Studi DRB BigDig Richard Leejaya review jurnal

richardleejaya 6 views 13 slides Sep 01, 2025
Slide 1
Slide 1 of 13
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13

About This Presentation

studi kasus Dispute Review Board pada proyek Central Artey Tunnel di Boston


Slide Content

Studi Kasus : Efektivitas Dispute Review Board (DRB) pada Proyek Central Artery/Tunnel (Big Dig) Kasus : Proyek Central Artery/Tunnel (Big Dig), Boston, AS Fokus : Evaluasi efektivitas penggunaan Dispute Review Board (DRB) Tujuan : Menilai apakah DRB efektif dalam mencegah & menyelesaikan sengketa konstruksi Richard Leejaya 5012221118

Proyek Central Artery/Tunnel (Big Dig) Boston-USA

Latar Belakang Proyek Central Artery/Tunnel (Big Dig) – megaproyek transportasi di Boston, AS, berlangsung 1991–2005, merupakan salah satu proyek infrastruktur perkotaan terbesar dan paling kompleks dalam sejarah AS.Proyek ini memindahkan jalan raya utama Boston ke bawah tanah . Proyek Big Dig di Boston menggantikan jalan layang Central Artery (dibangun 1950-an) yang menyebabkan kemacetan hingga 10 jam/hari, tingkat kecelakaan tinggi, dan membatasi perkembangan kawasan waterfront. Solusi tahun 1972: merobohkan jalan layang dan membangun terowongan bawah tanah untuk mengurai kemacetan, merevitalisasi kota, dan meningkatkan nilai lahan. Sebagai inovasi manajemen sengketa,  Dispute Review Board (DRB)  diterapkan di 46 dari 86 kontrak Big Dig. DRB terdiri dari panel 3 orang netral, bertugas mencegah dan menyelesaikan sengketa secara non-mengikat selama proyek berlangsung. Big Dig menjadi proyek besar pertama dengan penerapan DRB secara luas, menjadi studi penting efektivitas DRB dalam konstruksi.

Apa itu Dispute Review Board (DRB)  ? Dispute Review Board (DRB) adalah panel independen yang dibentuk sejak awal proyek konstruksi untuk mencegah dan menyelesaikan sengketa secara cepat tanpa perlu litigasi. DRB bertujuan menjaga kelancaran proyek dengan memberi solusi objektif atas perselisihan teknis atau kontraktual. Komposisinya biasanya terdiri dari tiga ahli netral yang dipilih oleh para pihak. DRB bekerja dengan memantau proyek secara berkala dan, jika muncul sengketa, mendengarkan kedua belah pihak lalu memberikan rekomendasi atau keputusan sesuai kesepakatan kontrak.

Permasalahan / Tujuan Penelitian 1. Apakah DRB menurunkan biaya penawaran proyek ? 2. Apakah DRB berhasil menyelesaikan semua konflik sebelum kontrak selesai ? 3. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan DRB? 4. Apakah DRB lebih efisien dari segi biaya penyelesaian sengketa ?

Hasil dan Pembahasan • Tidak ada pengaruh signifikan DRB terhadap harga tender • Hanya 28 sengketa dibawa ke DRB dari ribuan klaim . Banyak sengketa pada kontrak ber-DRB tetap tidak terselesaikan hingga proyek selesai • Hambatan karena p rosedur rumit , persepsi negatif , rekomendasi lemah , dan nilai penyelesaian kecil • Biaya DRB hanya $31 ribu per sengketa vs litigasi $1,1 juta / sengketa

1. Apakah DRB menurunkan biaya penawaran proyek? Biaya Penawaran (Tender) : Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam bid savings antara kontrak yang menggunakan DRB dan yang tidak.Rata-rata penghematan penawaran pada kontrak ber-DRB sekitar 13,4% , hampir sama dengan kontrak non-DRB (~ 12,3% ), sehingga kehadiran DRB tidak terbukti menurunkan harga tender secara nyata

2. Apakah DRB berhasil menyelesaikan semua konflik sebelum kontrak selesai Penyelesaian Sengketa : DRB tidak berhasil menyelesaikan semua sengketa sebelum akhir proyek . Hanya 28 sengketa yang sempat dibawa ke sidang DRB formal sepanjang proyek.Angka yang sangat kecil dibanding total konflik yang terjadi , mengindikasikan DRB kurang dimanfaatkan . Hingga April 2006 ( beberapa bulan setelah proyek rampung ), masih terdapat 1.735 klaim yang belum terselesaikan (total nilai ±$57 juta ), dan 74% dari klaim tertunda ini berasal dari kontrak yang memiliki DRB.Artinya , banyak sengketa tetap berlarut-larut melewati masa akhir kontrak meski ada mekanisme DRB, sehingga tujuan DRB untuk menyelesaikan sengketa sebelum penutupan kontrak tidak tercapai sepenuhnya .

3. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan DRB? Hambatan Implementasi DRB:  Studi mengidentifikasi beberapa faktor utama yang menghambat efektivitas DRB di proyek Big Proses penyelesaian sengketa  berjenjang dan panjang  – kontrak mensyaratkan tahapan evaluasi berlapis sebelum sengketa boleh dibawa ke DRB, menyebabkan penyelesaian tertunda lama. DRB kerap dipandang  bersifat adversarial   adanya panel formal dianggap memperkeruh hubungan (kurang  collaborative ) sehingga baik kontraktor maupun owner enggan menggunakannya. Persiapan sidang DRB  memakan banyak waktu dan sumber daya – dokumen dan presentasi harus disiapkan dengan detail, membebani para pihak. Rekomendasi DRB kurang meyakinkan  – kualitas rekomendasi panel terkadang tidak cukup kuat untuk meyakinkan para pihak, apalagi sifatnya tidak mengikat sehingga bisa diabaikan. Nilai penyelesaian rendah  – jumlah penyelesaian/kompensasi yang direkomendasikan oleh DRB sering di bawah rata-rata historis atau ekspektasi kontraktor, membuat kontraktor enggan menggunakan DRB karena merasa hasilnya kurang adil.

4. Apakah DRB lebih efisien dari segi biaya penyelesaian sengketa? Efektivitas Biaya:  Dilihat dari segi biaya penyelesaian sengketa, penggunaan DRB relatif  lebih hemat  dibanding metode lain. Total biaya operasional seluruh panel DRB pada 46 kontrak Big Dig sekitar  $1,8 juta  (≈0,02% dari total biaya proyek). Jika dihitung, rata-rata biaya DRB sekitar  $31 ribu per sengketa  (menggabungkan 28 sidang formal dan 3 0 pendapat advisory). Sebagai perbandingan, sengketa yang diselesaikan melalui  litigasi  menelan biaya rata-rata sekitar  $1,1 juta per sengketa , dan melalui  mediasi  sekitar  $59 ribu per kasus .Dengan demikian, DRB menawarkan penyelesaian konflik yang jauh lebih  cepat dan murah , menghindarkan para pihak dari proses pengadilan yang lama dan mahal.

Kesimpulan Penerapan DRB dalam proyek Big Dig tidak menunjukkan penghematan biaya tender yang signifikan dibanding kontrak tanpa DRB. Banyak sengketa tetap tidak terselesaikan hingga akhir proyek, menunjukkan DRB kurang dimanfaatkan secara optimal. DRB memiliki keunggulan sebagai mekanisme penyelesaian sengketa yang cepat, murah, dan berbasis keahlian teknis, dengan biaya relatif rendah (~0,02% dari nilai proyek). Efektivitas DRB terbatas karena sifat rekomendasinya yang tidak mengikat dan berbagai hambatan implementasi di lapangan. Agar berhasil, DRB harus digunakan secara proaktif sejak awal munculnya sengketa, dengan komitmen kuat dari kedua pihak untuk menaati rekomendasi panel.

Rekomendasi “ Prajurit yang menang adalah dia yang sudah menang terlebih dahulu sebelum berperang, sedangkan yang kalah, baru berperang dulu dan kemudian mencari kemenangan. ” Dalam dunia konstruksi,  kontraktor adalah prajurit di garis depan . Bila ia memasuki proyek tanpa strategi, hanya berharap keberuntungan atau mengandalkan DRB sebagai pelampung terakhir, maka ia sudah kalah sebelum melangkah. Oleh karena itu kontraktor bijak adalah dia yang membuat setiap keputusan, gambar kerja, dan perhitungan  sebagai deklarasi kemenangan yang diam-diam . Ia tidak menunggu konflik untuk membela diri, tapi menciptakan kondisi di mana konflik kehilangan alasan untuk muncul.
Tags