ssssssss Autoimun kelompok 1.pptx.pdf 3 (1).pdf

kikirawitri1 0 views 24 slides Oct 15, 2025
Slide 1
Slide 1 of 24
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24

About This Presentation

Autoimun kelompok 1.pptx


Slide Content

Pharmacotherapy of
autoimmune diseases
and their management
DOSEN PENGAMPU : Apt.Kiki Rawitri S.Farm M.Farm

KELOMPOK 1
CINDY AULIA SARI (232114066)
JIHAN (232114065)
INSYIRAH (232114057)
SULIS ZAHRATUN NISA (232114076)
MUTHIA RAHMADANI (232114072)
AVIRA SYAHRANI RANGKUTI (232114059)
RISMA SIYAMI (232114081)
DINDA IHVIYANDA SIREGAR (232114083)
INDAH AMALIA (232114035)
THARI WIDYA NINGSIH (232114051)
MAUDINA AFRIANI (232114030)
NUR HIDAYAH SIREGAR (232114082)

DEFINISI
Menurut World Health Organization (WHO):
Penyakit autoimun didefinisikan sebagai
kondisi di mana sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel tubuh sendiri, yang dapat
menyebabkan kerusakan pada berbagai organ
dan system
Menurut American Autoimmune Related
Diseases Association (AARDA):
Autoimun adalah gangguan di mana sistem
imun menyerang dan merusak jaringan tubuh
sendiri, menganggapnya sebagai ancaman
asing.

PRAVALENSI AUTOIMUN
Berdasarkan penelitian di The Lancet edisi Mei 2023, sekitar 1 dari 10 orang di
Indonesia mengalami gangguan autoimun
Penyakit Autoimun Umum:Menurut AARDA, sekitar 50 juta orang di Amerika
Serikat menderita penyakit autoimun, yang mencakup berbagai kondisi seperti
lupus, rheumatoid arthritis, dan multiple sclerosis. Ini menunjukkan prevalensi
sekitar 20% dari populasi di AS
Penyakit Tiroid Autoimun (seperti Hashimoto dan Graves):Penyakit tiroid
autoimun, seperti tiroiditis Hashimoto, dapat mempengaruhi hingga 5% dari
populasi di beberapa negara. (Sumber: American Thyroid Association)
Diabetes Tipe 1:Prevalensi diabetes tipe 1 bervariasi antara 1-2 kasus per 1.000
anak di Eropa dan Amerika Utara, dengan angka lebih tinggi di negara-negara
Nordik. (Sumber: International Diabetes Federation)
Multiple Sclerosis (MS):Prevalensi MS berkisar antara 100 hingga 300 kasus per
100.000 orang di Eropa dan Amerika Utara, tetapi bisa jauh lebih tinggi di negara-
negara Skandinavia. (Sumber: National Multiple Sclerosis Society)

ETIOLOGI
Penyebab kelainan ini belum diketahui dengan pasti, namun para
pakar sependapat bahwa penyebabnya merupakan multifaktor.

Beberapa multifaktor, diantaranya:
Faktor Genetik
Genetika memainkan peran penting. Individu dengan riwayat keluarga penyakit autoimun
lebih mungkin mengembangkan kondisi serupa.Misalnya, gen HLA (Human Leukocyte
Antigen) telah diidentifikasi berkontribusi pada risiko beberapa penyakit autoimun, seperti
rheumatoid arthritis dan lupus. (Sumber: Nature Reviews Genetics)
Faktor Lingkungan
Paparan terhadap berbagai faktor lingkungan, seperti infeksi, paparan zat kimia, a.
Infeksi: Beberapa infeksi virus atau bakteri dapat memicu respon autoimun. Contohnya,
infeksi virus Epstein-Barr telah dikaitkan dengan lupus dan multiple sclerosis
b.
Faktor Hormonal
Wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan banyak penyakit autoimun, yang
menunjukkan peran hormon, terutama estrogen.
Disfungsi Sistem Imun
Faktor Psikososial dan Gaya Hidup(obesitas)
Stres, pola makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik dapat berkontribusi pada
perkembangan penyakit autoimun. Stres kronis dapat mempengaruhi sistem imun dan memicu
atau memperburuk kondisi autoimun.

The treatment strategies of autoimmune disease may need a different approach from
conventional protocol: A review.Indian journal of pharmacology.National of Medicine

1. Excessive Fatigue
2. Mild or recurring fever
3. Joint and muscle pain
4. Inflammation and swelling
5. Digestive disorders
6. Hair loss (alopecia)
7. Skin Rashes or Skin Changes
8. Difficulty Breathing
9. Dry Eyes or Dry Mouth
10. Weight Loss or Gain
Gejala dan tanda umum

Pembagian penyakit
autoimun menurut organ
Organ Penyakit
Organ spesifik s
Non spsifik
- Rheumatoid Artritis
- Sindroma Sjogren
- Dermatomiositik
- SLE (Lupus Eritematosus
Sistemik)
- Skleroderma- Myasthenia
Gravis
- Multiple Sclerosis
- Tiroiditis Hashimoto
- Tirotoksis Grave's
- Anemia
- Penyakit Addison
- Diabetes tipe 1
Spesifik

Psoriasis
Mengakibatkan perbanyakan
sel kulit yang cepat,
menyebabkan ruam bersisik.
Sistem imun menyerang sel beta
pankreas yang memproduksi
insulin.
Penyakit yang disebabkan oleh autoimun
Artritis Reumatoid
(RA)
Menyerang banyak organ seperti
kulit, sendi, ginjal, dan otak.
Menyebabkan peradangan
kronis pada sendi dan dapat
berdampak pada organ lain.
Penyakit Tiroid
Autoimun
Termasuk penyakit Graves
(hipertiroidisme) dan tiroiditis
Hashimoto (hipotiroidisme).
Diabetes Tipe 1
Lupus Eritematosus
Sistemik (SLE)
Vitiligo
Sel imun menyerang sel
penghasil pigmen kulit,
menyebabkan bercak putih.

Pemfigus
Menyebabkan lepuhan pada
kulit dan mukosa.
Meliputi penyakit Crohn dan
kolitis ulseratif, menyerang
saluran pencernaan.
Penyakit yang disebabkan oleh autoimun
Scleroderma
Menyerang kelenjar air mata dan saliva,
menyebabkan mata dan mulut kering.
Memicu pengerasan kulit dan
jaringan ikat.
Penyakit Celiac
Sistem imun merespons gluten
dengan merusak usus halus.
Inflammatory Bowel
Disease (IBD)
Sindrom Sjögren
multiple autoimmune
syndrome
mengalami lebih dari satu
kondisi secara bersamaan

The treatment strategies of autoimmune disease may need a different approach from
conventional protocol: A review.Indian journal of pharmacology.National of Medicine

Patofisiologi Autoimun
1.Kehilangan Toleransi Imunologis (Gangguan dalam toleransi sentral atau
perifer)
2.Pembentukan Autoantigen dan Autoantibodi (Sel tubuh dianggap sebagai
ancaman.)
3.Aktivasi Sel-T dan Sel-B Autoreaktif– (Sel-sel imun menyerang tubuh
sendiri.)
4.Produksi Sitokin Proinflamasi
(Pelepasan sitokin seperti TNF-α, IL-1, dan IL-6.)
5.Inflamasi Kronis
(Peradangan berkelanjutan pada jaringan)
6.Kerusakan Jaringan dan Organ
(Terjadi disfungsi atau kerusakan)
7.Manifestasi Klinis– (Munculnya gejala, bergantung pada organ yang
terkena.)

Terapi Non Farmakologi Autoimun
Latihan
Elektro Akupuntur
Terapi Psikologis
Terapi psikologis, seperti
psikoterapi kelompok, terapi
perilaku kognitif (CBT),
psikoedukasi, atau terapi kognitif
berbasis kesadaran (MBCT)
-Menerapkan pola hidup sehat
-Berolahraga secara teratur
-Mengembangkan teknik
manajemen stres, seperti meditasi
dan yoga
Elektroakupunktur adalah metode
pengobatan yang menggabungkan
akupunktur manual dengan
elektrostimulasi

Terapi Farmakologi
1.Kortikosteroid
- mengendalikan flare penyakit autoimun dan inflamasi. Mereka bekerja cepat dengan menekan
sistem imun.
- Contoh: Prednison, Metilprednisolon, Deksametason
- Mekanisme Kerja: Menghambat faktor transkripsi (seperti NF-kB) yang menginduksi produksi
sitokin pro-inflamasi (IL-1, IL-6, TNF-α). Kortikosteroid juga mengurangi aktivitas limfosit T dan B.
- Dosis:Prednison: 5–60 mg per hari, tergantung kondisi.Metilprednisolon: 0,5–1 g IV/hari (terapi
pulsasi pada kasus berat).Deksametason: 4–20 mg/hari, digunakan pada edema serebral atau
kondisi berat lainnya.
- Indikasi:Rheumatoid arthritis (RA): Mengurangi gejala sementara saat menunggu obat
imunosupresif bekerja.SLE: Mengontrol nefritis lupus dan manifestasi sistemik.Multiple sclerosis
(MS): Mengurangi durasi relaps akut.
- Efek Samping: Osteoporosis, hipertensi, diabetes, penekanan adrenal, dan peningkatan risiko
infeksi.
- Pemantauan: Kontrol tekanan darah, kadar gula, dan kepadatan tulang.

2.Imunosupresan Non-Spesifik
a) Azathioprine (Imuran)
- Mekanisme Kerja: Mengganggu sintesis purin, yang penting bagi proliferasi limfosit.
- Dosis: 1–3 mg/kg/hari per oral.
- Indikasi: SLE, penyakit Crohn, dan transplantasi organ.
- Efek Samping: Mual, muntah, risiko penekanan sumsum tulang, hepatotoksisitas, dan infeksi.
- Pemantauan: Pemeriksaan fungsi hati dan darah rutin.
b).Methotrexate (MTX)
- Mekanisme Kerja: Menghambat enzim dihidrofolat reduktase, mengurangi proliferasi sel imun.
Juga meningkatkan pelepasan adenosin, yang bersifat anti-inflamasi.
- Dosis: 7,5–25 mg per minggu per oral atau subkutan.
- Indikasi: RA, psoriasis, dan lupus.
- Efek Samping: Hepatotoksisitas, ulkus mulut, dan penekanan sumsum tulang.
- Pemantauan: Pemeriksaan fungsi hati, hitung darah lengkap, dan pemberian asam folat untuk
mencegah efek samping.

3.Terapi Biologis (Targeted Therapy
a) Anti-TNF-α
- Contoh: Infliximab, Adalimumab, Etanercept.
- Mekanisme Kerja: Menghambat TNF-α, yang berperan penting dalam proses inflamasi.
- Dosis:Infliximab: 5 mg/kg IV setiap 8 minggu.Adalimumab: 40 mg subkutan setiap 2 minggu.
- Indikasi: RA, penyakit Crohn, ankylosing spondylitis, psoriasis.
- Efek Samping: Infeksi serius (misalnya tuberkulosis laten), reaksi di tempat suntikan, dan
peningkatan risiko keganasan.
b).Anti-IL-6 (Tocilizumab)
- Mekanisme Kerja: Menghambat reseptor IL-6, sitokin yang terlibat dalam inflamasi kronis dan
respons autoimun.
- Dosis: 8 mg/kg IV setiap 4 minggu.
- Indikasi: RA, penyakit Still.
- Efek Samping: Risiko infeksi, peningkatan kadar lipid dan enzim hati.
- Pemantauan: Pemeriksaan lipid dan fungsi hati secara berkala.

4.Inhibitor JAK (Janus Kinase Inhibitors
- JAK inhibitor menghambat jalur sinyal yang penting untuk sitokin inflamasi.
- Contoh: Tofacitinib, Baricitinib, Upadacitinib.
- Mekanisme Kerja: Menghambat aktivitas enzim JAK, yang mentransmisikan sinyal dari sitokin ke
inti sel, mengurangi aktivitas sel imun.
- Dosis: Tofacitinib: 5 mg dua kali sehari.Baricitinib: 2–4 mg per hari.
- Indikasi: RA, kolitis ulseratif, psoriasis.
- Efek Samping: Infeksi (termasuk herpes zoster), trombosis, peningkatan kadar lipid.
- Pemantauan: Hitung darah lengkap dan profil lipid secara rutin.
5.Antimalaria (Hydroxychloroquine)
- Mekanisme Kerja: Mengurangi presentasi antigen dan menghambat produksi sitokin. Juga
memperbaiki fungsi endotel dan mengurangi pembentukan trombus.
- Dosis: 200–400 mg/hari per oral.Indikasi: SLE, RA.
- Efek Samping: Retinopati, mual, diare.
- Pemantauan: Pemeriksaan mata secara berkala untuk mencegah kerusakan retina.

6.Penghambat Kalsineurin
- Contoh: Siklosporin, Tacrolimus.
- Mekanisme Kerja: Menghambat kalsineurin, yang diperlukan untuk aktivasi sel T.
- Dosis:Siklosporin: 2,5–5 mg/kg/hari.Tacrolimus: 0,1–0,2 mg/kg/hari.
- Indikasi: Psoriasis, lupus nefritis, pemfigus vulgaris.
- Efek Samping: Nefrotoksisitas, hipertensi, tremor.
- Pemantauan: Fungsi ginjal dan tekanan darah.
7.Intravenous Immunoglobulin (IVIG)
- Mekanisme Kerja: Menetralkan autoantibodi dan mengurangi aktivasi sel imun.
- Dosis: 1–2 g/kg IV selama 2–5 hari.
- Indikasi: Guillain-Barré syndrome, lupus berat, dermatomiositis.
- Efek Samping: Demam, sakit kepala, reaksi alergi.
- Pemantauan: Fungsi ginjal selama terapi.

8.Plasmaferesis
- Plasmaferesis digunakan untuk mengeluarkan autoantibodi dari darah.
- Mekanisme Kerja: Memisahkan plasma (yang mengandung autoantibodi) dan menggantinya
dengan plasma donor atau larutan salin.
- Dosis: Dilakukan dalam beberapa sesi sesuai kebutuhan klinis.
- Indikasi: Myasthenia gravis, sindrom antifosfolipid, dan lupus berat.
- Efek Samping: Infeksi, ketidakseimbangan elektrolit
•Terapi farmakologis pada penyakit autoimun membutuhkan pendekatan individual berdasarkan
jenis dan tingkat keparahan penyakit.
* Kombinasi kortikosteroid, imunosupresan, dan terapi biologis sering digunakan untuk mencapai
remisi dan mencegah flare. Namun, karena banyak dari obat ini menekan sistem imun, pemantauan
ketat diperlukan untuk mengurangi risiko efek samping dan komplikasi seperti infeksi.
•Pemilihan obat harus mempertimbangkan kondisi pasien, riwayat penyakit, dan respons terhadap
terapi sebelumnya.

catatan penting
Penatalaksanaan harus disesuaikan dengan jenis penyakit
autoimun spesifik
1.
Setiap pasien memerlukan pendekatan individual2.
Pengobatan harus di bawah pengawasan dokter spesialis3.
Monitoring efek samping obat sangat penting4.
Dukungan keluarga dan lingkungan berperan penting
dalam keberhasilan terapi
5.

Diet Sehat dan Anti-inflamasi: Konsumsi makanan kaya antioksidan
dan omega-3 (seperti ikan salmon dan sayuran hijau) dapat membantu
mengurangi peradangan.
Pengelolaan Stres
Konsumsi Suplemen vitamin D dapat mendukung fungsi sistem imun,
dan tambahan konsumsi probiotik
Aktivitas Fisik Teratur
Berhenti Merokok dan Konsumsi Alkohol Secara Moderat
Vaksinasi Tepat Waktu
UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT AUTOIMUN

REFERENSI:
American College of Rheumatology Guidelines (2020) "Guideline for the Management of
Rheumatoid Arthritis"
Wang L, et al. (2021) "Current Advances in Systemic Autoimmune Disease Treatment" Nature
Reviews Rheumatology
EULAR recommendations for the management of systemic lupus erythematosus (2019)
Kumar P, Clark M. Clinical Medicine, 10th edition (2020)
Harrison's Principles of Internal Medicine, 20th edition (2018)
Panduan Praktik Klinis (PPK) Dokter Primer, 2014
May dkk., 2021, Tinjaua Pustaka Patogenesis dan Diagnosis Sistemik Lupus Eritematosus, Vol
11., Syifa MEDIKA
The treatment strategies of autoimmune disease may need a different approach from
conventional protocol: A review.Indian journal of pharmacology.National of Medicine(2012
Nov-Dec; 44(6): 665–671. doi: 10.4103/0253-7613.103235

THANKS!
DO YOU HAVE ANY QUESTIONS?
Tags