sssafsafafagagag g sg RR HR SE SVGSSSS

EllzaWijayaTanjung 10 views 17 slides Feb 09, 2025
Slide 1
Slide 1 of 17
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17

About This Presentation

FEGE AGAAAVFAAAAAACDA


Slide Content

Telaah»ManajemenPendidikanInklusif>Sunardi,Sunaryo
ManajemenPendidikanInklusif
(Konsep,Kebijakan,danImplementasinya)
SunardidanSunaryo
UniversitasPendidikanIndonesia
ABSTRAK
Pendidikaninklusifmerupakanfilosofisekaligusstrategiinovatifdalammemperluas
aksesdanpeningkatanmutupendidikanbagisemuatanpadiskriminasi,sehingga
banyakmendapatsambutandanapresiasidarimasyarakatluas.Dalamtataran
operasional,sekalipunimplementasinyasemakinmeluas,namunmasihbanyak
dihadapkankepadaberbgaiisudankendala,bahkankesalahanpraktek.
Konsekuensinya,dalamperjalananmenujupendidikaninklusi{towardinclusive
education),pendidikaninklusifharusdikeloladenganbaik,sehinggakebijakandan
implementasinyasesuaidengankonsep-konsepyangmendasarinya.
Katakunci:Inklusif,konsep,kebijakan,implementasi,isu,kendala.
PENDAHULUAN
Sampaisaat ini belum ada angka pasti
tentangjumlahanakberkebutuhankhusus
(ABK) di Indonesia. Namun, yang pasti
jumlah mereka yang belum memperoleh
hakpendidikanmasih sangatbanyak.Data
resmiDirektoratPSLBtahun2007
menyebutkanbahwa jumlah ABK yang
sudah mengikutipendidikanformal baru
mencapai24,7%atau78.689anakdari
populasi anak cacat diIndonesia,yaitu
318.600anak (Directorat PSLB, 2008). Ini
artinya masih terdapat sebanyak 65,3%
ABK yang masih terseklusi,
termarjinalisasikandanterabaikanhak
pendidikan. Bahkan angka tersebut
diperkirakan dapatjauhlebihbesar
mengingatkecilnya angka prevalensi yang
digunakan,yaitu 0,7% dari populasi
penduduk serta masih buruknyasistem
pendataan.
Kondisi di atas tentu sangat
memprihatinkan, mengingat bahwa
pendidikanmerupakansalahsatu hak azazi
manusia yang palingfundamentalyang
dilindungidan dijaminolehberbagai
instrumenhukumintemasionalmaupun
184 \AHl_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011
nasional.UUDRI Tahun1945secarajelas
dan
tegasmenjaminbahwa setiapwarga
Negara Indonesia berhak memperoleh
pendidikan, yang dipertegas dalam UU RI
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
PendidikanNasional, maupun dalam
PeraturanMendiknasNo.70tahun2009
tentang Tentang PendidikanInklusifBagi
PesertaDidik yangMemilikiKelainandan
MemilikiPotensiKecerdasandan/atau
BakatIstimewa.Disampingitujugaadanya
jaminan dari berbagai instrumen hukum
intemasional yangtelahdiratifikasi
Indonesia,sepertiDeklarasiUniversalHak
Asasi Manusia (1948), Deklarasi Dunia
tentang Pendidikan untuk Semua (1990),
Peraturan Standar PBB tentangPersamaan
Kesempatan bagi Para Penyandang Cacat
(1993),PernyataanSalamancadan
Kerangka Aksi UNESCO (1994), Undang-
undang Penyandang Kecacatan (1997),
Kerangka AksiDakar(2000) dan Deklarasi
Kongres Anak Intemasional (2004). Semua
instrumenhukumtersebutingin
memastikan bahwa semua anak, tanpa
kecuali,memperolehpendidikan.

Telaah♦ManajemenPendidikanInklusif♦Sunardi,Sunaryo
Pendidikaninklusifmerupakansauatu
pendekatan pendidikan yang inovatif dan
strategis untuk memperluas akses
pendidikan bagi semua anakberkebutuhan
khusustermasukanakpenyandangcacat.
Dalamkonteksyanglebihluas,pendidikan
inklusi juga dapat dimaknai sebagi satu
bentukreformasipendidikanyang
menekankansikap anti diskriminasi,
perjuangan persamaan hak dankesempatan,
keadilan, dan perluasan akses pendidikan
bagi semua,peningkatanmutupendidikan,
upayastrategisdalammenuntaskan wajib
belajar 9 tahun, serta upayamerubahsikap
masyarakat terhadap anak berkebutuhan
khusus.
Dalamkontekspendidikanluarbiasa
di Indonesia, pendidikan inklusi bukanlah
satu-satunya cara mendidik ABK dengan
maksuduntukmengantikanpendidikan
segregasi.Melainkan,suatualtematif,
pilihan, inovasi, atau terobosan/pendekatan
barudisampingpendidikansegregasi yang
sudah berjalan lebih dari satu abad. Hal ini
dikarenakansettingpendidikankhususatau
pendidikan luar biasa diIndonesia
menganut pendekatan
"Multi-track
Approach".Hanya saja eksistensi Sekolah
LuarBiasayangseharusnyamampu
berperan sebagai sistem dukungan atau
pusatsumberdalam implementasi
pendidikan inklusif, belum diberdayakan
secaramaksimal.
Sekalipun secara formal pendidikan
inklusidiIndonesiabarudilaksanakan
dalamsatudasawarsaterakhir,namun
diyakinibahwa secara alamiah pendidikan
inklusisudahberlangsungsejaklama. Hal
ini tidaklepasdarifaktor-faktorfilosofi,
sosial,maupunbudayaIndonesiayang
sangat menghargai dan menjunjung tinggi
kebihinekaanataukeberagaman.Faktor-
faktorinitentudapatmenjadimodaldasar
bagipengembanganpenyelenggaraan
pendidikaninklusi yang sekarang sedang
digalakkan.
Patutdisyukuribahwasejak
digulirkannyapendidikaninklusi di
Indonesia,sambutan danapresiasi
masyarakatsangatluarbiasa,sehingga
implementasinyatumbuhdanberkembang
cepatdiberbagaipelosoknegeri.Tidak
salah
jikaUNESCOmenilaibahwadalam
penyelenggaraanpendidikaninklusi bagi
ABK,Indonesia padatahun2007
mendudukirankingke 58 dari130negara.
Sayangnya,karenaberbagifaktor,terutama
kurangnyakomitmendandukungan
pemerintah,sehinggaimplementasinya
belummenasionaldanmenyeluruh,
sehinggarankingtersebutterusmengalami
kemerosotan,padatahun2008beradapada
rankingke 63 danpadatahun2009berada
padarankingke 71(Kompas.com.,30
November2009).
Dalamtataranoperasionaldisekolah,
sekalipunsudahbanyaksekolahyang
mendeklarasikansebagaisekolahinklusi,
tetapidalamimplementasinyamasih
banyakyang belumsesuaidengankonsep-
konsepyangmendasarinya.Bahkan,tidak
jarangditemukanadanyakesalahan-
kesalahanpraktek,terutamaterkaitdengan
aspekpemahaman,kebijakaninternal
sekolah,sertakurikulum danpembelajaran.
Hal inisekaligusmenyiratkan
bahwadalam
perjalananmenujupendidikaninklusi
(toward inclusive education),Indonesia
masihdihadapkankepadaberbagai isudan
danpermasalahanyangkompleksyang
harusmendapatkanperhatianseriusdan
disikapiolehberbagaipihakyangterkait,
khususnyapemerintahsehinggatidak
menghambathakekatpenyelenggaraan
pendidikaninklusiitusendiri.
Berdasarkanhaldiatas,naskahini
bermaksuduntukmenelaahtentangkonsep
pendidikaninklusi,kebijakan,dan
implementasinyadilapangandalam
perspektifmanajemenpendidikankhusus
ataupendidikanluarbiasa.Dalamtataran
implementasi, pembahasan lebih
difokuskankepadaisudanpermasalahandi
tingkatsekolah
danalternatifsolusinya
sebagaimasukan.
jMJl_Anakku»Volume10:Nomor2Tahun2011| 185

Telaah»ManajemenPendidikanInklusif>Sunardi,Sunaryo
PEMBAHASAN
KerangkaPilar
Pendidikaninklusifmerupakansuatu
strategiuntukmempromosikanpendidikan
universalyangefektifkarenadapat
menciptakansekolahyangresponsif
terhadapberagamkebutuhanaktual dari
anakdanmasyarakat.Dengandemikian,
pendidikaninklusif menjamin akses dan
kualitas.Salah satu tujuanutamainklusi
adalahmendidikanak yangberkebutuhan
khususakibatkecacatannyadikelasreguler
bersama-samadengananak-anaklainyang
non-cacat,dengandukunganyang sesuai
dengankebutuhannya,disekolahyangada
dilingkunganrumahnya.
Secaramendasarkonsep dan praktek
penyelenggaraanpendidikaninklusibagi
ABK di berbagaibelahandunia saat ini
mengacukepadadokumenintemasional
PemyataanSalamancadanKerangkaAksi
padaPendidikanKebutuhanKhusus(1994).
Dalamdokumentersebutdinyatakan
bahwa:
1. Prinsip dasar darisekolahinklusif
adalah bahwa, selama
memungkinkan, semua anak
seyogyanyabelajarbersama-sama,
tanpamemandangkesulitanataupun
perbedaanyangmungkinada pada
dirimereka.Sekolahinklusifharus
mengenaldanmeresponterhadap
kebutuhan yang berbeda-beda dari
para siswanya, mengakomodasi
berbagaimacamgayadankecepatan
belajamya,dan menjamin
diberikannyapendidikanyang
berkualitas kepada semua siswa
melaluipenyusunankurikulumyang
tepat,pengorganisasianyang baik,
pemilihanstrategipengajaranyang
tepat,pemanfaatansumberdengan
sebaik-baiknya,danpenggalangan
kemitraandenganmasyarakat
sekitarnya.Seyogyanyaterdapat
dukungandanpelayananyang
186| ]AfJl_Anakku»Volume10:Nomor2Tahun2011
berkesinambungansesuaidengan
sinambungnya kebutuhan khusus
yangdijumpaidi tiapsekolah.
2.Didalamsekolahinklusif,anakyang
menyandangkebutuhanpendidikan
khususseyogyanyamenerimasegala
dukungantambahanyangmereka
perlukanuntukmenjaminefektifnya
pendidikanmereka.Pendidikan
inklusifmerupakanalatyangpaling
efektifuntukmembangunsolidaritas
antara anak penyandang kebutuhan
khusus dengan teman-teman
sebayanya.Pengirimananak secara
permanenkesekolahluarbiasaatau
kelaskhususataubagian khususdi
sebuahsekolahregulerseyogyanya
merupakansuatukekecualian,yang
direkomendasikanhanyapadakasus-
kasustertentudi manaterdapatbukti
yangjelasbahwapendidikandi kelas
reguler tidak dapatmemenuhi
kebutuhanpendidikanatau sosial
anak, ataubilahaltersebutdiperlukan
demikesejahteraananakyang
bersangkutanataukesejahteraan
anak-anaklaindisekolahitu.
Dalamdokumendi atas juga
dikemukakanbeberapaprinsipdasarinklusi
yangfundamental,yang belum dibahas
dalamdokumen-dokumen intemasional
sebelumnya.BeberapakonsepintiInklusi
yang tercantum dalam Pemyataan
Salamancaitumeliputi:
1.Anak-anakmemilikikeberagaman
yangluasdalamkarakteristikdan
kebutuhannya.
2.Perbedaanitunormaladanyadanoleh
karenanya pembelajaran itu hams
disesuaikan dengan kebutuhan anak.
3.Sekolahperlumengakomodasisemua
anak.

|i4.Anakpenyandang cacatseyogyanya
bersekolahdilingkungansekitar
tempattinggalnya.
Partisipasimasyarakatitu sangat
pentingbagiinklusi.
Pengajaranyangterpusat padadiri
anakmerupakaninti dari inklusi.
Kurikulumyangfleksibelseyogyanya
disesuaikandengananak,bukan
kebalikannya.
Inklusimemerlukansumber-sumber
dandukunganyangtepat.
Inklusipentingbagihargadiri
manusiadanpelaksanaanhak azazi
manusiasecarapenuh.
10.Sekolahinklusifmemberikanmanfaat
untuksemuaanakkarenamembantu
menciptakan masyarakatyang
inklusif.
11.Inklusimeningkatkanefisiensidan
efektivitasbiayapendidikan.
12.Sekolahregulerdenganorientasi
inklusifmerupakancarayangpaling
efektifuntukmemerangisikap
diskriminatif, menciptakan
masyarakat yang terbuka,
membangun suatumasyarakat
inklusifdanmencapaipendidikan
untuksemua.
13.Sekolah inklusifmemberikan
pendidikanyangefektifkepada
mayoritasanakdanmeningkatkan
efisiensisehingga menekanbiaya
untukkeseluruhansistempendidikan.
Selanjutnya,dalamseminarAgra
tahun1998telahdirumuskanbahwaesensi
pendidikaninklusihakekatnya:(1)lebih
luasdaripadapendidikanformal:mencakup
pendidikannonformaldaninformal,(2)
mengakuibahwasemuaanakdapatbelajar,
(3)memungkinkanstruktur,sistemdan
metodologi pendidikan memenuhi
kebutuhansemuaanak,(4)mengakui dan
menghargaiberbagaiperbedaanpadadiri
anakberdasarusia,jender,etnik,bahasa,
4.
»
5.
6.
7.
8.
9.
Telaah♦ManajemenPendidikan Inklusif♦Sunardi, Sunaryo
kecacatan,statusHIV/AIDS,(5)merupakan
prosesyangdinamisyangsenantiasa
berkembangsesuaidenganbudayadan
konteksnya,dan(6)merupakanbagiandari
strategiyanglebihluasuntuk
mempromosikanmasyarakatyanginklusif.
Alimin(2005)menjelaskanbahwa
pendidikaninklusiadalahsebuahproses
dalammeresponkebutuhanyangberagam
darisemuaanakmelaluipeningkatan
partisipasidalambelajar,budayadan
masyarakat,danmengurangieklusivitasdi
dalampendidikan.Pendidikaninklusif
mencakupperubahandanmodifikasidalam
isi,pendekatan-pendekatan,strukturdan
strategiyangdapatmengakomodasi
kebutuhansemuaanakseseuaidengan
kelompokusianya.Pendidikan inklusifjuga
dapatdipandangsebagaibentukkepedulian
dalammeresponspekturmkebutuhan
belajarpesertadidikyanglebihluas,
denganmaksudagarbaik
gummaupun
siswa,keduanyamemungkinkanmerasa
nyaman
dalamkeberagamandanmelihat
keragamansebagaitantangandan
pengayaandalamlingkunganbelajar,
keberagamanbukansebagaimasalah.
Pendidikan
inklusifjugaakanternsbembah
secarapelan-pelansebagairefleksidari apa
yangterjadidalamprakteknya,dalam
kenyataan,
danbahkanhamsternsbembah
jikapendidikaninklusifingintetap
memilikiresponyang bemilainyatadalam
mengahapitantanganpendidikandanhak
azasimanusia.
Meskipundefinsitentangpendidikan
inklusifitubersifatprogresifdanterns
bembah,namuntetapdiperlukankejelasan
konsepyangterkandungdidalamnya,
karenabanyakorangmenganggapbahwa
pendidikaninkludifsebagaiversilaindari
pendidikankhusus/PLB(specialesucation).
Konsepyangmendasaripendidianinklusif
sangatberbedadengankonsepyang
mendasaripendikankhusus(special
education).Inklusiataupendidikaninklusif
bukanlahistilahlain daripendidikan
khusus.Konseppendidikaninklusif
JAfn_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011| 187

Telaah♦ManajemenPendidikanInklusif ♦Sunardi, Sunaryo
mempunyaibanyakkesamaandengan
konsep yangmendasaripendidikanuntuk
semua(education
forall)dankonsep
tentangperbaikansekolah (schools
improvement).
Definisipendidikaninklusifyang
diterimaolehbanyakpihakadalahdefinisi
yangdiangkatdariseminartentang
pendidikaninklusifdi AgraIndiatahun
1988. Darihasilseminaritu pendidikan
inklusifdidefinisikansebagaiberikut:
• Lebih luas dari padapendidikan
formal, tetapimencakuprumah,
masyarakat,non-formaldan system
informal
•Menghargaibahwasemuaanakdapat
belajar
•Memungkinkanstruktur,sistemdan
metodologi dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhanbelajarsemua
anak
•Mengakuidanmenghargaibahwa
setiapanakmemilikiperbedaan-
perbedaandalamusia,jeniskelamin,
etnik,bahasa,kecacatan,statussosial
ekonomi,potensidankemampuan
•Merupakanprosesdinamisyang
secaraevolusiternsberkembang
sejalandengankonteksbudaya
•Merupakanstrategiuntukmemajukan
danmewujudkanmasyarakatinklusif.
Definisidi atasmenggambarkan
sebuahmodelpendidikaninklusifyang
mendasarkankonsep-konseptentang:anak,
systempendidikan,keragamandan
disriminasi,prosesmemajukaninklusi,dan
konseptentangsumberdaya.Secara
terperinci dapatdijelaskansebagai berikut:
1.KonseptentangAnak
a.Haksemuaanakuntuk
memperolehpendidikandi
dalammasyarakatnyasendiri
b.Semuaanak dapatbelajardan
anakdapatmengalamikesulitan
dalambelajar
188 \Mt\_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011
c.Semuaanakmembutuhkan
dukungandalambelajar
d.Pembelajarberpusatpada anak
menguntungkansemuaanak
2. KonseptentangSistemPendidikan
danSekolah
a.Pendidikanlebih luas daripada
pendidikanformaldisekolah
(formalschooling)
b. Fleksibel, sistempendidikan
bersifatresponsif
c.Lingkunnganpendidikanramah
terhadapanak
d.Perbaikanmutusekolahdan
sekolahyang efektif
e.Pendekatanyang menyelumh
dankolaborasidenganmitra
kerja
3.KonseptentangKeberagaman dan
Diskriminasi
a.Menghilangkan diskriminasi
danpengucilan(exclusion)
b.Memandangkeragamansebagai
sumberdaya, bukansebagai
masalah
c.Pendidikan inklusifmenyiapkan
siswayangdapatmenghargai
perbedaan-perbeaan.
4.KonseptentangProsesMemajukan
Inklusi
a.Mengidentifikasidanmengatasi
hambatandalaminklusi
b.Meningkatkanpartisipasinyata
darisemuapihak
c.Kolaborasidankemitraan
d.Metodologi partisipatori,
penelitiantindakandan
kolaboratifinkuiri
5.KonseptentangSumberdaya
a.Memanfaatkansumberdaya
lokalyangtersedia{local
resources)
b.Mendistribusikansumberdaya
yangtersedia
c.Memandangmanusia(anak,
orangtua,guru, kelompok

Telaah♦ManajemenPendidikanInklusif♦Sunardi,Sunaryo
orang yangtermarginalkan
dsb) sebagaisumberdayakunci
d.Suberdayayangtepatdisekolah
danmasyarakatdibutuhkan
untukanak-anakyangberbeda.
SebagaicontohBraille,alat-alat
bantuan(assistivedivice)
Secarakonseptualterdapatperbedaan
dan kaitan yang eratantarapengertian
sekolahinklusif,pendidikaninklusifdan
masyakatinklusif.Pengertian dankaitan
diantaraketiganyamenurutUNESCO
(2004)dapatdigambarkansebagaiberikut:
羻⨪ Differencevalued:gander,age,disability, *"«%^
ⲕ⩿ ethnicity,linguisticgroups sv
* * ActiveParticipationbyAll %
Discriminationnottolerated
^--^cIloSIVEEOUC;'^;--,,^
X»DistrictResourceTeamsandCentres **"*^r
Parentsinvolved jr*x
/" - OPOs Involved N
«Familiessupported \
«SigningCroups,Braillecentres
EarlyChildhoodeducation.Non-formalprogrammes
CBRProgramme,Home-basededucation
'^CUUSIVESCHOo^--.,
Flexible,childcentredteaching
-Allpupilsvalued
•Responsivetodiversity
"DisabledTeacherswelcomed
TowardstheGoalof
NCLUSIVEDEVELOPMENT
GambarKaitanantaraSekolahInklusif,Pendidikan InklusifdanMasyarakat
Iklusif(UNESCO,2004)
DiIndonesiasendiri,pendidikan
inklusifsecararesmididefinisikansebagai
berikut:
Pendidikan inklusi dimaksudkansebagai
sistem layanan pendidikan yang
mengikutsertakananakberkebutuhan
khususbelajar bersama dengan anak
sebayanya di sekolah reguler yang
terdekatdengantempattinggalnya.
Penyelenggaraanpendidikaninklusif
menuntutpihak sekolahmelakukan
penyesuaian baik dari segikurikulum,
sarana dan prasarana pendidikan,
maupunsistem pembelajaran yang
disesuaikan dengankebutuhanindividu
peserta didik(DirektoratPSLB, 2004).
SedangkanberdasarkanPasal1
PeraturanMenteriPendidikanNasionalRI
Nomor70Tahun2009TentangPendidikan
InklusifBagiPesertaDidikyangMemiliki
KelainandanMemilikiPotensiKecerdasan
dan/atauBakatIstimewa,disebutkan
bahwa:
Pendidikaninklusif adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang
memberikankesempatan kepada semua
peserta didikyangmemilikikelainandan
memilikipotensikecerdasan dan/atau
bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam
satulingkunganpendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik
padaumumnya.
Sedangkandalampasal2peraturan
tersebutdijelaskan bahwaPendidikan
inklusifbertujuan:
(1) memberikan kesempatan yangseluas-
luasnya kepada semuapesertadidikyang
memiliki kelainanjisikemosional,
mental, dan
sosialatau memilikipotensi
kecerdasandan/ataubakatistimewa
untuk memperoleh pendidikan yang
}Affl_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011| 189

Telaah<>ManajemenPendidikanInklusif»Sunardi,Sunaryo
bermutusesuai dengankebutuhandan
kemampuannya;
(2)mewujudkanpenyelenggaraan pendi
dikan yang menghargai keanekara-
gaman,dan tidak diskriminatif bagi
semua peserta didik sebagaimana yang
dimaksudpada hurufa.
Pemyataandi atas,menunjukkan
bahwa sekalipun secara konseptual
pendidikaninklusimengikutkansemua
anakberkebutuhankhusus, tetapi di negara
kita lebih banyakdipahamiatau ditekankan
sebagaiupaya mengikutkan anak
berkelainandalam settingsekolahregular.
Definisi di atasjugarelevan dengan
pendapatStaub danPeck(1995)bahwa
pendidikaninklusiadalahpenempatananak
berkelainantingkatringan, sedang, dan
berat secarapenuhdi kelas regular, serta
pendapatSapon-Shevin(O'Neil,1995)
yangmenyatakan
bahwapendidikaninklusi
adalah sistem layananpendidikanyang
mempersyaratkanagarsemuaanak
berkelainandilayanidisekolah-sekolah
terdekat,dikelasregulerbersama-sama
temanseusianya,ataupunPemyataan
Salamanca (1994) danKerangkaAksi
Dakar(1997)paragraph4 yangmenyatakan
bahwaInclusiveeducationseekstoaddress
the learning needsofallchildren,youth
and adults with a specificfocuson those
who are vulnerable to marginalisation and
exclusion(Unesco,2006).
Hal di atas dapatdipahami,
mengingatdinegarakitahaltersebut
mempakan permasalahanyangpaling
sensitif, kontroversial, dan mendapat
tantanganpalingberat,sehinggamereka
mempakankelompokyangselamaini
palingtereklusidaripendidikanumum.
Pendidikaninklusitelahmerubahpikiran
masyarakatdengan membuka akses
pendidikanbagidisabledchildrenuntuk
memperolahhakpendidikandisekolah
terdekat.
Ditinjaudariaspekimplementasi,
praksis pendidikan inklusi di banyak negara
juga menunjukkan bahwa pendidikan
190 JAIt\_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011
inklusif tidak terhambatolehbanyaknya
jumlahsiswadalamsatukelas,kurangnya
sumber dayamated,maupun ekonomi.
Bahkanhambatansikapjauhlebih besar
daripada hambatan ekonomi. Tenagaahli
pendukung tidak hams tenaga tetap sekolah
yangbersangkutan.Pendidikaninklusif
dapat memberikan kesempatan untuk
peningkatanmutusekolah,sertafakta
bahwa pendidikan inklusif mempakan
bagian dari pergerakan yang lebih besar
menujuinklusisosial.
Dalamperspektifpendidikanluar
biasa,pendidikaninklusiakanberhasil
dengan baik apabila didukung dengan: (1)
sikap,komitmen,dan keyakinan yang
positifdari seluruh guru,stafsekolah dan
orang tua, (2)ketersediaanlayanankhusus
dan adaptasi lingkungan fisik dan peralatan,
(3) sistem dukungan, sepertiketersediaan
guru khusus,terdapatkebijakandan
proseduryangtepatuntukmemonitor
kemajuan setiap siswapenyandangcacat,
termasukuntuk asesmen dan evaluasi, (4)
adanya kolaborasi harmonis antara guru
khusus dan guru kelas dalam merancang
dan menerapkan Program Pengajaran yang
diindividualisasikan (individualized
educational program -IEP),(5)kurikulum
fleksibel danmetodepembelajaranyang
tepat, serta (7)kesadaran,partisipasi,dan
dukunganmasyarakat.
Berkaitandenganhal-haldiatas,
dalam praksis pendidikaninklusif,
penerimaan siswa baru hams
memprioritaskanpenerimaandidasarkan
pada lokasiterdekatpadasekolah,tidak
membatasi padajenisdanderajatkelaianan
anak.Kurikulumharusdisusunsecara
fleksibel sesuai kebutuhan anak (ABK) dan
kondisi sekolah, dapat mendorong guru dan
tenagakependidikanmelaksanakan
pembelajaranyang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik, mendorong
pengawasuntukmembinasecararutindan
kebebasan untuk berinovasi. Ditinjau dari
prosespembelajaran:(1)perencanaan
pembelajaranhendaknyadibuatberdasar

Telaah*>Manajemen Pendidikan InklusifOSunardi, Sunaryo
hasilasesmendandibuatbersamaantara
gum kelas dan guru khusus dalam bentuk
program pembelajaran individual(IEP,(2)
pelaksanaanpembelajaran lebih
mengutamakanmetodepembelajaran
kooperatifdan partisipatif, memberi
kesempatan yangsamadengan siswa lain,
menjadi tanggungjawabbersama dan
dilaksanakansecarakolaborasiantara gum
khusus dan guru kelas, serta dengan
menggunakan media, sumber daya dan
lingkungan yang beragam sesuai kebutuhan
ABK. Sedangkan dalam evaluasi: (1)perlu
penyesuaian cara, waktu dan isi kurikulum,
(2)mengacukepada hasil asesmen, (3)
mempertimbangkan penggunaan Penilaian
AcuanDiri, (3)dilaksanakansecara
fleksibel,multimetode danberkelanjutan,
(4) secara rutin mengkomunikasikan
hasilnyakepadaorangtua.
Dalamkaitandengangum,ia
hendaklahmempunyaipandanganyang
positifterhadap anak dan pendidikannya,
sensitifdanproaktifterhadapkebutuhan
ABK, peduliterhadapkemajuanbelajamya,
kreatif,memilikikompetensiyangcukup
memadai,serta terbukauntukdiskusi,
menerimamasukan,danberkolaborasi.
Kolaborasitersebutmulaidaripelaksanaan
asesmen, pembuatan perencanaan,
pelaksanaan,danevaluasipembelajaran
yangdisertaidenganpembagianperan,
tugas, dan tanggungjawabdalam
pembelajaran.Kolaborasidalam mencari
cara-caraefektifuntukmeningkatkan
kualitaspembelajaransertapengadaan
mediadanpenciptaanlingkunganyang
kondusifbagi ABK.
Dalam kaitandengansistem
dukungan,terdapatbeberapaperan orang
tua,sekolahkhusus(SLB) danpemerintah
yangperludiperhatikan,yaitu:
1.
Orang tua ditunmt dapat
berpartisipasiaktifdalampembuatan
rencanapembelajaran,pengadaan
alat,media, dansumberdayayang
dibutuhkan sekolah. Aktif
berkomunikasidanberkonsultasi
tentangpermasalahandankemajuan
belajaranaknya,kolaborasidalam
mengatasihambatanbelajaranaknya,
sertapengembanganpotensianak
melaluiprogram-programlaindiluar
sekolah.
2. SLB dituntut mampu berperan
sebagaipusatsumber
gunamembantu
melayanikebutuhaninformasidan
konsultasibagisekolah,dalam
memahamikebutuhankhususABK
danlayananpembelajaran,serta
dalampengadaan
gumkhusus,
sosialisasi,danpendampingan.
3.Pemerintahdituntutuntukmembantu
dalam merumuskan kebijakan-
kebijakan internal sekolah,
meningkatkankualitasgurudan
ktenagakependidikanmelalui
berbagaipelatihandibidang
pendidikaninklusi,menyediaanguru
khusus,memberikansubsidiberupa
bantuananggarankhusus dandalam
pengadaanmedia,alat, dansarana
khususyangdibutuhkansekolah,
programpendampingan,monitoring
danevaluasiprogram,maupundalam
sosialisasikemasyarakatluas.
Perkembangan Pendidikan Inklusi di
Indonesia
Prosesmenujupendidikaninklusif
bagianakluarbiasadiIndonesia
hakekatnyasudahberlangsunglama,yaitu
sejaktahun1960-anyangditandaidengan
berhasilditerimanyabeberapalulusanSLB
TunanetradiBandung
masukkesekolah
umum,meskipunadaupayapenolakandari
pihak sekolah.Lambat-launterjadi
perubahansikapmasyarakatterhadap
kecacatandanbeberapasekolahumum
bersediamenerimasiswatunanetra.
Selanjutnya,padaakhirtahun1970-an
pemerintahmulaimenaruhperhatian
terhadappentingnyapendidikanintegrasi,
dan mengundang Helen Keller
International,Inc.untukmembantu
}Affl_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011|191

Telaah•>ManajemenPendidikanInklusif'*>Sunardi,Sunaryo
mengembangkan sekolahintegrasi.
Keberhasilanproyekinitelahmenyebabkan
diterbitkannyaSuratKeputusanMenteri
Pendidikan nomor002/U/1986tentang
PendidikanTerpadubagiAnakCacat.
Sayangnya,ketikaproyekpendidikan
integrasi itu berakhir, implementasi
pendidikan integrasisemakinkurang
dipraktekkan,
temtamadijenjangSD.Pada
akhirtahun1990-anupayabarudilakukan
lagiuntukmengembangkanpendidikan
inklusifmelalui proyekkerjasamaantara
DepdiknasdanpemerintahNorwegiadi
bawah manajemen Braillo Norway dan
Direktorat PLB (Tarsidi, 2007).
Sebagaibentukkomitmenpemerintah
dalammengimpllementasikanpendidikan
inklusifbagipenyandangcacar, pada tahun
2002pemerintahsecararesmimulai
melakukan proyekujicobadi di berbagai 9
propinsiyangmemilikipusatsumberdan
sejak saat itu lebih dari 1500 siswa
berkelainantelahbersekolahdisekolah
reguler, danpadatahun2005meningkat
menjadi6.000siswaatau5,11%dari
seluruhjumlahanakberkebutuhankhusus.
Sedangkan pada tahun 2007meningkat
menjadi 7,5% atau 15.181 siswa yang
tersebarpada 796sekolahinklusifyang
terdiridari 17TK,648 SD, 75SLTP, dan
56SLTA.
Selanjutnya untuk mendorong
implementasipendidikaninklusisecara
lebih luas, pada tahun 2004 diBandung
diadakan lokakarya nasional yang
menghasilkanDeklarasiBandung, yang
diantara isinyamenghimbaukepada
pemerintah,institusipendidikan,institusi
terkait,duniausahadanindustriserta
masyarakat untuk dapat menjamin setiap
192 \AfJ\_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011
anakberkelainandananakberkebutuhan
khusus lainnyamendapatkankesamaan
akses dalam segala aspek kehidupan, serta
mendapatkanperlakuanyangmanusiawi.
Guna terns mengembangkan
pendidikan inklusi pemerintahjugatelah
mengambilberbagaistrategi,baikmelalui
diseminasi ideologipendidikaninklusif,
mengubah peranan SLB yang ada agar
menjadi pusat sumber,penataran/pelatihan
bagi gum-guru SLB maupunguru-gum
sekolah reguler, reorientasipendidikangum
LPTK,desentralisasidalamimplementasi
pendidikan inklusif, pembentukan
kelompok kerjapendidikaninklusi, samapai
padapembukaanprogrammagisterdalam
bidanginklusi danpendidikankebutuhan
khusus.Hasilnyapadakisarantahun2004-
2007munculapresiasi danantusiasmekuat
di kalangan masyarakat untuk
mengimplementasikannya.Misal,pada
tahun 2005cukupbanyaksekolahregular
yangmengajukanuntukmenjadisekolah
inklusi, yakni 1200sekolah,tetapi yang
disetujuiolehpemerintahuntuk
dilaksanakanbam504sekolah,karena
konsekuensinya pemerintah hams
memberikansubsididanfasilitaslain
penunjangprosespembelajaran(Sukadari,
2006).Meningkatnya implementasi
pendidikaninklusiwaktuitu,menjadikan
Indonesia(menurutUNESCO)beradapada
ranking ranking ke 58 dari130negara
dalamimplementasipendidikaninklusi.
Sayangrankingtersebutkemudianterns
merosotdalamtahun-tahunberikutnya.
Selanjutnya,trendperkembangan
pendidikaninklusifdiIndonesiasejak tahun
2004dapatditabelkansebagaiberikut:

Telaah»ManajemenPendidikanInklusif>Sunardi,Sunaryo
Table1
TrendPendidikanInklusifDiIndonesiaBerdasar
JumlahSekolahdanSiswa
Tahun:2004-2007
Tahun Jumlahsekolah JumlahSiswa
Inklusif

2004 467 2.573
2005 504 6.000
2006 600 9.492
2007 796 15.181
Sunardi(2009)
Tabel2
JumlahSiswaBerkelainanyangBersekolahdiSekolahInklusif
BerdasarJenisKelainanTahun2007
JenisKelainan JumlahSiswa
Tunanetra 345
Tunarungu 291
Tunagrahita 2277
Tunadaksa 266
Tunalaras 291
Autisme 230
Cacatganda 45
BerkesulitanBelajar 11428
Lainnya 32
Total 15.181
Sunardi(2009)
Datadi atasmenunjukkanbahwa
sebagianbesarsekolahinklusifdiIndonesia
(81,40%)adalah
padaSD.Namun,bila
dibandingkandengan
jumlahseluruhSD
yang
adadiIndonesiayaim144.567,maka
jumlahseluruhSDinklusidiIndonesia
sebenarnyabarumencapai0,44%.
Selanjutnya,denganmengambilangka
kasarjumlahpenyandangcacatusiasekolah
diIndonesiaadalah1,5juta,makajumlah
anakberkelainanyang terlayani
pendidikannyamelaluisekolahinklusi
sebenarnyabammencapai1 % dariseluruh
populalsiyang ada.Namundenganadanya
PeraturanMenteriPendidikanNasionalRI
Nomor70Tahun2009TentangPendidikan
InklusifBagiPesertaDidikyang Memiliki
KelainandanMemilikiPotensiKecerdasan
dan/atauBakat Istimewa, yang didalamnya
menegaskanbahwasetiapPemerintah
kabupaten/kota untuk menunjuk paling
sedikit 1 (satu) SD dan 1 (satu) SMP pada
setiapkecamatandan 1 (sam) satuan
pendidikan menengah untuk
menyelenggarakanpendidikaninklusif,
makadiyakinijumlahanakberkelainandan
jumlahsekolahpenyelenggarainklusifdi
Indonesiaakansemakinmeningkat.
Problema PendidikanInklusif
Sebagaibagiandarisistem
pendidikan nasional di Indonesia, sampai
saat iniimplementasipendidikaninklusi
masih dihadapkan kepada berbagai
}Affl_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011|193

Telaaht>ManajemenPendidikan Inklusif*>Sunardi,Sunaryo
problemayangapabilatidakdiantisipasi
melalui kebijakan-kebijakankhusus
memungkinkan dapat menghalangi
perlakuanadildanaksesanakberkelainan
untukmengikutipendidikandisekolah
regulerterdekatsehinggamenghambat
keberhasilanpelaksanaanpendidikan
inklusi.MenurutSunardi(2009),problema
tersebutmeliputi:
a.SistemPenerimaanSiswaBam,
khususnyaditingkatpendidikan
menengah dan atas yang
menggunakannilaiujiannasional
sebagaikriteriapenerimaan.Siswa
hanyadapatditerimakalauhasilujian
nasionalnyamemenuhi standar
minimalyangtelahditetapkanoleh
masing-masingsekolah.
b.Diijadikannyapencapaianhasil ujian
nasionalsebagaicriteriasekolah
bermutu,bukan diukurdari
kemampuannya dalam
mengoptimalkankemampuansiswa
secarakomprehensifsesuaidengan
keragamannya.
c.Penggunaanlabelsekolahinklusidan
adanyaPP.No.19tahun2005 tentang
StandarNasionalPendidikan,pasal
41(1)tentangkeharusanuntuk
memilikitenagakependidikankhusus
bagisekolahinklusisebagaialasan
melakukanpenolakanmasuknyaanak
berkelainankesekolahyang
bersangkutan,yangberartiakan
mendorong munculnya gejala
"eklusivisme baru",yaimmenolak
anakberkebutuhankhusus dengan
alasan belummemilikitenagakhusus
atausekolahnya bukan sekolah
inklusi.
dKurikulumpendidikanumum yang
ada sekarang ini belum
mengakomodasikeberadaananak-
anak yang memilikiperbedaan
kemampuan(difabel).
e.Masihdipahaminyapendidikan
inklusisecaradangkal,yaimsemata-
194 \AJJ\_Anakku»Volume10:Nomor2Tahun2011
matamemasukkananakdisabled
children ke sekolah regular, tanpa
upaya untuk mengakomodasi
kebutuhankhususnya. Kondisi ini
dapat menjadikan anak tetap
tereklusi darilingkungankarenaanak
merasatersisih,terisolasi,ditolak,
tidaknyaman,sedih,marah,dan
sebagainya.Padahalmaknainklusi
adalahketikalingkungankelas atau
sekolahmampumemberikanrasa
senang,menerima,ramah,bersahabat,
peduli,mencintai,menghargai,serta
hidup dan belajardalam
kebersamaan.
f. Munculnya label-label khusus yang
sengajadiciptakanolehpemerintah
maupunmasyasrakatyangcenderung
membentuksikapeklusifisme,seperti
Sekolah Unggulan, Sekolah
BerstandarIntemasional(SBI),
Sekolah Rintisan Berstandar
Intemasional(RSBI),sekolahfavorit,
sekolahpercontohan,kelasakselerasi,
sertasekolah-sekolahyangberbasis
agama.Kondisiinitentudapat
berdampakkepadasekolahinklusi
sebagaisekolahkelas dua(second
class),karenamenerima
ABKsama
denganspecialschool (Imam
Subkhan,2009)
g.Masihterbatasnyaperhatiandan
keseriusanpemerintah dalam
mempersiapkanpendidikaninklusi
secaramatangdankomprehensif,
baik dariaspeksosialisasi,penyiapan
sumberdaya, maupunujicoba
metodepembelajaran,sehinggahanya
terkesanprogrameksperimental(Cak
Fu,2005).
Isu dan Permasalahanyangdihadapi
Sekalipunperkembanganpendidikan
inklusi di negarakita cukup
menggembirakandanmendapatapresiasi
danantusiasmedariberbagaikalangan,
temtamaparapraktisipendidikan, namun
sejauh ini dalamtataranimplementasinyadi

lapanganmasihdihadapkankepada
berbagaiisudan permasalahan.
BerdasarkanhasilpenelitianSunardi (2009)
terhadap12sekolahpenyelenggarainklusi
diKabupatendanKotaBandung,secara
umumsaat initerdapatlimakelompokissue
danpermasalahanpendidikaninklusi di
tingkat sekolah yang perlu dicermati dan
diantisipasiagartidakmenghambat,
implementasinya tidak bias, atau bahkan
menggagalkanpendidikaninklusi itu
sendiri,yaitu:pemahaman dan
implementasinya,kebijakansekolah, proses
pembelajaran,kondisi gum, dan support
system. Salah satu bagian penting dari
suppor system adalah tentang penyiapan
anak.Selanjutnya,berdasarisu-isu tersebut,
permasalahanyang dihadapi adalah sebagai
berikut:
Pemahaman inklusi dan implikasinya
1)Pendidikaninklusifbagi anak
berkelainan/penyandangcacat belum
dipahamisebagai upayapeningkatan
kualitaslayananpendidikan.Masih
dipahamisebagaiupayamemasukkan
disabledchildrenkesekolahregular
dalamrangkapemberianhak
pendidikandankemudahanakses,
sertasikapantidiskriminasi.
2)Pendidikaninklusicenderung
dipersepsisamadenganintegrasi,
sehinggamasihditemukanpendapat
bahwaanakhamsmenyesuiakan
dengansistemsekolah.
3)Dalam implementasinya gum
cenderungbelummampubersikap
proactivedanramahterhadapsemua
anak,menimbulkankomplainorang
ma,danmenjadikananakcacat
sebagaibahanolok-olokan.
Kebijakansekolah
1) Sekalipun sudah didukung dengan
visiyangcukupjelas,menerima
semuajenisanakcacat,sebagian
sudahmemilikigurukhusus,
Telaah0ManajemenPendidikanInklusif ♦Sunardi,Sunaryo
mempunyai catatan hambatan belajar
padamasing-masingABK, dan
kebebasanguru kelas dangum
khususuntukmengimplementasikan
pembelajaranyanglebih kreatifdan
inovatif,namuncenderungbelum
didukung dengan koordinasi dengan
tenagaprofesional,organisasiatau
institusiterkait.
2) Masih terdapat kebijakanyang
kurangtepat, yaimgurukelastidak
memilikitangung
jawabpada
kemajuanbelajarABK, serta
keharusanorang tuaABKdalam
penyediaangurukhusus.
Prosespembelajaran
1)Proses pembelajaran belum
dilaksanakandalambentukteam
teaching,tidakdilakukansecara
terkoordinasi.
2)Gurucenderungmasihmengalami
kesulitandalam merumuskan
kurikulumfleksibel,pembuatanIEP,
dandalammenentukantujuan,materi,
danmetodepembelajaran.
3)Masihterjadikesalahanpraktek
bahwatargetkurikulum ABKsama
dengansiswalainnyasertaanggapan
bahwasiswacacattidakmemiliki
kemampuan yangcukupuntuk
menguasaimateribelajar.
4)Karenaketerbatasanfasilitassekolah,
pelaksanaanpembelajaranbelum
menggunakanmedia,resource,dan
lingkunganyangberagamsesuai
kebutuhananak.
5)Belumadanyapanduanyangjelas
tentangsystempenilaian.Sistem
penilaianbelum menggunakan
pendekatanyangfleksibeldan
beragam.
6)Masihterdapatpersepsibahwa
systempenilaianhasilbelajar
ABK
samadengananaknormallainnya,
sehinggaberkembanganggapan
}AfJi_Anakku»Volume10:Nomor2Tahun2011| 195

Telaah♦Manajemen Pendidikan Inklusif»Sunardi, Sunaryo
bahwamerekatidakmenunjukkan
kemajunabelajaryangberarti.
Kondisi guru
1) Belum didukung dengankualitas
gum
yangmemadai. Gumkelasmasih
dipandangbelumsensitifdanproaktif
terhadapanakberkebutuhankhusus.
2)Keberadaan
gumkhususmasihdinilai
belumsensitifdanproaktifterhadap
permasalahanyangdihadapiABK.
3)Belumdidukungdengankejelasan
aturantentangperan,tugasdan
tanggung
jawabmasing-masingguru.
4)Pelaksanaantugasbelumdisertai
dengandiskusimtin,tersedianya
modelkolaborasisebagaipanduan,
sertadukungananggaranyang
memadai.
Sistem dukungan
1).Belumdidukungdengansistem
dukunganyangmemadai.Peran
orang tua,sekolahkhusus,tenaga
ahli,perguruantinggi-LPTKPLB,
danpemerintahmasihdinilai
minimal.Sementaraitufasilitas
sekolahjugamasihterbatas.
2)Keterlibatanorangtuasebagaisalah
satukuncikeberhasilandalam
pendidikaninklusi,belumterbina
dengan baik.Dampaknya,orang tua
seringbersikapkurangpedulidan
realistikterhadapanaknya.
3)PeranSLB yangdiharapkanmampu
berfungsisebagairesource centre
bagisekolah-sekolahinklusidi
lingkungannya,belum dapat
dilaksanakansecara optimal, baik
karenabelumadanyakoordinasidan
kerjasamamaupunalasangeografik.
4)Peranahli yangdiharapkandapat
berfungsisebagaimediakonsultasi,
advokasi,danpengembanganSDM
sekolahmasihsangatminimal.
196 JAJJl_Anakku»Volume10:Nomor2Tahun2011
5)LPTKPLBdalamdiseminasihasil
penelitian,penelitiankolaborasi
maupundalamimplementasiterhadap
hasil-hasilpenelitaianbelumdapat
diwujudkandenganbaik.
6)Peranpemerintahyangseharusnya
menjadiujung
tombakdalam
mendorongimplementasiinklusi
secarabaik
danbenarmelaluiregulasi
aturanmaupunbantuanteknis,dinilai
masihkurangperhatiandankurang
proaktifterhadappermasalahannyata
dilapangan.
7)Kalaupunpemerintahsaat inisudah
mengikutkan gum-guru dalam
pelatihanataumemberikanbantuan
yangsifatnyafisikataukeuangan,
namunjumlahnyamasihsangat
terbatasdanbelummerata.
8)Sekolahumumnya jugabelum
didukungfasilitasyangdiperlukan
untukmendukungaksesibilitasdan
keberhasilanpembelajaransecara
memadai.
Hasil-hasilpenelitiantentangisu dan
permasalahanpendidikaninklusidi atas,
sejalandenganhasilpenelitianJuang
Sunanto(2009)terhadap
duaSekolahDasar
inklusidikotaBandung.Pertama,sekolah
yangsecaraalamimengembangkan
pendidikaninklusif,tanpapredikatinklusif,
misinyakemanusiaan, dankinimemiliki10
siswawithdisabilities.Kedua,sekolah
percontohaninklusif,ditunjukresmi
sebagaisekolahinklusifolehpemerintah,
dankinimemiliki32siswadisabilitas.
Hasilnya,dapatdiringkassebagaidibawah
ini.
Padasekolahyangsecaraalami
mengembangkan pendidikaninklusif,
beberapakecendemnganyangterjadidi
lapangan,diantaranya:
Secaraformalbelumberpredikat
sebagaisekolahinklusif,bahkan
sampaisekarangbelumtersentuh

proyeksosialisasidanpelatihandi
bidangpendidikaninklusi
Para gum awalnyasempatkhawatir
akanmenurunkancitrasekolah.
Adanya protes terhadap kenaikan
ABK,sementaraadaanaknormal
yangtidaknaikkelas.
Tidak ada gumkhusus,tetapi ini
justrutantanganuntukmenemukan
metode
bam(kreatif) melalui
kebersamaan,saling diskusi, saling
berbagai.
Perubahan dan proses adaptasi
pembelajarandilakukanterns
menerus melalui kerja sama, saling
memotivasi,salingmembantu,saling
mendukung, komunikasi, dan belajar
daripengalaman.
Mengembangkankerjasamaantar
gumdanmeningkatkanjalinan
komunikasi dengan orang tua.
Sekalipundiakuimenambahbeban
tambahan, namun diterima sebagai
tantangan.
Pembelajaran childrenwith
disabilitiesdilakukan secara
tersendiri, dengan menciptakan
suasana yang memungkinkan
semuanyadapatbelajar,serta
penerapanpendekatanperhatiandan
kasih sayang.
Sedangkan pada sekolah yang
ditunjuk sebagai sekolah percontohan
inklusi,hal-halmenarik yang terjadi di
sekolahini,diantaranya:
Awalnyaberjalanalami,kemudian
ditunjukresmisebagai sekolah
inklusifoleh pemerintah. Awalnya
mendapat bantuan 1 orang gum
pendamping atau gum khusus, tapi
kemudian keluar. Akhirnyamuncul
inisiatifdari orang tua untuk
membawa sendiri guru pendamping
untukanaknya danfenomenainiterns
berkembang sampai sekarang dan
Telaah»ManajemenPendidikanInklusif»Sunardi,Sunaryo
bahkan menjadi persyaratan yang
hamsdipenuhiorang tua.
PembelajaranpadaABK yang
awalnyaditerimasebagai tantangan
oleh guru kelas, kini bergeser kepada
ketergantunganpada gum khusus atau
gurupendamping.Kondisiini
menjadikankreativitasgumtidak
berkembang.
Kebijakanmenjadikansebagai
sekolahberpredikatinklusidan
banyaknyapelatihanyangditerima
justrumenjadikansemakintidak
jelas,bahkanbias.Penataran
/pelatihanyangditerimabelum
banyakberdampakdi kelas dan
belummemberisolusiterhadap
permasalahanpendidikanyang
dihadapi.
Motivasi,kerjasamadalam
mengatasimasalahtidak tampak,
sebab seluruh aktivitas belajar ABK
mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi diserahkan sepenuhnya
kepadagurupendamping.
Inklusi dimaknai sekedar
memasukkanABK ke kelas regular,
belajar dengan materi, guru, dan cara
masing-masing. ABK belum
ditempatkan sebagai bagian yang
tidakterpisahkandarikomunitasdan
aktivitasdidalamkelas.Masih
sebagai"tamu",diterima secara pasif.
Kebijakan sekolah menetapkan
bahwaurusanABKadalahurusan
gum pendamping,sepenuhnya
menjadiwewenanggumpendamping.
Pembuatan rencana pembelajaran,
pelaksanaanpembelajaran,dan
evaluasinyatidakdilakukanmelalui
kolaborasidan kerja sama.
Rencanapembelajaranuntukdisabled
children dibuat oleh gum khusus
berdasarhasilasesmen dan
dituangkan dalam format Program
pengajaranindividual,kemudian
\AfI\_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011|197

Telaah♦>ManajemenPendidikanInklusif» Sunardi,Sunaryo
disatukan dengan
pembelajaranguru kelas. rencana
Gumpendampingyangnotabene
memilikilatarbelakangpendidikan
PLBbelummemilikikeberanian
untukmeluruskansesuai konsepnya.
Sekalipun sekolah melayani
keberagamansiswa,termasukABK,
namunsebenarnyasekolahtersebut
telahtumbuhmenjadisekolaheklusif,
karenamemilikisyarat khusus,
sehinggahakekatnyatelahbias dan
tumbuh menjadi sekolahinklusifyang
keluardariprinsip-prinsipinklusif.
Uraiandi atasmemberikangambaran
yang cukupjelasbahwapelaksanaan
pendidikan inklusi di Indonesia, khususnya
di Bandung masihdihadapkankepada
berbagai isu danpermasalahanyangcukup
kompleksdansifatnyamasihmendasar,
temtamaterkaitdenganpemahamaninklusi
itu sendiri danimplementasinyadi
lapangan, kebijakan pemerintah dan kepala
sekolah, pembinaan professional gum,
prosespembelajaran,system dukungan,
maupunpenyiapansiswa. Fakta di lapangan
juga menunjukkan bahwa sekolah yang
secararesmitelahberpredikatsebagai
sekolahinklusi, bahkan sekolah
percontohan sekalipun, belum menjamin
bahwasekolahterseduttelahmelaksanakan
pendidikaninklusisecarabenar danbaik
sesuai dengan konsep-konsep pendidikan
inklusi yang mendasarinya.
Denganmempertimbangkanmasih
banyaknya isu dan permasalahan dalam
pendidikaninklusi diIndonesiasaat ini,
maka penting bagi pemerintah untuk segera
menindaklajutinya,diantaranyamelalui
kegiatan pengkajian (monitoring dan
evaluasi) secara menyeluruh terhadap
pelaksanaanpendidikaninklusi di
Indonesia dan hasilnyadijadikanrujukan
untuk membuat langkah-langkah strategis
menujupendidikan inklusi,peninjauan
kembali kebijakan di tingkat sekolah,
perumusan model-model inklusi,
penggiatanprogram pendampingan,
pemberdayaan LPTK PLB sebagai pusat
sumber dan dalam pendampingan,
menggantipolapenataran -pelatihangum
darimodelceramahkepadamodellesson
studyatauminimalmemasukkanlesson
studysebagaibagianinti daripenataran-
pelatihangum,pembuatanbuku-buku
pedoman, sertamenggalakkanprogram
sosialisasidandesiminasi.
KESIMPULAN
Pendidikaninklusi yangmenekankan
kepadapersamaanhak dan akses
pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganegara,tanpakecuali,hakekatnya
adalah visibamdi bidang pendidikan
sebagaibagian dari reformasi politik yang
menekankan kepada pilar demokrasi, HAM,
otonomi,desentralisasi,danakuntabilitas.
Dalam kontekspendidikanluar biasa,
pendidikaninklusifmempakanparadigma
bamdalam pendidikan bagi penyandang
cacat yang diilhami dan didorong oleh
berbagaidokumeninternational,khususnya
tentangpendidikanuntuksemuaserta
Pemyataan Salamanca dan Kerangka Aksi
198 }AfSl_Anakku»Volume10:Nomor2Tahun2011
mengenaipendidikanberkebutuhankhusus
tahun1994.
Sekalipunperkembanganpendidikan
inklusidiIndonesiasaatinisemakin
diterimadan berkembang cukup pesat,
namun dalamtataranimplementasinya
masih dihadapkan kepada berbagai
problema, isu, danpermasalahanyang
hams disikapi secara bijak sehingga
implementasinyatidakmenghambatupaya
danprosesmenujupendidikaninklusifitu
sendiri serta selarasdenganfilosofi dan
konsep-konsepyangmendasarinya.Untuk
itu diperlukan komitmen tinggi dan kerja
keras melalui kolaborasi berbagai pihak,
baikpemerintahmaupunmasyarakatuntuk

mengatasinya. Dengan demikian,mjuan
akhir dari semua upaya di atas yaim
kesejahteraan para penyandang cacat dalam
Telaah«>ManajemenPendidikanInklusif♦>Sunardi,Sunaryo
memperolehsegalahaknyasebagaiwarga
negara dapat direalisasikan secara cepat dan
maksimal.
DAFTARPUSTAKA
Alimin,Z. (2005).Memahami Pendidikan
Inklusifdan Anak Berkebutuhan
Khusus.Makalahtidakditerbitkan.
Bandung:JurusanPLBFIPUPI.
Conventionon the Rights oftheChild.
United Nations GeneralAssembly
resolution44/25, 20November1989
Mitchell, D. (2006).SpecialEducation
NeedsandInclusiveEducation:
MajorThemesinEducation, New
York : Publisher'sNote.
http://books.google.co.jp/books?id=-
b69gCu5Ywes-
C&pg=PA200&lpg=PA200&dq
NISE(2007).FinalReportofthe27thAsia-
PacificInternational Seminar on
EducationforIndividualswith
SpecialNeeds: Advancementof
Educationto Meet the Special Needs
ofIndividualstowardRealizationof
PrincipleofEquity andSocial
Cohesion.3-6December2007,
Yokohama, Japan.
httv://www.nise.so.ip/kenshuka/iosa/k
ankobutsu/pubaVd-266.pdf
Smith, J. D. (1998).Inclusion:Schoolfor
AllStudents.NewYork:Wadswarth
PublishingCompany.
Somad,P. and Z. Alimin. (2004).
ReorientasiPemahaman Konsep
SpecialEducationdanImplikasinya
keKonsepSpecial NeedsEducation
terhadap Layanan Pendidikan. Jurnal
Jassianakku3, no. 1: 15-21.
Bandung:JurusanPLBFIPUPI
Stubs, S.(2002).Inclusive Education
WhereThere AreFewResources.
Oslo:TheAtlasAlliance.
Sujarwanto. (2004).Inclusive Education in
Indonesia:LessonsfromJapanese
SpecialEducation Models.Tsukuba:
CRICEDUniversity ofTsukuba
Sukadari.(2006).Peran Pendidikan Inklusi
BagiAnak Berkelainan.Jakarta:
Madina. http://www.madina-
sk.com/index.php?option=comconte
nt&task=view&id=812&Itemid=l0
Sunanto, Juang. (2009).Implementasi
PendidikanInklusifdi Sekolah Dasar.
Bandung:PusatKajian dan Inovasi
Pendidikan - Sekolah PascaSarjana
UPI.
Sunardi(2009).IssuesandProblemson
Implementationof Inclusive
EducationforDisableChildren In
Indonesia.Tsukuba:CRICED -
UniversityofTsukuba.
Tarsidi, D. (2003).Theimplementationof
InclusiveEducationinIndonesia.
Makalah disajikanpada The8th
InternationalCongressonIncluding
ChildrenwithDisabilitiesin the
Community.Stavanger,Norway,15-
17Juni2003.
Tarsidi,Didi.(2004). Implementationof
InclusiveEducationinIndonesia,
Bandung:UniversitasPendidikan
Indonesia. http://d-
tarsidi.blogspot.com/2007/07/inclusiv
eeducationindonesia.html
Taylor, G. R. (2006).Trendsin Special
EducationProjections forthe Next
Decade.Ontario:TheEdwinMellen
Press.
The Council for Exceptional Children
(1993).IncludingStudentswith
JAfn_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011| 199

Telaah»ManajemenPendidikanInklusif»Sunardi,Sunaryo
DisabilitiesinGeneralClassrooms.
ERICECDigest#E521.TheERIC
ClearingHouseonDisabilitiesand
GiftedEducation.
TheSalamancaStatementandFramework
forAction on Special Needs
Education.Salamanca:UNESCO &
MinistryOfEducationAndScience,
Spain.
TheWorldDeclarationonEducationFor
All (1990).Meeting BasicLearning
Needs.Jomtien,Thailand:TheWorld
Bank,UNESCO,UNICEF&UNDP.
UNESCO (2000).Education ForAll:
Meeting OurCollectiveCommit-
ments,Textadopted by the World
EducationForum,Dakar,Senegal,
26-28 April 2000.
http://www.unesco.org/education/efa/
edforall/dakframeng.shtml
200I}MI\_Anakku» Volume10:Nomor2Tahun2011
.(2000).TheDakarFramework
forActionEducationforAll:Meeting
OurCollectiveCommitment,the
World Education Forum.
http://www.unesco.org/education-
/wef/en-conf/dakframeng.shtm
.(2008).ReportRegionalPreparatory
Conference on "Inclusive Education:
MajorPolicyIssues in the Asia
PacificRegion",Bali, 29-31 May
2008.
http://www.ibe.unesco.org/fileadmin/
usempload/COPs/Newsdocuments-
/2008/0805Bali/BaliReport.pdf
United Nations. (1993).Standard Rules on
theEqualizationofOpportunitiesfor
Persons with Disabilities.
http://www.un.org-
/esa/socdev/enable/dissreOO.htt
Tags