana dalam pemberian kredit gadai diharapkan
akan melindungi masyarakat dari adanya prosedur dan persyaratan
kredit yang berbelit-belit yang menyusahkan dan tidak dapat dipenuhi
oleh masyarakat kecil. (Khasanah, 2014:3)

4. Nasabah

27

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, nasabah adalah pihak yang
menggunakan jasa bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Nasabah
penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank
Syariah atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan
akad antar bank syariah dan Unit Usaha Syariah dan nasabah yang
bersangkutan. Nasabah inverstor adalah nasabah yang menempatkan
dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk
investasi berdasarkan akad antara Bank Syariah dan atau Unit Usaha
Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah penerima fasilitas
adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dan atau yang dipersamakan
dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.

5. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum
dari barang/ komoditas dan jasa selama satu periode waktu tertentu.
(Adiwarman Karim, 2008:135)
Sedangkan menururt Rahardja dan Manurung (2004:155)
mengatakan bahwa, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang
yang bersifat umum dan terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno
(2004:333) Inflasi yaitu, kenaikan dalam harga barang dan jasa yang
terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan
penawaran barang di pasar. Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang
memburu barang yang terlalu sedikit.
Tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam seluruh
tingkat harga yang sangat bervariasi sepanjang waktu dan antar negara.
Indikatr yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi

28

masyarakat. IHK adalah suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian
barang dan jasa oleh rata-rata konsumen.
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat
harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus selama waktu
tertentu. Dalam hal ini merupakan sebuah proses kenaikan harga umum
barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-
harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama.
Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang
terpenting terdapat kenaikan harga barang umum secara terus-menerus
selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja
(meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan
inflasi. (Samuelson dan Nordhaus, 2004:305)
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata
uang secara terus-menerus (continue). Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) dan Gross Domestic
Product (GDP) Deflator.
Cara menghitung laju inflasi adalah perubahan persentase dalam
indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Rumusnya sebagai
berikut:



���� �������=
����−���(�−1) ×100%
���(�−1)

29


Keterangan:
Laju Inflasi : Laju inflasi/ defiasi pada bulan ke n.
IHKn : Indeks harga konsumen pada bulan ke n.
IHK(n-1) : Indeks harga konsumen pada bulan ke n-1.

b. Teori Inflasi
Menurut Adwin S. Atmadja (1999:55)
1) Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan
oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga
dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori
ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan
(ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap
timbulnya inflasi.
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:
a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang
beredar, baik uang kartal maupun giral.
b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai
kenaikan harga di masa mendatang.

2) Keynesian Model
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan

30

ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif
masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi
jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya
akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan
barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek
kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk membintangi
kenaikan (permintaan agregat). Leh karenanya sama seperti
pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak
dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
3) Mark-up Model
Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh
dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi
antara perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga
dapat dirumuskan sebagai berikut:



Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan
sebagai suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production,
maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi:


Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada
komponen-komponen yang menyusun cost of production dan atau
kenaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan
pada harga jual komoditi di pasar.
4) Teori Struktural:
??????����=??????���+??????����� ������
??????����=??????���+( �% ×??????���)

31

Model Inflasi di Negara Berkembang
Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang,
menunjukkan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan
fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau
cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi
negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak
agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam
negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian
musim yang terlalu cepat, bencana alam dan sebagainya) atau hal-
hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya
memburuknya term of trade; utang luar negeri dan kurs valuta asing,
dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik. Fenomena
struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural
dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut dengan
structural bottlenecks.

c. Penyebab Inflasi
Menurut Adiwarman Karim (2008:138), ada beberapa penyebab
terjadinya inflasi yaitu terdiri dari:
1) Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural Inflation
adalah Inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang
manusia tidak mempunyai kekuasaan dan mencegahnya. Human
Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.
2) Actual/ Expected Inflation dan Unanticipated/ Unexpected
Inflation. Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil
akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi
infasi, sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga
pinjaman nominal belum atau tidak mereflesikan kompensasi
terhadap efek inflasi.

32

3) Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation
diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi
permintaan agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu
perekonomian. Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi
karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif
(AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.
4) Spiralling Inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang
terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi
sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu
seterusnya.
5) Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation
adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara
karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan
Internasional. Domestic Inflation adalah inflasi yang hanya terjadi
di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi
negara-negara lainnya.

d. Dampak Inflasi
Adiwarman Karim (2010:139), menurut para ekonom Islam,
Inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:
1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap
fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka
dan fungsi dari unit perhitungan.
2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung
dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal
Propensity to Consume).
4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu
penumpukkan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan,

33

logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke
arah produktif seperti: pertanian, industri, transportasi dan lainnya.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung
parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai
pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih
baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang
bergairah untuk bekerja, menabung dan menggadakan investasi.
Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi
inflasi tak terkendali (hyperinflation) keadaan perekonomian menjadi
kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung atau mengadakan investasi dan produks
karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap
seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga
akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
(www.wikipedia.org)
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya
investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong
penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

e. Indikator Inflasi
Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang digunakan
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen (IHK)
adalah indeks harga dan barng-barang yang selalu digunakan para
konsumen. Akibatnya suatu perekonomian dalam masa inflasi terdapat
kecenderungan diantara pemilik modal untuk menggunakan uangnya
dalam investasi bersifat spekulatif dan tingkat bunga meningkat

34

sehingga dapat mengurangi investasi. Hal ini menimbulkan
ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase
perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya:
1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI),
adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu
yang dibeli oleh konsumen.
2) Indeks Biaya Hidup atau Cost of Living Index (COLI)
3) Indeks Harga Produsen (IHP) adalah indeks yang mengukur harga
rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk
melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk
meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga
bahan baku meningkatkan biaya produksi , yang kemudian akan
meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
4) Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.
5) Indeks harga barang-barang modal.
6) Deflator PDB, menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua
barang baru, barang produksi lokal, barang jadi dan jasa.
Macam-macam Ukuran Inflasi, menurut Adwin S. Atmadja
(1999:58)
a) Inflasi ringan : Dibawah 10% (single digit)
b) Inflasi sedang : 10% - 30%
c) Inflasi tinggi : 30% - 100%
d) Hyperinflation : Lebih dari 100%
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak
dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi
perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung

35

pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena
imbas (yang menderita) dari inflasi yang sedang terjadi.

6. Harga Emas
Emas adalah logam mulia yang padat, lembut, mengkilat, dan salah
satu logam yang paling lentur diantara logam lainnya. Dibandingkan dengan
jenis logam lainnya emas memiliki beberapa kelebihan, seperti pendapat
Jack Weatherford “dimanapun orang ingin menyentuhnya, mengenakannya,
bermain-main dengannya dan juga memilikinya, karena berbeda dengan
tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang mudah berkarat dan perak
yang memudar, emas murni tetaplah murni dan tidak berubah”. Sifat-sifat
alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga emas menjadi amat
bernilai. (Sholeh Dipraja, 2011:7)
Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang
sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas
juga banyak dijadikan sebagai alternatif investasi. Selain itu emas juga
menjadi suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu
bangsa. (Abi Anwar, 1008:9)
Sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini peranan emas bagi
kehidupan menjadi sangat penting. Selain fungsinya yang istimewa sebagai
perhiasan dan logam mulia, emas juga memiliki fungsi lain seperti mudah
dibentuk sesuai dengan keinginan, memiliki warna yang menarik serta
merupakan logam yang memiliki sifat konduktor yang sangat baik dimana
penggunaannya dapat digabungkan dengan jenis logam lainnya. Seperti
pada industri elektronik, komputer, dan penerbangan adalah beberapa
contoh sektor yang menggunakan emas dalam produk-produknya.
Sementara itu dalam dunia keuangan dan investasi, emas dikenal sebagai
aset yang memiliki nilai yang lebih berharga dibanding dengan logam
lainnya, dalam sistem periodik unsur logam emas termasuk ke dalam
golongan logam mulia sejenis komoditas yang memiliki nilai intrinsik yang

36

tinggi. Emas sejak lama dipergunakan sebagai aset untuk melindungi nilai
suatu kekayaan. (Domi Romadhan, 2010:5)
Harga emas dapat mencerminkan ekspektasi atau harapan terhadap
tingkat inflasi, emas dicari pada saat-saat tidak menentu, yakni ketika uang
kertas perlahan-lahan mulai kehilangan nilainya. Inflasi hanya mengikis
nilai uang kertas, tapi tidak mengurangi harga emas (Tanuwidjaja, 2009:40)
Dengan kondisi kenaikan tingkat harga nilai inflasi yang cenderung
tinggi maka menjadi wajar harga emas di Indonesia naik cukup pesat. Emas
termasuk investasi jenis middle risk investment yang mempunyai beban
resiko yang jauh lebih kecil dan memberikan keuntungan jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan investasi pada bank atau deposito. (Sholeh Dipraja,
2011:20)
Hal tersebut dikarenakan daya tahan emas yang cukup kuat dalam
menghadapi dampak dari inflasi. Ini dibuktikan dari harganya yang
cenderung stabil dan naik serta sangat jarang sekali emas mengalami
penurunan harga yang tajam.
Menurut Sholeh Dipraja (2011:12), ada tiga faktor yang menjadi
kelebihan dari emas, yakni:
a. Keterbatasan jumlahnya dan termasuk barang tambang (sumber daya
alam yang tidak dapat diperbarui), emas terbentuk karena proses alami
dan manusia hanya dapat menambangnya, proses penambangan tidak
mudah, bahkan dapat mempertaruhkan nyawa.
b. Tidak terkait dengan sistem bunga sebagaimana halnya dengan uang
kertas.
c. Kemampuan emas atas daya beli terkini, dalam arti emas mampu
beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat barang dan jasa
menjadi mahal. Sejak tahun 1968, yang menjadi patokan harga emas
seluruh dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar emas
London. Sistem ini dinamakan London Gold Fixing (LGF). London

37

Gold Fixing adalah suatu prosedur dimana harga emas ditentukan dua
kali sehari setiap hari kerja dipasar London oleh lima anggota Pasar
London Gold Fixing Ltd. Kelima anggota tersebut adalah:
(http://www.sgberjangka.com/index.php/MengenalEmasLocoLondon.
html)
1) Bank of Nova Scottia
2) Barclays Capital
3) Deutsche Bank
4) HSBC
5) Societe Generale.
Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima
member tersebut. Pada setiap awal periode perdagangan, Presiden London
Gold Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian
kelima anggota tersebut akan mengabarkan harga tersebut kepada dealer.
Dealer inilah yang berhubungan langsung dengan para pembeli sebenarnya
dari emas yang diperdagangkan tersebut. Posisi akhir harga yang
ditawarkan oleh setiap dealer kepada anggota London Gold Fixing
merupakan posisi bersih dari hasil akumulasi permintaan dan penawaran
klien mereka.
Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih
banyak dari penawaran secara otomatis harga akan naik, demikian pula
sebaliknya. Penentuan harga yang pasti menunggu hingga tercapainya titik
keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri
rapat dan mengatakan “There are no flags, and we’re fixed”. Proses
penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul 10.30
(Harga Emas Gold A.M) dan pada pukul 15.00 (Harga Emas Gold P.M).
Harga emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat,
Poundsterling Inggris dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai
harga penutupan pada hari perdagangan dan sering digunakan sebagai
patokan nilai kontrak emas di seluruh dunia.

38


B. Keterkaitan Variabel
1. Pengaruh Jumlah Nasabah Terhadap Penyaluran Kredit Gadai
Syariah (Rahn)
Jumlah nasabah adalah seberapa banyak jumlah nasabah yang
didapat oleh pegadaian. Peningkatan jumlah nasabah di pegadaian syariah
seiring dengan peningkatan penyaluran kredit gadai Rahn dari tahun ke
tahunnya menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kepercayaan terhadap
PT Pegadaian dan dapat dikatakan bahwa jumlah nasabah memiliki
pengaruh terhadap penyaluran kredit gadai (Rahn). (Dewi, 2016: 73)
Menurut penelitian Dewi (2016) menunjukkan bahwa variabel
jumlah nasabah secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Penyaluran kredit pada PT Pegadaian (Persero) di Cabang Samarinda
seberang Kota Samarinda.
Sedangkan menurut (Widiarti dan Sinarti, 2013: 2) nasabah adalah
orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank.
Layaknya bank, Perum Pegadaian sebagai lembaga keuangan yang menjual
kepercayaan (kredit) dan jasa juga memperoleh bunga dari penjualan kredit
dan pemberian jasa tersebut. Oleh karena itu, Perum Pegadaian berusaha
sebanyak mungkin menarik nasabah dengan cara peningkatan kualitas
pelayanan, memperbesar dana, memperluas pemberian kredit, dan jasa-jasa
lainya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Titi Widiarti dan Sinarti
(2013) menunjukkan bahwa variabel jumlah nasabah Perum Pegadaian
memperoleh thitung sebesar 4,534 dengan signifikansi sebesar 0.000
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa jumlah nasabah berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap variabel penyaluran kredit. Hasil dari
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ade
Septevany Dewi (2016) di mana variabel jumlah nasabah secara parsial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Penyaluran kredit pada PT
Pegadaian (Persero) di Cabang Samarinda seberang Kota Samarinda.

39

Perusahaan Pegadaian Syariah sebagai lembaga keuangan yang
menyalurkan kredit dan jasa mendapatkan laba dari bagi hasil. Oleh karena
itu, semakin banyak nasabah yang diperoleh semakin banyak pula kredit
yang disalurkan.

2. Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah
(Rahn)
Inflasi membawa dampak menurunkan kepercayaan masyarakat
terhadap uang tunai. Masyarakat akan mengalihkan uang tunai ke dalam
investasi yang tetap seperti tanah. Padahal, sumber dana potensial dari
masyarakat tidak memberikan sumbangan yang berarti bagi pembangunan
jika tidak diinvestasikan secara langsung pada sektor produktif, atau
disalurkan pada masyarakat peminjam dan melalui lembaga keuangan.
(Aziz, 2013:11)
Inflasi mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Pengaruh inflasi
ini melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang
berbentuk dari tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat
inflasi tinggi maka tingkat bunga riil akan menurun, ini akan mengakibatkan
naiknya jumlah penyaluran kredit yang diakibatkan turunnya tingkat bunga
riil. (Aziz, 2003:11)
Pengaruh perubahan inflasi pada penyaluran kredit terjadi tidak
secara langsung akan tetapi melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu Inflasi
sangat berpengaruh dengan permintaan kredit, dikarenakan inflasi berarti
juga kenaikan harga. Semakin naiknya harga, maka seseorang akan
berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan, dan dalam pemenuhan
kebutuhan tersebut bisa dengan cara mengajukan permintaan kredit dengan
menggunakan asumsi suku bunga riil. Oleh karena itu maka dengan adanya
kenaikan inflasi maka permintaan akan kredit juga semakin meningkat.
(Aziz, 2013:11)

40

Dengan menggunakan asumsi suku bunga riil jika terjadi inflasi naik
maka expected profit akan mengalami kenaikan dan permintaan kredit turut
juga mengalami kenaikan, tetapi jika inflasi naik yang diakibatkan dengan
kenaikan nominal interest rate, sehingga permintaan kredit juga akan naik.
Dimana inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi (Cost Push
Inflation) adalah inflasi yang timbul karena berkurangnya penawaran akibat
kenaikan produksi. (Aziz, 2013:11)
Kenaikan produksi akan menaikan harga barang dan turunnya
produksi, kenaikan proses produksi tersebut terjadi pada:
a. Biaya operasional, yaitu tingkat inflasi yang lebih tinggi akan
meningkatkan tingkat bunga nominal menjadi lebih tinggi dan
sebaliknya tingkat keseimbangan uang riil rendah.
b. Biaya menu (menu cost), semakin sering merubah harga yang terkadang
sering menimbulkan biaya yang lebih besar karena harus mencetak
ulang (catalog), memproduksi, mendistribusi, dan sebagainya.
c. Biaya akibat ketidak-nyamanan hidup yang ditimbulkan akibat adanya
inflasi. Uang sebagai tolak ukur dalam transaksi ekonomi dan ketika
terjadinya inflasi, alat ukur itu telah berubah panjangnya sehingga
seringkali hal ini dapat mengacaukan rencana anggaran belanja baik
rumah tangga produsen maupun rumah tangga konsumen. Dalam kasus
gadai syariah, pegadaian syariah sebagai investor dalam
pelaksanaannya barang yang digadaikan tetap bisa digunakan dan
diambil manfaatnya oleh pemilik barang tersebut. Pihak pegadaian
hanya memiliki surat kepemilikan barang tersebut sampai pemilik
aslinya menyelesaikan kredit tersebut sampai waktu yang ditentukan.
Maka inflasi akan berpengaruh dalam pelaksanaan penyaluran
kredit gadai ini adalah sebagai berikut:
a. Secara langsung pada harga barang yang menjadi objek transaksi.

41

b. Kemampuan nasabah dan pegadaian dikemudian hari apabila terjadi
inflasi yang mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan cicilan.
c. Tingkat kemampuan pegadaian.
Jadi hubungan antara inflasi dan kredit gadai syariah adalah searah
negatif. Jika inflasi meningkat maka harga barang yang menjadi objek
transaksi akan meningkat juga, selera masyarakat dalam bertransaksi
menjadi menurun dan penyaluran kredit gadai syariah juga menurun.
Mengembangkan teori Keynes yang menjelaskan bahwa terjadinya
inflasi disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan permintaan agregat
ini tidak hanya karena ekspansi bank sentral, namun dapat pula disebabkan
oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta dan
pengeluaran konsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan. Secara garis
besar Keynes menyebutkan bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat
ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Tingkat infasi yang
sangat tinggi akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian,
pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan pengangguran yang semakin
meningkat. Hal ini akan semakin menurunkan kepercayaan para investor
untuk menanam investasinya di Indonesia, sehingga perbankan maupun non
perbankan mengalami kesulitan dalam meyalurkan kredit. Jadi tingkat
inflasi sangat berhubungan negatif terhadap permintaan kredit di Indonesia.
Dalam penelitian Yigit (2013:1) menyatakan bahwa risiko eksternal
seperti fluktuasi laju inflasi akan menyebabkan lembaga keuangan
bertindak untuk menghindari risiko. Penghindaran risiko tersebut akan
mempengaruhi pasar kredit secara langsung dengan mengurangi
ketersediaan kredit, dan tidak langsung akan menaikkan biaya pinjaman.
Analisis Tobit simultan dari delapan negara menegaskan bahwa fluktuasi
inflasi tidak hanya menyebabkan ketidakseimbangan di pasar-pasar, tetapi
juga berpengaruh negatif terhadap jumlah kredit.

42

Namun, menurut Purnomo (2009:13) dalam penelitiannya bahwa
variabel tingkat inflasi secara statistik positif dan tidak signifikan terhadap
penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika karena
koefisien regresi yang dihasilkan sebesar -5,5405025 dan standar error
2,4229889 sedangkan t-statistik -2,286640 dengan α = 5% dan df = 56
diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,672 dengan probabilitas 0,0260. Hal ini
lebih menunjukkan bahwa Tingkat Inflasi yang terjadi di propinsi D.K.I
Jakarta tidak memberikan pengaruh terhadap pergerakan usaha penyaluran
kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.
Beberapa penyebab terjadi hal ini, lebih didominasi oleh faktor
kepercayaan nasabah yang tumbuh akan potensi keuntungan yang
terkandung dalam usaha penyaluran kredit Perum Pegadaian. Inflasi tidak
memberikan pengaruh akan pandangan kepercayaan masyarakat yang telah
terbentuk untuk menggunakan jasa kredit dari unti usaha Perum Pegadaian
yang lebih dikenal dengan berbagai kemudahan dan proses yang praktis dan
singkat, karena sesuai dengan motto Perum Pegadaian yaitu “mengatasi
masalah tanpa masalah”, sehingga kecenderungan akan pengaruh inflasi
terhadap jumlah penyaluran kredit Perum Pegadaian dikatakan sangat kecil
atau tidak ada sama sekali. (Purnomo, 2009:14)
3. Pengaruh Harga Emas Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah
(Rahn)
Kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat berdampak pada
penyaluran kredit PT Pegadaian. Menurut Humas Kanwil PT Pegadaian
Medan, Lintong P. Panjaitan mengatakan bahwa sejak turunnya harga emas
pada awal 2013, jumlah nasabah yang ingin membeli emas dengan sistem
kredit di Pegadaian meningkat dan sebaliknya jumlah penyaluran kredit
gadai menurun (www.topinformasi.com). Hal yang sama diungkapkan oleh
Eka Sri Yuliani selaku Kepala Pegadaian Syariah Kusumanegara
Yogyakarta yang mengatakan bahwa harga emas dunia yang terus menurun,
berpengaruh terhadap transaksi gadai emas di PT Pegadaian. Sejumlah

43

pegadaian di Yogyakarta sepi dari transaksi gadai emas.
(www.sindonews.com)
Harga emas yang terus mengalami kenaikan berdampak pada
peningkatan omzet pegadaian. Kenaikan harga emas membuat nilai taksiran
terhadap barang jaminan ikut naik. Akibatnya, jumlah pinjaman pada setiap
golongan bisa lebih banyak khususnya golongan C dan tentunya
mempengaruhi penyaluran kredit pada setiap golongan. Hampir 90%
barang digadaikan pada PT Pegadaian Probolinggo berupa emas.
Akibatnya, fluktuasi harga emas sangat mempengaruhi omzet pegadaian.
Pihak pegadaian menetapkan nilai taksiran emas sebesar 98% dari harga
pokok pembelian. Hal sebaliknya akan signifikan apabila ada penurunan
harga emas secara drastis maka jumlah pinjaman pada setiap golongan
khususnya golongan C juga akan mengalamami penurunan yang sangat
drastis yang berakibat pada penyaluran kredit pada setiap golongan.
(Mukhliz Arifin Aziz, 2013:12)
Dari beberapa pernyataam di atas dapat disimpulkan bahwa
fluktuasi kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat mempengaruhi
penyaluran kredit pada PT Pegadaian khususnya Kredit Gadai golongan C.
Semakin tinggi harga emas maka semakin tinggi pula penyaluran kredit
pada PT Pegadaian begitu pula sebaliknya.
C. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
No. Nama & Judul
Penelitian
Variabel Hasil
Persamaan Perbedaan
1. Sayyed Mahdi
Ziaei (2012)
“Effects of Gold
Price On Equity,
Bond And
Domestic Credit:
Harga Emas Equity,
Obligasi
Harga emas
berpengaruh
signifikan terhadap
obligasi dan
ekuitas. Sedangkan
harga emas tidak
memiliki pengaruh

44

Evidence From
ASEAN +3”
terhadap
penyaluran kredit
2. Titi Widiarti dan
Siniarti (2013)
“Pengaruh
Pendapatan,
Jumlah Nasabah,
dan Inflasi
Terhadap
Penyaluran Kredit
Pada Perum
Pegadaian Cabang
Batam (2013)”
Jumlah
Nasabah,
Inflasi
Harga Emas,
Pendapatan
Pendapatan dan
jumlah nasabah
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap
penyaluran kredit
Perum Pegadaian
Cabang Batam.
Sedangkan inflasi
kota Batam tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
penyaluran kredit
Perum Pegadaian
Cabang Batam
3.


Taner M. Yigit
(2013) “Effects of
Inflation
Uncertainty on
Credit Markets: A
Disequilibriu m
Approach”
Tingkat inflasi Pendapatan
Pegadaian,
Jumlah
Nasabah,
Harga Emas
Ffluktuasi inflasi
dari delapan negara
tidak hanya
menyebabkan
ketidakseimb
angan di pasar-
pasar, tetapi juga
berpengaruh
negatif terhadap
jumlah kredit.
4. Danny Febrian
(2015) “Analisis
Pengaruh Tingkat
Inflasi, Pendapatan
Pegadaian dan
Harga Emas
Terhadap
Penyaluran Kredit
Rahn Pada PT
Pegadaian Syariah
di Indonesia
Periode (2005-
2013)”
Tingkat
Inflasi, Harga
Emas
Pendapatan
Pegadaian,
Jumlah
Nasabah
Tingkat inflasi
secara parsial
berpenaruh negatif
dan tidak
signifikan terhadap
penyaluran Kredit
rahn. Sedangkan
Pendapatan
pegadaian dan
harga emas
masing-masing
secara parsial
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap
penyaluran kredit
rahn.
5. Winona Dwinie
Putri (2017)
Tingkat Inflasi Pendapatan
Pegadaian,
Tingkat Inflas tidak
berpengaruh

45

“Analisis Pengaruh
Tingkat Inflasi,
Pendapatan Usaha
Pegadaian dan
Jumlah Uang
Beredar Terhadap
Pemberian Kredit
Gadai Syariah
(Rahn)” pada
Pegadaian Syariah
di Indonesia
(Periode 2013-
2016)
Harga Emas,
Jumlah
Nasabah
signifikan sebesar
0.4011 terhadap
pemberian kredit
gadai syariah rahn.
Sedangkan tingkat
inflasi, pendapatan
pegadaian dan
jumlah uang
beredar masing-
masing
berpengaruh
terhadap pemberian
kredit gadai syariah
(rahn).
6. Ni Made Junita
Sari dan Nyoman
Abundanti (2016)
“Pengaruh DPK,
ROA, Inflasi dan
Suku Bunga SBI
terhadap
Penyaluran Kredit
Pada Bank Umum”
Inflasi DPK, ROA,
Suku Bunga
SBI,
Penyalurah
Kredit Bank
Umum
DPK berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
penyaluran kredit.
Sedangkan ROA,
inflasi dan SBI
masing-masing
berpengaruh positif
dan tidak
signifikan terhadap
penyaluran kredit
7. Masri Boy Eka
Putra dan
Muhammad
Rivandi
(2016)”Pengaruh
Pengaruh
Pendapatan, Harga
Emas dan Tingkat
Inflasi terhadap
Penyaluran Kredit
di Pegadaian
Cabang Padang”
Harga Emas,
Tingkat Inflasi
Pendapatan,
Jumlah
Nasabah
Pendapatan dan
harga emas
masing-masing
mempunyai
hubungan yang
positif dan
signifikan terhadap
penyaluran kredit.
Sedangkan tingkat
inflasi tidak
berhubungan
positif dengan
penyaluran kredit
pada PT Pegadaian
Cabang Padang
8. Mega Fajarwati
(2018)
“Analisis Pengaruh
Tingkat
Pendapatan,
Jumlah Nasabah,
Jumlah
Nasabah,
Harga Emas
Pendapatan,
Tingkat
Inflasi
Tingkat
Pendapatan tidak
berpengaruh
terhadapPenyaluran
Kredit, sedangkan
Jumlah Nasabah

46

dan Harga Emas
Terhadap
Penyaluran Kredit
Cepat Aman
(KCA) pada PT.
Pegadaian Unit
Pelayanan Cabang
Batu Periode 2015-
20017”
berpengaruh
signifikan terhadap
Penyaluran Kredit,
namun untuk
variabel Harga
Emas tidak
berpegaruh
terhadap
Penyaluran Kredit.

47

D. Kerangka Berpikir

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran




















Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) (Y)
PT Pegadaian Syariah Periode 2012-2017

Metode Analisis Data:
Regresi Linier Berganda

1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolonieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
d. Uji Autokorelasi
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
b. Uji Koefisien Determinasi (R
2
)
c. Uji f (Simultan)

Interpretasi

Kesimpulan



Jumlah
Nasabah
(X1)
Tingkat
Inflasi
(X2)
PENGARUH JUMLAH NASABAH, TINGKAT INFLASI DAN HARGA
EMAS TERHADAP PENYALURAN KREDIT GADAI SYARIAH
(RAHN) PADA PT PEGADAIAN INDONESIA PERIODE 2012-2017

Harga
Emas
(X3)

48

E. Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan apa yang akan kita cari dan dipelajari.
Hipotesis adalah pernyataan yang akan diterima secara sementara sebagai suatu
kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar
kerja panduan dalam verifikasi.
Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0 : tidak terdapat pengaruh jumlah nasabah secara parsial terhadap penyaluran
kredit gadai syariah (Rahn) pada PT Pegadaian periode 2012-2017.
Ha : terdapat pengaruh jumlah nasabah secara parsial terhadap penyaluran
kredit gadai syariah (Rahn) pada PT Pegadaian periode 2012-2017.
2. H0 : tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi secara parsial terhadap penyaluran
kredit gadai syariah (Rahn) pada PT Pegadaian periode 2012-2017.
Ha : terdapat pengaruh tingkat inflasi secara parsial terhadap penyaluran kredit
gadai syariah (Rahn) pada PT Pegadaian periode 2012-2017.
3. H0 : tidak terdapat pengaruh harga emas secara parsial terhadap penyaluran
kredit gadai syariah (Rahn) pada PT Pegadaian periode 2012-2017.
Ha : terdapat pengaruh harga emas secara parsial terhadap penyaluran kredit
gadai syariah (Rahn) pada PT Pegadaian periode 2012-2017.
4. H0 : tidak terdapat pengaruh jumlah nasabah, tingkat inflasi, dan harga emas
secara simultan terhadap penyaluran kredit gadai syariah (Rahn) pada PT
Pegadaian periode 2012-2017.
Ha : terdapat pengaruh jumlah nasabah, tingkat inflasi, dan harga emas secara
simultan terhadap penyaluran kredit gadai syariah (Rahn) pada PT Pegadaian
periode 2012-2017.

49

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas hal-hal yang dapat berpengaruh terhadapt
penyaluran kredit Rahn pada Pegadaian syariah. Faktor-faktor yang akan diteliti
adalah jumlah nasabah, tingkat inflasi dan harga emas. Penulis ingin
mengetahui sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dengan
pendekatan deskriptif dengan menggambarkan secara menyeluruh tentang
keadaan PT Pegadaian Indonesia dari sisi gadai syariah (Rahn).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari Laporan Tahunan PT Pegadaian Indonesia periode
2012-2017.
B. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur secara langsung berupa informasi
yang dinyatakan dalam bentuk angka. (Sugiyono, 2010: 15)
Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data
yang dihimpun melalui pihak lain yang berasal dari sumber data internal
maupun eksternal organisasi yang diambil berdasarkan periode waktu atau
disebut dengan runtut waktu tertentu (time series). Data yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penyaluran kredit gadai syariah (rahn) PT. Pegadaian diperoleh dari
annual report PT. Pegadaian Indonesia periode 2012-2017.
2. Jumah nasabah gadai syariah (rahn) PT. Pegadaian diperoleh dari annual
report PT. Pegadaian Indonesia periode 2012-2017.
3. Inflasi periode 2012-2017 diperoleh dari website Badan Pusat Statistik.
4. Harga emas tahun 2012-2017.diperoleh dari website PT Antam.

C. Metode Pengumpulan Data

50

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan.
Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah
karena pada umumnya data yang dikumpulkan akan digunakan untuk
melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya
(Nazir, 2011: 174).
Pada penelitian ini terdapat dua metode pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti, yaitu:
1. Dokumentasi
Dokumentasi di sini disebut pula dengan data sekunder, yaitu di mana
peneliti mendapatkan datanya melalui pencatatan sumber dan juga publikasi
melalui media. Data tersebut meliputi Jumlah Nasabah yang diperoleh dari
publikasi Annual Report PT Pegadaian Indonesia periode 2012-2017, data
Inflasi yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik dan data harga
emas dari PT Antam.
2. Studi Pustaka
Metode studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang
dilengkapi pula dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis berbagai
literatur yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan pembahasan dalam penelitian ini.

D. Metode Analisis Data
Dalam pengolahan data, digunakan penerapan metode kuadrat terkecil
biasa (Ordinary Least Square/OLS) untuk model regresi linier berganda dengan
didukung oleh analisis kuantitatif dengan menggunakan model ekonometrik
untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan antara variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Penulis menggunakan alat bantu
ekonometrika (software) yaitu eviews 8.
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, yaitu
dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Dalam

51

penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan format deduktif yang
dimulai dari keadaan umum menuju ke hal-hal yang khusus. Pemilihan alat
analisis Ordinary Least Square (OLS) ini digunakan untuk mencapai
penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan regresi
berganda (Multiple Regression) yaitu digunakan lebih dari sebuah variabel
bebas (Nachrowi, 2006:9)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyaluran kredit Rahn adalah Jumlah
Nasabah, Tingkat Inflasi dan Harga Emas yang dinyatakan dalam fungsi


Kemudian fungsi tersebut dimasukan dalam bentuk model regresi
linier berganda pada ekonometrika sebagai berikut:
Keterangan:
RAHN : Kredit Gadai Syariah (Rahn)
Βo : Constanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi
Nasabah : Jumlah Nasabah
Inflasi : Tingkat Inflasi
Emas : Harga emas
ε : error terms
Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien
β akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara
variabel independen dengan variabel dependen, Artinya kenaikan variabel
independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula
sebaliknya jika variabel independen mengalami penurunan. Sedangkan nilai
β akan negatif (-) jika menunjukkan hubungan yang berlawanan, artinya
kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel
Y = f (X1, X2, X3)
Y = βo + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + ε
RAHN = β₀ + β₁ NASABAH + β₂ INFLASI + β3 EMAS + ε

52

dependen, demikian pula sebaliknya. Uji yang pertama dilakukan adalah uji
normalitas dimana untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal
atau tidak. Selanjutnya model persamaan yang diperoleh dari pengolahan
data diupayakan tidak terjadi gejala multikolinieritas, heteroskedastisitas
dan autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala-gejala tersebut
akan dilakukan uji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. Berikut ini
merupakan alat untuk menguji suatu nilai residual, yaitu:

1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah model regresi yang menghasilkan
estimasi linier tidak bias (Best Linear Unbias Estimator/BLUE).
Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut
dengan asumsi klasik. Asumsi klasik selengkapnya adalah sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variabel yang
akan digunakan dalam penelitian, data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara
diantaranya, dengan uji Jarque-Bera atau Histogram Test. Suatu
variabel dikatakan normal jika korelogram pada gambar
menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal (Winarno,
2009:5.24).
Asumsi normalitas gangguan Ut adalah penting sekali
mengingat uji validitas pengaruh variabel independen baik secara
serempak (uji F) maupun sendiri-sendiri (uji t) dan estimasi nilai
variabel dependen mensyaratkan hal ini. Apabila asumsi ini tidak
terpenuhi, maka kedua uji ini dan estimasi nilai variabel dependen
adalah tidak valid untuk sampel kecil atau tertentu (Gujarati,
2006:67)

53

Untuk menguji dengan lebih akurat, diperlukan alat analisis
dan EViews menggunakan 2 (dua) cara, yaitu dengan Histogram dan
Uji Jarque-Bera. Uji Jarque-Bera adalah uji statistik untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji ini mengukur
perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan
apabila datanya bersifat normal. Rumus yang digunakan adalah:
(Winarno, 2009:5.37)
Hal ini ditunjukkan oleh:




Dimana:
N = ukuran sampel
S = skewness/kemencengan
K = kurtosis/peruncingan
K = banyaknya koefisien yang digunakan di dalam
persamaan

Berikut hipotesis langkah-langkah pengujian normalitas:
Hipotesis:
Ho : Model tidak normal.
Ha : Model normal.
Bila probabilitas Obs*R
2
> 0.05 → signifikan, Ho ditolak.
Bila probabilitas Obs*R
2
< 0.05 → tidak signifikan, Ho diterima.
Salah satu asumsi dalam analisis statistik adalah data
berdistribusi normal. Dalam analisis multivariate, para peneliti
menggunakan pedoman jika tiap variabel terdiri dari 30 data, maka
data sudah berdistribusi normal. Apabila melibatkan 3 variabel,
maka diperlukan 3 x 30 = 90 (Ajija, 2011:42).
&#3627408471;&#3627408462;&#3627408479;&#3627408478;&#3627408482;&#3627408466; &#3627408463;&#3627408466;&#3627408479;&#3627408462;=
&#3627408475;−&#3627408472;
6
(??????
2
+
(&#3627408472;−3)
2
4
)

54

Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis maka
dapat dicoba dengan metode lain yang mungkin memberikan
justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal, maka dapat
dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan transformasi data,
melakukan trimming data outliers atau menambah data observasi.
Transformasi dapat dilakukan ke dalam bentuk logaritma natural,
akar kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk
kurva normalnya, apakah condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di
tengah atau menyebar kesamping kanan dan kiri.

b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent
(Ghozali, 2011: 105). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi antar variabel bebasnya. Jika variabel bebasnya
saling berkorelasi, maka variabel- variabel ini tidak orthogonal.
Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara
sesame variabel sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinieritas di dalam sebuah model regresi adalah
sebagai berikut dapat dilakukan antara lain dengan melihat nilai
variance inflation factor (VIF)
Adapun hipotesisnya sebagai berikut
Ho : tidak ada multikolineritas
Ha : ada multikolineritas
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika nilai VIF < 10 maka Ho diterima dan menolak Ha
Jika nilai VIF ≥ 10 maka Ho ditolak dan menerima Ha

55

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain.
Asumsi dalam model regresi adalah dengan memenuhi (1)
residual memiliki nilai rata-rata nol, (2) residual memiliki varian
yang konstan,dan (3) residual suatu observasi tidak saling
berhubungan dengan residual observasi lainnya sehingga
menghasilkan estimator yang BLUE. Apabila asumsi (1) tidak
terpenuhi yang terpengaruh hanyalah slope estimator dan ini tidak
membawa konsekuensi serius dalam analisis ekonometrik.
Sedangkan jika asumsi (2) dan (3) tidak terpenuhi, maka akan
berdampak pada prediksi dengan model yang dibangun. Dalam
kenyataannya, nilai residual sulit memiliki varian yang konstan. Hal
ini sering terjadi pada data yang bersifat cross section dibanding
time series. (Winarno, 2011:5.8)
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika variance tidak
konstan atau berubah-ubah disebut dengan Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak
terjadi Heteroskedastisitas. (Nachrowi, 2006:109)
Secara simbolis, heteroskedastisitas dinyatakan sebagai
berikut:
E(u2i) = σ2i
Gangguan ui yang tercakup dalam fungsi regresi populasi
bersifat homokedastis artinya, semua memiliki varians yang sama,
σ2. Jika tidak demikian – jika varians ui adalah σ2i, yang
menunjukkannya bervariasi dari observasi ke observasi – berarti kita

56

menghadapisituasi heteroskedastisitas, atau varians tak sama, atau
nonkonstan. (Gujarati, 2006:82)
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya masalah heterokedastisitas.
Diantaranya dapat menggunakan Uji White. Berikut hipotesis
langkah-langkah untuk pengujian Heteroskedastisitas:
Hipotesis:
Ho: Model tidak terdapat Heteroskedastisitas
Ha: Terdapat Heteroskedastisitas
Bila probabilitas Obs*R
2
> 0.05 → Ho diterima
Bila probabilitas Obs*R
2
< 0.05 → Ho ditolak
Apabila Obs*R
2
pada Uji White lebih dari 0.05 maka Ho
diterima berarti model bebas dari masalah heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi
Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-i
(sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi
bebas dari autokolerasi. (Gujarati, 2006:112).
Sejalan dengan keterangan lainnya yang mengatakan bahwa
uji autokolerasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t sebelumnya pada model regresi linier yang dipergunakan.
(Nisfiannor, 2009:92)
Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi
sederhana antara setiap dua pengamatan error term adalah tidak
sama dengan nol, maka error term tersebut dikatakan memiliki

57

otokorelasi tanpa sifat perubahan, maka disebut otokorelasi murni
(pure autocorrelation) (Hamja, 2012:25). Berikut hipotesis langkah-
langkah pengujian autokorelasi:
Hipotesis:
Ho : Model tidak terdapat Autokorelasi.
Ha : Terdapat Autokorelasi.
Bila probabilitas Obs*R
2
> 0.05 → Ho diterima.
Bila probabilitas Obs*R
2
< 0.05 → Ho ditolak

Apabila probabilitas Obs*R
2
lebih besar dari 0.05 maka model
tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R
2

lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.
Apabila data mengandung autokorelasi, data harus segera
diperbaiki agar model tetap dapat digunakan. Untuk menghilangkan
masalah autokorelasi, maka dilakukan estimasi dengan diferensi
tingkat satu (Winarno, 2009:5.31)
Autokorelasi (atau otokorelasi) menunjukkan korelasi di
antara anggota serangkaian observasi yang di urutkan menurut
waktu atau ruang. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, yaitu
memperhatikan tstatistik, R-Square, uji F, dan Durbin Watson (DW)
atau melakukan uji LM (Metode Bruesch Godfrey) (Ajija, 2011:35).

2. Uji Hipotesis
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-
variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan software
Eviews 8.
a. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada
tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas

58

bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-
t yaitu dengan pengujian, yaitu : (Nachrowi, 2006:17).
Hipotesis:
Ho : artinya masing-masing variabel bebas tidak ada pengaruh yang
signifikan dari variabel terikat.
Ha : artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh yang
signifikan dari variabel terikat.

Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan
atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho
terima, Ha tolak). Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas
signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho
tolak, Ha terima).

b. Uji Adj R
2
(Adjusted R Square)
Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi koefisien
R
2
atau (R
2
adjusted). Koefisien determinasi ini menunjukkan
kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y
yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai koefisien R
2
atau
(R
2
adjusted) berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1,
semakin baik.

c. Uji F (Uji Fisher)
Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah
seluruh variabel bebas (independen) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat
signifikansi 0.05 (5%). Pengujian semua koefisien regresi secara
bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian, yaitu:
(Nachrowi, 2006:16)
Hipotesis:

59

Ho : artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ha : artinya secara bersama-sama ada pengaruh yang signifikan
antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan
atau tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Bila
probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat.

E. Opersional Variabel Penelitian
Variabel-variabel independen (variabel bebas) yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah Jumlah Nasabah, Inflasi dan Harga
Emas. Sedangkan variabel dependen (variabel terikat) adalah Penyaluran
Kredit Rahn.
Menurut Sasli Rais (2006:38) Gadai Syariah (Rahn) adalah menahan
salah satu harta milik nasabah atau rahin sebagai barang jaminan atas
pinjaman atau marhun atas hutang/pinjaman atau marhun bih yang
diterimanya, dan barang/marhun tersebut memiliki nilai ekonomis.
Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang
kita miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari
hasil penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta benda
milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
yang dijamin tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang menahan itu
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian
piutangnya. Rahn juga yaitu perjanjian penyerahan barang atau harta Anda
sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan,
kendaraan, atau barang bergerak lainnya yang terbentuknya Pegadaian
syariah di Indonesia, yaitu yang bekerjasama dengan Perum Pegadaian yang
membentuk Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) Rahn. (Ahmad Rodoni,
2004:188)

60

Data penyaluran kredit rahn dari diperoleh dari Laporan Tahunan
(Annual Report) PT Pegadaian (Persero). Data yang digunakan adalah data
kredit rahn yang disalurkan berupa data bulanan selama periode
pengamatan antara Januari 2012 – Desember 2017.
Variabel independen (X) pada penelitian ini terdiri dari:
1. Jumlah Nasabah
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, nasabah adalah pihak yang menggunakan
jasa bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Nasabah penyimpan
adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah atau Unit
Usaha Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antar bank
syariah dan Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Data
jumlah nasabah diperoleh dari Laporan Tahunan PT Pegadaian
(Persero). Data yang digunakan adalah data jumlah nasabah bulanan
selama periode pengamatan antara Januari 2012 – Desember 2017.
2. Inflasi
Menurut Adiwarman Karim (2008:135) Inflasi adalah kenaikan
tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu
periode waktu tertentu. Data tentang inflasi adalah data tentang laju
inflasi dalam persen yang terjadi di Indonesia. Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia dan
Badan Pusat Statistik Indonesia berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu
dari Januari 2012 – Desember 2017 dan dinyatakan dalam bentuk
persentase.
3. Harga Emas
Harga emas adalah harga yang terbentuk dari akumulasi
permintaan dan penawaran di pasar emas London. Harga emas yang
digunakan adalah harga emas pada saat penutupan pada sore hari (harga
emas Gold P.M). Namun, karena PT Pegadaian mengacu pada harga
emas ANTAM. Data harga emas diambil dari www.antam.com. Data

61

yang digunakan adalah data harga emas bulanan selama periode
pengamatan antara Januari 2012 – Desember 2017.

Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Satuan
Penyaluran
Kredit Gadai
Syariah
(Rahn)
Gadai Syariah (Rahn) adalah produk jasa gadai yang
berlandaskan pada prinsip prinsip syariah, dimana
nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan
biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan
(Ijarah).
Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang
dengan barang yang kita miliki di mana uang
dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari
hasil penjualannya. Rahn juga bisa diartikan
menahan salah satu harta benda milik si penjamin
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Barang yang dijamin tersebut memiliki nilai
ekonomis dan pihak yang menahan itu memperoleh
jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh
atau sebagian piutangnya. (Ahmad Rodoni,
2004:188)
Rupiah
Jumlah
Nasabah
(Nasabah)
Jumlah nasabah adalah seberapa banyak jumlah
nasabah yang didapat oleh pegadaian (Dewi, 2016:
73). Jumlah nasabah di sini merupakan jumlah dari
nasabah yang melakukan pembiayaan di PT
Pegadaian (Persero), khususnya yang menggunakan
produk Gadai Syariah (Rahn).
Orang

62

Inflasi
(Inflasi)
Kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang/komoditas dan jasa selama suatu periode
waktu tertentu. (Adiwarman Karim, 2008:135)
Persen
Harga Emas
(Emas)
Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal
sepanjang sejarah kehidupan manusia, bukan hanya
sekedar untuk perhiasan, emas juga banyak dijadikan
sebagai alternatif investasi. Selain itu emas juga
menjadi suatu indikator dari tingkat kekayaan
individu maupun suatu bangsa (M. Abi Anwar,
2008:9).
Rupiah
Sumber: berbagai sumber

63

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai.
Lembaga semacam ini pada awalnya berkembang di Italia yang
kemudian dipraktikkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya
Inggris dan Belanda. Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia dibawa
dan dikembangkan oleh orang Belanda (VOC). Bentuk usaha pegadaian
di Indonesia berawal dari Ban van Lening pada masa VOC, yang
mempunyai tugas memberikan pinjaman uang kepada masyarakat
dengan jaminan gadai. Sejak itu, bentuk usaha pegadaian telah
mengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan
peraturan-peraturan yang mengaturnya (Rais, 2008: 123).
Kemudian, berdirinya pegadaian syariah berawal pada tahun
1998 ketika beberapa general manager melakukan studi banding ke
Malaysia. Setelah melakukan studi banding, mulai dilakukan
penggodokan rencana pendirian pegadaian syariah. Akan tetapi ketika
itu ada sedikit masalah internal sehingga hasil studi banding itu pun
hanya ditumpuk. Pada tahun 2000 konsep bank syariah mulai marak.
Saat itu Bank Muamalat Indonesia (BMI) menawarkan kerjasama dan
membantu segi pembiayaan dan pengembangan. Tahun 2002 mulai
diterapkan sistem pegadaian syariah dan pada tahun 2003 pegadaian
syariah resmi dioperasikan dan pegadaian cabang Dewi Sartika menjadi
kantor cabang pegadaian pertama yang menerapkan sistem pegadaian
syariah (Anshori, 2011: 5).

2. Visi dan Misi Perusahaan

64

Visi dan Misi Pegadaian saat ini ditetapkan bersamaan dengan
Pengesahan Rencana jangka Panjang Perusahaan (RjPP) PT Pegadaian
(Persero) tahun 2013-2017 yang tercantum dalam Risalah Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) No. 27A/004202/2013 tanggal 14 januari
2013. Visi dan misi PT Pegadaian ini tertera dalam webiste juga Annual
Report PT Pegadaian (2016). Visi dan Misi PT Pegadaian (Persero)
adalah sebagai berikut:
Visi:
Sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu
menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang
terbaik untuk masyarakat menengah kebawah.
Misi:
a. Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah, aman dan
selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah
kebawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
b. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang
memberikan kemudahan dan kenyamanan di seluruh Pegadaian
dalam mempersiapkan diri menjadi pemain regional dan tetap
menjadi pilihan utama masyarakat.
c. Membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat golongan menengah kebawah dan melaksanakan usaha
lain dalam rangka optimalisasi sumber daya Pegadaian.

3. Perubahan Nama dan Status Pegadaian
Dalam Annual Report PT Pegadaian (2016) dijelaskan, sejak
dikelola Pemerintah Republik Indonesia, Pegadaian mengalami
beberapa kali perubahan status badan hukum. Perubahan itu adalah:
a. Perusahaan Negara (PN) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang (Perpu) No. 19 Tahun 1960 Jo Peraturan
Pemerintah (PP) No. 178 Tahun 1961

65

b. Perusahaan Jawatan (Perjan) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)
No. 7 Tahun 1969
c. Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)
No. 10 Tahun 1990 yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah
(PP) No. 103 Tahun 2000
d. Perusahaan Perseroan (PT Persero) berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 51 Tahun 2011
Sebagai Perusahaan Perseroan, PT Pegadaian (Persero) didirikan
dengan Akta Pendirian No. 01 tanggal 1 April 2012 yang dibuat
dihadapan Nanda Fauz Iwan,SH., M.Kn, Notaris di Jakarta Selatan, dan
kemudaian disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-17525.H.01.01 tahun
2012 tanggal 4 April 2012 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan,
telah disahkan Badan Hukum Perseroan PT Pegadaian (Persero). Akta
Pendirian mengalami penyempurnaan dengan perubahan terakhir
dengan Akta No. 6 Tanggal 26 Juli 2016 yang dibuatkan dihadapan
Nanda Fauz Iwan, SH., MKn., Notaris di Jakarta Selatan yang telah
diterima pemberitahuannya oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan surat No. AHU-AH.01.03-
0067050 tanggal 27 Juli 2016.
Pegadaian berdiri atas dasar keinginan mulia Pemerintah untuk
membantu masyarakat luas yang membutuhkan solusi pendanaan,
mencegah ijon, rentenir dan pinjaman tidak wajar lainnya guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil serta mendukung program
Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional.

4. Kegiatan Usaha PT Pegadaian (Persero)
Dalam perjalanannya, Pegadaian saat ini tidak hanya sebagai
sebuah lembaga pembiayaan, namun telah berkembang sebagai solusi
bisnis terpadu bagi masyarakat melalui ragam produk dan layanan yang

66

diberikan, yakni produk pembiayaan gadai dan fidusia bagi masyarakat
yang membutuhkan likuiditas (pendanaan), produk investasi emas
secara mudah dan aman bagi masyarakat yang kelebihan likuiditas, serta
produk aneka jasa (remittance & payment) bagi masyarakat yang
membutuhkan layanan percepatan transaksi keuangan.
Pegadaian memiliki maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam bidang gadai dan fidusia, baik secara
konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan
sesuai dengan ketentuan 58 peraturan perundang-undangan. Kegiatan
usaha tersebut bertujuan untuk membantu masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah,
serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Pegadaian dengan
menerapkan prinsip perseroan terbatas. Untuk mencapai maksud dan
tujuan tersebut, Pegadaian melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha
sebagaimana yang terlampir dan dijelaskan dalam Annual Report PT
Pegadaian (2016). Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
Kegiatan usaha utama:
a. Penyaluran pinjaman berdasarkan hukum gadai termasuk gadai
efek;
b. Penyaluran pinjaman berdasarkan jaminan fidusia;
c. Pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa taksiran, sertifikat, dan
perdagangan logam mulia serta batu adi.
Kegiatan usaha lainnya:
a. Jasa transfer uang, jasa transaksi pembayaran, dan jasa administrasi
pinjaman;
b. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya Pegadaian

B. Deskripsi Data
1. Jumlah Nasabah

67

Jumlah nasabah adalah seberapa banyak jumlah dari nasabah
yang melakukan pembiayaan di PT Pegadaian (Persero). Jumlah
nasabah dalam penelitian ini, yaitu banyaknya nasabah yang melakukan
transaksi gadai syariah (Rahn) pada PT Pegadaian (Persero) Indonesia.
Adapun data dari keseluruhan jumlah nasabah gadai syariah tahunan
diperoleh melalui Annual Report yang dipublikasikan pada website PT
Pegadaian (Persero). Sementara data bulanan untuk jumlah nasabah
diperoleh penulis dengan cara interpolasi data tahunan menjadi data
bulanan menggunakan software Eviews 8.0. Berikut merupakan data
Jumlah Nasabah untuk periode Januari 2012 sampai dengan Desember
2017.
Tabel 4.1
Data Jumlah Nasabah
Januari 2012 s.d Desember 2017
(dalam jumlah orang)
Bulan
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jan 119.287 239.666 94.937 62.228 70.500 71.473
Feb 136.964 240.661 81.976 63.816 70.690 71.425
Mar 153.251 240.267 70.348 65.279 70.860 71.358
Apr 168.148 238.482 60.054 66.616 71.010 71.271
Mei 181.655 235.307 51.095 67.828 71.141 71.164
Jun 193.772 230.743 43.470 68.915 71.252 71.037
Jul 204.499 224.788 37.178 69.877 71.343 70.891
Agust 213.835 217.442 32.221 70.713 71.414 70.724
Sept 221.781 208.707 28.598 71.424 71.465 70.538
Okt 228.338 198.582 26.309 72.010 71.497 70.332
Nov 233.504 187.066 25.354 72.470 71.509 70.107
Des 237.280 174.161 25.733 72.805 71.501 69.861
Sumber: Annual Report PT Pegadaian 2012-2017 (data diolah)

68

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun
2012 jumlah nasabah gadai syariah tertinggi ada pada bulan Desember
dengan jumlah sebesar 237.280 nasabah dan jumlah nasabah terendah
pada bulan Januari sebesar 119.287 nasabah. Pada tahun 2013 jumlah
nasabah tertinggi pada bulan Februari sebesar 240.661 nasabah dan
jumlah terendah pada bulan Desember sebesar 174.161 nasabah. Jumlah
nasabah tertinggi pada tahun 2014 ada di bulan Januari, yaitu sebesar
94.937 sedangkan yang terendah ada di bulan November sebesar 25.354
nasabah. Pada tahun 2015 jumlah nasabah terbesar pada bulan
Desember sebesar 72.805 nasabah dan yang terendah pada bulan Januari
sebesar 62.228 nasabah. Pada tahun 2016 jumlah nasabah terbesar ada
pada bulan November sebesar 71.509 nasabah dan terendah pada bulan
Januari sebesar 70.500 nasabah. Sedangkan pada tahun 2017 jumlah
nasabah terbesar ada pada bulan Januari, yaitu sebesar 71.473 dan yang
terendah pada bulan Desember sebesar 69.861.

2. Inflasi
Menurut Milton Friedman dalam (Billah, 2010:106), semua
inflasi berasal dari naiknya permintaan atas barang-barang dan jasa yang
sangat mencolok oleh ekspansi moneter. Munculnya biaya akan
memunculkan menaiknya harga di beberapa pasar, tetapi hal ini tidak
dapat berlaku secara keseluruhan kecuali jumlah uang yang ada
bertambah. Monetarist menyatakan bahwa inflasi pada dasarnya
disebabkan oleh naiknya persediaan uang. Adapun data inflasi
Indonesia pada periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2017
tergambar dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Tingkat Inflasi
Januari 2012 s.d Desember 2017
(dalam persen)

69

Bulan
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jan 3,65 4,57 8,22 6,96 4,14 3,49
Feb 3,56 5,31 7,75 6,29 4,42 3,83
Mar 3,97 5,90 7,32 6,38 4,45 3,61
Apr 4,50 5,57 7,25 6,79 3,60 4,17
Mei 4,45 5,47 7,32 7,15 3,33 4,33
Jun 4,53 5,90 6,70 7,26 3,45 4,37
Jul 4,56 8,61 4,53 7,26 3,21 3,88
Agust 4,58 8,79 3,99 7,18 2,79 3,82
Sept 4,31 8,40 4,53 6,83 3,07 3,72
Okt 4,61 8,32 4,83 6,25 3,31 3,58
Nov 4,32 8,37 6,23 4,89 3,58 3,30
Des 4,30 8,38 8,36 3,35 3,02 3,61
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh data inflasi dalam bentuk
persen yang diperoleh dari website Badan Pusat Statistik. Pada tahun
2012 Inflasi terbesar terjadi pada bulan Oktober dengan nilai 4,61 persen
dan terendah pada bulan Februari dengan nilai 3,56 persen. Pada tahun
2013 Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus dengan nilai 8,79
persen dan terendah pada bulan Januari dengan nilai 4,57 persen. Pada
tahun 2014 Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan nilai
8,36 persen dan terendah terjadi pada bulan Agustus dengan nilai yaitu
sebesar 3,99 persen. Pada tahun 2015 Inflasi tertinggi terjadi pada bulan
Juni dan Juli dengan nilai yang sama sebesar 7,26 persen dan Inflasi
terendah terjadi pada bulan Desember dengan nilai 3,35 persen. Pada
tahun 2016 Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Maret dengan nilai 4,45
persen dan inflasi terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 2,79
persen. Sedangkan pada tahun 2017 Inflasi tertinggi terjadi pada bulan
Juni dengan nilai 4,37 persen dan inflasi terendah terjadi pada bulan

70

November dengan nilai 3,30 persen. Nilai inflasi tertinggi selama
periode 2012 sampai dengan 2017 terjadi pada bulan Agustus 2013
sebesar 8,79 persen dan inflasi terendah terjadi pada bulan Agustus 2016
dengan nilai 2,79 persen.

3. Harga Emas
Data untuk variabel Harga Emas ditunjukkan oleh tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Data Harga Emas
Januari 2012 s.d Desember 2017
(dalam rupiah)
Bulan
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jan 479.447 393.131 391.313 389.363 398.570 440.395
Feb 469.587 389.091 392.478 389.279 400.702 445.481
Mar 460.211 385.536 393.514 389.374 403.080 450.812
Apr 451.320 382.466 394.419 389.648 405.703 456.390
Mei 442.915 379.880 395.195 390.101 408.573 462.214
Jun 434.994 377.780 395.840 390.733 411.690 468.284
Jul 427.559 376.165 396.356 391.544 415.052 474.601
Agust 420.608 375.035 396.742 392.534 418.660 481.163
Sept 414.143 374.390 396.998 393.703 422.515 487.972
Okt 408.163 374.229 397.125 395.051 426.616 495.026
Nov 402.667 374.554 397.121 396.578 430.963 502.327
Des 397.657 375.364 396.988 398.285 435.556 509.874
Sumber: PT Antam (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diperoleh data harga emas dalam
bentuk rupiah per gram yang diperoleh dari website PT Antam. Pada
tahun 2012 harga emas tertinggi terdapat pada bulan Januari dengan
harga berkisar Rp. 479.447 per gram dan harga emas terendah terdapat

71

pada bulan Desember dengan harga berkisar Rp. 397.657 per gram.
Tahun 2013 harga emas tertinggi terdapat pada bulan Januari dengan
harga berkisar Rp. 393.131 per gram dan harga emas terendah terdapat
pada bulan Oktober dengan harga emas berkisar Rp. 374.229 per gram.
Pada tahun 2014 harga emas tertinggi terdapat pada bulan Oktober
dengan harga berkisar Rp. 397.125 per gram dan harga emas terendah
terdapat pada bulan Januari dengan harga berkisar Rp. 391.313 per
gram. Tahun 2015 harga emas tertinggi terdapat pada bulan Desember
dengan harga berkisar Rp. 398.285 per gram dan harga emas terendah
terdapat pada bulan Februari dengan harga emas berkisar Rp. 389.279
per gram. Pada tahun 2016 harga emas tertinggi terdapat pada bulan
Desember dengan harga berkisar Rp. 435.556 per gram dan harga emas
terendah terdapat pada bulan Januari dengan harga berkisar Rp. 398.570
per gram. Sedangkan pada tahun 2017 harga emas tertinggi terdapat
pada bulan Desember dengan harga emas berkisar Rp. 509.874 per gram
dan harga emas terendah terdapat pada bulan Januari yaitu sebesar
Rp.440.395 per gram.

4. Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn)
Menurut Annual Report PT Pegadaian (2016: 53), Pegadaian
Rahn merupakan produk yang memberikan pinjaman dengan perjanjian
gadai yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Pada Pegadaian Rahn
nasabah tidak dikenakan biaya sewa modal, melainkan dikenakan ujrah
yang dihitung dari taksiran barang yang diserahkan ke PT Pegadaian
pada saat mengajukan pembiayaan.
Tabel berikut ini menunjukkan data penyaluran gadai syariah
(Rahn) pada periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2017.
Adapun data tersebut didapat penulis dengan melakukan interpolasi data
menggunakan software Eviews 8.0.

72

Tabel 4.4
Data Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn)
Januari 2012 s.d Desember 2017
(dalam juta rupiah)
Bulan
TAHUN
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Jan 905.581 948.625 953.634 1.042.697 1.138.112 1.215.538
Feb 909.887 951.363 955.610 1.051.913 1.145.093 1.221.365
Mar 914.062 953.970 958.263 1.060.934 1.151.977 1.227.096
Apr 918.106 956.446 961.591 1.069.761 1.158.766 1.232.732
Mei 922.020 958.792 965.594 1.078.394 1.165.459 1.238.270
Jun 925.803 961.007 970.274 1.086.832 1.172.055 1.243.713
Jul 929.455 963.092 975.630 1.095.076 1.178.555 1.249.060
Agust 932.977 965.046 981.661 1.103.125 1.184.959 1.254.310
Sept 936.368 966.869 988.368 1.110.980 1.191.267 1.259.465
Okt 939.628 968.561 995.751 1.118.640 1.197.479 1.264.523
Nov 942.758 970.123 1.003.810 1.126.106 1.203.595 1.269.485
Des 945.757 971.554 1.012.545 1.133.378 1.209.615 1.274.351
Sumber: Annual Report PT Pegadaian 2012-2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun
2012 penyaluran Gadai Syariah (Rahn) tertinggi ada pada bulan
Desember dengan jumlah sebesar 945.757.137.828 dan terendah pada
bulan Januari sebesar 905.581.738.522. Pada tahun 2013 penyaluran
Gadai Syariah (Rahn) tertinggi pada bulan Desember sebesar
971.554.842.689 dan terendah pada bulan Januari sebesar
948.625.533.661. Penyaluran Gadai Syariah (Rahn) tertinggi pada
tahun 2014 ada di bulan Desember, yaitu sebesar 1.012.545.047.068
sedangkan yang terendah ada di bulan Januari sebesar 953.634.394.290.
Pada tahun 2015 penyaluran Gadai Syariah (Rahn) terbesar pada bulan
Desember sebesar 1.133.378.369.406 dan yang terendah pada bulan

73

Januari sebesar 1.042.697.043.017. Pada tahun 2016 penyaluran Gadai
Syariah (Rahn) terbesar ada pada bulan Desember sebesar
1.205.469.320.795 dan terendah pada bulan Januari sebesar
1.140.455.424.961. Sedangkan pada tahun 2017 penyaluran Gadai
Syariah (Rahn) terbesar terdapat pada bulan Desember yaitu sebesar
1.274.351.595.775 dan terendah pada bulan Januari sebesar
1.215.538.453.414.

C. Analisis dan Pembahasan
Seluruh data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
menggunakan data sekunder runtut waktu atau disebut juga dengan time
series periode 2012- 2017. Penelitian ini menggunakan data jumlah
penyaluran kredit Rahn pada PT Pegadaian sebagai variabel dependen, di
mana data tersebut diperoleh penulis dari Annual Report PT Pegadaian
kemudian diinterpolasi menjadi data bulanan menggunakan EViews 8.0.
Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Jumlah
Nasabah, Inflasi, dan Harga Emas. Data Jumlah Nasabah diperoleh dari
Annual Report PT Pegadaian yang kemudian diinterpolasi menjadi data
bulanan, data inflasi diperoleh dari website Badan Pusat Statistik,
sedangkan data Harga Emas diperoleh dari PT Antam.
Model yang digunakan sebagai alat analisis regresi liner berganda
dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). Pengolahan data
dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2016
dan EViews 8.0 untuk mempercepat hasil yang dapat menjelaskan variabel-
variabel yang akan diteliti. Pembahasan dilakukan dengan Uji Asumsi
Klasik dan Uji Hipotesis.
Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau
ditransformasikan ke dalam logaritma natural menggunakan SPSS versi
16.0. logaritma natural ini berfungsi untuk men-standarkan data
dikarenakan memiliki satuan yang berbeda agar menjadi sama.

74

1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal atau tidak.
Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan
menggunakan metode Jarque-Bera (JB). Model regresi yang baik
adalah data berdistribusi normal. Dalam software EViews, normalitas
sebuah data dapat diketahui dengan membandingkan nilai Jarque-Bera.
Uji JB didapat dari histogram normality (Ghozali, 2013: 165).
Berikut ini merupakan hasil uji normalitas dari data yang telah
diolah pada EViews 8:

Grafik 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.001 0.000 0.001 0.002
Series: Residuals
Sample 2012M01 2017M09
Observations 69
Mean -3.40e-16
Median -0.000213
Maximum 0.001858
Minimum -0.001739
Std. Dev. 0.000889
Skewness 0.599197
Kurtosis 2.578435
Jarque-Bera 4.639855
Probability 0.098281

Sumber: Output Eviews 8 (data diolah)
Berdasarkan grafik 4.1 diperoleh nilai Jarque-Bera sebesar
4,639855 dengan probabilitas sebesar 0,098281 yang berarti nilai
probability lebih besar dari 0.05, maka Ho ditolak yang berarti data
terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

75

Multikolinieritas merupakan adanya hubungan linear yang
sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel bebas dari
suatu model regresi. Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat
melalui nilai Variance Inflation Factors (VIF). Kriteria pengujiannya
yaitu apabila nilai VIF < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas di
antara variabel independent, dan sebaliknya, jika nilai VIF > 10 maka
terdapat multikolinearitas di antara variabel independen. Setelah data
diolah menggunakan EViews 8, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas


Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF

C 0.004301 576428.5 NA
LOG(PEND) 0.000402 559199.1 1.432809
LOG(JN) 2.45E-08 432.1199 1.256115
LOG(IN) 8.27E-08 29.95779 1.158418


Sumber: Output EViews 8 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji multikolinearitas, dapat dilihat
pada tabel Centered VIF bahwa nilai VIF tidak ada yang lebih besar dari
10, maka hasil dari uji ini adalah Ho diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat masalah
multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas

76

dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi,
2006:109).
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi data memiliki masalah heteroskedastis atau tidak
yaitu jika probabilitas OBS*R-squared > 0,05 maka data tidak terdapat
heteroskedastisitas. Begitu sebaliknya, jika probabilitas OBS*R-
squared < 0,05 maka data terdapat heteroskedastisitas. Pengujian
heteroskedastisitas dilakukan dengan aplikasi eviews 8.0 dengan
menggunakan Uji White, diperoleh hasil regresi sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas


Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.718932 Prob. F(9,43) 0.1140
Obs*R-squared 14.02301 Prob. Chi-Square(9) 0.1215
Scaled explained SS 189.9000 Prob. Chi-Square(9) 0.0000


Sumber: Output EViews 8 (data diolah)

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai OBS*R-squared adalah
14,02301 dan probabilitas dari Chi-Square sebesar 0,1215 yang lebih
besar dari nilai α sebesar 0,05. Karena nilai probabilitas Chi-square >
5% maka dalam hal ini Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
data tersebut bersifat homoskedastis setelah dilakukan Uji White.
Dengan lolosnya uji heteroskedastisitas maka dalam model
regresi dapat dikatakan homokedastisitas yaitu varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap.

77


d. Uji Autokorelasi
Uji Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-i (sebelumnya). Dalam
menguji masalah autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Breusch
Godfrey Serial Correlation LM Test (Winarno, 2009:5.33). Uji ini
sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak
hanya pada derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan pada
tingkat derajat.
Uji autokorelasi bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square.
Jika probabilitas Chi-square > 5% maka Ho ditolak dan dapat
disimpulkan data tidak terdapat autokorelasi dan sebaiknya jika
probabilitas Chi-square < 5% maka Ha ditolak atau terdapat
autokorelasi.
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.373633 Prob. F(2,47) 0.6903
Obs*R-squared 0.829473 Prob. Chi-Square(2) 0.6605


Sumber: Output EViews 8 (data diolah)
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai Obs*R-squared sebesar
0,829473 dan nilai probabilitas Chi-Square 0,6605 yang lebih besar
dari nilai α sebesar 0,05. Karena nilai probabilitas Chi-Square > α = 5
maka berarti model terbebas dari masalah autokorelasi maka Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdapat masalah
autokorelasi. Dengan lolosnya uji autokorelasi maka tidak ada
hubungan antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan
menurut ruang dan waktu.

78


2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah
hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan Uji Statistic t dan Uji Adj R
2

(Adjusted R Square). Model penelitian yang menggunakan Ordinary Least
Square ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Pengolahan Data Regresi


Dependent Variable: LOG(RAHN)
Method: Least Squares
Date: 07/25/19 Time: 15:39
Sample (adjusted): 2012M01 2017M09
Included observations: 69 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.390260 0.006860 494.1776 0.0000
LOG(JN) 0.005617 0.000567 -9.913437 0.0000
LOG(IN) -0.002836 0.000915 -3.099600 0.0032
LOG(HRG) 3.62E-05 0.000343 0.105513 0.9164

R-squared 0.718405
Adjusted R-squared 0.701841
F-statistic 43.37038
Prob(F-statistic) 0.000000


Sumber: Output EViews 8 (data diolah)

RAHN = β₀ + β₁ (JN) + β₂ (IN) + β3 (HRG) + ε
RAHN = 3,390260 + 0,005617 (JN) + (-0,002836) (IN) + 0,00362 (HRG)
+ 0,006860

a. Uji t (Uji Parsial)

79

Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial
(individu) variabel independen (Jumlah Nasabah, Tingkat Inflasi dan
Harga emas) terhadap variabel dependen yaitu Penyaluran Kredit Gadai
Syariah (Rahn). Salah satu cara untuk melakukan uji t adalah dengan
melihat nilai probabilitas t-statistik hasil regresi model penelitian.
Apabila nilai probabilitas t-statistik lebih kecil dari signifikansi α
= 0,05 berarti variabel independen secara parsial (individu) berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Dari hasil tabel bahwa didapatkan dari uji t statistik yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh Jumlah Nasabah terhadap Penyaluran Kredit Gadai
Syariah (Rahn). Berdasarkan hasil regresi model penelitian
diperoleh hasil probabilitas t-statistik sebesar 0,0000. Karena
probabilitas t-statistik lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis Ho ditolak
berarti secara parsial jumlah nasabah berpengaruh terhadap
penyaluran kredit (Rahn). Koefisien Regresi jumlah nasabah sebesar
0,005617 menunjukan bahwa jika nilai jumlah nasabah naik satu
satuan dan nilai tingkat inflasi, dan harga emas adalah konstan, maka
akan menaikkan nilai penyaluran kredit gadai syariah (Rahn) sebesar
0,005617.
2) Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah
(Rahn). Berdasarkan hasil regresi model penelitian diperoleh hasil
probabilitas t-statistik sebesar 0,0032. Karena probabilitas t-statistik
lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis Ho ditolak berarti secara parsial
tingkat inflasi berpengaruh terhadap Kredit Rahn. Koefisien Regresi
Tingkat Inflasi sebesar -0,002836 menunjukan jika nilai tingkat
inflasi naik satu satuan dan nilai jumlah nasabah, dan harga emas
adalah konstan, maka akan menurunkan nilai penyaluran kredit
gadai syariah (Rahn) sebesar -0,002836.
3) Pengaruh Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah
(Rahn). Berdasarkan hasil regresi model penelitian diperoleh hasil

80

probabilitas t-statistik sebesar 0,9164. Karena probabilitas t-statistik
lebih besar dari 0,05 maka hipotesis Ho diterima berarti secara
parsial harga emas tidak berpengaruh terhadap Penyaluran kredit
Rahn. Koefisien Regresi harga emas sebesar 0,00362 menunjukan
bahwa jika nilai harga emas naik satu satuan dan nilai jumlah
nasabah, dan inflasi adalah konstan, maka akan menaikkan nilai
penyaluran kredit gadai syariah (Rahn) sebesar 0,00362.
4) Jika variabel-variabel independen dianggap konstan atau bernilai
nol, artinya variabel independen tidak terjadi peningkatan atau
penurunan maka besarnya Penyaluran Kredit Rahn adalah sebesar
3,390260.

b. Koefisien determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi R
2
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan nilai Adjusted R-squared pada saat mengevaluasi
model regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan
lebih dari satu variabel independen.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel dapat diketahui bahwa nilai
Adjusted R Squared sebesar 0,701841 ini menunjukkan bahwa variabel
dependen penyaluran kredit gadai syariah (Rahn) mampu dijelaskan
oleh variabel independen jumlah nasabah, tingkat inflasi, dan harga
emas sebesar 70,18 persen. Sedangkan sisanya sebesar 29,82 persen
dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.

c. Uji F (Simultan)
Uji–F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
variabel-variabel independen (jumlah nasabah, inflasi, dan harga emas)
secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu kredit rahn.
Berdasarkan tabel diperoleh hasil F-statistik sebesar 43,37038 dengan
nilai probabilitas (F-statistik) sebesar 0,000000. Karena nilai
probabilitas F-statistik lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,00 < 0,05) maka

81

hipotesis Ho ditolak berarti dapat disimpulkan bahwa jumlah nasabah,
tingkat inflasi, dan harga emas secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh terhadap penyaluran kredit gadai syariah (Rahn).
D. Interpretasi Ekonomi
1. Jumlah Nasabah Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah
(Rahn)
Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel Jumlah Nasabah memiliki nilai signifikan 0,0000 < 0,05
artinya Ho ditolak. Dengan nilai koefisien sebesar 0,005617 yang
berarti setiap peningkatan Jumlah Nasabah sebesar 1 orang maka akan
meningkatkan Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) sebesar 0,005
rupiah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Jumlah Nasabah
berpengaruh signifikan secara positif terhadap Penyaluran Kredit Gadai
Syariah (Rahn). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Widiarti dan Sinarti (2013), di mana
hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa variabel Jumlah Nasabah
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit gadai syariah
(Rahn).
Jumlah nasabah menjadi salah satu faktor berpengaruh terhadap
penyaluran kredit gadai syariah (Rahn). Hal ini disebabkan semakin
banyaknya jumlah nasabah, berarti produk gadai syariah pada PT
Pegadaian mendapat kepercayaan dari masyarakat, sehingga jumlah
nasabah dapat mempengaruhi jumlah pembiayaan gadai syariah yang
dapat disalurkan kepada masyarakat.

2. Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn)
Berdasarkan hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel Jumlah Nasabah memiliki nilai signifikan 0,0032 < 0,05
artinya Ho ditolak. Dengan nilai koefisien sebesar -0,002836 yang
berarti setiap peningkatan Tingkat Inflasi sebesar 1% maka akan

82

menurunkan Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) sebesar 0,002
rupiah
Dapat disimpulkan dari hasil pengujian menunjukan bahwa
variabel Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh signifikan secara
negative terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn).
Menurut Aziz (2013:11) inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan
tingkat bunga riil menurun, ini akan mengakibatkan naiknya jumlah
penyaluran kredit. PT Pegadaian sendiri dalam mendapatkan sumber
dana untuk kemudian disalurkan lagi kepada masyarakat adalah melalui
pendapatan yang diterima oleh PT Pegadaian, pinjaman dari bank, dan
modal yang diberikan oleh investor. Hal tersebut menjadi salah satu
penyebab inflasi menjadi variabel yang berpengaruh negatif terhadap
penyaluran kredit gadai syariah (rahn) pada PT Pegadaian.

3. Harga Emas Terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn)
Berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa variabel harga
emas mempunyai nilai signifikan 0,9164 > 0,05 artinya Ho diterima.
Dengan nilai koefisien sebesar 0,00362 yang berarti setiap peningkatan
Harga Emas sebesar 1 rupiah maka akan meningkatkan Penyaluran
Kredit Gadai Syariah (Rahn) sebesar 0,003 rupiah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Harga Emas tidak berpengaruh terhadap
Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn).
Hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Mukhliz
Arifin Aziz (2013) yang menyatakan bahwa harga emas memiliki
pengaruh terhadap penyaluran kredit golongan C. Namun penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mega (2018) dan Sayyed
Mahdi Ziaei (2012) dimana variabel Harga Emas tidak memiliki
pengaruh terhadap Penyaluran Kredit. Hal ini dikarenakan Pegadaian
difungsikan untuk nasabah yang membutuhkan dana dengan waktu
yang cepat. Sehingga pergerakan harga emas dirasa bukan menjadi
faktor penentu yang penting untuk pengambilan kredit oleh masyarakat

83

di Pegadaian. Oleh karena itu harga emas tidak mempunyai pengaruh
terhadap penyaluran kredit gadai syariah (Rahn) pada PT Pegadaian.

84

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel jumlah nasabah secara parsial berpengaruh signifikan dengan
arah konstanta positif terhadap penyaluran gadai syariah dengan nilai
koefisien jumlah nasabah sebesar 0,005617 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,0000. Hal ini mengindikasikan bahwa jika jumlah nasabah
meningkat, maka penyaluran gadai syariah (rahn) akan mengalami
kenaikan, begitu pun sebaliknya.
2. Variabel tingkat inflasi secara parsial berpengaruh signifikan dengan
arah konstanta negatif terhadap penyaluran gadai syariah dengan nilai
koefisien jumlah nasabah sebesar -0,002836 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,0032. Hal ini mengindikasikan bahwa jika jumlah nasabah
meningkat, maka penyaluran gadai syariah (rahn) akan mengalami
penurunan, begitu pun sebaliknya.
3. Variabel harga emas secara parsial tidak berpengaruh signifikan dengan
arah konstanta positif terhadap penyaluran gadai syariah dengan nilai
koefisien jumlah nasabah sebesar 0,00362 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,9164. Hal ini mengindikasikan bahwa harga emas tidak
mempengaruhi penyaluran kredit gadai syariah (rahn).
4. Variabel jumlah nasabah, tingkat inflasi dan harga emas secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit
gadai syariah (rahn) karena berdasarkan tabel diperoleh hasil F-Statistik
sebesar 43,37038 dengan nilai probabilitas (F-Statistik) 0,000000. Nilai
probabilitas F-statistik lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,00 < 0,05) maka
hipotesis H0 ditolak.

85

B. Saran
1. Bagi Perusahaan
a. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi
penyaluran gadai syariah (Rahn) yang dilakukan oleh PT
Pegadaian, yaitu jumlah nasabah, inflasi dan harga emas. Maka
diperlukan upaya untuk memperhatikan keempat faktor tersebut
agar tetap pada kondisi stabil dengan harapan PT Pegadaian dapat
menjadi solusi masalah ekonomi masyarakat.
b. Ditengah industri kredit berbasis online dengan bunga yang
tinggi, diharapkan PT Pegadaian dapat selalu berinovasi lebih
banyak dan meningkatkan strategi usaha. Sehingga masyarakat
dapat menjangkau dengan mudah dengan harapan dapat
meningkatkan perekonomian. PT Pegadaian dapat melakukan
dengan beberapa pendekatan kepada masyarakat, misalnya
dengan memperluas cabang di Indonesia, terutama di didaerah
dengan padat penduduk.
2. Bagi Akademisi
a. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan salah
satu refrensi dan semoga dapat menginspirasi untuk melakukan
sebuah penelitian baru atau melanjutkan penelitian yang sudah
ada. Mengingat ada begitu banyak lembaga keuangan syariah di
Indonesia, maka diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat
meneliti dan mengulas secara mendetail terkait lembaga
keuangan syariah lainnya yang belum terlalu sering dibahas
dalam penelitian akademis agar pengetahuan masyarakat terkait
lembaga keuangan syariah semakin luas.
b. Mengingat variabel bebas yang baik merupakan hal yang sangat
penting dalam mempengaruhi penyaluran kredit gadai
diharapkan penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan acuan

86

bagi penelitian selanjutnya dengan mempertimbangkan variabel
lain diuar variabel bebas dalam penelitian ini.
3. Bagi Pihak Lain
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
informasi mengenai keadaan keuangan PT Pegadaian kepada
para nasabahnya serta masyarakat umum yang tertarik terhadap
Pegadaian Syariah sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk
melakukan transaksi di PT Pegadaian khususnya produk Gadai
Syariah (Rahn).
b. Pemerintah sudah seharusnya lebih banyak memperhatikan
produk lembaga keuangan non-bank berbasis syariah. Karena
dengan banyaknya permasalahan ekonomi yang ada dilatar
belakangi oleh akibat dari menganut paham konvensional.

87

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Mukhlis A. Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah Nasabah,
Harga Emas, dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit
Golongan C (Studi pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo). Jurnal
Ilmiah, 1-21. 2013.
Burhanudin, S. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, cetakan pertama
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Dewi, A. S. “Pengaruh Jumlah Nasabah, Tingkat Suku Bunga, dan Inflasi
Terhadap Penyaluran Kredit pada PT Pegadaian di Cabang Samarinda
Seberang Kota Samarinda”. Akuntabel: Jurnal Ekonomi dan Keuangan
Vol. 13, (2), 71-81. 2016
Eka, Boy Masri, dkk. “Pengaruh Pendapatan, Harga Emas dan Tingkat Inflasi
terhadap Penyaluran Kredit di Pegadaian Cabang Padang”, Jurnal
Sekolah Tinggi Ekonomi KBP, 2016.
Fajarwati, Mega. “Analisis Pengaruh Tingkat Pendapatan, Jumlah Nasabah,
dan Harga Emas Terhadap Penyaluran Kredit Cepat Aman (KCA) pada
PT. Pegadaian Unit Pelayanan Cabang Batu Periode 2015 – 2017”,
Jurnal Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Malang, 2018.
Gujarati, Damodar. Dasar-dasar Ekonometrik jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2006.
Ghufron, Sofiniah. Mengatasi Masalah dengan Ekonomi Syariah. Jakarta:
Renaisan: 2007.
Hadi, M. d. Pegadaian Syariah. Jakarta: Salemba Diniyah. 2003.
Khasanah, Ika Umiatul, dkk. “Evaluasi Pengendalian Intern atas Pemberian
Kredit Gadai pada Perum Pegadaian Cabang Tlogomas Malang”,
Jurnal Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, 2014.

88

Karim, A. A. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2007.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2009.
Mahdi Ziaei, Sayyed. “Effect Of Gold Price On Equity, Bond And
Domestic Credit: Evidence From ASEAN +3”. Journal of
Economic Literature, Universiti Teknologi Malaysia. 2012
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta: Ekonosia, 2010.
Purnomo, Ade. “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, dan
Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika Periode 2004-2008”. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma, 1-15. 2009.
Pegadaian, A. R. Laporan Tahunan PT Pegadaian. PT Pegadaian. 2012.
Pegadaian, A. R. Laporan Tahunan PT Pegadaian. Jakarta: PT Pegadaian. 2013.
Pegadaian, A. R. Laporan Tahunan PT Pegadaian. Jakarta: PT Pegadaian. 2014.
Pegadaian, A. R. Laporan Tahunan PT Pegadaian. Jakarta: PT Pegadaian. 2015.
Pegadaian, A. R. Laporan Tahunan PT Pegadaian. Jakarta: PT Pegadaian. 2016 .
Pegadaian, A. R. Laporan Tahunan PT Pegadaian. Jakarta: PT Pegadaian. 2017.
Rais, Sasli. Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional (Suatu
Kajian.Temporer). Jakarta: UI-Press. 2008.
Rodoni, Ahmad. Lembaga Keuangan Syariah, Cetakan pertama, Jakarta: Zikrul
Hakim: 2010.
Saleh, Alfauzan. Fiqih Sehari-hari, Jakarta: Gema Insani, 2006.
Sukirno, Sadono. Makroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2010.

89

Widiarti, Titi, Sinarti. “Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah dan Tingkat Inflasi
terhadap Penyaluran Kredit pada Pegadaian Cabang Batam Periode 2008
2012”, Jurnal Manajemen Politeknik Negeri Batam, 2013.
Yigit, Taner M. “Effect of Inflation Uncertainty On Credit Market: A
Disequilibrium Approach”. Jurnal Internasional. St, Louis University, 2013.
www.bi.go.id, diakses pada tanggal 5 Januari 2019.
www.bps.go.id, diakses pada tanggal 6 Januari 2019.
www.antam.com, diakses pada tanggal 6 Januari 2019.

90

LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Penelitian
Tahun
Jumlah
Nasabah
Tingkat
Inflasi
Harga
Emas
Penyaluran Kredit
2012 2.292.312 4,3 520.927 11.122.405.000.000
2013 2.635.871 8.38 455.762 11.535.454.000.000
2014 577.273 8.36 474.409 11.722.736.000.000
2015 823.980 3.35 470.619 13.077.842.000.000
2016 854.182 3.02 497.768 14.096.938.000.000
2017 850.182 3.61 567.454 14.949.915.000.000

91

Lampiran 2: Data Penelitian (bulanan)
Tahun Rahn (Rupiah)
Jumlah
Nasabah
(Orang)
Inflasi
(%)
Harga
Emas
(Rupiah)
2012M01 905.581.738.522 119.287 3.65 479.447
2012M02 909.887.308.545 136.964 3.56 469.587
2012M03 914.062.226.369 153.251 3.97 460.211
2012M04 918.106.491.994 168.148 3.50 451.320
2012M05 922.020.105.420 181.655 4.45 442.915
2012M06 925.803.066.647 193.772 4.53 434.994
2012M07 929.455.375.675 204.499 4.56 427.559
2012M08 932.977.032.503 213.835 4.58 420.608
2012M09 936.368.037.133 221.781 4.31 414.143
2012M10 939.628.389.564 228.338 4.61 408.163
2012M11 942.758.089.795 233.504 4.32 402.667
2012M12 945.757.137.827 237.280 4.30 397.657
2013M01 948.625.533.661 239.666 4.57 393.131
2013M02 951.363.277.295 240.661 5.31 389.091
2013M03 953.970.368.730 240.267 5.90 385.536
2013M04 956.446.807.966 238.482 5.57 382.466
2013M05 958.792.595.003 235.307 5.47 379.880
2013M06 961.007.729.841 230.743 5.90 377.780
2013M07 963.092.212.480 224.788 8.61 376.165
2013M08 965.046.042.920 217.442 8.79 375.035
2013M09 966.869.221.161 208.707 8.40 374.390
2013M10 968.561.747.202 198.582 8.32 374.229
2013M11 970.123.621.045 187.066 8.37 374.554
2013M12 971.554.842.689 174.161 8.38 375.364
2014M01 953.634.394.290 94.937 8.22 391.313
2014M02 955.610.787.808 81.976 7.75 392.478
2014M03 958.263.005.401 70.348 7.32 393.514
2014M04 961.591.047.067 60.054 7.25 394.419
2014M05 965.594.912.808 51.095 7.32 395.195
2014M06 970.274.602.623 43.470 6.70 395.840
2014M07 975.630.116.512 37.178 4.53 396.356
2014M08 981.661.454.475 32.221 3.99 396.742
2014M09 988.368.616.512 28.598 4.53 396.998
2014M10 995.751.602.623 26.309 4.83 397.125

92

2014M11 1.003.810.412.808 25.354 6.23 397.121
2014M12 1.012.545.047.067 25.733 8.36 396.988
2015M01 1.042.697.043.016 62.228 6.96 389.363
2015M02 1.051.913.051.118 63.816 6.29 389.279
2015M03 1.060.934.608.989 65.279 6.38 389.374
2015M04 1.069.761.716.628 66.616 6.79 389.648
2015M05 1.078.394.374.035 67.828 7.15 390.101
2015M06 1.086.832.581.211 68.915 7.26 390.733
2015M07 1.095.076.338.155 69.877 7.26 391.544
2015M08 1.103.125.644.868 70.713 7.18 392.534
2015M09 1.110.980.501.350 71.424 6.83 393.703
2015M10 1.118.640.907.600 72.010 6.25 395.051
2015M11 1.126.106.863.618 72.470 4.89 396.578
2015M12 1.133.378.369.405 72.805 3.35 398.285
2016M01 1.138.112.213.831 70.500 4.14 398.570
2016M02 1.145.093.135.706 70.690 4.42 400.702
2016M03 1.151.977.923.900 70.860 4.45 403.080
2016M04 1.158.766.578.414 71.010 3.60 405.703
2016M05 1.165.459.099.247 71.141 3.33 408.573
2016M06 1.172.055.486.400 71.252 3.45 411.690
2016M07 1.178.555.739.872 71.343 3.21 415.052
2016M08 1.184.959.859.664 71.414 2.79 418.660
2016M09 1.191.267.845.775 71.465 3.07 422.515
2016M10 1.197.479.698.206 71.497 3.31 426.616
2016M11 1.203.595.416.956 71.509 3.58 430.963
2016M12 1.209.615.002.025 71.501 3.02 435.556
2017M01 1.215.538.453.414 71.473 3.49 440.395
2017M02 1.221.365.771.122 71.425 3.83 445.481
2017M03 1.227.096.955.150 71.358 3.61 450.812
2017M04 1.232.732.005.497 71.271 4.17 456.390
2017M05 1.238.270.922.164 71.164 4.33 462.214
2017M06 1.243.713.705.150 71.037 4.37 468.284
2017M07 1.249.060.354.456 70.891 3.88 474.601
2017M08 1.254.310.870.081 70.724 3.82 481.163
2017M09 1.259.465.252.025 70.538 3.72 487.972
2017M10 1.264.523.500.289 70.332 3.58 495.026
2017M11 1.269.485.614.872 70.107 3.30 502.327
2017M12 1.274.351.595.775 69.861 3.61 509.874

93

Lampiran 3: Data Penelitian (Ln)
Tahun Rahn Harga Emas
2012M01 27,53 13,08
2012M02 27,54 13,06
2012M03 27,54 13,04
2012M04 27,55 13,02
2012M05 27,55 13
2012M06 27,55 12,98
2012M07 27,56 12,97
2012M08 27,56 12,95
2012M09 27,57 12,93
2012M10 27,57 12,92
2012M11 27,57 12,91
2012M12 27,58 12,89
2013M01 27,58 12,88
2013M02 27,58 12,87
2013M03 27,58 12,86
2013M04 27,59 12,85
2013M05 27,59 12,85
2013M06 27,59 12,84
2013M07 27,59 12,84
2013M08 27,6 12,83
2013M09 27,6 12,83
2013M10 27,6 12,83
2013M11 27,6 12,83
2013M12 27,6 12,84
2014M01 27,58 12,88
2014M02 27,59 12,88
2014M03 27,59 12,88
2014M04 27,59 12,89

94

2014M05 27,6 12,89
2014M06 27,6 12,89
2014M07 27,61 12,89
2014M08 27,61 12,89
2014M09 27,62 12,89
2014M10 27,63 12,89
2014M11 27,63 12,89
2014M12 27,64 12,89
2015M01 27,67 12,87
2015M02 27,68 12,87
2015M03 27,69 12,87
2015M04 27,7 12,87
2015M05 27,71 12,87
2015M06 27,71 12,88
2015M07 27,72 12,88
2015M08 27,73 12,88
2015M09 27,74 12,88
2015M10 27,74 12,89
2015M11 27,75 12,89
2015M12 27,76 12,89
2016M01 27,76 12,9
2016M02 27,77 12,9
2016M03 27,77 12,91
2016M04 27,78 12,91
2016M05 27,78 12,92
2016M06 27,79 12,93
2016M07 27,8 12,94
2016M08 27,8 12,94
2016M09 27,81 12,95
2016M10 27,81 12,96

95

2016M11 27,82 12,97
2016M12 27,82 12,98
2017M01 27,83 13
2017M02 27,83 13,01
2017M03 27,84 13,02
2017M04 27,84 13,03
2017M05 27,84 13,04
2017M06 27,85 13,06
2017M07 27,85 13,07
2017M08 27,86 13,08
2017M09 27,86 13,1
2017M10 27,87 13,11
2017M11 27,87 13,13
2017M12 27,87 13,14

96

Lampiran 4: Uji Normalitas 0
2
4
6
8
10
12
14
-0.001 0.000 0.001 0.002
Series: Residuals
Sample 2012M01 2017M09
Observations 69
Mean -3.40e-16
Median -0.000213
Maximum 0.001858
Minimum -0.001739
Std. Dev. 0.000889
Skewness 0.599197
Kurtosis 2.578435
Jarque-Bera 4.639855
Probability 0.098281

97

Lampiran 5: Uji Multikolinieritas
Variance Inflation Factors
Date: 07/25/19 Time: 15:39
Sample: 2012M01 2017M12
Included observations: 69


Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF


C 0.004301 576428.5 NA
LOG(PEND) 0.000402 559199.1 1.432809
LOG(JN) 2.45E-08 432.1199 1.256115
LOG(IN) 8.27E-08 29.95779 1.158418

98

Lampiran 6: Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.718932 Prob. F(9,43) 0.1140
Obs*R-squared 14.02301 Prob. Chi-Square(9) 0.1215
Scaled explained SS 189.9000 Prob. Chi-Square(9) 0.0000




Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 07/25/19 Time: 15:39
Sample: 2012M01 2017M09
Included observations: 69
Collinear test regressors dropped from specification

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.035133 0.005372 6.540069 0.0000
LOG(JN)^2 1.02E-05 1.77E-06 5.772656 0.0000
LOG(JN)*LOG(IN) 2.25E-05 6.37E-06 3.537035 0.0008
LOG(JN)*LOG(HR
G) 0.003026 0.000353 8.566007 0.0000
LOG(JN) -0.008016 0.000913 -8.781844 0.0000
LOG(IN)^2 -3.81E-05 1.15E-05 -3.299988 0.0016
LOG(IN)*LOG(HR
G) -0.005056 0.001234 -4.096248 0.0001
LOG(IN) 0.012801 0.003211 3.986492 0.0002
LOG(HRG)^2 -0.005108 0.000803 -6.361193 0.0000

R-squared 0.757908 Mean dependent var 8.30E-06
Adjusted R-squared 0.725629 S.D. dependent var 1.03E-05
S.E. of regression 5.37E-06 Akaike info criterion -21.30957
Sum squared resid 1.73E-09 Schwarz criterion -21.01816
Log likelihood 744.1801 Hannan-Quinn criter. -21.19396
F-statistic 23.47999 Durbin-Watson stat 0.502681
Prob(F-statistic) 0.000000

99

Lampiran 7: Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.373633 Prob. F(2,47) 0.6903
Obs*R-squared 0.829473 Prob. Chi-Square(2) 0.6605




Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 07/25/19 Time: 15:39
Sample: 2012M01 2017M09
Included observations: 69
Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.056563 0.089323 0.633242 0.5289
LOG(JN) 2.23E-05 0.000232 0.096071 0.9238
LOG(IN) 1.32E-05 0.000608 0.021780 0.9827
LOG(HRG) -0.022195 0.034528 -0.642809 0.5227
RESID(-1) 1.050387 0.125273 8.384796 0.0000
RESID(-2) -0.133898 0.127301 -1.051825 0.2969

R-squared 0.847411 Mean dependent var -2.92E-16
Adjusted R-squared 0.835300 S.D. dependent var 0.002901
S.E. of regression 0.001177 Akaike info criterion -10.56791
Sum squared resid 8.73E-05 Schwarz criterion -10.37364
Log likelihood 370.5927 Hannan-Quinn criter. -10.49083
F-statistic 69.97463 Durbin-Watson stat 1.413078
Prob(F-statistic) 0.000000

100

Lampiran 8: Persamaan Hasil Regresi
Dependent Variable: LOG(RAHN)
Method: Least Squares
Date: 07/25/19 Time: 15:39
Sample (adjusted): 2012M01 2017M09
Included observations: 69 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.390260 0.006860 494.1776 0.0000
LOG(JN) 0.005617 0.000567 -9.913437 0.0000
LOG(IN) -0.002836 0.000915 -3.099600 0.0032
LOG(HRG) 3.62E-05 0.000343 0.105513 0.9164

R-squared 0.718405 Mean dependent var 3.320650
Adjusted R-squared 0.701841 S.D. dependent var 0.003976
S.E. of regression 0.002171 Akaike info criterion -9.357368
Sum squared resid 0.000240 Schwarz criterion -9.211380
Log likelihood 261.3276 Hannan-Quinn criter. -9.300913
F-statistic 43.37038 Durbin-Watson stat 0.152401
Prob(F-statistic) 0.000000
Tags