Seorang perempuan, umur 28 tahun, G2P1A0, hamil 38 minggu, persalinan kala I di P uskesmas. Hasil anamnesis: cemas dan takut tidak bisa melahirkan normal. Hasil pemeriksaan: TD 110/70 mmHg, N 80 x/menit, P 18 x/menit, S B: 36,6 °C, TFU 40 C m, DJJ 145 x/menit, kontraksi 3x/10’/25’’. Pembukaan 4 cm. Ketuban (+) utuh . Dan kepala Hodge I Apakah rencana asuhan yang paling tepat pada kasus tersebut? A. Persiapkan rujukan B . Tingkatkan asupann nutrisi C . Berikan dukungan psikologis D. Bantu memilih posisi yang nyaman E. Bantu mobilisasi disekitar tempat tidur
Pembahasan : A. Persiapkan rujukan Ini tidak diperlukan saat ini karena kondisi ibu dan janin tampaknya stabil . Tekanan darah normal, denyut jantung janin normal, dan pembukaan serviks 4 cm menunjukkan bahwa ibu berada dalam fase aktif persalinan . Kecuali ada tanda-tanda komplikasi yang memerlukan rujukan , jadi pilihan ini tidak harus diprioritaskan . B. Tingkatkan asupan nutrisi Pada tahap persalinan ini , asupan nutrisi tidak menjadi prioritas utama . Pasien biasanya tidak dianjurkan makan makanan padat karena risiko muntah atau komplikasi lainnya selama persalinan aktif . Fokus utama adalah pada manajemen persalinan , bukan pada peningkatan asupan nutrisi . C. Berikan dukungan psikologis Ini adalah pilihan yang sangat relevan . Ibu yang cemas dan takut bisa sangat diuntungkan dengan dukungan psikologis . Memberikan dukungan , memberikan informasi yang jelas , dan memberikan dorongan dapat membantu mengurangi kecemasan dan ketakutan , serta mempengaruhi proses persalinan dengan positif .
D. Bantu memilih posisi yang nyaman Ini juga penting , tetapi dalam konteks ini , dukungan psikologis mungkin lebih mendesak karena pasien sudah dalam fase aktif persalinan dan mengalami kecemasan . Namun , membantu pasien menemukan posisi yang nyaman juga dapat menjadi bagian dari dukungan keseluruhan yang diberikan . E. Bantu mobilisasi di sekitar tempat tidur Mobilisasi mungkin tidak selalu praktis pada tahap aktif persalinan dan terutama jika posisi kepala janin sudah di Hodge I. Ini bisa dilakukan jika pasien merasa nyaman dan tidak ada kontraindikasi , tetapi dukungan psikologis tetap menjadi prioritas utama . Pilihan yang paling tepat adalah C. Berikan dukungan psikologis . Kecemasan dan ketakutan yang dialami pasien dapat mempengaruhi perjalanan persalinan dan kesejahteraan ibu . Memberikan dukungan emosional dan informasi yang menenangkan dapat membantu pasien merasa lebih percaya diri dan mengurangi stress, yang berkontribusi pada proses persalinan yang lebih lancar . Fokus ke hasil anamneses dan prioritas masalah yang ada pada soal kasus tersebut .
2 . Seorang perempuan, umur 34 tahun, G3P2A0, hamil 36 minggu, datang ke RS dengan keluhan perdarahan dari kemaluan sejak 1 jam yang lalu. Hasil anamnesis: riwayat persalinan SC dua kali, tidak ada mules, tidak ada mules, tidak nyeri, dan gerakan janin aktif. Hasil pemeriksaan: TD 110/70 mmHg, N 84 x/menit, P 20 x/menit, S 36,5°C, TFU 30 cm, letak lintang, DJJ 142 x/menit teratur, kontraksi (-), dan tampak darah berwarna merah segar. Apa faktor predisposisi yang paling mungkin pada kasus tersebut? A. Paritas B. Usia ibu C. Usia gestasi D. Presentasi janin E. Riwayat obstetric
Pembahasan : A & B: Paritas dan usia ibu : Meskipun paritas ( jumlah kelahiran ) dan usia ibu dapat mempengaruhi risiko kehamilan , faktor utama dalam kasus ini yang langsung berhubungan dengan perdarahan dan komplikasi pada kehamilan dan persalinan adalah riwayat obstetrik . C. Usia gestasi : Pada usia gestasi 36 minggu , beberapa komplikasi seperti plasenta previa dan sejenisnya memang dapat terjadi , namun faktor risiko lebih spesifik terkait dengan riwayat obstetrik sebelumnya seperti SC.
Presentasi janin : Presentasi lintang tidak serta merta menjadi faktor risiko utama untuk perdarahan , meskipun bisa berhubungan dengan masalah lain dalam persalinan . Riwayat persalinan SC : Wanita dengan riwayat operasi caesar memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi seperti plasenta previa atau abrupsio plasenta pada kehamilan dan persalinan berikutnya . Dengan riwayat dua kali SC, risiko terjadinya komplikasi ini bisa meningkat , dan perdarahan yang terjadi pada kehamilan saat ini diprediksi akibat dari komplikasi ini . Kesimpulan : Dalam kasus ini , seorang wanita hamil dengan riwayat persalinan caesar (SC) dua kali dan saat ini mengalami perdarahan pada usia kehamilan 36 minggu , faktor predisposisi yang paling mungkin adalah : E. Riwayat obstetrik
3. Seorang perempuan, umur 23 tahun, G1P0A0, hamil 39 minggu, datang ke TPMB dengan keluhan mules sejak 6 jam lalu. Hasil anamnesis: cemas, keluar lendir bercampur darah, dan tidak sabar menunggu bayi lahir. Hasil pemeriksaan: TD 110/70 mmHf, N 80 x/menit, P 20 x/menit, S 36,7°C, kontraksi 3x/10’/35;;, DJJ 133 x/menit, pembukaan 5 cm, ketuban (+) utuh dan kepala Hodge III. Apa edukasi yang paling tepat pada kasus tersebut? A. Teknik relaksasi B. Kebutuhan hidrasi C. Posisi yang nyaman D. Pendamping persalinan E. Proses fisiologis persalinan
Pembahasan : Teknik relaksasi : Ini bisa bermanfaat , terutama untuk mengurangi kecemasan dan membantu dalam mengatasi rasa sakit . Namun , dengan pembukaan serviks sudah 5 cm, proses persalinan sudah cukup maju , sehingga teknik ini mungkin lebih relevan pada fase awal persalinan . Kebutuhan hidrasi : Ini adalah hal penting , tetapi tampaknya tidak langsung berkaitan dengan keluhan utama dan situasi saat ini , di mana fokus lebih pada proses persalinan itu sendiri . Posisi yang nyaman : Memberikan informasi tentang posisi yang nyaman dapat membantu mengatasi ketidaknyamanan selama kontraksi dan proses persalinan , tetapi ini lebih merupakan bagian dari manajemen persalinan yang bersifat umum .
D. Pendamping persalinan : Meskipun penting , informasi ini lebih relevan jika pasien menginginkan atau memerlukan dukungan emosional atau praktis selama persalinan , tetapi tidak secara langsung mengatasi keluhan yang dihadapi saat ini . E. Proses fisiologis persalinan : Memberikan informasi tentang apa yang akan terjadi selama proses persalinan dan apa yang diharapkan selanjutnya sangat penting . Dengan pasien sudah mengalami kontraksi dan pembukaan serviks 5 cm, pengetahuan tentang proses ini dapat membantu mengurangi kecemasan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang akan terjadi .
Kesimpulan : Pilihan E. Proses fisiologis persalinan adalah edukasi yang paling tepat untuk kasus ini.Menjelaskan apa yang akan terjadi selama fase aktif persalinan dan bagaimana proses ini berlangsung dapat membantu pasien merasa lebih siap dan kurang cemas . Informasi ini penting karena pasien sudah berada dalam fase aktif persalinan dan mungkin merasa tidak sabar dan cemas menghadapi proses yang akan datang .
4 . Seorang perempuan, umur 35 tahun, G3P2A0, hamil 37 minggu, dirujuk ke RS dengan indikasi PEB. Hasil anamnesis: pandangan mulai kabur dan nyeri ulu hati. Hasil pemeriksaan: TD 180/110 mmHg, P 20 x/menit, S 37°C, oedem a bagian wajah dan ekstremitas, DJJ 100 x/menit, TFU 32 cm, kontrasi (-), hiperefleksia, protein dan urine (+++) Tindakan yang paling tepat pada kasus tersebut? Induksi persalinan Pemberiaan MgSO4 Pemberian tokolitik Terminasi kehamilan Pematangan paru janin
Pembahasan : A. Induksi persalinan : Ini adalah langkah yang sering dipertimbangkan pada preeklampsia berat terutama jika kehamilan sudah mendekati atau melebihi 37 minggu . Namun , sebelum induksi dilakukan , perlu penanganan segera dari kondisi preeklampsia berat B. Pemberian MgSO4 : Ini adalah tindakan yang paling tepat dalam kasus preeklampsia berat . Magnesium sulfat digunakan sebagai terapi profilaksis dan pengobatan untuk mencegah kejang ( eklampsia ), yang merupakan komplikasi serius dari preeklampsia . C. Pemberian tokolitik : Tokolitik digunakan untuk menghentikan kontraksi uterus dan menunda persalinan . Namun , dalam kasus preeklampsia berat , tujuan utamanya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janin dengan mengakhiri kehamilan dan bukan menunda persalinan .
D. Terminasi kehamilan : Meskipun penting untuk mengatasi preeklampsia , terminasi kehamilan biasanya dipertimbangkan setelah stabilisasi kondisi ibu dan pemberian MgSO4, bukan sebagai langkah pertama . E. Pematangan paru janin : Ini dilakukan jika persalinan akan dilakukan sebelum 34 minggu untuk mematangkan paru janin . Namun , dalam kasus ini , kehamilan sudah memasuki 37 minggu , sehingga janin sudah cukup matang dan pematangan paru tidak menjadi prioritas utama . Kesimpulan: Jawaban yang paling tepat adalah B. Pemberian MgSO4. Pemberian MgSO4 adalah langkah penting dalam penanganan preeklampsia berat karena bertujuan untuk mencegah kejang . Setelah pasien stabil dengan MgSO4, keputusan tentang induksi persalinan atau terminasi kehamilan dapat dilakukan berdasarkan kondisi ibu dan janin .
5. Seorang perempuan, umur 37 tahun, G4P2A1, hamil 42 minggu, datang ke TPMB dengan keluhan gerakan janin berkurang sejak 1 hari yang lalu. Hasil anamnesis: tidak mules dan riwayat ANC teratur. Hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg, N 72 x/menit, P 20 x/menit, S 37°C, TFU 32 cm, DJJ 128 x/menit, kontraksi (-), dan skor bishop 1. Apa rencana asuhan yang paling tepat pada kasus tersebut? Rujuk ke RS Anjurkan coitus Kolaborasi SpOG Lakukan induksi persalinan Observasi kesejahteraan janin
Pembahasan : Gerakan Janin Berkurang : Berkurangnya gerakan janin pada usia kehamilan 42 minggu memerlukan evaluasi lebih lanjut . Ini bisa menandakan bahwa janin mungkin mengalami kesulitan atau stres . Usia Kehamilan 42 Minggu : Kehamilan yang sudah melewati 42 minggu tergolong postterm . Risiko komplikasi meningkat , dan manajemen lebih lanjut sering kali memerlukan fasilitas yang lebih lengkap dan perawatan yang lebih intensif . Skor Bishop 1 : Skor Bishop rendah menunjukkan bahwa serviks belum cukup matang untuk memulai persalinan spontan . Ini berarti bahwa kemungkinan persalinan spontan tidak akan segera terjadi tanpa intervensi .
Pembahasan : Tidak Ada Kontraksi : Tidak adanya kontraksi menunjukkan bahwa proses persalinan belum dimulai , dan adanya keluhan gerakan janin berkurang menambah urgensi untuk menilai keadaan janin secara lebih mendalam . Kesejahteraan Janin dan Induksi : Rencana untuk induksi persalinan atau metode lain harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas lengkap untuk pemantauan dan penanganan jika diperlukan . Kesimpulan: rujuk ke rumah sakit (RS) adalah langkah yang tepat untuk memastikan kesejahteraan janin dan ibu , mengingat usia kehamilan yang sudah ambang batas normal dan keluhan yang ada . Di Rumah sakit dapat dilakukan evaluasi lebih mendalam , termasuk pemantauan janin dan pertimbangan untuk induksi persalinan jika diperlukan .
6. Seorang perempuan, umur 38 tahun, P1A0, persalinan kala III di RS. Hasil anamnesis: mules. Hasil pemeriksaan: TD 120/80 mmHg, N 80 x/menit, P 22 x/menit, S 36,7°C, TFU 1 jari atas pusat, kontraksi uterus keras, dan pendarahan 150 cc. Bidan t elah memberikan oksitosin dosis kedua 10 IU 15 menit yang lalu, tampak darah mengalir namun plasenta belum lahir. Apa tindakan yang paling tepat pada kasus tersebut? Manual plasenta Kolaborasi histerektomi Pemberian ulang uterotonika Kolaborasi ekstraksi instrume n Peregangan tali pusat terkendali ulang
Pembahasan : Manual plasenta ( memanipulasi plasenta untuk membantu melahirkannya ) seharusnya dipertimbangkan jika ada tanda-tanda bahwa plasenta tidak akan lahir dengan sendirinya . Dan Manual plasenta tidak langsung dilakukan karena harus dipastikan siap darah . Kolaborasi Histerektomi adalah tindakan yang sangat ekstrem dan biasanya hanya dipertimbangkan jika ada komplikasi berat seperti perdarahan postpartum yang sangat berat dan tidak dapat diatasi dengan metode lain. Pemberian ulang uterotonika : Oksitosin adalah obat uterotonika yang digunakan untuk membantu kontraksi uterus dan mempercepat lahirnya plasenta . telah diberikan oksitosin dosis kedua dan kontraksi uterus sudah keras , mules dan tampak darah mengalir . Jadi dipastikan kontraksi uterus sudah baik , tidak perlu diberikan ulang uterotonika .
Kolaborasi ekstraksi instrument ,Ini biasanya tidak relevan dalam kasus plasenta tertahan . Ekstraksi instrumen umumnya lebih berkaitan dengan persalinan kala II yang gagal , bukan masalah plasenta kala III. Peregangan tali pusat terkendali ulang , Karena kontraksi uterus sudah keras , mules dan tampak darah mengalir , itu merupakan tanda-tanda lepasnya plasenta jadi perlu dilakukan peregangan tali pusat terkendali ulang untuk melahirkan plasenta .
Kesimpulannya :
7. Seorang perempuan, umur 25 tahun, G1P0A0, hamil 39 minggu, inpartu kala II di TPMB. Hasil anamnesis: ingin meneran. Hasil pemeriksaan: TD 110/80 mmHg, N 80 x/menit, P 20 x/menit, S 36,5°C, DJJ 145 x/menit, selaput ketuban (-) Ketuban telah pecah dengan jernih , diameter kepala terlihat 5 cm didepan vulva dan tampak lilitan tali pusat kencang 2x. Apa tindakan segera yang paling tepat pada kasus tersebut? Lahirkan kepala Potong tali pusa t Lakukan episiotomi Anjurkan untuk meneran Pakai sarung tangan DTT
Pembahasan : Diameter Kepala terlihat 5 cm di depan vulva: Ini menunjukkan bahwa bayi berada dalam posisi yang hampir keluar , tetapi kepala belum keluar sepenuhnya dan biasanya talipusat belum bisa dipotong . Lilitan tali pusat kencang 2x: Lilitan tali pusat yang kencang dapat menyebabkan penurunan aliran darah dan oksigen ke bayi . Ini dapat meningkatkan risiko distress janin dan memerlukan perhatian segera namun kasus tersebut diameter kepala terlihat masih 5 Cm depan vulva jadi belum bisa dipotong talipusatnya Ketuban telah pecah dan jernih : Ketuban yang sudah pecah dan tidak ada tanda infeksi atau mekonium menandakan bahwa waktu persalinan semakin dekat , tidak mendukung prioritas masalah . Tindakan episiotomi : Dengan melakukan episiotomi , dokter dapat memperluas jalan lahir untuk membantu kepala bayi keluar lebih cepat dan mengurangi risiko trauma, namun Gerakan sayang Ibu dipertimbangkan untuk dilakukan episiotomy hanya pada kondisi tertentu .
Lahirkan kepala : Menjadi langkah selanjutnya jika kepala bayi sudah sangat dekat dengan vulva kemudian mengatasi lilitan tali pusat tetapi diameter kepala masih 5 Cm depan vulva dan Ibu masih ingin meneran . Potong tali pusat : Tidak mungkin dilakukan sebelum kepala bayi lahir sepenuhnya dan tidak relevan dalam konteks ini . Anjurkan untuk meneran : Paling relevan dengan kasus ini karena Ibu masih bisa meneran dengan jika ada masalah dengan lilitan tali pusat yang kencang dan dapat memerlukan tindakan tambahan . Pakai sarung tangan DTT: Meskipun penting untuk memakai sarung tangan , tindakan ini tidak akan secara langsung memecahkan masalah yang ada . Secara keseluruhan , episiotomi adalah tindakan yang membantu mempercepat persalinan dengan aman , terutama ketika ada kekhawatiran tentang lilitan tali pusat yang menghalangi kemajuan persalinan .
8. Seorang perempuan, umur 26 tahun, P1A0, dalam proses pem a ntauan kala IV di TPMB. Riwayat persalinan spontan dengan waktu kurang dari 3 jam. plasenta baru saja lahir dan dilakukan masase uterus selama 15 detik. Hasil evaluasi: kontraksi uterus lembek, dan darah mengalir pervag i nam. Tindakan awal apa yang paling tepat pada kasus tersebut? Melakukan KBI Persiapan rujukan Melanjutkan KBE Memasang kondom kateter Memberikan ergometrin 0,2 mg IM
Pembahasan : Melakukan KBI ( Kompresi Bimanual Internal) : Salah satu penanganan atonia uteri setelah dilakukan massase uterus Persiapan rujukan : Rujukan mungkin diperlukan jika kondisi tidak membaik dengan penanganan awal atau jika pendarahan tidak dapat dikendalikan , tetapi bukan tindakan awal . Melanjutkan KBE: Jika sudah dilakukan KBI, melanjutkan dengan KBE. Memasang kondom kateter : bisa juga dilakukan untuk perdarahan post partum namun lebih awal dilakukan dulu KBI untuk atonia uteri. Memberikan ergometrin 0,2 mg IM : bisa juga dilakukan untuk perdarahan post partum namun lebih awal dilakukan dulu KBI untuk atonia uteri. Dan perlu diperhatikan kontraindikasi pemberian ergometrin yaitu kontraindikasi untuk hipertensi . Kesimpulan: Dalam situasi ini , penanganan segera dengan KBI yang merupakan prioritas utama untuk mengatasi atonia uteri dan mencegah pendarahan lebih lanjut
9. Seorang perempuan, umur 38 tahun, P1A0, persalinan kala III di RS. Hasil anamnesis: mulas. Hasil pemeriksaan: TD: 120/80 mmHg, N 80 x/menit, P 22 x/menit, S 36,7°C, TFU 1 jari atas pusat, kontraksi uterus keras, dan perdarahan 150 cc bidan telah memberikan oksitosin dosis kedua 10IU 15 menit yang lalu,tampak darah mengalir namun plasenta belum lahir. Manual plasenta Kolaborasi histerektomi Pemberian ulang uterotonika Kolaborasi ekstraksi instrumen Peregangan tali pusat terkendali ulang
Pembahasan : Manual plasenta ( memanipulasi plasenta untuk membantu melahirkannya ) seharusnya dipertimbangkan jika ada tanda-tanda bahwa plasenta tidak akan lahir dengan sendirinya . Dan Manual plasenta tidak langsung dilakukan karena harus dipastikan siap darah . Kolaborasi Histerektomi adalah tindakan yang sangat ekstrem dan biasanya hanya dipertimbangkan jika ada komplikasi berat seperti perdarahan postpartum yang sangat berat dan tidak dapat diatasi dengan metode lain. Pemberian ulang uterotonika : Oksitosin adalah obat uterotonika yang digunakan untuk membantu kontraksi uterus dan mempercepat lahirnya plasenta . telah diberikan oksitosin dosis kedua dan kontraksi uterus sudah keras , mules dan tampak darah mengalir . Jadi dipastikan kontraksi uterus sudah baik , tidak perlu diberikan ulang uterotonika .
Kolaborasi ekstraksi instrument ,Ini biasanya tidak relevan dalam kasus plasenta tertahan . Ekstraksi instrumen umumnya lebih berkaitan dengan persalinan kala II yang gagal , bukan masalah plasenta kala III. Peregangan tali pusat terkendali ulang , Karena kontraksi uterus sudah keras , mules dan tampak darah mengalir , itu merupakan tanda-tanda lepasnya plasenta jadi perlu dilakukan peregangan tali pusat terkendali ulang untuk melahirkan plasenta .
10 . Seorang perempuan, umur 32 tahun, G3P1A1, hamil 34 minggu, datang ke RS untuk memeriksakan kehamilan. Hasil anamnesis: gerakan janin dirasakan sering, minum air putih ± 6 gelas/hari, buang air kecil 3x/hari. Hasil pemeriksaan: TD: 100/80 mmHg, N : 86 x/menit, P : 22 x/menit, S : 36,5°C, TFU : 30 c m, DJJ 140 x/menit, indeks cairan amnion <5 cm, kadar Hb 10,5 gram/dl . Diagnosis apa yang paling mungkin pada kasus tersebut? IUGR Anemia ringan Oligohidramnion Kelainan kongenital Korioamnionitis
Pembahasan : IUGR (Intra uterine Growth Retriction ) adalah kondisi pertumbuhan janin terhambat ditandai dengan ukuran dan berat janin tidak sesuai usia kehamilan , dan tidak ada data yang mendukung pada kasus tersebut . Anemia Ringan adalah selama kehamilan indikasi anemia adalah jika kosentrasi hemoglobin kurang dari 10,5 gram% sampai 11 gram%. Lebih banyak data yang menunjang ke oligohiramnion . Oligohidramnion : Oligohidramnion adalah masalah kehamilan yang ditandai dengan jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit ( air ketuban kurang dari 500 cc), Gerakan janin sering .
Kelainan kongenital atau Kelainan bawaan adalah kondisi tidak normal yang terjadi pada masa perkembangan janin . Kelainan ini dapat mempengaruhi fisik atau fungsi anggota tubuh anak sehingga menyebabkan cacat lahir dan tidak ada data yang mendukung pada kasus tersebut . Khorioamnionitis adalah infeksi yang dapat terjadi sebelum persalinan . Kesimpulan : Data yang paling menunjang pada kasus tersebut adalah oligohidramnion .
11 . Seorang perempuan, umur 28 tahun, G2P1A0, hamil 36 minggu, dirujuk ke RS atas indikasi preeklamsi a berat. Riwayat rujukan telah diberikan MgSO4 di TPMB. Hasil anamnesis: sempat kejang saat di perjalanan. Hasil pemeriksaan: TD: 160/110 mmHg, N 100 x/menit, P 14 x/menit, S 37,5°C, saturasi oksigen 90%, TFU 31 cm, DJJ 148 x/menit dan volume urine 20 cc/jam. Apa tindakan segera yang paling tepat pada kasus tersebut? Memasang infus Membebaskan jalan nafas Berikan kalsium glukonas Memberikan oksigen 5 L Lanjutkan pemberian antikonvulsan
Pembahasan : Memasang Infus : Tentunya sudah dilakukan sebelum dirujuk ke RS karena sudah diberikan MgS04. Membebaskan jalan napas : Perlu untuk pasien yang kejang dan pada kasus tersebut pasien sudah kejang dan butuh Tindakan lanjutan di RS atau bila ada masalah dengan jalan napas pasien . Berikan kalsium glukonas : antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10 % = 1 gr (10 % dalam 10 cc) diberikan IV 3 menit . Diberikan bila terjadi keracunan MgS04. Dan yang bisa memberikan MgS04 adalah yang siap antidotumnya .
Memberikan Oksigen 5 L: Option ini dianggap paling relevan karena didukung dengan data saturasi 90% dan pasien habis kejang di perjalan jadi perlu diperhatikan ABCnya . Lanjutkan pemberian antikonvulsan adalah untuk menangani kejang , bisa diberikan dosis ulangan bila pasien kejang lagi namun Tindakan segera yang harus dilakukan adalah perhatikan ABCnya , jalan napas pasien .
12 . Seorang perempuan, umur 25 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, datang ke TPMB dengan keluhan sering mulas sejak 4 jam yang lalu. Hasil anamnesis: ibu gelisah, tidak tahan dengan nyeri, dan minta digosok pada bagian yang sakit. Hasil pemeriksaan: TD: 110/80 mmHg, N 80 x/menit, S 36,7°C, P 18 x/menit, TFU 34 cm, kontraksi 3x/10’/40”, DJJ 132 x/menit, pembukaan 6 cm, selaput ketuban (+) utuh , dan kepala Hodge III. Rencana apa yang paling tepat pada kasus tersebut? Anjurkan istirahat di tempat tidur Ajarkan teknik mengatur napas Alihkan rasa sakit dengan aromaterapi Pandu keluarga melakukan pijat punggung Anjurkan mobilisasi di sekitar kamar bersalin
Pembahasan : Anjurkan istirahat di Tempat tidur : Bisa tetapi dengan kasus pembukaan 6 Cm, tidak ada lagi kata istirahat pada pasien karena merasakan nyeri . Ajarkan teknik mengatur napas : Dapat dilakukan untuk proses persalinan tetapi kita kembali ke data focus dan masalah pasien pada kasus . Alihkan rasa sakit dengan aromaterapi : Dapat dilakukan untuk proses persalinan tetapi kita kembali ke data focus dan masalah pasien pada kasus .
Pandu keluarga melakukan pijat punggung : Option ini dianggap paling relevan karena didukung dengan data ibu gelisah, tidak tahan dengan nyeri, dan minta digosok pada bagian yang sakit Anjurkan mobilisasi di sekitar kamar bersalin adalah Dapat dilakukan untuk proses persalinan tetapi kita kembali ke data focus dan masalah pasien pada kasus .
13 . Seorang perempuan, umur 28 tahun, G3P2A0, baru saja melahirkan plasenta secara spontan di TPMB. Hasil anamnesis: kelelahan dan pusing. Hasil pemeriksaan: TD: 110/80 mmHg, N 70 x/menit, P 20x/menit, S 36,5°C, kontraksi uterus lembek, perdarahan ± 400 cc. Bidan melakukan eksplorasi dan kompresi bimanual interna. Setelah 5 menit uterus sudah mulai berkontraksi tetapi belum adekuat. Apa tindakan lanjutan yang paling tepat pada kasus tersebut? Rujuk ke RS Ukur jumlah darah Kompresi aorta abdominalis Evakuasi bekuan darah Pasang infus RL d rip s oksitosin 20 IU
Pembahasan : Rujuk ke RS : uterus sudah mulai berkontraksi meskipun belum adekuat . Jadi memerlukan penanganan lebih lanjut untuk membuat kontraksi adekuat sebelum dirujuk . Ukur jumlah darah : Dapat dilakukan untuk pasien perdarahan tetapi kita kembali ke data fokus dan masalah pasien pada kasus . Kompresi aorta abdominalis : Dapat dilakukan untuk perdarahan dalam persalinan tetapi kita kembali ke data focus dan masalah pasien pada kasus .
Evakuasi bekuan darah : Dapat dilakukan untuk proses persalinan tetapi kita kembali ke data focus dan masalah pasien pada kasus . Pasang infus RL d rip s oksitosin 20 IU adalah Option ini dianggap paling relevan karena didukung dengan data s etelah 5 menit dilakukan KBI, uterus sudah mulai berkontraksi tetapi belum adekuat jadi membutuhkan tindakan pasang infus dengan drips Oxytocin 2 ampul/20 iu untuk menjadikan kontraksi uterus adekuat dan dapat mencegah perdarahan .
14 . Seorang perempuan, umur 20 tahun, G1P0A0, hamil 39 minggu, datang ke TPMB dengan keluhan mules. Hasil anamnesis: keluar darah bercampur lendir dari kemaluan sejak 6 jam yang lalu, ibu terakhir makan tadi malam. Hasil pemeriksaan: TD: 110/70 mmHg, N 84 x/menit, P 20 x/menit, S 36,5°C, TFU 32 cm, DJJ 145 x/menit, kontraksi 3x/10’/45”, pembukaan 7 cm, ketuban (+), dan kepala Hodge III. Apa tindakan prioritas yang paling tepat pada kasus tersebut? Lakukan pijat punggung Atur posisi miring ke kiri Mobilisasi di sekitar kamar bersalin Penuhi kebutuhan nutrisi Observasi kemajuan persalinan
Pembahasan : Lakukan pijat punggung : Dapat dilakukan untuk proses persalinan tetapi tetap focus pada data dan masalah yang ada pada kasus yang menjadi kata kuncinya . Atur posisi miring ke kiri : Dapat dilakukan bila pasien sudah tidak lagi bisa jalan2 atau mobilisasi pada proses persalinan tetapi tetap focus pada data dan masalah yang ada pada kasus yang menjadi kata kuncinya . Mobilisasi di sekitar kamar bersalin : Dapat dilakukan untuk kemajuan persalinan tetapi kita kembali ke data focus dan masalah pasien pada kasus .
Penuhi kebutuhan nutrisi : Option ini paling relevan sesuai data focus yang ada yaitu ibu terakhir makan tadi malam , dengan kondisi inpartu butuh nutrisi yang cukup . Observasi kemajuan persalinan : Tetap dilakukan untuk proses persalinan tetapi harus focus pada data dan masalah yang ada pada kasus yang menjadi kata kuncinya .
15. Seorang perempuan, umur 30 tahun, G1P0A0, hamil 40 minggu, datang ke TPMB dengan keluhan mules. Hasil anamnesis: merasa sangat nyeri saat kontraksi. Hasil pemeriksaan: TD 110/80 mmHg, N : 88 x/menit, P : 20 x/menit, S : 36,5°C, TFU : 34 cm, DJJ 140 x/menit, kontraksi 3x/10’/40”, pembukaan 5 cm, ketuban (+) utuh , dan kepala hodge III. Apa tindakan yang paling tepat pada kasus tersebut? Penuhi kebutuhan nutrisi Anjurkan mobilisasi Jelaskan fisiologi persalinan Lakukan masase untuk relaksasi Anjurkan untuk tidak menahan BAK
Pembahasan : Penuhi kebutuhan nutrisi : Dapat dilakukan untuk proses persalinan tetapi tetap focus pada data dan masalah yang ada pada kasus yang menjadi kata kuncinya . Anjurkan mobilisasi : Dapat dilakukan pada proses persalinan terutama bila ketuban masih ada atau utuh tetapi tetap focus pada data dan masalah yang ada pada kasus yang menjadi kata kuncinya . Jelaskan fisiologi persalinan : Dapat dilakukan untuk proses persalinan tetapi kita kembali ke data focus dan masalah pasien pada kasus .
Lakukan masase untuk relaksasi : Option ini paling relevan sesuai data focus yang ada merasa sangat nyeri saat kontraksi , dengan kondisi inpartu butuh Teknik relaksasi untuk mengatasi atau mengurangi nyeri . Anjurkan untuk tidak menahan BAK : Pasien tetap dianjurkan untuk tidak menahan BAK pada proses persalinan tetapi harus focus pada data dan masalah yang ada pada kasus yang menjadi kata kuncinya .
16. Seorang perempuan, umur 32 tahun, P1A0, inpartu kala III di TPMB. Hasil anamnesis bayi lahir spontan dan menangis kuat, Hasil pemeriksaan TD: 100/70 MmHg. N: 80 x/Menit, P:24x/menit, S: 36,8°C, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih teraba kosong, oksitosin dosis kedua sudah diberikan, Bidan akan melakukan manual plasenta, Apa syarat tindakan pada kasus tersebut ? Tidak ada tanda pelepasan plasenta Adanya semburan darah Tali pusat memanjang Kontraksi lemah Uterus globular
Tanda-Tanda yang Mengharuskan Manual Plasenta Plasenta belum lahir ≥ 30 menit setelah bayi lahir Perdarahan banyak pasca lahir bayi , tetapi plasenta belum keluar . Tidak ada tanda pelepasan plasenta ( tidak ada semburan darah , tali pusat tidak memanjang , uterus tidak mengecil /globular). Uterus teraba besar & lembek ( plasenta masih di dalam ).
Syarat atau prasyarat manual plasenta biasanya meliputi beberapa hal penting agar tindakan aman dan efektif . Dalam praktik kebidanan , syaratnya adalah : 1. Indikasi jelas Plasenta belum lahir > 30 menit setelah bayi lahir ( retensio plasenta ). Perdarahan pasca persalinan akibat plasenta tertahan . Sebagian plasenta sudah terlepas tapi tidak keluar spontan . 2. Kondisi ibu Ibu sudah mendapat penjelasan (informed consent) jika memungkinkan . Tanda vital ibu stabil atau sudah distabilisasi . Jalur infus terpasang untuk pemberian cairan dan obat . 3. Kesiapan tindakan Tersedia peralatan steril untuk tindakan manual plasenta . Kondisi ruang tindakan bersih / steril . Tenaga penolong terlatih ( dokter atau bidan terlatih ). Anestesi sudah diberikan ( umumnya anestesi umum atau regional). 4. Pencegahan infeksi & komplikasi Pemberian antibiotik profilaksis sebelum tindakan . Pemantauan perdarahan dan kontraksi uterus setelah plasenta dikeluarkan .
Pembahasan : Kala 3 persalinan adalah fase mulai dari keluarnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta . Dalam fase ini , tubuh menunjukkan beberapa tanda bahwa plasenta telah terlepas dari dinding rahim , salah satunya adalah : 🔴 Semburan darah Disebabkan oleh robeknya pembuluh darah di tempat perlekatan plasenta . Menandakan bahwa plasenta sudah mulai terlepas dari dinding uterus.
Tali pusat memanjang merupakan tanda klinis bahwa plasenta telah lepas dari dinding uterus dan mulai turun ke segmen bawah rahim atau vagina. Setelah bayi lahir , plasenta masih menempel pada dinding rahim . Ketika plasenta mulai terlepas dan turun , maka tali pusat yang menempel padanya ikut tertarik ke bawah , sehingga tampak lebih panjang di luar vagina . 🔴 Tali pusat memanjang 🔴Tali pusat memanjang Tanda- tanda lainnya pada kala 3 persalinan : Tali pusat memanjang . Rahim menjadi keras dan berbentuk bulat . Terdorongnya uterus ke atas ( karena plasenta turun ke segmen bawah rahim ).
🔴 Kontraksi Teratur pada Kala 3 Persalinan Kontraksi teratur pada kala 3 persalinan adalah kontraksi uterus yang terjadi setelah bayi lahir , dan merupakan bagian dari mekanisme alami tubuh untuk membantu pelepasan dan pengeluaran plasenta . 🔴 Uterus Globular pada Kala 3 Persalinan adalah tanda khas pada kala 3 persalinan yang menunjukkan bahwa plasenta telah lepas dari dinding rahim dan rahim mulai berkontraksi Dengan bentuk yang khas .
📌 Ciri- ciri Uterus Globular: Bentuk rahim bulat seperti bola (globular). Konsistensi keras saat diraba . Fundus uteri naik karena plasenta turun ke segmen bawah uterus. Terjadi bersamaan dengan tanda lain seperti : Semburan darah . Tali pusat memanjang . Kontraksi uterus teratur .
Tindakan: Jika tanda-tanda ini muncul , maka penolong persalinan dapat melakukan manajemen aktif kala 3 persalinan (MAK 3P) : Pemberian uterotonika . Penarikan tali pusat terkendali . Pemasangan kompresi fundus ( jika diperlukan ).
Kondisi di mana tindakan manual plasenta bisa dilakukan biasanya meliputi : Retensio plasenta Plasenta belum lahir >30 menit setelah bayi lahir , meski sudah dilakukan manajemen aktif kala III. 2. Perdarahan postpartum akibat retensi plasenta Plasenta belum lahir dan perdarahan terus berlangsung . 3. Uterus berkontraksi tetapi plasenta tetap tidak lepas Tidak ada tanda pelepasan plasenta meskipun kontraksi adekuat . 4. Tidak berhasil dengan metode konservatif Seperti pijat fundus, penegangan tali pusat terkendali , atau pemberian uterotonika . 5. Kondisi ibu memungkinkan T ekanan darah , nadi , dan kesadaran cukup baik untuk dilakukan tindakan dengan anestesi yang aman .
17. Seorang perempuan , umur 29 tahun , G1P0A0, hamil 39 minggu , kala 1 persalinan di TPMB. Hasil anamnesis, mulas semakin sering . Hasil pemeriksaan : TD 110/70 mmHg, N 78 x/ menit , P 20 x/ menit , S 36,8 °C, TFU 32 cm, D.JJ 144x/ menit , kontraksi 4x/10/40", pembukaan 8 cm, selaput ketuban (-), UUK kiri depan , Hodge III. Pada bagian manakah penurunan bagian terendah janin sesuai kasus tersebut ? A. Pintu atas panggul B. Tepi bawah simfisis C . Spina ischiadica . D. Os coxigis E. Sakrum
18. Seorang perempuan , umur 28 tahun , G1P0A0, hamil 39 minggu , datang ke TPMB dengan keluhan mulas sejak 6 jam lalu . Hasil anamnesis: ingin meneran , keluar cairan dari kemaluan Hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg, N 88 x/ menit , P 20 x/ menit , S 37 "C, pembukaan lengkap , selaput ketuban (-), UUK depan , Hodge III. Bidan menganjurkan posisi nyaman untuk mempercepat penurunan kepala . Apa posisi yang paling tepat pada kasus tersebut ? Jongkok . Miring kiri Semi fowler Supinasi Lithotomi
19. Seorang perempuan , umur 33 tahun , G2PIA0, hamil 40 minggu , inpartu kala I di TPMB sejak 4 jam lalu . Hasil anamnesis: kontraksi tidak teratur . Hasil pemeriksaan : TD 120/70 mmHg, N 80 x/ menit , P 20 x/ menit , S 36,6 °C, TFU 33 cm, DJJ 140 x/ menit , kontraksi 2x/10/25", pembukaan 6 cm, keruban (+), kepala Hodge III. Bidan melakukan observasi 4 jam kemudian dengan hasit TD 110/70 mmHg, N 82 x/ menit , P 20 x/ menit , S 36,5 °C, TFU 33 cm, DJJ 142x/ menit , kontraksi 2x/10/25", pembukaan 6 cm, keruban (+), kepala Hodge III. Apa masalah yang paling mungkin pada kasus tersebut ? A. His hipotonik B. Atonia uteri C. Inersia uteri. D. Tetania uteri E. Inversio uteri
Jawaban yang paling tepat adalah : Inersia uteri Penjelasan : Inersia uteri adalah kondisi di mana kontraksi uterus tidak adekuat atau lemah sehingga menghambat kemajuan persalinan . Hal ini ditandai dengan : Kontraksi tidak memadai : Frekuensi kontraksi tetap rendah (2 kali dalam 10 menit , masing-masing 25 detik ), yang tidak cukup untuk kemajuan persalinan .
Tidak ada kemajuan pembukaan serviks: Setelah observasi 4 jam, pembukaan tetap 6 cm (tidak ada progres dilatasi serviks). Tidak ada penurunan kepala : Kepala masih pada Hodge III, menunjukkan bahwa janin tidak turun lebih jauh . DJJ dan tanda vital ibu normal: Tidak ada tanda-tanda gawat janin atau masalah hemodinamik pada ibu .
20. Seorang perempuan , umur 32 tahun , G2P1A0, hamil 32 minggu , datang ke TPMB dengan mulas sejak 1 hari yang lalu . Hasil anamnesis, keluhan hilang jika istirahat . Hasil pemeriksaan : TD 100/60 mmHg, N 80 x/ menit , P 20 x/ menit , S 36,5 °C, konjungtiva pucat , TFU 30 cm, DJJ 140 x/ menit , kontraksi 1x/10/15". Apa diagnosis potensial pada kasus tersebut ? Inersia uteri Partus prematurus Atonia uteri Kala I lama Ketuban pecah dini . Jawaban yang paling tepat adalah : Partus prematurus
Penjelasan : Partus prematurus ( persalinan prematur ) adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu . Pada kasus ini , usia kehamilan 32 minggu dengan keluhan mulas yang hilang saat istirahat , kontraksi ringan (1x/10 menit /15 detik ), dan tanda-tanda lainnya mengarah pada ancaman persalinan prematur .
21. Seorang perempuan , usia 25 tahun datang ke TPMB dengan mules sejak 2 jam yang lalu . Hasil anamnesis keluar darah 1 jam yang lalu , His 3x/10’ durasi 40” pemeriksaan dalam VT pembukaan 4 Cm, ketuban utuh kepala H1, portio lunak tebal . 1 jam kemudian His 2x/10’ durasi 30” . Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus tersebut ? A. Involuntary contraction B. Hipertonik C. Inertia uteri D. Tetania uteri E. Incoordinate uterine action.
Penjelasan : Incoordinate uterine action merujuk pada kondisi di mana kontraksi uterus tidak terkoordinasi , tidak efektif , atau tidak teratur , sehingga mengganggu kemajuan persalinan . Hal ini sering terlihat dalam kasus persalinan dengan pembukaan serviks yang lambat meskipun ada kontraksi .
22. Seorang perempuan , umur 31 tahun , G2P1A0, hamil 38 minggu , datang ke TPMB untuk memeriksakan kehamilan . Hasil anamnesis: belum terasa mulas , ingin cepat melahirkan dan gerakan janin aktif . Hasil pemeriksaan : KU baik , TD 120/70 mmHg. N 87 x/ menit , P 18 x/ menit , S: 36,9°C, TFU 33 cm, kepala 3/5, dan DJJ 136 x/ menit . Edukasi apa yang paling tepat pada kasus tersebut ? A. Mobilisasi jalan . B. Tidur miring kiri C. Body mekanik D. Relaksasi pernafasan E.. Nutrisi adekuat
Jawaban yang paling tepat adalah : Mobilisasi jalan . Penjelasan : Pada kehamilan 38 minggu dengan kepala janin sudah mulai masuk panggul ( teraba 3/5), mobilisasi , seperti berjalan , dapat membantu proses penurunan kepala janin lebih lanjut dan mempercepat persalinan secara alami . Selain itu , mobilisasi juga membantu mempersiapkan ibu secara fisik untuk menghadapi persalinan .
TIPS UNTUK LULUS UKOM Berniat untuk lulus Perbanyak Referensi atau sumber teori Jawab lebih dahulu soal yang dianggap pasti jawabannya benar Tinggalkan dulu jawaban yang diragukan namun nantinya tetap Kembali untuk menjawabnya
Maju Bersama Sukses Bersama, Salam Kompeten , Semoga semuanya Lulus UKOM
Seorang bidan melakukan pendataan kia di wilayah binaannya . Hasil pendataan menunjukkan bahwa persalinan dengan tenaga kesehatan masih rendah . Strategi yang telah dilakukan adalah melakukan advokasi kepada perempuan , koordinasi dengan tokoh masyarakat , dan penyuluhan pada masyarakat . Apa upaya lain lain yang perlu dilakukan pada kasus tersebut ? Memberdayakan kader Kesehatan Menjalin kemitraan dengan dukun Melakukan kerjasama lintas sektor . Membuat pemetaan ibu hamil Meningkatkan pelayanan di posyandu
2. Seorang bidan sedang membantu persalinan di TPMB. Bidan melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan pemeriksaan dalam . Pemeriksaan dilakukan sesuai standar dengan menerapkan prinsip pencegahan infeksi . Setelah melakukan pemeriksaan tersebut , Bidan melepaskan sarung tangan dan dicelup pada larutan clorin 0,5%. Apa tujuan tindakan pada kasus tersebut ? Menghilangkan 85% mikroorganisme Mematikan virus hepatitis dan HIV Membersihkan kotoran / cairan tubuh Mengurangi jumlah mikroorganisme / endospora Membunuh mikroorganisme patogen kecuali endospora
3. Seorang perempuan , umur 30 tahun , G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu , Kala II di BPM sedang dipimpin meneran . Hasil pemeriksaan : TD 120/80 mmHg, S 36,7 ° C, N 90x/ mnt , P 20x/ menit , TFU 34 cm, DJJ 144x/ menit , teratur , kontraksi 4x/10’/45’’. Saat ini kepala janin telah lahir tapi belum terjadi putaran paksi luar . Langkah selanjutnya apakah yang paling tepat pada kasus tersebut ? Periksa lilitan tali pusat Pegang secara biparietal Lakukan sanggah susur Lahirkan bahu anterior Bersihkan muka bayi
4. Seorang perempuan , umur 30 tahun , G1P0A0, aterm , datang ke Poskesdes untuk melahirkan . Hasil pemeriksaan : KU baik , TD 120/80 mmHg, N 76 x/ menit , S 36,5 ° C, TFU 36 cm, puka, presentasi kepala , DJJ 140x/ menit , teratur , kontraksi uterus 3x/10’/40“, lendir darah keluar dari vagina, pembukaan 6 cm, ketuban utuh , station -2, sutura sagitalis tumpang tindih . Tanda bahaya apakah yang paling penting di observasi pada kasus tersebut ? Inersia uteri Ring bandle Ruptur Uteri Bradikardi Takhikardi
5. Seorang perempuan , umur 29 tahun , G1P0A0, usia kehamilan 40 minggu , kala II di TPMB. Hasil anamnesis: ingin meneran . Hasil pemeriksaan : KU baik , TD 120/80 mmHg, S 36,7 ° C, N 90x/ menit , P 20x/ menit , TFU 36cm, DJJ 144x/ menit , teratur , kontraksi kuat 5x/10’/45’’, pembukaan lengkap , penurunan kepala station 0, ketuban pecah spontan dan jernih . Tindakan apakah yang paling tepat sesuai kasus tersebut ? Pimpin meneran Kolaborasi dengan dokter Berikan injeksi oxytocin 3 unit IM Posisikan ibu senyaman mungkin Observasi tunggu sampai bayi lahir
6. Seorang perempuan , umur 25 tahun , G2P1A0, hamil 37 minggu , datang ke TPMB untuk melakukan kunjungan ulang . Hasil anamnesis: ibu sering pusing dan mudah lelah . Hasil pemeriksaan : konjungtiva merah muda , TD 120/80 mmHg, N 80 x/ menit , P 20 x/ menit , TFU 30 cm, puka, kepala belum masuk PAP, DJJ 120 x/ menit , Hb 10,5 gram% Diagnosis apakah yang paling mungkin pada kasus tersebut ? Bayi besar Anemia ringan Anemia berat Panggul sempit Hipotensi
7. Seorang perempuan berumur 25 tahun , GIPOAO, hamil 38 minggu datang ke TPMB dengan keluhan mules yang semakin sering sejak 8 jam yang lalu . Hasil anamnesis: ada lendir darah , ingin operasi karena tidak tahan dengan nyeri . Hasil pemeriksaan : TD 110/70 mmHg, N 84x/ menit , P 20x/ menit , S 36,8°C, TFU 33 cm, kontraksi 3/10’/35", DJJ 144x/ menit , pembukaan 6 cm, selaput ketuban (-), teraba UUK kiri depan , H-II, dan skala nyeri 6. Rencana asuhan apa yang paling tepat pada kasus tersebut ? Observasi kemajuan Jelaskan fisiologi proses persalinan Anjurkan mobilisasi di sekitar ruangan Hadirkan pendamping yang diinginkan ibu Persalinan Fasilitasi manajemen nyeri non farmakologis
8. Seorang perempuan berumur 22 tahun , G2P0A1, hamil 39 minggu , datang ke TPMB dengan keluhan ingin meneran . Hasil anamnesis: mules sejak 6 jam lalu , hasil pemeriksaan : TD: 110/70 mmHg, N: 80x/ menit , P:24x/menit, S: 36,7 ° C, TFU:30Cm, DJJ:136x/ menit , kontraksi 4x/10’/50”. Pembukaan lengkap , selaput ketuban (+) utuh , Kepala H-III Tindakan apa yang paling tepat pada kasus tersebut ? Melakukan amniotomy Mengubah posisi upright Menunggu ketuban pecah Melakukan episiotomi mediotateral Meminta meneran sesuai dorongan alamiah
9. Seorang perempuan berumur 25 tahun , G2P1A0 hamil 37 minggu sedang dalam kala II persalinan di puskesmas dengan keluhan ingin meneran . Hasil pemeriksaan : DJJ 156x/ menit , kepala janin sudah tampak 5-6 cm didepan vulva, pucat disertai rembesan darah . Apa tindakan yang paling tepat pada kasus tersebut ? Melahirkan kepala Merubah posisi ibu Memimpin meneran Melakukan episiotomy Memberikan minum manis
10. Seorang perempuan berumur 30 tahun , G2P1A0, hamil 36 minggu , datang ke RS dengan keluhan mual disertai pelepasan lendir darah sejak 7 jam yang lalu . Hasil pemeriksaan TD 110/70 mmHg, N 90x/ menit , P 20x/ menit , S 36C TFU 34 cm, DJJ 148x/ menit teratur , kontraksi 3x/10’/50’’, pembukaan lengkap , ketuban (-) Jernih , presentasi kepala , UUK kiri depan , dan kepala di H-III Tindakan apa yang paling tepat pada kasus tersebut ? Melakukan episiotomy Melakukan amniotomi Memfasilitasi posisi upright Memberikan minum tinggi glukosa Minta untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiah
11. Seorang perempuan berumur 32 tahun , G2P1A0, hamil 8 minggu , datang ke RS dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah sejak 2 jam yang lalu . Hasil anamnesis: test urine kehamilan positif , perdarahan bercak pervaginam merah kehitaman sejak 2 hari yang lalu . Hasil pemeriksaan : TD 100/70mmHg, N 72x/ menit , S 36C, P22x/ menit , nyeri tekan abdomen (+) Pemeriksaan penunjang apa yang paling tepat pada kasus tersebut ? HCG Golongan darah USG Rontgen Hemoglobin
12. Seorang perempuan usia 23 tahun dengan umur kehamilan 39 minggu datangke RS dengan keluhan mules ingin mengedan . Hasil diagnosis riwayat penyakit asma sejak remaja , sejak hamil tidak pernah kambuh . Hasil pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, kontraksi uterus 3x/10/30, DJJ 150 X/ mnt , vulva membuka , kepala terlihat 5-6 cm di vulva. Setelah beberapa kali mengedan pasien merasa sesak nafas . Tindakan awal apakah yang dilakukan untuk kasus tersebut ? Memberikan oksigen Melakukan episotomi Memasang cairan infus Mempersiapkan alat ekstraksiforsep Berkolaborasi dengan dokter untukekstraksi vakum
13. Seorang perempuan usia 36 tahun G1P0A0 hamil 8 bulan datang ke RS, mengeluh keluar darah segar dari jalan lahir setelah bangun tidur , tidak ada nyeriperut . Hasil pemeriksaan : KU lemah , pucat , TD 90/60 mmHg, Hb 8,2gr%. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa tersebut ? USG Inspekulo Periksa dalam Palpasi abdomen Periksa darah lengkap
14. Di suatu desa , terdapat seornag bidandesa yang baru ditempatkan tetapimasyarakat sekitar tidak bersedia memeriksakan kehamilan dan bersalin ditolong oleh bidan tersebut denga alasan khawatir tarif mahal. Apakah yang harus dilakukan bidan pada kasus tersebut ? Mendiskusikan dengan tokoh masyarakat tarif pelayanan Menganjurkan Masyarakat membeli sendiri obat yang diperlukan Menggratiskan semua pelayanan kesehatan kepada Masyarakat Melibatkan kader untuk mengajakibu hamil periksa Melakukan kunjungan rumah
15. Seorang perempuan , berumur 35 tahun , G3P2A0 hamil 12 minggu datang ke RS dengan keluhan nyeri hebat pada perut bagian bawah . Hasil pemeriksaan : KU ibu lemah , TD 90/60 mmHg , nadi 108 x/ menit , TFU tidak teraba , portio menutup , ada nyeri goyang portio . Apakah tindakan yang paling tepat pada kasus tersebut ? A. Memasang infus B. Memberikan oksigen C. Mengobservasi tanda-tanda vital D. Berikan injeksi analgetik E. Siapkan laparatomi
16. Seorang perempuan umur 29 tahun , G3P2A0 hamil 39 minggu datang ke RS dengan keluhan keluar darah merah kehitaman , Hasil anamnesis : ibu merasakan nyeri pada perutnya , riwayat hipertensi . Hasil pemeriksaan : KU lemah , TD 100/80 mmHg, N 95x/ menit , P 28x/ menit , S 37,1’C, perut teraba tegang dan keras , DJJ sulit di dengar , tampak perdarahan di pembalut berwarna pekat ada sedikit gumpalan . Diagnosis apakah yang paling mungkinuntuk kasus tersebut ? A. Ruptur uteri B. Plasenta previa C. Vasa previa D. Plasenta akreta E. Solusio plasenta