Gambar 6: Jalur subduksi Kapur sampai masa kini di Pulau Jawa (Katili 1975, dalam Sujanto et al.,
1977).
Gambar 7: Pola struktur Pulau Jawa (Martodjojo & Pulunggono, 1994) (RMKS = Rembang-Madura-
Kangean-Sakala).
bagian timur. Mereka tersingkap di Komplek Melange Luk Ulo-Karangsambung, Kebumen (Asikin,
1974; Suparka, 1988); Nanggulan, Kulonprogo (Rahardjo et al., 1995); dan Pegunungan Jiwo, Bayat-
Klaten (Sumarso dan Ismoyowati, 1975; Samodra dan Sutisna, 1997). Sedangkan untuk batuan yang
lebih muda, yakni yang berumur Neogen, telah banyak penelitian dilakukan terhadapnya (Van
Bemmelen, 1949; Marks, 1957; Sartono, 1964; Nahrowi et al, 1978; Pringgo-prawiro, 1983; De
Genevraye dan Samuel, 1972; Soeria-Atmadja et al., 1994). Pada umumnya penelitian geologi Tersier
ini menyepakati fenomena struktur atau tektonik yang berarah umum timur-barat sebagai hasil
interaksi lempeng dengan zona tunjaman di selatan Jawa dan searah dengan arah memanjang Pulau
Jawa.
Struktur Umum Jawa Bagian Timur
Jawa bagian timur (mulai dari daerah Karangsambung ke timur), berdasarkan pola struktur
utamanya, merupakan daerah yang unik karena wilayah ini merupakan tempat perpotongan dua
struktur utama, yakni antara struktur arah Meratus yang berarah timurlut-baratdaya dan struktur
arah Sakala yang berarah timur-barat (Pertamina-BPPKA, 1996; Sribudiyani et al.,