SLIDE HANTA PPI RSDK.pptx PPI hanta pencegahan dan pengendalian infeksi hanya virus dan leptospirosis di fasyankes dan komunitas

ninda34 0 views 37 slides Sep 26, 2025
Slide 1
Slide 1 of 37
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37

About This Presentation

Hanya ppi


Slide Content

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi 24 September 2025 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Hantavirus dan Leptospirosis di Fasyankes dan Komunitas Oleh : Septiana RB

TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi kasus zoonosis : Hanta dan leptospirosis diharapkan peserta mampu memahami penyakit hanta dan leptospirosis Tujuan Khusus : Setelah mengikuti materi kasus zoonosis diharapkan peserta mampu memahami : Penyebab penyakit virus hanta dan penyakit Leptospirosis Tanda dan gejalanya Mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit zoonosis

Penyakit berpotensi KLB/ Wabah di Indonesia 4 Bold: Penyakit Prioritas Pengamatan Program Penyakit Infeksi Emerging Kolera Pes Bubo dan Pes Pneumonia Campak Polio Difteri Pertusis Rabies Malaria Flu Burung (H5N1) dan influenza tipe baru Antraks Leptospirosis Hepatitis Penyakit Menular Tertentu Yang Berpotensi KLB/ Wabah : Permenkes No.1501 th. 2010, KMK No.424 th.2003 (MERS), KMK No.405 th. 2014 (Ebola), Permenkes No.59 th. 2016, KMK No. 104 th. 2020 (COVID-19), KMK No.1977 th. 2022 (Mpox) Ebola/Marburg¸ Penyakit Virus Nipah¸MERS , Yellow Fever¸ Penyakit Virus Hanta ¸ Mpox, HFMD EV-71¸ SARS, Lassa¸ Demam Kongo¸ listeriosis, Q Fever¸ Demam Rift Valley¸ Penyakit Meningokokal ¸ West Nile¸ Legionelosis Kajian Threats And Hazards Identification Risk Assessment ( THIRA) Indonesia 2024 Meningitis Meningokokus Demam Kuning Chikungunya Demam Berdarah Dengue COVID-19 Mpox MERS Penyakit virus Ebola Penyakit virus Nipah Penyakit virus Hanta Demam Lassa Demam Congo

Penemuan kasus Penyakit INFEM PENDEKATAN SINDROM Sindrom yang diamati merupakan yang paling sering menyebabkan PHEIC dan epidemi / pandemi , mengarahkan disease X Identifikasi Gejala /Tanda yang dengan anamnesis faktor risiko spesifik (Riwayat perjalanan / tinggal , Riwayat kontak / paparan dsb ) Diikuti dengan pengambilan specimen dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jenis pathogen

DO: Demam akut ≥38 o C atau riwayat demam dalam 14 hari, disertai batuk, sesak napas, memerlukan rawat inap dengan/tanpa disertai gejala lain* Kontak unggas sakit/mati (a) Perjalanan Timur Tengah/negara terjangkit Paparan lingkungan/pekerjaan (AC, shower air hangat, kolam renang, tandon, dll), faktor host (b) Perjalanan/tinggal di wilayah terjangkit, kontak, paparan kelelawar/babi, konsumsi nira/aren/buah terkontaminasi (c) Pekerjaan/lingkungan/kontak dengan tikus (d) Perjalanan dari negara terjangkit dan paparan dengan tikus (e) Perburukan cepat/adanya klaster Suspek Flu Burung Suspek MERS Suspek Legionellosis Suspek Virus Nipah Suspek Leptospirosis Suspek virus Hanta (HPS) Suspek influenza tipe baru Swab nasofaring dan swab orofaring dijadikan dalam satu VTM, sputum Swab nasofaring dan swab orofaring dijadikan dalam satu VTM, Sputum Swab orofaring, sputum Swab nasofaring dan swab orofaring dijadikan dalam satu VTM, dan serum Serum, urin, whole blood , sputum Serum, whole blood , swab nasofaring Swab nasofaring dan swab orofaring dijadikan satu VTM, sputum SINDROM PERNAPASAN AKUT BERAT Faktor Risiko Diagnosis Spesimen Bila hasil pemeriksaan negatif dari deteksi kasus di atas Diskusi Tim Kemenkes dan DPJP bila terkonfirmasi atau dicurigai COVID- 19, maka deteksi tetap mengikuti alur sindrom pernapasan akut berat

Ditinjau asalnya penyakit virus hanta dan leptospirosis, Infeksi berasal dari tikus dan faktor penyebabnya dari komunitas Tindakan medis yang dilakukan tenaga kesehatan dalam perawatan pasien bila tidak dilakukan sesuai prosedur berpotensi menularkan penyakit infeksi baik kepada pasien maupun petugas tsb Area Jawa-Tengah merupakan endemis untuk leptospirosis

VIRUS HANTA Penyakit Virus Hanta adalah salahsatu emerging zoonosis yang ditularkan hewan pengerat ke manusia yang disebabkan oleh Orthohantavirus Gambaran Klinis : Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) atau Hantavirus Cardiopulmonary Syndrome (HCPS)

TAHAPAN KLINIS HFRS HPS/HCPS FASE FEBRIS >39 C Demam 3-6 Hari Conjuctiva bleeding/ bintik merah Wajah terasa panas Nyeri kepala Nyeri bola mata Tidak nafsu makan Stadium Febrile Prodome : Demam 3-6 hari Myalgia Nyeri Kepala Malaise FASE HIPOTENSI 1-2 Hari Hipotensi dan Syok Edema paru dan peritoneal Stadium Cardiac Pulmonary : Batuk Gastritis Hipotensi Takikardia   FASE OLIGURIA (sedikit BAK) 3-5 Hari Oliguria Anuria Perdarahan FASE DIURETIK (sering BAK) 1-2 Minggu   FASE COMPALESCENCE   Stadium Compalescence Pemulihan Minggu -Bulan

RANTAI PENULARAN ORTHOHANTA VIRUS Agen Infeksi Reservoir Hewan Pengerat ( tikus , celurut , kelelawar ) Port of Exit Saliva Urin Feces Mode of Transmision Kontak dengan kulit terbuka atau mukosa Aerosol dari debu / partikel halus yang terkontaminasi Port of Entry Kulit yang terbuka Mucus membrane Saluran nafas HANTA Susceptible Host Manusia

Penularan dari manusia ke manusia belum ditemukan Rekomendasi WHO (2022) Pencegahan Pengendalian Infeksi penyakit virus Hanta tetap menerapkan pedoman PPI secara umum , yakni dengan menilai risiko dan menetapkan aksi yang tepat untuk mengurangi risiko terpapar agen infeksius

RISIKO PAPARAN AGEN INFEKSIUS Potensi risiko terpapar darah , cairan tubuh , sekresi , ekskresi , atau cipratan infeksius dari pasien Potensi pasien memiliki gejala dari penyakit infeksi yang belum didiagnosis ( seperti demam dan batuk ) Potensi pasien memiliki gejala dari penyakit infeksi yang belum didiagnosis serta membutuhkan kewaspadaan berbasis transmisi (transmission-based precautions) Potensi pasien mengalami penyakit infeksi yang sudah diketahui dan membutuhkan kewaspadaan berbasis transmisi (transmission-based precautions)

LEPTOSPIROSIS Leptospirosis adalah penyakit zoonosis ( penyakit yang ditularkan hewan ke manusia ) disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira ditularkan melalui urine hewan terinfeksi ( terutama tikus ) yang masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang terbuka atau selaput mukosa ( Kemenkes ) Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh Weil pada tahun 1886 yang m e nyebabkan i k terus F amili LEPTOSPIRA treponematace Leptospira ada 2 spesies L interrogans (semua strain bersifat patogen) L biflexa (semua strain bersifat saprofit). Ciri khas organisme ini yakni tipis, fleksibel, panjangnya 5- 15 um, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1- 0,2 um. Salah satu ujung organisme sering membengkak, membentuk suatu kait. Terdapat gerak rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya flagella.

Transmisi Leptospira RSPI SS, 2024

Hampir semua mamalia dapat menjadi pembawa leptospirosis, menyimpan dan melepaskan organisme dari tubulus proksimal ginjal Tikus sejauh ini merupakan pembawa terpenting yang bertanggung jawab atas leptospirosis pada manusia disebabkan oleh keberadaan tikus yang ada di mana- mana di sekitar habitat manusia , dan karena tikus mengeluarkan konsentrasi organisme yang sangat tinggi , bahkan beberapa bulan setelah infeksi awal Cara penularan yang paling umum ke manusia adalah melalui abrasi / luka kulit dan selaput lendir yang bersentuhan dengan air yang terkontaminasi urin tikus yang terinfeksi .

FAKTOR RESIKO HANTA DAN LEPTO Petani, petugas kebersihan atau mereka yang kontak dengan ternak, mereka yang terpapar hewan pengerat di tempat kerja memiliki risiko tinggi Daerah perkotaan dan semi- perkotaan yang dengan sanitasi buruk dan tikus berkembang memiliki risiko tinggi. Paparan rekreasi pada mereka yang melakukan olahraga air Peningkatan kasus biasanya terkait dengan dengan bencana alam yang terkait dengan banjir .

MANIFESTASI KLINIK LEPTOSPIROSIS No FASE TANDA GEJALA 1 Leptospiraemik Demam Sakit Kepala Mialgia ( betis , perut ) dan otot paraspinal ( mengakibatkan meningisme ) Berlangsung 3-9 hari 2 Imun Antibodi Ig M muncul di darah dan Leptospiro diekskresikan dalam urin ( menetap dalam konsentrasi yang lebih tinggi di tubulus proksimal ginjal ) seringkali bersamaan pneumonia leptospirosis

SKRINING KASUS PIE HANTA LEPTO DI FASYANKES Pengkajian awal ranap  gejala , riwayat kontak , riwayat perjalanan Lakukan penilaian dan pemantauan pasien secara teratur utk mengidentifikasi perubahan klinis pasien Kemenkes : Form Surveilans Syndrome di IGD dan Ranap

FORM SKRINING PIE 6 SS ( Sindrom Surveillance)

EDUKASI PASIEN PIE HANTA LEPTO Informasikan tata tertib di ruangan isolasi Ajarkan kebersihan tangan dan batuk efektif Sediakan masker medis di ruangan Pasien hanya diperbolehkan membawa barang-barang sesuai kebutuhan

Isolasi dan Kohorting kasus PIE (WHO, 2021) Pasien harus di tempatkan di 1 kamar 1 bed dengan ventilasi yang baik Jika tidak memungkinkan , dikelompokkan ( suspek atau konfirmasi ) dengan ventilasi yg memadai dan jarak minimal 1 - 1,5 meter antar bed

PENERAPAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PADA ZOONOTIC DESEASE : VIRUS HANTA DAN LEPTOSPIROSIS Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang dapat diterapkan oleh tenaga kesehatan dalam rangka mencegah terinfeksi Orthohantavirus dan Leptospira: Penerapan praktik kebersihan tangan Penerapan etika batuk dan bersin Penerapan sterilisasi alat Pemakaian alat pelindung diri (APD) Pembersihan dan disinfeksi lingkungan

KEBERSIHAN TANGAN Hindari menyentuh mata , hidung , dan mulut dengan tangan yang kotor . Jika Anda perlu menyentuh wajah , pastikan tangan bersih Lepaskan perhiasan seperti jam tangan , gelang , cincin saat melakukan kebersihan tangan Pakai air dan sabun bila tampak kotor atau handrub berbasis alkohol bila tangan tidak tampak kotor Jaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol selama 20-30 detik . Pemakaian sarungtangan tidak menggantikan cuci tangan Lakukan kebersihan tangan setelah melepas sarung tangan dan APD

- Mencegah transmisi dari infeksi saluran nafas - Visual alert pada pasien dengan infeksi saluran nafas Menganjurkan untuk menutup hidung dan mulut ( dengan memakai tissue atau lengan bagian dalam ) Membuang tissue pada tempat sampah Lakukan kebersihan tangan Pemasangan poster edukasi pasien batuk Memisahkan pasien batuk Pemberian masker ETIKA BATUK

Peralatan kasus PIE sebaiknya tersendiri Terbagi atas peralatan : non kritikal,semi kritikal dan kritikal Peralatan yang dipakai bersama dan tidak sekali pakai harus dibersihkan dan didesinfeksi sesuai instruksi pabrik atau kebijakan RS Alkes kotor / habis pakai ditempatkan dalam container utk dikirim ke CSSD DEKONTAMINASI PERALATAN

APD yang akan dipakai oleh tenaga kesehatan ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan transmisi penyakitnya sesuai indikasi pasien yang ditangani . Setiap nakes wajib melepaskan APD ketika meninggalkan ruangan pasien dan menerapkan upaya kebersihan tangan

PEMAKAIAN SARUNG TANGAN Tenaga kesehatan harus memakai sarung tangan ketika melakukan aktivitas yang berkaitan dengan paparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya Gunakan sarung tangan yang berbeda ketika melakukan penanganan terhadap setiap pasien Ganti sarung tangan setelah menyelesaikan suatu tugas dan prosedur pada satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh lain di satu pasien yang sama Gunakan sarung tangan steril untuk prosedur aseptik seperti operasi dan tindakan memasukkan kateter

PEMAKAIAN GOWN/APRON Tenaga kesehatan harus menggunakan gaun pelindung (gown/apron) untuk melindungi kulit dari percikan darah , cairan tubuh , sekresi atau eksresi Ganti Gown atau apron segera bila kotor dan lakukan praktik kebersihan tangan

PEMAKAIAN MASKER MEDIS Tenaga kesehatan wajib menggunakan masker medis untuk melindungi membran mukosa pada hidung dan mulut dari percikan cairan tubuh , sekresi pernapasan , dan bahan kimia

PEMAKAIAN MASKER RESPIRATOR Tenaga kesehatan wajib menggunakan masker respirator ( seperti N95, FFP2) untuk perlindungan terhadap inhalasi partikel udara dan/ atau ketika melakukan prosedur berkaitan dengan aerosol Lakukan uji kecocokan (fit test) sebelum menggunakan masker respirator dan melakukan tes segel setiapkali penggunaan masker respirator Ganti masker respirator apabila sudah rusak , kotor , basah atau ketika sulit bernafas

PEMAKAIAN PELINDUNG MATA Tenaga kesehatan wajib menggunakan pelindung mata (eye visor atau goggles) atau face shield untuk melindungi membran mukus pada mata ketika melakukan tindakan yang memungkinkan terjadinya percikan darah , cairan tubuh , sekresi , atau ekskresi Pastikan goggles pas di sekitar mata Pastikan face shield menutupi dahi , bawah dagu , dan seluruh sisi wajah

PEMBERSIHAN DAN DISINFEKSI LINGKUNGAN Desinfeksi secara rutin semua permukaan di nurse station, ruang ganti APD, ruangan istirahat petugas , ruangan pasien . Desinfeksi barang - barang pasien sebelum pasien keluar ruang rawat inap Segera lakukan general cleaning ruangan pasien saat pasien pulang

PENYAKIT VIRUS HANTA DI KOMUNITAS

HANTAVIRUS DI KOMUNITAS

LEPTOSPIROSIS DI KOMUNITAS

INFORMASI PENYAKIT VIRUS HANTA dan LEPTO FAQ Penyakit Virus Hanta : https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/do wnload/Bxo Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Virus Hanta di Indonesia: https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/do wnload / ABj Video KIE Penyakit Virus Hanta https://www.instagram.com/p/B_fOFQlA34n/?igshid=MzRlODBiNWFlZA== Diagnosis Laboratoris Leptospirosis, Farida Dwi Handayani DKK, Balitbangkes , Lembaga penerbit 2019 Mengenal gejala dan pencegahan Leptospirosis, https : //upk.kemkes.go.id Akses selengkapnya dapat diakses melalui kanal informasi Tim Kerja Penyakit Infeksi Emerging Website: https://infeksiemerging.kemkes.go.id/ Youtube : @MasterPIE_Kemenkes

JUICE ALPUKAT CAMPUR SELASIH SEMOGA BERMANFAAT DAN TERIMAKASIH Komite PPI RSDK 2025
Tags