LAPORAN KASUS UJIAN
F25.0 SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK
Dokter Penguji:
dr. M. Riza Syah, Sp.KJ (K), MARS
Dr. dr. Suzy Yusna Dewi, Sp.KJ (K), MARS
Disusun oleh:
2010221018 – Amalia Shinta Ayunani
KEPANITERAAN STASE ILMU PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT DR. SOEHARTO HEERDJAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ”VETERAN” JAKARTA
PERIODE 14 JUNI 2021 – 10 JULI 2021
PENGESAHAN
Laporan kasus ujian diajukan oleh
Nama : Amalia Shinta Ayunani
NIM : 2010221018
Program studi: Profesi dokter
Judul Journal: F25.0 Skizoafektif Tipe Manik
Laporan kasus ini telah dikoreksi dan direvisi oleh penguji sebagai syarat yang
diperlukan untuk kelulusan kepaniteraan klinik Psikiatri Program Studi Profesi
Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta.
Penguji,
Dr.dr. Suzy Y. Dewi, Sp. KJ (K), MARSDr. M. Riza Syah, Sp.KJ(K),MARS
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 8 Juli 2021
STATUS PSIKIATRI
Nama : Amalia Shinta Ayunani NIM : 2010221018
Dokter Penguji :
Dr. dr. Suzy Y Dewi, Sp.KJ (K), MARS
dr. M. Riza Syah, Sp.KJ(K), MARS
Tanda Tangan:
Tanda Tangan:
I.Identitas Pasien
Nama : Tn. GS
Tempat/Tgl Lahir: Jakarta, 12 April 1986
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : D1 Teologi
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan: Belum menikah
Bangsa/Suku : Indonesia/Batak
Alamat : Jatibening, Bekasi
Masuk RS tanggal: 1 Juli 2021, Jam 02:00 WIB
Ruang perawatan : Bangsal Nuri
Rujukan/datang sendiri/keluarga: Datang atas permintaan sendiri tanpa
didampingi pihak keluarga. Kemudian ayah pasien menyusul.
Nama Penanggungjawab
Nama : Tn. LS (Ayah)
Alamat : Jatibening, Bekasi
Pekerjaan : Wiraswasta
II.Riwayat Psikiatrik
Autoanamnesis
Pada 3 Juli 2021 di bangsal Nuri pada jam 16.00 WIB, Rumah Sakit
Jiwa Soeharto Heerdjan
1
Pada 5 Juli 2021 di bangsal Nuri pada jam 10.00 WIB Rumah Sakit
Jiwa Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis
Pada 4 Juli 2021 melelaui telefon dengan ayah pasien pada jam
10.00 WIB.
Pada 5 Juli 2021 melelaui telefon dengan ayah pasien pada jam
09.00 WIB.
A.Keluhan Utama
Pasien datang seorang diri ke RSJSH pukul 00.00 WIB (1 Juli 2021)
karena ingin berobat. Pasien pergi dari rumahnya dengan membawa buku
tabungan Ayah pasien. Setelah sampai di IGD Pasien kemudian meminta
bantuan kepada satpam untuk menelfon Ayahnya. Ayah pasien kemudian
datang menyusul.
B.Riwayat Gangguan Sekarang
Autoanamnesis
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke RSJ Soeharto Heerdjan
atas keinginannya sendiri pada pukul 00.00 WIB. Pasien menempuh
perjalanan sendiri dari tempat tinggalnya di daerah Bekasi hingga ke RSJSH
dengan menggunakan transportasi umum. Pasien mengaku datang karena
ingin mencari pertolongan akibat ketidaknyamanan yang Ia rasakan.
Pasien mengaku bahwa Ia baru saja menemukan rekening koran dan
sebuah deposito milik Ayahnya pada hari ke 3 SMRS (28 Juni 2021). Pasien
merasa yakin bahwa apa yang Ia temukan merupakan hak warisnya. Ia
sangat yakin bahwa Ayahnya telah memanipulasi hak waris yang Ia miliki.
Hal tersebut dirasakan sangat mengganggu pikiran pasien dalam beberapa
waktu terakhir sehingga Ia memutuskan untuk datang ke RSJ Soeharto
Heerdjan dengan harapan agar masalahnya dapat terselesaikan. Puncaknya
pada tanggal 30 Juni 2021 (1 hari SMRS) pasien mengambil buku rekening
koran milik Ayah pasien dan membawanya pergi ke RSJ Soeharto Heerdjan
(30 Juni 2021).
2
Setelah sampai, pasien ditangani di IGD RSJ Soeharto Heerdjan (1
Juli 2021). Pasien diberikan suntikan Haloperidol untuk menstabilkan
kondisinya. Beberapa saat kemudian Ayah pasien datang. Setelah
pengurusan administrasi selesai dilakukan, pasien dipindahkan ke bangsal
Nuri. Karena kondisi pasien gelisah, Ia ditempatkan di ruangan isolasi
bangsal Nuri. Setelah kondisi pasien stabil, pasien kemudian dipindahkan ke
ruangan berisi 3 orang pasien. Pasien masih melakukan perawatan hingga
saat ini di bangsal Nuri (3 Juli 2021).
Pasien menjelaskan beberapa minggu sebelum gejala timbul, terdapat
peningkatan jumlah aktivitas fisik dan frekuensi berbicara. Pasien juga
mengeluhkan waktu tidur yang terganggu sehingga Ia sering terjaga hingga
larut malam dan terlambat bangun esok harinya. Pasien menjelaskan bahwa
aktivitasnya sehari-hari selain mengerjakan pekerjaan rumah adalah
menonton TV. Ketika keluhan muncul, pasien mengaku tidak berhenti
menonton televisi selama lebih dari 12 jam per hari. Ia juga tidak tahu betul
acara apa yang Ia saksikan. Ia hanya mengganti-ganti channel karena bosan.
Pasien juga mengeluhkan bahwa akhir-akhir ini Ia mengalami peningkatan
hasrat seksual. Untuk memenuhi dorongan seksual yang kuat, pasien
melakukan mastrubasi dalam frekuensi yang sering. Hal tersebut juga
dirasakan mengganggu oleh Pasien. Selain itu Pasien juga mengelukan
adanya peningkatan nafsu makan akibat aktivitas fisik yang meningkat
tersebut. Ia sering terbangun di tengah malam karena kelaparan dan
memutuskan untuk makan di tengah malam.
Saat ini pasien mengaku bahwa dirinya tidak mendengar bisikan-
bisikan suara di telinganya. Namun Pasien menjelaskan bahwa Ia memang
sering mendengar bisikan sebelumnya. Bisikan tersebut mengajaknya
melakukan hal-hal kurang baik. Ia juga menceritakan hal tersebut kepada
Ayahnya. Setelah mendapat pengarahan dari Ayahnya, Pasien berusaha
mengabaikan bisikan-bisikan yang ada di telinganya. Jika bisikan-bisikan
itu muncul, Pasien akan mencari teman berbicara atau melakukan aktivitas
tertentu agar ia tidak terfokus kepada bisikan-bisikan yang ada.
3
Pasien sebelumnya juga rutin berobat jalan di beberapa rumah sakit.
Riwayat pengobatan terakhir adalah di RSCM pada tahun 2019 akibat
keluhan serupa. Pasien menyebutkan bahwa pada saat itu semangatnya
dalam melakukan aktivitas fisik sangatlah tinggi, ia dapat menonton televisi
selama 24 jam tanpa henti dan ia juga tidak bisa tidur selama 3 hari. Pasien
mendapatkan beberapa obat seperti Risperidone, Depakote, dan Abilify.
Ayah pasien menyebutkan bahwa beberapa waktu terakhir ini Ia tidak lagi
mengontrol pemberian obat kepada anaknya. Ayah Pasien juga
menyebutkan bawa anaknya sempat mengeluh bosan minum obat dan takut
terhadap efek samping obat terutama pada obat Depakote karena ukurannya
yang besar. Ayah pasien tidak mengetahui secara pasti apakah obat-obatan
tersebut benar-benar diminum oleh pasien secara teratur atau tidak.
Pasien menyebutkan bahwa selama beberapa waktu terakhir sebelum
timbulnya gejala, Pasien tidak mengalami penyakit yang serius baik akibat
trauma, infeksi, gangguan metabolik, maupun penyebab yang lain. Pasien
juga menyebutkan bahwa Ia tidak sedang mengonsumsi obat-obatan
terlarang ataupun zat psikoaktif lainnya dalam waktu dekat. Hal tersebut
juga dikonfirmasi oleh Ayah Pasien. Bahkan Ayah Pasien menjelaskan
bahwa pasien tidak memiliki kebiasaan merokok.
C.Riwayat Gangguan Sebelumnya
1.Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien mulai mengalami gangguan dalam bidang akademik pada saat
ia berkuliah (2007). Pasien mengaku bahwa Ia banyak memikirkan tentang
perceraian Ayah dan Ibunya yang terjadi pada saat ia berusia 12 tahun.
Setelah putus kuliah, Pasien tidak memiliki aktivitas tetap. Pasien hanya
menghabiskan uang yang diberikan Ayahnya.
Meskipun Pasien tinggal serumah dengan Ayahnya, namun Pasien
memiliki hubungan yang kurang baik. Ia terus merasa curiga jika Ayahnya
akan mengambil harta warisannya. Ia juga merasa bahwa Ayahnya tidak
mau mengakuinya sebagai anak kandung. Hal tersebut sering sekali Ia
sampaikan kepada keluarga besar Ayahnya. Ayah Pasien menjelaskan
4
bahwa jika keinginan Pasien tidak terpenuhi Ia akan kabur dari rumah
menuju ke rumah kerabat ayahnya dan membuat ‘ulah’. Pasien juga sering
mencuri uang milik Ayahnya. Uang yang Ia curi tersebut kemudian
digunakan untuk membeli tiket perjalanan ke rumah kerabat Ayah Pasien
tersebut.
Pasien juga sempat meyakini bahwa ada salah seorang tetangganya,
berjenis kelamin wanita yang tertarik kepadanya. Hal tersebut membuat
Pasien menjadi senang dan bersemangat. Namun setelah mendapati
kenyataan bahwa perempuan tersebut tidak benar-benar menyukainya,
Pasien menjadi emosi. Sebagai pelampiasan emosi, Pasien kemudian
melemparkan kotoran pada rumah perempuan yang Ia sukai tersebut.
Pasien berobat di Sanatorium Medan pada tahun 2014 selama satu
tahun empat bulan. Pasien kemudian berpindah kota dan melanjutkan
pengobatan di kota yang baru. Pasien sempat berobat jalan di beberapa
rumah sakit (RSUD Bekasi, RS Harum Medika, RSIJ Pondok Kopi, dan
RSPAD Gatot Subroto) untuk melakukan pengobatan psikatri. Pasien
sempat beberapa kali di rawat di rumah sakit. Pada tahun 2016, pasien
dirawat di RSJ Darma Graha BSD selama 20 hari. Kemudian paisen
kemballi di rawat pada tahun berikutnya di RS Duren Sawit selama 17 hari.
Selanjutnya Pasien di titipkan oleh keluarga ke Yayasan Obor Kasih selama
1 tahun 6 bulan. Setelah selesai melakukan pengobatan, pasien kemudian
tinggal bersama ayah kandungnya.
Pasien memang memiliki keinginan untuk melakukan pengobatan di
RSJ Soeharto Heerdjan sejak lama. Ia sempat mendengar dari teman-
temannya bahwa RSJ Soeharto Heerdjan memiliki sistem rehabilitasi yang
cukup baik sehingga Ia berinisiatif untuk memindahkan rujukan BPJSnya
agar dapat berobat di RSH Soeharto Heerdjan.
5
2.Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak pernah mengalami sakit yang serius saat kecil. Pasien
tidak memiliki riwayat hipertensi, riwayat diabetes, alergi obat, trauma,
kecelakaan, kejang, dan epilepsi.
Pasien pernah dirawat di RSCM pada tahun 2019 karena mengalami
hipokalemia. Perwatan dilakukan selama 7 hari di ruang HCU, kemudian
kondisi pasien kembali membaik. Hingga saat ini pasien tidak pernah lagi
mengalami kondisi serupa. Keluarga pasien mengatakan bahwa keluhan
seperti demam tinggi, kejang, pingsan, trauma kepala, ataupun penyakit
berat lainya disangkal.
3.Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengonsumsi alkohol
maupun obat-obatan terlarang/Narkoba. Pasien juga tidak memiliki
kebiasaan merokok. Hal tersebut telah dikonfirmasi kepada keluarga Pasien.
Sebelum timbulnya gejala, Pasien juga menyebutkan bahwa Ia sama sekali
tidak mengonsumsi alkohol, rokok, atau zat psikoaktif lainnya.
4.Riwayat Perjalanan Psikiatrik
6
2014
Pasien dibawa
berobat di
Sanatorium
Medan selama
1 tahun 4 bulan
2016
Pasien di
Rawat di
RSIJ
Pondok
Kopi
selama
18 hari
September
2016
Pasien
dirawat di
RS Darma
Graha BSD
selama 20
hari
Agustus
2017
Pasien
dirawat
di RS
Duren
Sawit
17 hari
2018
Pasien
dirawat di
Yayasan
obor kasih
selama 1
tahun 7
bulan
2019
Pasien
dirawat
di
RSCM
selama
12 hari
Pasien dirawat
di RSJSH pada
tanggal 1 Juli
2021
D.Riwayat Kehidupan Pribadi
1.Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien dilahirkan secara normal. Pasien merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara. Riwayat kesehatan ibu pasien baik selama hamil.
Pasien lahir spontan, cukup bulan, lahir langsung menangis, tidak ada
komplikasi kehamilan, trauma, maupun cacat bawaan lahir.
2.Riwayat Perkembangan Fisik
Pasien tidak mengalami kelainan, perkembangan pasien baik secara
berat badan dan tinggi badan sesuai menurut anak seusianya.
3.Riwayat Perkembangan Kepribadian
a.Masa Kanak-kanak (0 – 3 tahun)
Pasien lahir normal, Pasien diberikan ASI, Pasien tumbuh seperti
anak seusianya.
b.Masa Kanak Pertengahan (3 – 11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai anak seusianya. Pasien
mampu bersosialisasi dengan baik dan memiliki nilai akademik
yang cukup memuaskan. Namun, pada akhir usia kanak
pertengahan (10-11 tahun) pasien mengalami konflik dengan
teman sebayanya. Ia merasa bahwa ada teman yang menghasut
dan menjelek-jelekkannya sehingga Ia kehilangan teman bermain.
Pasien mengaku setelah itu Ia tidak lagi memiliki teman dekat.
Pada masa ini, Ayah dan Ibu Pasien bercerai. Pasien kemudian
tinggal bersama Ibu.
c.Masa Kanak Akhir (Pubertas dan Remaja)
Selama remaja pasien mengaku tidak memiliki permasalahan yang
serius dengan teman-temannya di sekolah. Pasien juga mengaku
bahwa Ia sempat aktif dalam kegiatan OSIS. Selain itu, Pasien
sempat menceritakan bahwa Ia merupakan ketua geng pada saat
SMA dan memiliki banyak teman. Namun menurut Ayah Pasien
cerita tersebut tidaklah benar karena pasien cenderung sulit
bergaul.
7
4.Riwayat Pendidikan
Pasien lulus TK, SD, SMP, dan SMA. Pasien kemudian melanjutkan
Pendidikan D1 jurusan Teologi namun Pendidikan tersebut tidak
terselesaikan. Pasien berhenti melanjutkan pendidikan pada semester 3.
Keluarga pasien menyebutkan bahwa pasien memiliki kekecewaan
terhadap lingkungan sekitarnya ketika Ia berkuliah. Teman-teman
kuliah di jurusan teologi yang Ia harapkan merupakan pribadi yang
baik justru malah membully-nya. Selain itu Pasien juga kecewa karena
Ia tertarik dengan salah seorang mahasiswi disana namun mahasiswi
tersebut tidak memberikan respon seperti yang Ia harapkan. Hal
tersebut membuat pasien memutuskan tidak meneruskan
pendidikannya.
5.Riwayat Pekerjaan
Pasien belum pernah memiliki pengalaman bekerja secara formal.
Namun Pasien sempat beberapa kali diberikan kesempatan menjaga
toko kelontong milik keluarga. Ayah Pasien menyebutkan bahwa
Pasien merupakan pribadi yang optimis. Ia memiliki banyak ide untuk
mengembangkan usaha keluarganya. Pasien merasa sangat ingin
merdeka secara finansial. Ia mengharapkan agar rumah warisannya
dapat dijual atau digadaikan sebagai modal usaha agar Ia dapat hidup
mandiri.
6.Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen. Ia mengaku gemar membaca alkitab dan
menyaksikan siaran kerohanian di televisi. Pasien jarang datang ke
gereja semenjak kondisi pandemi. Ayah pasien menyebutkan bahwa
Pasien merasa sebagai hamba Tuhan yang terpilih untuk masuk surga
nantinya. Karena kepatuhan pasien dalam menjalankan ibadah, Ayah
Pasien yakin bahwa anaknya tidak pernah merasa sakit atau berputus
asa dengan kondisi yang ia alami saat ini.
7.Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat dalam permasalahan hukum.
8
8.Kehidupan sosial dan perkawinan
Pasien belum pernah menikah. Saat ini pasien tinggal berdua dengan
Ayahnya.
E.Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien memiliki satu
orang kakak kandung perempuan dan satu orang adik tiri perempuan. Ayah dan
Ibu Pasien berpisah saat pasien berusia belasan tahun. Setelah proses perceraian
Pasien kemudian tinggal bersama Ibu kandung dan Ayah tiri pasien. Sempat
terdapat konflik antara pasien dengan Ayah tirinya karena pasien khawatir jika
hak warisnya akan direbut. Karena konflik tersebut, akhirnya Ayah tiri Pasien
meninggalkan rumah. Setelah kejadian tersebut, Pasien diasuh oleh Ayah
kandungnya. Ayahnya sempat beberapa kali membawa Pasien berobat ke panti
rehabilitasi maupun rumah sakit jiwa di beberapa kota berbeda.
Pasien juga terus menerus dibayangi oleh pemikiran bahwa Ayahnya tidak
mengakuinya sebagai seorang anak kandung. Ia merasa bahwa Ayahnya bersikap
terlalu otoriter dan cuek. Ia juga merasa bahwa Ia tidak mendapatkan kasih sayang
selayaknya seorang anak kandung. Karena pergolakan tersebut terus terjadi,
akhirnya keluarga pasien memutuskan untuk melakukan tes DNA. Hasil tes DNA
menunjukkan bahwa Pasien merupakan anak kandung dari Ayahnya. Namun,
setelah hasil pemeriksaan keluar pasien tetap merasa belum puas. Ia tetap
berpikiran kalau Ayahnya tidak mau menerima dan memperlakukannya dengan
baik seperti anak kandung. Pasien juga merasa diterlantarkan dan tidak dipenuhi
hak-haknya. Pasien juga yakin bahwa harta warisan yang seharusnya Ia dapatkan
telah dicuri oleh Ayahnya dan dipergunakan untuk keperluan pribadi Ayahnya.
9
Gambar 1. Genogram Tn.GS
: Laki-laki : Perempuan : Tinggal Serumah
: Pasien : Bercerai
III.Status Mental (Pemeriksaan tanggal 29 Maret 2021 pukul 11.00)
A.Deskripsi Umum
1.Penampilan Umum :
Pasien laki-laki usia 35 tahun, kulit putih, berambut lurus, tampak
terawat, bersih dan tampak sesuai dengan usianya. Pada saat wawancara
pasien menggunakan baju seragam pasien RSJSH berwarna biru muda
dan menggunakan sendal jepit. Pasien menunjukkan sikap sedikit
gelisah, namun tetap kooperatif saat diwawancara.
2.Kesadaran : Compos mentis
3.Perilaku dan aktivitas psikomotor
a)Sebelum wawancara : Pasien sedang berbincang dengan
perawat di bangsal untuk meminta jatah snack.
b)Selama wawancara : Pasien duduk di depan pemeriksa.
Pasien sesekali menatap wajah pemeriksa. Perhatian pasien dapat
10
terpusat ke pemeriksa pada saat diberikan pertanyaan. Pasien
mampu menjawab pertanyaan pemeriksa.
c)Sesudah wawancara : Pasien tetap duduk di sofa yang
tersedia didalam bangsal Nuri
4.Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
5.Pembicaraan
a)Cara berbicara : Pasien berbicara spontan, lancar,
artikulasi jelas, intonasi volume keras, berbicara saat ditanya dan
kadang menceritakan hal lain, pasien juga kadang bertanya
kembali ke pemeriksa, mampu menjawab pertanyaan terbuka
maupun tertutup.
b)Gangguan berbicara : Tidak terdapat gangguan saat
berbicara
B.Alam Perasaan (Emosi)
1. Suasana perasaan (mood): Mania
2.Afek : Afek menyempit
3.Keserasian dengan afek: Serasi
C.Gangguan Persepsi
1.Halusinasi : Halusinasi auditori (Pasien mendengar bisikan-
bisikan yang menyuruhnya melakukan hal-hal yang tidak baik. Namun
pasien telah terbiasa mengabaikannya)
2.Ilusi : Tidak ada
3.Depersonalisasi: Tidak ada
4.Derealisasi : Tidak ada
11
D.Sensorium dan kognitif (Fungsi Intelektual)
Taraf Pendidikan D1 (Tidak selesai)
Pengetahuan Umum Baik (Pasien mengetahui nama presiden dan wakil presiden
saat ini)
Kecerdasan Baik (Pasien dapat berhitung dengan baik)
Konsentrasi dan
Perhatian
Baik (Pasien dapat menghitung 100 dikurang 7
lalu dikurang 7 lagi dan seterusnya), perhatian dapat
dipertahankan selama wawancara berlangsung
Orientasi
●Waktu
Baik (Pasien dapat membedakan pagi, siang, dan malam
hari serta mengetahui hari dan tanggal saat wawancara)
●Tempat
Baik (Pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ
Soeharto Heerdjan)
●Orang
Baik (Pasien mengetahui bahwa orang yang memberinya
snack adalah perawat).
Daya Ingat
●Jangka
Panjang
Baik (Pasien dapat mengingat alamat rumahnya)
●Jangka
Pendek
Baik (Pasien mengingat sudah makan siang dan mengingat
menu apa saja yang dimakan)
●Segera
Baik (Saat akhir wawancara, pasien masih mengingat nama
dokter muda)
Pikiran AbstraktifBaik (dapat menyebut persamaan apel dan jeruk)
Visuospasial Tidak terganggu (pasien dapat menggambar jam analog
pukul 11.00 dan menggambar bunga)
Kemampuan
Menolong Diri
Sendiri
Baik (Pasien bisa makan, minum, mandi, serta merawat
diri sendiri)
12
E.Proses Pikir
1.Arus pikir
a.Produktivitas: Baik (menjawab sesuai dengan pertanyaan
yang diajukan dan menceritakan hal yang lain serta mampu
menjawab pertanyaan terbuka dengan baik.)
b.Kontinuitas : Flights of idea (Permainan kata-kata atau
verbalisasi kontinu dan cepat yang menghasilkan perpindahan
konstan dari satu ide ke ide lain)
c.Hendaya bahasa: Tidak ada hendaya
2.Isi pikir
a.Waham :
Waham menetap (pasien memiliki keyakikan bahwa
Ayahnya tidak mau menerimanya sebagai anak kandung,
Pasien sering menyebutkan hal tersebut di hadapan
keluarga besar pasien dan kepada teman-temannya)
Waham kejar (pasien memiliki keyakinan bahwa
Ayahnya telah menyembunyikan sesuatu darinya. Ia
yakin jika Ayahnya telah mengambil harta warisan yang
merupakan haknya untuk dipergunakan sendiri.
Waham erotomania (pasien memiliki keyakinan bahwa
Ia dicintai oleh tetangga wanitanya. Namun karena
kecewa dengan kenyataan, Pasien kemudian melempari
rumah tetangganya tersebut dengan kotoran manusia)
b.Preokupasi : Pasien terus menerus mempertanyakan
statusnya sebagai anak kandung dari Ayahnya, Ia juga merasa
bahwa Ayahnya tidak memperlakukannya secara baik seperti
seorang anak kandung
c.Obsesi : Tidak ada
d.Kompulsi : Tidak ada
13
e.Fobia : Tidak ada
F.Pengendalian Impuls: Terganggu
G.Daya Nilai
a.Daya nilai sosial: Baik (pasien tidak pernah berbuat
kekerasan di rumah sakit kepada teman-temanya dan juga staf
rumah sakit)
b.Uji daya nilai : Terganggu (Analogi Dompet)
c.Penilaian Realitas: Terganggu (saat pemeriksaan dilakukan
terdapat waham)
H.Tilikan : Derajat 4 (Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan
namun tidak memahami penyebab penyakitnya)
I.Reliabilitas: Dapat dipercaya
IV.Pemeriksaan Fisik
Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Frekuensi nadi: 80x/menit
Frekuensi nafas: 18x/menit
Suhu : 36,4
O
C
Status Generalis
●Kulit : Putih, ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit baik, urtikaria (-)
●Kepala : Normocephali
●Mata : Pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+,
konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
●Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
14
●Telinga: Normal, nyeri tekan -/-, radang -/-
●Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1,
tonsil/faring hiperemis (-),
●Leher : teraba pembesaran KGB (-) dan pembesaran tiroid (-).
●Paru
Inspeksi: Bentuk dada simetris, retraksi (-)
Palpasi: Gerakan dada simetris
Perkusi: Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi: Suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
●Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi: Ictus cordis teraba
Perkusi: Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
●Abdomen
Inspeksi: Bentuk kurus
Palpasi: Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi: Timpani diseluruh lapang abdomen
Auskultasi: Normoperistaltik
●Ekstremitas: Akral hangat, udem (-), CRT < 2 detik.
Status Neurologis
●Saraf kranial: Dalam batas normal
●Refleks fisiologis: Dalam batas normal
●Refleks patologis: Tidak ada
15
●Motorik : Tidak terganggu
●Sensibilitas : Dalam batas normal
●Fungsi luhur : Tidak terganggu
●Gejala khusus (EPS): Akatinasia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting
tremor (-), distonia (-), tardive dyskinesia (-)
V.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap : dalam batas normal
16
VI.Ikhtisar Penemuan Bermakna
Pasien datang seorang diri ke RSJSH pukul 00.00 WIB karena ingin
berobat. Pasien pergi dari rumahnya dengan membawa buku tabungan Ayah
pasien. Beberapa saat kemudian Ayah pasien datang menyul pasien ke
RSJSH.
Pasien mengalami gangguan suasana perasaan yang dirasakan
meningkat sejak beberapa hari sebelum masuk rumah sakit. Perubahan
suasana perasaan pasien dirasakan dalam bentuk peningkatan jumlah aktivitas
fisik dan laju pembicaraan. Pasien juga mengeluhkan waktu tidur yang
terganggu sehingga Ia sering terjaga hingga larut malam dan terlambat
bangun esok harinya. Pasien menjelaskan bahwa aktivitasnya sehari-hari
selain mengerjakan pekerjaan rumah adalah menonton TV. Ketika keluhan
muncul, pasien mengaku tidak berhenti menonton televisi selama lebih dari
12 jam per hari. Pasien juga mengeluhkan bahwa akhir-akhir ini Ia
mengalami peningkatan hasrat seksual. Untuk memenuhi dorongan seksual
yang kuat, pasien melakukan mastrubasi dalam frekuensi yang sering. Hal
tersebut juga dirasakan mengganggu oleh Pasien. Selain itu Pasien juga
mengelukan adanya peningkatan nafsu makan akibat aktivitas fisik yang
meningkat tersebut. Ia sering terbangun di tengah malam karena kelaparan
dan memutuskan untuk makan di tengah malam.
VII.Formulasi Diagnostik
1.Axis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi
Fokus Perhatian Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat
digolongkan kedalam:
1.Gangguan kejiwaan karena adanya:
Adanya Distress / penderitaan : Kondisi peningkatan mood
yang berlebih dan menetap menyebabkan pasien lelah. Pasien
juga merasa terganggu karena gairah seksualnya meningkat
dalam beberapa waktu belakangan ini.
17
Adanya disabilitas/hendaya : gangguan fungsi, dimana pasien
mengaku sulit tidur, jam tidurnya berkurang sehingga Ia
merasa kurang nyaman keesokan harinya. Menurut laporan
keluarga pasien, terdapat hendaya dalam melakukan aktivitas
rutin harian dirumah seperti beres-beres dan memasak.
2.Bukan merupakan gangguan organik karena:
Tidak ada gangguan jiwa yang disebabkan oleh penyakit
organik (penyakit metabolik, infeksi, neoplasma)
Tidak ada gangguan kesadaran neurologik
3.Bukan merupakan gangguan organik karena:
Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat atau riwayat
konsumsi NAPZA
Onset keluhan dan gejala tidak berkaitan dengan intoksikasi
ataupun putus zat
4.Gangguan psikotik
Karena adanya hendaya dalam menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya waham menetap (pasien memiliki
keyakikan bahwa Ayahnya tidak mau menerimanya sebagai anak
kandung), waham paranoid (Pasien khawatir jika Ayahnya akan
mengambil hak waris yang dimilikinya) dan waham erotomania
(Pasien yakin kalua tetangga wanitanya menyukainya). Pasien juga
mengalami halusinasi auditorik (bisikan suara yang menyuruhnya
melakukan hal-hal yang tidak baik)
5.Gangguan ini termasuk Gangguan skizoafektif tipe manik, karena :
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik menurut PPDGJ-III
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe
manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan
sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang tidak begitu menonjol dikombinasikan dengan iritabiliitas
atau kegilisahan yang memuncak
18
Dalam episode yang sama harus jelas sedikitnya satu atau lebih
baik lagi dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkan untuk skizofrenia, F20.- pedoman diagnostik (a)
sampai (d)
Kriteria Umum Skizofrenia menurut PPDGJ-III
Harus ada sedikitnya satu gejala ini yang amat jelas
a.Thought echo: isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda
b.Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam dirinya atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu diluar dirinya
c.Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain mengetahuinya
d.Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu atau dari luar
e.Delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu atau dari luar
f.Delussion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar
g.Delusional perception: pengalaman indranya tidak wajar,
biasnaya bersifat mistik atau mukjizat.
h.Halusinasi auditorik
i.Waham-waham menetap jenis lainya
Harus ada sedikitnya dua gejala dibawah ini yang selalu ada
secara jelas
a.Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
b.Arus pikir terputus atau mengalami sisipan, yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan tidak relevan atau
neologisme
19
c.Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi
tubuh tertentu, atau flexibilitas sera, negativisme, mutisme,
dan stupor
Adanya gejala khas tersebut diatas berlangsung kurun waktu
satu bulan atau lebih
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermaknna
dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek pribadi yang
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak betujuan,
tidak berbuat sesuatu, larut dalam diri sendiri dan penarikan diri
secara sosial.
2.Axis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Z 03.2 Tidak ada diagnosis
3.Aksis III : Kondisi Medik Umum
Tidak ada diagnosis
4.Akisis IV : Problem pribadi dan lingkungan
Masalah dengan keluarga inti dan keluarga besar
5.Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current: 50-41 (gejala serius, disabilitas serius dalam fungsi
sosial, okupasional, atau bersekolah)
GAF HLPY : 50-41 (gejala serius, disabilitas serius dalam fungsi
sosial, okupasional, atau bersekolah)
VIII.Diagnosis Multiaksial
Aksis I: F 20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II: Z 03.2 Tidak ada diagnosis
Aksis III: Tidak ada diagnosis
Aksis IV: Masalah keluarga dan psikososial
Aksis V:
GAF current: 50-41 (gejala serius, disabilitas serius dalam fungsi sosial,
okupasional, atau bersekolah)
GAF HLPY: 50-41 (gejala serius, disabilitas serius dalam fungsi sosial,
okupasional, atau bersekolah)
20
IX.Daftar Masalah
a)Organobiologik: Tidak ditemukan kelainan organik pada pasien dan
tidak ditemukan faktor herediter pada pasien
b)Psikiatrik: Terjadi peningkatan dalam jumlah aktivitas fisik dan
frekuensi berbicara, terjadi peningkatan hasrat seksual pada pasien yang
dirasakan mengganggu, saat ini tidak terdapat halusinasi auditorik
maupun visual, terdapat gejala waham menetap, waham paranoid, dan
waham erotomania. Daya nilai realitas pasien terganggu.
c)Sosial/ Keluarga : Hubungan dengan anggota keluarga kurang baik.
Meskipun pasien tinggal bersama Ayah, namun pasien terus menerus
merasa curiga kepada Ayahnya. Pasien juga tidak memiliki hubungan
yang baik dengan Ibu kandungnya. Hubungan psikososial dengan
lingkungan terganggu. Pasien tidak memiliki banyak teman, terlebih
dengan kondisi pandemi saat ini sehingga pasien lebih banyak
beraktivitas didalam rumah.
X.Terapi
A.Rawat inap
Dengan indikasi :
Pasien tidak dapat mengendalikan impulsnya untuk pergi dari
rumah. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan membahayakan
keselamatan pasien
Mencegah munculnya gejala yang lebih berat.
Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan.
Riwayat gejala serupa.
B.Psikofarmaka
1.Apiprazole 1x 15 mg PO
Merupakan agonis parsial reseptor D2. Kerjanya berbeda dengan obat
serotonin-dopamin antagonis yang tersedia saat ini. Karena kerjanya
21
yang parsial agonis pada D 2, efek samping EPS dan
hiperprolaktinemianya hamper tidak ada. Apiprazol juga berefek
parsial agonis pada 5HT1A lebih kuat jika dibandingkan dengan efek
antagonisnya terhadap 5HT2A tetapi kurang kuat bila dibandingkan
dengan reseptor D2
2.Natrium divalproate 1x 500mg
Mood stabilizer adalah kelompok obat yang terutama dipergunakan
untuk penanganan fluktuasi mood (alam perasaan) yang terjadi pada
gangguan skizoafektif. Dikatakan cukup efektif untuk mengatasi
mania akut namun kurang efektif untuk mengatasi gejala depresi
C. Non-medikamentosa
1.Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien:
Ventilasi: Pasien diberi kesempatan untuk mencurahkan isi
hatinya.
Sugesti: Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala
gangguannya akan berkurang atau dapat dikendalikan dan
memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali
beraktivitas seperti sebelum sakit dan menjelaskan kepada
pasien apa yang akan terjadi jika obat tidak diminum.
Reassureance: Memberitahukan kepada pasien bahwa minum
obat sangat penting untuk menstabilkan kondisinya, mengatasi
gejala penyakit yang timbul dan memotivasi pasien untuk rajin
minum obat secara teratur.
2.Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan di RSJSH seperti kegiatan
terapi aktivitas kelompok.
Menganjurkan pasien untuk bersosialisasi dengan pasien lain
Observasi efek samping obat
3.Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga
Psikoedukasi bertujuan untuk mendukung terapi pasien,
membantu pasien dalam menemukan cara mengatasi masalahnya,
22
dan mencegah timbulnya gejala yang sama saat pasien mendapat
stressor psikologis.
a.Edukasi terhadap pasien:
Edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang dideritanya,
gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan, dan
resiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan
segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian
hari.
Memotivasi pasien untuk berobat teratur.
Memotivasi pasien untuk mau melakukan aktivitas rutin lagi
baik di rumah maupun melakukan pekerjaan lain yang bisa
dilakukanya.
b.Edukasi terhadap keluarga:
Edukasi keluarga mengenai penyakit pasien, gejala, faktor-
faktor pemicu, pengobatan, dan risiko kekambuhan di
kemudian hari.
Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum
obat agar keluarga pasien dapat membantu mengontrol
kepatuhan pasien saat minum obat
Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pasien agar tidak memicu
timbulnya gejala pada pasien.
Memotivasi keluarga untuk bisa berperan dalam pengawasan
pasien, memberikan pengertian bahwa dukungan keluarga
terhadap pasien akan membantu kesembuhan pasien secara
optimal.
XI.Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam (Tidak ada GMO, ide untuk bunuh
diri sudah mullai mereda, dan tidak ada perilaku yang
membahayakan diri sendiri)
23
Quo ad functionam: dubia ad bonam (Selama minum obat, gejala dapat
kurang terkontrol, dan dapat melakukan aktivitas
sehari-hari)
Quo ad sanationam: dubia ad malam (Karena pasien sering merasa Lelah
dan khawatir terhadap efek samping obat yang
diberikan sehingga kepatuhan pasien terhadap terapi
kurang. Keluarga juga tidak dapat selalu mengontrol
obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien. Hal tersebut
meningkatkan resiko kekambuhan di kemudian hari.
Faktor yang memperberat prognosis:
Pasien tidak rutin minum obat
Pasien sering sendirian di rumahnya
Pasien tidak memiliki aktivitas rutin harian
Pasien mengalami permasalahan yang berat sehingga tingkat
stressnya juga meningkat
Faktor yang memperingan prognosis:
Awitan lambat
Adanya dukungan keluarga yang selalu menjaga dan memotivasi
pasien
24
Follow Up
Tanggal/Waktu S O A P
05/07/2021 pukul
10.00 WIB
Pasien
tampak
gelisah dan
banyak
berbicara
selama
wawancaran
dilakukan,
kecepatan
berbicara
tinggi,
intonasi
suara juga
keras.
Pasien dapat
makan
secara
teratur, tidur
nyenyak dari
malam
sampai pagi,
Pasien juga
mengeluhkan
rasa bosan.
.
Kesadaran :
compos mentis
Perilaku :
Agitasi
psikomotor
Pembicaraan :
terdapat
tekanan
berbicara,
volume dan
intonasi cukup
Sikap :
kooperatif
Mood :
Hipertimia
Afek :
menyempit
Keserasian :
Serasi
Persepsi :
halusinasi -,
Proses pikir:
flights of idea
Isi pikir:
waham +
Pengendalian
impuls : Baik
Tilikan :
derajat 4
TTV : TD :
124/80 N : 90
R : 20 S : 36.5
Aksis I: F 25.0
Skizoafektif Tipe
Manik
Aksis II: Z 03.2
Tidak ada diagnosis
Aksis III: tidak ada
diagnosis
Aksis IV: Masalah
keluarga dan
psikososial
Aksis V:
GAF 50-41 (gejala
serius, disabilitas
serius dalam fungsi
sosial, okupasional,
atau bersekolah)
Apiprazole
1x 15 mg
PO
Natrium
divalproate
1x 500mg
Terapi Non-
farmakologis
25