SIMPLISIA APDFI NASIONAL wadssddferewrewfw

NellaNovita5 6 views 112 slides Sep 16, 2025
Slide 1
Slide 1 of 112
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109
Slide 110
110
Slide 111
111
Slide 112
112

About This Presentation

fitokimia


Slide Content

BAHAN-ALAM: SI MPLISIA -DAN-UJI-MUTU apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. PEMBEKALAN UKTTK NASIONAL 12 NOVE MBER 2021 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 1

OUT LINE Sumber/bahan baku obat Tradisional Pembuatan Simplisia Evaluasi Mutu Simplisia Identifikasi U ji kemurnian simplisia Uji kuantitatif Ekstraksi Pelaksanaan ekstraksi Parameter ekstraksi Sediaan Obat Tradisional Perhitungan 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 2

PENGERTIAN Herbal adalah bahan alam yang diolah ataupun tidak diolah digunakan untuk tujuan kesehatan dapat berasal dari tumbuhan, hewan atau mineral . Herbal dalam FHI ini mencakup simplisia dan bahan olahannya. Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan (FHI) Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (MMI). Simplisia Segar adalah bahan alam segar yang belum dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari, diangin-angin, atau menggunakan oven, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan dengan oven tidak lebih dari 60°. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 3

PEMBAGIAN SIMPLISIA SIMPLISIA NABATI Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan . Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya (FHI). Simplisia Nabati ialah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (MMI). SIMPLISIA HEWANI ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni . SIMPLISIA PELIKAN (MINERAL) ialah simplisia yang berupa bahan pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni . 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 4

SIMPLISIA NABATI Curcuma domestica Rhizoma Kurkumin , keton-sequiterpen ,   turmeron ,   tumeon  60%, Zingiberen 25%,  felandren ,   sabinen ,   borneol  dan  sineil . Curcuma xanthorrhiza Rhizom a Kurkumin , champora ,   glukosida ,   turmerol Kaempferia Rhizoma Sineol , asam metil kanil dan penta dekaan , asam sinamat , etil ester , borneol , kamphene, paraeumarin Languatis Rhizoma metil-sinamat , sineol, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, ä-pinen, galangin, sesquiterpene ,  champora , galangol, cadinene, dan hydrate hexahydrocadelene Antiseptik. Antijerawat Zingerberis Rhizoma Gingerol, Shogaol, Antiiflamasi CARNAUBA WAX Copernicia prunifera 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 5

SIMPLISIA HEWANI ADEPS LANAE/LANOLIN ANHIDRAT Ovis Aries   (L .) ( Domba ) CERA ALBA/FLAVA Apis mellifera (Lebah) CETACEUM/SPERMASETI Physeter macrocephalus, Physeter catodon (L.) dan Hyperoodon rostratus (Miller ) GELATIN Bos Taurus ( Sapi ) MEL DEPURATUM Apis mellifera  (L .) ( Lebah ) 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 6

SIMPLISIA MINERAL/PELIKAN VASELIN FLAVUM (YELLOW PETROLATUM ) VASELIN ALBUM (WHITE PETROLATUM) PARAFIN SOLIDUM PARAFIN LIQUDUM SULFUR 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 7

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 8 Industri Farmasi memproduksi sediaan semisolid bahan alam. Sediaan tersebut terdiri dari bahan aktif dan basis salep . TTK ditugaskan untuk untuk menggunakan basis yang diperoleh dari simplisia hewani yang diperoleh dari perternakan domba . Apa basis yang dimaksud dalam sediaan tersebut ? adeps lanae oleum sesami Malam Spermaceti Vaselin Jawaban : A. adeps lanae

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 9 Industri Farmasi memproduksi sediaan semisolid bahan alam. Sediaan tersebut terdiri dari bahan aktif dan basis s emisolid . TTK ditugaskan untuk untuk menggunakan basis yang diperoleh dari simplisia nabati . Apa basis yang dimaksud dalam sediaan tersebut ? adeps lanae Carnauba-wax Malam Spermaceti Vaselin

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 10 Industri Farmasi memproduksi sediaan semisolid bahan alam. Sediaan tersebut terdiri dari bahan aktif dan basis salep . TTK ditugaskan untuk untuk menggunakan basis yang diperoleh dari simplisia pelikan . Apa basis yang dimaksud dalam sediaan tersebut ? adeps lanae Carnauba-wax Malam Spermaceti Vaselin

Pembuatan Simplisia 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 11

Tahap-tahap pembuatan simplisia 1. Pengolahan bahan baku 2. Sortasi basah 3. Pencucian 4. Perajangan 5. Pengeringan 6. Sortasi kering 7. Pengepakan dan penyimpanan Catatan : Pembuatan serbuk setelah proses no. 6 atau no. 7 Pembuatan serbuk jika diperlukan saja 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 12

1. Pengumpulan atau Pengelolaan Bahan Baku 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 13

Biji Panen tidak bisa dilakukan secara serentak karena perbedaan waktu pematangan dari buah atau polong yang berbeda. Pemanenan biji dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis. Fase ini ditandai dengan sudah maksimalnya pertumbuhan buah atau polong dan biji yang di dalamnya telah terbentuk dengan sempurna. Kulit buah atau polong mengalami perubahan warna misalnya kulit polong yang semula warna hijau kini berubah menjadi agak kekuningan dan mulai mengering. Pemanenan biji pada tanaman semusim yang sifatnya determinate dilakukan secara serentak pada suatu luasan tertentu. Pemanenan dilakukan setelah 60% kulit polong atau kulit biji sudah mulai mengering . Hal ini berbeda dengan tanaman semusim indeterminate dan tahunan, yang umumnya dipanen secara berkala berdasarkan pemasakan dari biji/polong .  12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 14

Buah Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara memetik .  Pemanenan sebelum masak fisiologis akan menghasilkan buah dengan kualitas yang rendah dan kuantitasnya berkurang.  Buah yang dipanen pada saat masih muda, seperti  buah  mengkudu, jeruk nipis, jambu biji dan buah ceplukan akan memiliki rasa yang tidak enak dan aromanya kurang sedap. Begitu pula halnya dengan pemanenan yang terlambat akan menyebabkan penurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang terdapat di dalamnya menjadi zat lain.  Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk .   12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 15

Daun Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman.  Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat  menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga rendah , seperti tanaman jati belanda dapat dipanen pada umur 1 - 1,5 tahun, jambu biji pada umur 6 - 7 bulan, cincau 3 - 4 bulan dan lidah buaya pada umur 12 - 18 bulan setelah tanam. Demikian juga dengan pemanenan yang terlambat menyebabkan daun mengalami penuaan (se-nescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah terdegradasi . Pada beberapa tanaman pemanenan yang terlambat akan mempersulit proses panen.  12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 16

Rimpang Untuk jenis rimpang waktu pemanenan bervariasi tergantung penggunaan .  Tetapi  pada umumnya pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 8 - 10 bulan .  Seperti rimpang jahe, untuk  kebutuhan ekspor dalam bentuk segar jahe dipanen pada umur 8 - 9 bulan setelah tanam, sedangkan untuk bibit 10 - 12 bulan.  Selanjutnya untuk keperluan pembuatan jahe asinan, jahe awetan dan permen dipanen pada umur 4 - 6 bulan karena pada umur tersebut serat dan pati belum terlalu tinggi. Sebagai bahan obat, rimpang dipanen setelah tua yaitu umur 9 - 12 bulan setelah tanam. Untuk temulawak pemanenan rimpang dilakukan setelah tanaman berumur 10 - 12 bulan . Temulawak yang dipanen pada umur tersebut menghasilkan kadar minyak atsiri dan kurkumin yang tinggi. Penanaman rimpang dilakukan pada saat awal musim hujan dan dipanen pada pertengahan musim kemarau. Saat panen yang tepat ditandai dengan mulai mengeringnya bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah (daun dan batang semu), misalnya kunyit, temulawak, jahe, dan kencur. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 17

Bunga Bunga digunakan dalam industri farmasi dan kosmetik dalam bentuk segar maupun kering.  Bunga yang digunakan dalam bentuk segar, pemanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah pertumbuhannya maksimal. Berbeda   dengan bunga yang digunakan dalam bentuk kering, pemanenan dilakukan pada saat bunga sedang mekar .  Seperti bunga piretrum, bunga yang dipanen dalam keadaan masih kuncup   menghasilkan kadar piretrin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang sudah mekar 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 18

Kayu Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara maksimal.  Umur panen tanaman berbeda-beda   tergantung jenis tanaman dan kecepatan pembentukan metabolit sekundernya . Tanaman secang baru dapat dipanen setelah berumur 4 sampai 5 tahun , karena apabila dipanen terlalu muda kandungan zat aktifnya seperti tanin dan sappan masih relatif sedikit. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 19

Herba Pada beberapa tanaman semusim, waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah maksimal dan akan memasuki fase generatif atau dengan kata lain pemanenan dilakukan sebelum tanaman berbunga . Pemanenan yang dilakukan terlalu awal mengakibatkan produksi tanaman yang kita dapatkan rendah dan kandungan bahan aktifnya juga rendah .  Sedangkan jika pemanenan terlambat akan menghasilkan mutu rendah karena jumlah daun berkurang, dan batang tanaman sudah berkayu .  Contohnya tanaman sambiloto sebaiknya dipanen pada umur 3 - 4 bulan, pegagan  pada umur 2 - 3 bulan setelah tanam, meniran pada umur kurang lebih 3,5 bulan atau sebelum berbunga dan tanaman ceplukan dipanen setelah umur 1 - 1,5 bulan atau segera setelah timbul kuncup bunga, terbentuk. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 20

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 21 Industri Bahan Baku memproduksi simplisia suatu tanaman . TTK ditugaskan untuk men yiapkan-prosedur-pengambilan-simplisia-dari-tanaman . Simplisia di ambil dari waktu masih kuncup , mempunyai warna dan bau-aromatik-khas . Apa bagian simplisia yang dimaksud ? Cortex Flos Folium Radix Rhizoma

2. Sortasi Basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 22

3. Pencucian Tujuan untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada bahan. Waktu yang singkat mungkin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia. Menggunakan air bersih Cara merendam sambil disikat menggunakan sikat yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama karena zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan dapat larut dalam air sehingga mutu bahan menurun. Penyikatan untuk bahan yang berasal dari rimpang Bahan yang berupa daun-daunan cukup dicuci dibak pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-lama 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 23

4. Perajangan Perajangan atau pengubahan bentuk bertujuan untuk memperluas permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih. Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan stainless steal (SS) T idak terjadi Face hardening 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 24

5. Pengeringan Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan. Suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30-90 o C. Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari simplisia Kadar air rendah mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%. Pengeringan dapat memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 25

5. Pengeringan (2) Pengeringan secara langsung di bawah sinar matahari umum untuk bagian daun, korteks, biji, serta akar. Kecuali simplisia mengandung flavonoid, kuinon, kurkuminoid, karotenoid, serta beberapa alkaloid yang cukup mudah terpengaruh cahaya , Pengeringan di ruangan yang terlindung dari cahaya matahari Simplisia yang tidak tahan terhadap cahaya matahari. Pengeringan dengan menggunakan oven vakum. Simplisia mengandungan senyawa-senyawa yang tidak tahan pemanasan (minyak atsiri). Pengeringan dengan menggunakan kertas atau kanvas simplisia daun dan bunga mempertahankan bentuk bunga atau daun serta menjaga warna simplisia. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 26

6. Sortasi Kering Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 27

7. Pengepakan dan Penyimpanan Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari sinar matahari langsung. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik , kertas maupun karung goni untuk bahan kering. botol kaca , atau guci porselen menggunakan peti kayu yang dilapisi timah atau kertas timah untuk bahan cair 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 28

7. Pengepakan dan Penyimpanan (2) Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindarkan simplisia dari beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas simplisia antara lain: Cahaya matahari Oksigen atau udara Dehidrasi Adsorbsi air Pengotoran Serangga Kapang 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 29

7. Pengepakan dan Penyimpanan (3) Simplisia yang tidak tahan terhadap sinar. yang mengandung banyak vitamin, pigmen dan minyak , diperlukan wadah yang melindungi simplisia terhadap cahaya Wadah : aluminium foil, plastik atau botol yang berwarna gelap , kaleng dan sebagainya . 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 30

7. Pengepakan dan Penyimpanan (4) Simplisia yang mudah menyerap uap air udara perlu dibungkus rapat untuk mencegah terjadinya penyerapan kelembaban. Sesudah dikeringkan sampai cukup kering dibungkus dengan karung atau kantong plastik, dalam peti, drum kaleng besi berlapis. Pada penyimpanannya simplisia tersebut dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat dan seringkali perlu diberi kapur tohor sebagai bahan pengering. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 31

7. Pengepakan dan Penyimpanan (5) Gom dan damar dikemas dalam wadah drum, peti yang terbuat dari karton , kayu atau besi berlapis S implisia yang aroma atau baunya perlu dipertahankan, harus dikemas dala m peti kayu berlapis timah atau kertas timah 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 32

7. Pengepakan dan Penyimpanan (6) Beberapa simplisia tertentu dikemas dalam wadah yang khusus, sebagai contoh beberapa jenis jadam yang berasal dari Afrika Selatan dulu dikemas dalani kantong kulit kera, Akar sarsaparila dari Amerika Selatan dibungkus dalam kulit sapi, minyak mawar dari Bulgaria dalam guci dari timbal, dan sebagainya 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 33

7. Pengepakan dan Penyimpanan (7) Kaleng atau aluminium dapat digunakan sebagai wadah untuk simplisia kering, terutarna jika diperlukan penutupan secara vakum . Akan tetapi kaleng dan aluminium bersifat korosif dan muda h b e reaksi dengan ba h an yang disimpan di dalamnya , sehingga kaleng atau aluminium biasanya harus diberi lapisan khusus misalnya lapisan oleoresin, vinil, malam atau bahan lain. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 34

7. Pengepakan dan Penyimpanan (8) Sifat wadah gelas yang menguntungkan adalah tidak bereaksi (inert). Tetapi penggunaan wadah gelas terbatas , karena gelas mudah pecah dan berat, sehingga menyulitkan dalam pengangkutan . 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 35

7. Pengepakan dan Penyimpanan (9) Kertas atau karton tidak dapat digunakan sebagai pembungkus simplisia secara sempurna oleh karena itu biasanya bahan pembungkus kertas perlu dilapis lagi dengan lilin, damar , lak, atau plastik untuk mencegah keluar masuknya gas atau uap air. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 36

7. Pengepakan dan Penyimpanan (10) Plastik biasanya digunakan untuk membungkus simplisia kering, tetapi penggunaan plastik juga mempunyai kelemahan, karena plastik tidak tahan panas dan mudah terjadi pengembunan uap air di dalamnya jika suhu diturunkan. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 37

7. Pengepakan dan Penyimpanan (11) Akhir-akhir ini aluminium foil banyak digunakali untuk membungkus bahan-bahan kering karena sifat-sifatnya yang menguntungkan, diantaranya mudah dilipat-lipat , ringan serta dapat mencegah keluar masuknya uap air dan zat-zat yang mudah menguap lainnya. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 38

8. Pemeriksaan mutu Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Buku Farmakope Herbal Indonesia , Ekstra Farmakope Indonesia ataupun Materia Medika Indonesia Edisi terakhir Macam – macam pemeriksaan untuk menilai simplisia : 1. Secara Organoleptik 2. Secara Mikroskopis 3. Secara Fisik 4. Secara Kimia 5. Secara Biologi 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 39

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 40 Industri Bahan Baku memproduksi simplisia . TTK ditugaskan untuk meng olah - tanaman asal - segar-menjadi-simplisia . Proses-yang-dilakukan-adalah- mengurangi-kadar-air-menjadi-dibawah-10% . Apa proses yang dimaksud ? Sortasi basah Pencucian Perajangan Pengeringan Sortasi kering

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 41 Industri Bahan Baku memproduksi simplisia . TTK ditugaskan untuk meng olah - tanaman asal - segar-menjadi-simplisia . Proses-yang- dilakukan - adalah-m emperluas-permukaan-simplisia . Apa proses yang dimaksud ? Sortasi basah Pencucian Perajangan Pengeringan Sortasi kering

Evaluasi Mutu Simplisia 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 42

Amilum atau pati 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 43

Amilum atau pati (2) 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 44 Amilum-Tritici : Tanaman asal : Triticum vulgare ( Vill .) Familia : Poaceae Amilum-Oryzae : Tanaman asal : Oryzae sativa L Familia : Poaceae Amilum-Manihot : Tanaman asal :  Manihot   utilissima (Pohl.)  Familia  : Euphorbiaceae Amilum-Maydis : Tanaman Asal : Zea mays (L.)  Familia  : Poaceae . Amilum-Solani : Tanaman Asal : Solanum tuberosum (L.) ·  Familia  : Solanaceae Amilum-Maranta : Tanaman asal :  Maranta   aurandinacea L ·  Familia  : Marantaceae · Amilum-Kurkuma : Familia : Zingiberaceae

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 45 Industri Bahan Baku memproduksi amilum. TTK ditugaskan untuk mengidentifikasi tanaman asal. Amilum diperoleh dari familia Solanacea dan yang diambil dari bagian umbinya . Apa amilum yang dimaksud ? Manihot Maydis Oryzae Solanum Tritici Jawaban : D. Solanum

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 46 Industri Bahan Baku memproduksi amilum. TTK ditugaskan untuk mengidentifikasi tanaman asal. Amilum diperoleh d iamati-secara-mikroskopis-sebagai-berikut Apa amilum yang dimaksud ? Manihot Maydis Oryzae Solanum Tritici

Berkas pengangkut Merupakan sekelompok jaringan yang terdiri atas floem dan xilem, dengan atau tanpa kambium. Pembuluh xylem bertugas membawa air dan mineral ke bagian atas tumbuhan, pembuluh floem bertugas membawa gula dan makanan lain kedua arah atas dan bawah tumbuhan. Floem Alat translokasi atau pengangkut zat hara organik hasil fotosintesis ke seluruh bagian lain dari tumbuhan. Secara mikroskopis floem terdiri dari sel tapis dan komponen pembuluh tapis disertai sel pengantar. Di samping itu terdapat pula parenkim, parenkim jari-jari empulur, serat dan sklereid floem. Bentuk sel-sel floem jenis tumbuhan tertentu dapat dijadikan sebagai identitas tumbuhan tersebut. Xilem Dari segi struktur dan fungsi adalah jaringan komplek. Berfungsi dalam pengangkutan air, penyimpanan makanan, serta penyokong. Sel-sel pengangkut air dikenal sebagai trakeid dan trakea 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 47

Sklerenkim Jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang mengalami penebalan, dapat mengandung lignin. Fungsi utamanya sebagai penyokong, kadang-kadang sebagai pelindung. Secara umum, sklerenkim dibagi menjadi serat (fibres) dan sklereid. Bentuk serat dan atau sklereid dapat dijadikan identitas tumbuhan . 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 48

Rambut Penutup (Trikomata) A = rambut sederhana dari daun Cistus sp ; B = rambut berseri satu (unseriat) dari daun Saintpaulia sp ; C-D = rambut bercabang dari daun Gossypium (kapas) ; E = rambut bintang dari daun Hibiscus tiliaceus (waru) ; F = rambut dendroit dari daun Lavandula ; G = rambut nekasel dari daun Solanum ; H, I = rambut sisik dari daun Olea (zaitun) ; J = rambut dua sel dari batang Pelargonium ; K,L,M, N = rambut Gossypium ( K = rambut epidermis biji ; L = rambut pd stadium muda ; M = rambut pd stadium dewasa ) ; N = vesicular air pd Mesenbryanthemum ; O-Q = rambut dlm tiga stadium perkembangan pd Glycine (kedelai). daun (dikutip dari Estiti, 1995) 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 49

Rambut Penutup (Trikomata) 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 50

Tipe-tipe stomata Tipe anomosit  : dikelilingi oleh sejumlah sel tertentu yang tidak dapat dibedakan bentuk dan ukurannya dari sel epidermis yang lain Tipe anisosit  : dikelilingi oleh sel tetangga yang tidak sama ukurannya ] Tipe parasit  : didampingi oleh satu atau lebih sel tetangga yang letaknya sejajar dengan stomata Tipe diasit  : dikelilingi oleh dua sel tetangga yang letaknya memotong stomata Tipe aktinosit : variasi dari tipe diasit, dikelilingi sel tetangga yang teratur menjari 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 51

Tipe-tipe stomata 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 52

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 53 Industri Bahan Baku memproduksi bahan - baku -herbal . TTK ditugaskan untuk mengidentifikasi serbuk simplisia . Simplisia di amati secara mikroskopis sebagai b erikut . Apa bagian simplisia yang dimaksud ? Butiran-amilum Sel-batu Sklerenkim Stomata Trikoma

SIMPLISIA DAUN JAMBU BIJI Psidii Folium (Daun Jambu Biji) Nama ilmiah/Latin : Psidium guajava L. Famili : Myrtaceae Pemerian : berupa lembaran daun, warna hijau, bau khas aromatik, rasa kelat Makroskopis: Daun tunggal, panjang 5-13 cm, lebar 3-6 cm, pinggir daun rata agak menggulung ke atas, permukaan atas agak licin, warna hijau kecokelatan, ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, dan bertulang menyirip. Mikroskopis : Fragmen pengenal adalah epidermis bawah dengan kristal kalsium oksalat, rambut penutup, tipe stomata anomositis, berkas pengangkut dan mesofil dengan kelenjar minyak Isi : tanin 9-12 %, minyak atsiri, minyak lemak, asam malat Khasiat : Antidiare 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 54

Fragmen spesifik serbuk daun jambu biji 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 55

Fragmen spesifik serbuk daun jati belanda 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 56

Fragmen spesifik herba sambiloto 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 57

Fragmen spesifik herba meniran 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 58

Fragmen serbuk kulit kayumanis 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 59

Fragmen spesifik serbuk kulit pulasari 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 60

Fragmen spesifik dari serbuk batang brotowali 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 61

Fragmen spesifik dari serbuk kayu secang 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 62

Fragmen serbuk buah jinten putih 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 63

Fragmen serbuk buah adas 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 64

Fragmen serbuk lada hitam 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 65

Fragmen Serbuk Biji Kedawung 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 66

Fragmen Serbuk Rimpang Jahe 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 67

Fragmen Serbuk Rimpang Temulawak 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 68

Fragmen Serbuk Rimpang Kunyit 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 69

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 70 Industri Bahan Baku memproduksi ekstrak dari simplisia suatu tanaman . TTK ditugaskan untuk mengidentifikasi serbuk simplisia . Simplisia diperoleh dari bagian d ibawah tanah , mempunyai warna khas kuning dan secara mikroskopis sebagai b erikut : Apa bagian simplisia yang dimaksud ? Cortex Flos Folium Radix Rhizoma

UJI KEMURNIAN 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 71

PENETAPAN KADAR AIR Metode Azeotropi (Destilasi Toluena) Metode Gravimetr i 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 72

Metode Azeotropi (Destilasi Toluena ) Alat Labu 500 mL (A ) hubungkan dengan pendingin air balik (C) melalui alat penampung (B) yang dilengkapi dengan tabung penerima 5 mL (E) yang berskala 0,1 mL. Panaskan labu menggunakan pemanas listrik yang suhunya dapat diatur atau tangas minyak . Bagian atas labu tabung penyambung (D) sebaiknya dibungkus dengan asbes. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 73

Metode Gravimetri Timbang saksama lebih kurang 3-5 g sampel, masukkan ke dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105° selama 5 jam, dan timbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang pada selang waktu 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 74

PERHITUNGAN KADAR AIR A : Berat simplisia + cawan sebelum dikeringkan B : Berat simplisia + cawan sesudah dikeringkan C : Berat cawan kosong A-C : B-C :   12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 75

2,85%   Berat cawan kosong (gram) Berat cawan kosong + simplisia (gram) Sebelum pengeringan Sesudah pengeringan 30,000 33,500 33,400 CONTOH PERHITUNGAN KADAR AIR 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 76

PENETAPAN KADAR ABU TOTAL Timbang saksama 2 sampai 3 g bahan uji yang telah dihaluskan dan masukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis , dinginkan dan timbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk , saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan dan pijarkan hingga bobot tetap pada suhu 800±25ºC . Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b . 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 77

PENETAPAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM Didihkan abu yang diperoleh pada Penetapan Kadar Abu Total dengan 25 mL asam klorida encer LP selama 5 menit. Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan dalam krus hingga bobot tetap pada suhu 800±25ºC. Kadar abu yang tidak tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 78

PERHITUNGAN KADAR ABU TOTAL A : Berat simplisia+ krus sebelum dipijar B : Berat Abu + krus sesudah dipijar C: Berat krus kosong A-C : B-C :   12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 79

  Berat krus kosong (gram) Berat krus kosong + simplisia (gram) Sebelum pemijaran Sesudah pemijaran 28,000 31,000 28,060 CONTOH PERHITUNGAN KADAR ABU TOTAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 80

PERHITUNGAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM A : Berat simplisia+ krus sebelum dipijar B : Berat Abu tidak larut asam + krus sesudah dipijar C: Berat krus kosong A-C : B-C :   12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 81

  Berat krus kosong (gram) Berat krus kosong + simplisia (gram) Sebelum pemijaran Sesudah pemijaran Sesudah penambahan HCl 28,000 31,000 28,060 28,045 CONTOH PERHITUNGAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 82

Uji Cemaran Aflatoksin Metode yang umum digunakan untuk menganalisis aflatoksin Kromatografi Lapis Tipis Densitometri ( KLT Densitometri ), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( KCKT ), dan EnzymeLinked Immunosorbent Assay ( ELISA ). Aflatoksin dihitung dengan membandingkan terhadap standar AFB1, AFB2, AFG1 dan AFG2 . 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 83

Kromatografi Lapis Tipis Densitometri (KLT Densitometri) Analisis aflatoksin dilakukan menggunakan fase diam lempeng KLT silica gel 60 F254 ukuran 20 10 cm dengan fase gerak kloroform-etil asetat (7:3 ). Deteksi dan kuantitasi dilaksanakan menggunakan alat pemindai KLT densitometri, detektor fluoresensi, pada panjang gelombang eksitasi maksimum 354 nm dan emisi 400 nm. Metode ini mempunyai batas deteksi (limit of detection, LOD) untuk aflatoksin B1 sebesar 9,62 pg ( pikogram =1/1Milyar-mg) dan untuk aflatoksin G1 sebesar 10,9 pg. Sementara itu , batas kuantitasi (limit of quantitation, LOQ) untuk aflatoksin B1 dan G1 masing-masing sebesar 32,08 pg dan 36,41 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 84

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Analisis aflatoksin dengan KCKT dilakukan dengan menggunakan sistem KCKT fase terbalik dengan kondisi sebagai berikut: kolom silika yang terikat dengan C-18 panjang 15 cm , fase gerak air-metanol-asetonitril (50:40:10 ), kecepatan alir 0,8 ml/menit, suhu ruang, volume injeksi 10 µl pada konsentrasi 0,044 mg/ml, dan detektor fluoresensi. Panjang gelombang eksitasi maksimum dan panjang gelombang emisi untuk detektor fluoresensi adalah 365 nm dan 455 nm 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 85

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) Prinsip dasar ELISA adalah analisis interaksi antara antigen dan antibodi yang teradsorpsi secara pasif pada permukaan padat dengan menggunakan konjugat antibodi atau antigen yang dilabel enzim. Hasil dari ELISA adalah suatu warna sebagai hasil reaksi antara enzim dan substrat . Warna yang dihasilkan dapat diidentifikasi secara kasat mata dan dibaca secara kuantitatif menggunakan ELISA plate reader atau spektrofotometer kanal ganda . Pembacaan ini memungkinkan data diperoleh dengan cepat, dapat disimpan dan dianalisis secara statistik. Reaksi spesifik antara antigen dan antibodi, waktu analisis yang cepat, dan dapat digunakan untuk mendeteksi sampel tunggal maupun banyak sekaligus merupakan keunggulan penggunaan ELISA sebagai teknik analisis. Metode ELISA umumnya digunakan untuk mendeteksi aflatoksin M1 dalam ASI, susu cair, atau produk susu. Metode ELISA juga dapat digunakan untuk menganalisis aflatoksin B1. Saat ini telah tersedia kit ELISA (AFM1, Neogen, RIDASCREEN) yang dapat langsung digunakan untuk identifikasi dan kuantitasi cemaran aflatoksin 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 86

Uji Jamur dan Khamir For fungi use Petri dishes 9–10 cm in diameter. To one dish add a mixture of 1 ml of the pretreated material and about 15 ml of liquefied Sabouraud glucose agar with antibiotics (also used is potato dextrose agar with antibiotics) at a temperature not exceeding 45 °C . Alternatively, spread the pretreated material on the surface of the solidified medium in a Petri dish. If necessary, dilute the material as described above to obtain an expected colony count of not more than 100 . Prepare at least two dishes using the same dilution and incubate them upright at 20–25 °C for 5 days , unless a more reliable count is obtained in a shorter period of time . Count the number of colonies formed and calculate the results using the dish with not more than 100 colonie 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 87

Uji Cemaran Logam Berat Metode Uji : AAS, Spektrofotometri UV-Vis Logam Berat : Pb, Hg, Cd, As Uji batas logam berat Metode 1 : Suasana Asam, Gas H 2 S Metode 2 : Suasana Asam, Tioasetamida Metode 3 : metode 1 dengan pemijaran Metode 4 : metode 2 dengan pemijaran 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 88

Limit test for arsenic Preparation of the test solution Method Weigh the amount of the sample as directed in the monograph Standard solutions Standard arsenic stock solution Standard arsenic solution Procedure Preparation of standard colour. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 89

Detection of cadmium, copper, iron, lead, nickel and zinc 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 90

Detection of arsenic and mercury 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 91

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 92 Industri Bahan Baku memproduksi ekstrak . TTK ditugaskan untuk meng uji-mutu-ekstrak . Pengujian - menggunakan -instrument- AAS(Atomic- Absoprtion - Spectoscopy ) . Apa pengujian yang dimaksud ? Cemaran-afla-toksin Cemaran-logam-berat Cemaran-pestisida Kadar- abu -total Kadar-air

Uji kuantitatif 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 93

PENETAPAN SARI LARUT AIR Timbang saksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikeringkan di udara . Masukkan ke dalam labu bersumbat , tambahkan 100 mL air jenuh kloroform , kocok berkali-kali selama 6 jam pertama , biarkan selama 18 jam . Saring , uapkan 20,0 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105° dan ditara,panaskan sisa pada suhu 105° hingga bobot tetap . Hitung dalam % sari larut air. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 94

PENETAPAN SARI LARUT ETANOL Timbang saksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikeringkan di udara. Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 mL etanol P , kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Saring cepat untuk menghindarkan penguapan etanol, uapkan 20,0 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 105° dan ditara, panaskan sisa pada suhu 105° hingga bobot tetap. Hitung dalam % sari larut etanol 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 95

PERHITUNGAN SARI LARUT A : Berat simplisia B : Berat filtrat sesudah diuapkan + cawan kosong C : Berat cawan kosong B-C :   12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 96

  Berat simplisia (gram) Volume Air-Kloroform (ml) Volume Filtrat diuapkan (ml) Berat cawan kosong (gram) Berat cawan kosong + filtrat hasil pengaupan (gram) 5,000 100 20 35,000 35,150 CONTOH PERHITUNGAN SARI LARUT AIR 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 97

Indeks Busa Uji indeks busa dilakukan dengan cara larutan sampel dimasukkan ke tabung reaksi masing - masing 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; dan 10 ml dan ditambahkan air hingga 10 ml ke masing-masing tabung. Tabung kemudian dikocok 15 detik dengan 2 kocokan per detik dan diamati selama 15 menit. Jika pada tiap tabung tinggi busa <1 cm, maka indeks busanya <100. Jika pada semua tabung tinggi busa ≥1 cm selama 15 menit, maka indeks busa >1000 sehingga harus diencerkan. Jika tinggi busa 1 cm pada suatu tabung yang paling encer mengandung “a” ml sampel, maka indeks busa Indeks Busa = 1000 / a x fk Keterangan: a = Volume (mL) sampel dalam Wadah 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 98

Indeks Busa (2) 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 99

Indeks pengembangan Indeks pengembangan didefinisikan sebagai volume dalam mL yang diambil dari pengembangan 1 gram bahan dalam kondisi tertentu . Pengembangan ini terjadi karena simplisia uji mengandung gom, musilago, pektin, dan hemiselulosa yangmerupakan komponen mayoritas dinding sel primer dari simplisia uji. Timbang 1 gram simplisia dalam bentuk serbuk (rajangan) dan agar. Masukkan ke dalam gelas ukur tertutup 25 ml Tambahkan 25 ml akuadest kocok kuat selama 1 menit dengan kecepatan yang sama! kemudian diamkan selama 18 menit ukur tinggi simplisia dan musilago (bukan tinggi air) Lakukan selama interval 1 jam, setelah 1 jam diamkan selama 3 jam pada suhu kamar hitung rata-rata dari setiap penentuan 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 100

Indeks Hemolitik Indeks hemolitik dilakukan dengan cara suspensi darah dibuat terlebih dahulu dengan melarutkan Natrium sitrat dalam 1 ml air, kemudian dicampurkan 9 ml darah. Diambil 1 ml campuran, kemudian di ad 50 ml dapar fosfat pH 7,4 . Larutan pembanding saponin dibuat dengan melarutkan 10 mg saponin dalam 100 ml air. Pada uji pendahuluan larutan ekstrak dibuat dalam berbagai konsentrasi dalam 4 tabung, dicampurkan dengan dapar fosfat dan suspensi darah. Amati perubahan yang terjadi. Selanjutnya pada uji utama larutan ekstrak dibuat dalam berbagai konsentrasi dalam 13 tabung, dicampurkan dengan dapar fosfat dan suspensi darah. Pengamatan dilakukan 24 jam. Nilai indeks hemolitik ditentukan dengan rumus Indeks Hemolitik = 1000 × a / b Keterangan: 1000 = Aktivitas saponin terhadap darah a = Jumlah saponin yang menghasilkan hemolisis (g) b = jumlah sampel yang menghasilkan hemolisis (g) 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 101

Indeks Hemolitik (2) 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 102

PENETAPAN KADAR TANIN TOTAL Berikut beberapa metode penetapan kadar tanin secara sederhana (Hanani 2015): Kadar tanin dihitung sebagai katekin Kadar tanin dihitung sebagai fenol total Metode titrimetri Metode gravimetri 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 103

Kadar tanin dihitung sebagai katekin Kadar tanin yang dihitung sebagai katekin, ditujukan untuk simplisia yang mengandung jenis tanin yang terkondensasi . Pereaksi yang digunakan adalah 10% vanillin dalam asam. Cara ini menggunakan metode spektrofotometri dengan serapan yang diukur pada panjang gelombang 530 nm , dengan pembandingnya adalah katekin . 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 104

Kadar tanin dihitung sebagai fenol total Penetapan kadar ini dilakukan menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu dan larutan Na 2 CO 3 jenuh . Cara ini ditujukan untuk simplisia yang mengandung jenis tanin terhidrolisis dengan menggunakan metode spektrofotomeri . Serapan diukur pada panjang gelombang 660 nm, dengan asam tanat atau asam galat dalam a k uades sebagai pembanding . 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 105

Metode titrimetri Penentuan kadar dengan metode ini disebut dengan metode permanganometri. Metode ini dapat dilakukan untuk mengukur tanin total dengan cara sederhana, yaitu dengan cara titrasi terhadap sari air tanin menggunakan larutan KMnO 4 dan indikator larutan indigosulfonat , dengan perubahan warna dari biru menjadi kuning terang . 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 106

Metode titrimetri (2) Pembuatan larutan pereaksi indikator indigocarmin (garam natrium asam 5,5'-indigodisulfonat) Pembuatan larutan KMnO 4 0,1 N Pembuatan larutan asam oksalat 0,1 N Pembakuan larutan KMnO 4 dengan asam oklasat 0,1 N Pengukuran blanko Penetapan kadar tanin dengan KMnO4 Kadar tanin dihitung dengan kesetaraan 1 ml KMnO 4 0,1 N setara dengan 0,004157 g tanin. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 107

Metode gravimetri Teknik ini dilakukan dengan menambahkan serbuk kulit (umumnya sapi) ke dalam ekstrak tanin. Campuran dibiarkan mengendap sempurna lalu disaring . Filtrat dikeringkan hingga bobot tetap. Kadar tanin dihitung dengan cara bobot filtrat sebelum dan sesudah diberikan serbuk kulit (dengan koreksi blanko ) dibagi dengan berat simplisia yang diekstraksi. 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 108

Kuantititaf golongan kimia tertentu dan kadar senyawa aktif/penanda Uji kadar total flavonoid Standar : Quercetin Reagen : AlCl 3 , Na-Asetat Alat : Spektrofotomeri UV-Vis Uji kadar total saponin Uji kadar steroid total Uji kadar antrakinon total Uji kadar total alkaloid Volumetri / Titrimetri : berdasarkan sifat kebasaan alkaloid Gravimetri : menimbang residu alkaloid Spektrofotometri : dengan penambahan pereaksi warna Fluor o metri : kinin dan kinidin 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 109

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 110 Industri Bahan Baku memproduksi ekstrak . TTK ditugaskan untuk meng uji-mutu-ekstrak-secara-kuantititif . Pengujian-menggunakan- metode-titrimetri-dengan-KMnO 4 . Apa pengujian yang dimaksud ? kadar total flavonoid kadar tannin total kadar total fenol kadar antrakinon total kadar total alkaloid

CONTOH SOAL 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 111 Industri Bahan Baku memproduksi ekstrak . TTK ditugaskan untuk meng uji-mutu-ekstrak . Pengujian-menggunakan- darah,dapar fosfat-pH7,4 dan saponin-sebagai-pembanding . Apa pengujian yang dimaksud ? Indeks -bias Indeks-busa Indeks-hemolitik Indeks-pengembangan Indeks -stomata

SELAMAT MENGERJAKAN POST TEST TERIMA KASIH 12/11/2021 apt. Antonius Padua Ratu, M.Farm. STTIF Bogor 112
Tags