STUDI FENOMENOLOGI DALAM BIDANG KEPERAWATAN.pptx

agostoong 9 views 58 slides Oct 23, 2025
Slide 1
Slide 1 of 58
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58

About This Presentation

STUDI FENOMENOLOGI DALAM BIDANG KEPERAWATAN


Slide Content

SEMINAR HASIL TESIS STUDI FENOMENOLOGI : KECEMASAN DAN PENGALAMAN MENGATASINYA PADA PENYANDANG ULKUS DIABETIKUM YANG MENJALANI PERAWATAN DI RUMAH SAKIT Oleh : ZAENAL ABIDIN 131714153001 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 201 9

Prevalensi Diabetes Mellitus Menurut WHO jumlah penderita DM sebanyak 9% dari penduduk dunia dan diperkiakan meningkat pada tahun 2030 International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. RISKESDAS tahun 2018 , Penderita DM di Jawa Timur sebesar 2,1% atau sebanyak 605.974 jiwa Hampir 50% penderita diabetes mengalami ulkus kaki diabetik dengan 15% diantaranya menjadi masalah yang serius sampai dengan amputasi

Fenomena DFU KONDISI FISIK KONDISI PSIKOLOGIS . Adanya luka Adanya infeksi Keterbatasan fisik Penurunan self care Ansietas Rasa tidak berharga Depresi Rasa Takut

Degazon & Parker, 2017 ; Searle, et al. 2015 Peningkatan biaya perawatan Peningkatan beban keluarga Peningkatan morbiditas dan mortalitas Penanganan DFU Health education Management stress Terapi farmakologis dan nofarmakologis Belum optimal dalam menangani adanya ansietas pada klien dengan DFU

STUDI PENDAHULUAN Studi pendahuluan dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

Manfaat penelitian M anfaat teoritis Penelitian ini diharapkan memperkuat teori adaptasi roy terkait respon cemas terhadap stimulus yang terjadi pada klien dengan ulkus diabetikum . Manfaat praktis H asil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan modul manajemen kecemasan yang tepat pada klien dengan ulkus diabetikum

Penelitian Terdahulu No Judul Metode Hasil 1 When a diabetic foot ulcer results in amputation: A qualitative study of the lived experience of 15 patients (Foster & Lauver, 2014) Qualitative F inancial burden, powerlessness, social support, placing blame, and uncertainty 2 Barriers to diabetic foot care in a developing country with a high incidence of diabetes related amputations: an exploratory qualitative interview study (Guell & Unwin, 2015) Qualitative : an exploratory qualitative interview study Priority of glycaemic control Resistance to changing professional roles Reliance on‘self-care’ ability 3 The experiences of people with diabetes-related lower limb amputation at the Komfo Anokye Teaching Hospital (KATH) in Ghana (Amoah et al., 2018) Qualitative Physical experiences Changes in lifestyle Coping strategies Psychological/emotional experiences Economic experiences 4 Family support in caring for older people with diabetes mellitus: a phenomenology study (Badriah & Sahar, 2018) Qualitative Changes in older people with diabetes Mellitus Optimum family support Suboptimal family support 5 'Loss of self': a psychosocial study of the quality of life of adults with diabetic ulceration (Kinmound,2015) Qualitative Dampak negatif terhadap Peran sosial dan aktivitas 6 The lived experience of having a chronic wound : a phenomenologic study (Beitz, 2015) Qualitative Psychological Physical Social aspect

ALUR PIKIR PENELITIAN INPUT   PROSES KONTROL   EFEKTOR   OUTPUT   Stimulus Fokal : Penyakit Ulkus DM Pengobatan Konstektual : Karakteristik klinis Tipe ulkus Lokas i Ulkus Ukuran ulkus   Residual: Kepribadian Mekanisme koping Regulator Kognator   Fungsi fisiologis: Lemah Gangguan tidur Konsep diri: Merasa sakit, lemah Perawatan diri tidak adekuat Penurunan mood   Fungsi peran: Tidak dapat memenuhi tanggungjawab dalam keluarga Tidak dapat memenuhi tanggungjawab di tempat kerja Interdependensi: Ketidakpuasan hubungan dengan individu yang dianggap penting dalam hidup. Gangguan interaksi dengan lingkungan sosial Kecemasan Respon adaktif dan inefektif

METODE PENELITIAN KRITERIA INKLUSI

Keabsahan data Etika Penelitian Jujur dan terbuka Partisipan bukan sebagai subyek Menghormati aturan Menulis segala dengan benar dan sesuai aslinya Inform consent Menjaga privasi Membercheck eksternal reviewer

ANALISA DATA Colaizzi (1978) Mendiskripsikan fenomena yang diteliti Mengumpulkan deskripsi fenomena melalui pendapat partisipan Membaca seluruh deskripsi fenomena yang telah disampaikan oleh partispan Membaca kembali transkrip hasil wawancara dan mengutip pernyataan - pernyataan yang bermakna Menguraikan arti yang ada dalam pernyataan-pernyataan signifikan Mengorganisir kumpulan-kumpulan makna yang terumuskan ke dalam kelompok tema Menuliskan deskripsi yang lengkap Menemui partisipan untuk melakukan validasi deskripsi hasil analisis Menggabungkan data hasil validasi ke dalam deskripsi hasil analisis

TERIMA KASIH

S EMINAR HASIL TESIS STUDI FENOMENOLOGI : KECEMASAN DAN PENGALAMAN MENGATASINYA PADA PENYANDANG ULKUS DIABETIKUM YANG MENJALANI PERAWATAN DI RUMAH SAKIT Oleh : ZAENAL ABIDIN 131714153001 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 201 9

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Surabaya adalah rumah sakit milik Pemerintah propinsi Jawa Timur yang didirikan berkenaan peristiwa yang menimpa para Jamaah Haji Indonesia di terowongan Mina pada tahun 1990. Dengan adanya bantuan dana dari Pemerintah Arab Saudi dan dilanjutkan dengan biaya dari Pemerintah propinsi Jawa Timur, berhasil dibangun gedung beserta fasilitasnya yang resmi dibuka pada tanggal 17 April 1993, sebagai RSU tipe C. Pada tahun 1998 berkembang menjadi RSU tipe B Non Pendidikan dan pada tanggal 30 Oktober 2008 sesuai SK, RSU Haji Surabaya berubah status menjadi RSU tipe B Pendidikan

Proses penelitian dilakukan di ruang rawat jalan poli diabetes. Poli diabetes merupakan ruang rawat jalan khusus penyakit dalam terkait kasus DM dan DFU yang berada dilantai 2 gedung sebelah utara dan berdampingan dengan poli bedah. Fasilitas yang terdapat pada poli diabetes adalah ruang perawatan luka khusus DFU dan ruang pemeriksaan khusus DM. Setiap hari dokter jaga yang bertugas di ruang tersebut berjumlah 2 orang dan 1 orang perawat yang memiliki sertifikasi perawatan luka. Kunjungan pasien pada poli DM antara bulan Januari 2019- Mei 2019 tercatat 209 kunjungan yang terbagi atas 2 jenis perawatan. Khusus DM tercatat 147 kasus dan DFU 62 kasus. Pasien yang menjalani perawatan berasal dari rujukan rumah sakit tipe C, Puskesmas dan ruang rawat inap.

Karakteristik Partisipan No. Jenis Kelamin Usia (Tahun) Status pernikahan Pekerjaan Pendidikan Suku Bangsa Kode Partisipan 1 L 52 Menikah Wraswasta SMA Padang P01 2 L 60 Menikah PNS S1 Madura P02 3 L 59 Menikah Nelayan SD Jawa P03 4 P 48 Menikah PNS S1 Madura P04 5 L 42 Menikah Wiraswasta SD Jawa P05 6 L 51 Menikah PNS S1 Jawa P06 7 P 57 Menikah Tidak bekerja SMA Jawa P07   8 L 60 menikah Wiraswasta SMA Bugis P08 9 P 52 Menikah IRT SMA Madura P09 10 L 51 Menikah PNS S1 Jawa P10 11 L 52 Menikah Wiraswasta SMA Madura P11 12 P 46 Cerai PNS S1 Madura P12 13 L 45 Menikah Swasta SMA Madura P13 14 P 52 Menikah IRT SD Jawa P14 15 L 51 Menikah PNS D3 Jawa P15 16 L 51 Menikah Wiraswasta D3 Madura P16 17 P 52 Cerai Tidak Bekerja SMP Jawa P17 18 L 51 Menikah Buruh SMP Jawa P18 19 P 55 Cerai Tidak bekerja D1 Jawa P19 20 P 49 Menikah IRT SMA Jawa P20 21 L 47 Menikah Wiraswasta SMA Madura P21 22 L 51 Menikah Wiraswasta S1 Jawa P22  

Temuan tema penelitian No Tema Sub Tema 1 Penyebab Kecemasan Citra tubuh Lama perawatan Beban finansial Kurang dukungan keluarga Pengalaman sebelumnya 2 Bentuk Kecemasan Amputasi Ketakutan kematian Ketakutan komplikasi lainnya Kehilangan pekerjaan Perubahan gaya hidup Ditinggal keluarga Ketakutan membebani keluarga Stigma buruk masyarakat Mewariskan penyakit 3 Dampak Kecemasan Dampak fisik Dampak terhadap luka Dampak sosial 4 Upaya Mengatasi Kecemasan Pengobatan alternatif Meminta maaf Berdoa dan berdzikir Pasrah 5 Harapan Dukungan keluarga Dukungan tenaga kesehatan Kesembuhan

Tema 1 Penyebab Kecemasan Penyebab Kecemasan Citra tubuh Lama perawatan Beban finansial Pengalaman sebelumnya Kurang dukungan keluarga

Sub tema 1 :Citra Tubuh Citra tubuh merupakan pandangan partisipan terhadap kondisi tubuh partisipan. Sub tema ini berfokus pada citra tubuh oleh partisipan. Sebanyak 8 partisipan menyatakan adanya luka sebagai pencetus kecemasan, seperti yang disampaikan oleh partisipan dalm penggalan transkip berikut : “.... sering ngerasa takut mas karena ada luka ini,khawatir nanti malah jadi besar terus merembet (menjalar) kemana-mana . Apalagi ini kan jelek bentuknya ” (P05).   “ khawatir aja mas kalo punya luka gini, kan susah sembuhnya, belum lagi nanahnya keluar terus bau, kalo dibuka perbannya ini lukanya sampe bisa atas sekitar 25cm lebih. Pokoknya gak enak dilihat deh saya aja ngeri ” (P09).

Sub tema 2 : Lama perawatan Sub tema ini berfokus pada lama perawatan yang dijalani oleh partisipan. Sebanyak 16 partisipan menyatakan lama perawatan sebagai pencetus kecemasan, seperti yang disampaikan oleh partisipan dalm penggalan transkip berikut : “... sudah hampir 3 bulan dirawat disini mas, kok gak sembuh-sembuh padahal yang lain 1-2 bulan sudah boleh buka perban dan latihan jalan ” (P01) “.... begini terus mas selama 2 bulan, saya jadi ngerasa takut gak sembuh ...”(P05)

Sub tema 3 : beban finansial Beban finansial merupakan keadaan terkait perekonomian partisipan. Sub tema ini berfokus pada beban finansial partisipan. Sebanyak 11 partisipan menyatakan beban finansial sebagai pencetus kecemasan, seperti yang disampaikan oleh partisipan dalm penggalan transkip berikut : “.... saya kesini pake umum mas jadi biaya sendiri sekali perawatan habisnya segitu mas ini sudah hampir 7x perawatan, kalo dikalikan kan banyak mas. Soalnya pake BPJS di takut pelayanannya kurang enak .” (P04) “.... gak punya biaya mas kalo gak sembuh-sembuh gini habis buat perawatan aja, belum obatnya dan lain-lain.” (P03)

Sub tema 4 : Kurang dukungan keluarga Sub tema ini berfokus pada kurang dukungan keluarga partisipan. Sebanyak 7 partisipan menyatakan kurang dukungan keluarga sebagai pencetus kecemasan, seperti yang disampaikan oleh partisipan dalm penggalan transkip berikut: “... anak-anak saya gak ada yang peduli mas, datang kesini aja naik angkot kadang juga naik gojek. Suami soalnya jadi buruh jadi jarang pulang .”(P19) “ suami gak pernah nanya kondisi saya mas, paling kalo dirumah ya dilihat aja terus gak ngomong apa-apa .” (P17)

Sub tema 5 : pengalaman sebelumnya Sub tema ini berfokus pada pengalaman sebelumnya dari partisipan. Sebanyak 10 partisipan menyatakan pengalaman sebelumnya sebagai pencetus kecemasan, seperti yang disampaikan oleh partisipan dalm penggalan transkip berikut : “ kata tetangga kayak gini itu gak bisa disembuhkan mas, soalnya keluarganya pernah sakit gini makanya saya juga jadi takut .” (P21) “... dulu paman saya juga kena luka gini sampe akhirnya dipotong karena makin luas lukanya, saya jadi ngeri rasanya kalo inget karena waktu itu saya juga jenguk di RS .” (P13)

Tema 2 : Bentuk Kecemasan Bentuk Kecemasan Amputasi Kematian Komplikasi Kehilangan pekerjaan Perubahan gaya hidup Membebani keluarga Stigma buruk masyarakat Ditinggal keluarga Mewariskan penyakit

Sub tema 1: amputasi Sebanyak 19 partisipan menyatakan ketakutan amputasi sebagai bentuk kecemasan, seperti yang disampaikan oleh partisipan dalam penggalan transkip berikut : “..... biasanya kan diamputasi mas kalo gak sembuh-sembuh ,terus gak punya kaki jadi cacat dan gak bisa normal lagi kayak dulu, soalnya paman saya dulu diamputasi kakinya dan sekarang pake tongkat, nah itu yang saya takutkan mas .” (P14)   “ Kalo sudah busuk gak bisa diobati lagi biasanya di potong biar gak menjalar mas.”( P17)

Sub tema 2 : komplikasi Sub tema ini berfokus pada komplikasi dari partisipan. Sebanyak 19 partisipan menyatakan komplikasi sebagai bentuk kecemasan, seperti yang disampaikan oleh partisipan dalam penggalan transkip berikut: “...tetangga saya dulu juga matanya gak bisa lihat terus kena ginjal juga maknya saya takut .” (P05) “ takut kena ginjal mas, karena kata dokternya kemungkinan kena bisa terus berusan tetangga meninggal juga karena sakit begini ”.(P11)

Sub tema 3: kematian Kematian merupakan bentuk kecemasan yang dialami oleh sebagian partisipan. Sebanyak 17 partisipan menyatakan kematian cenderung berhubungan dengan sakit yang dialami saat ini. Seperti penggalan transkip berikut : “takut mati dek, soalnya sakit gini ini kata orang-orang sudah parah dan susah sembuh apalagi kalo sampe lukanya udah membusuk, hitam dan bau . Kalo udah gitu siapa yang ngurus keluarga, soalnya yang cari nafkah saya ” (P12) “sakit gini itu keinget almarhum nenek saya dulu sampe meninggal ya karena sakit gini, borok (luka) gak waras (sembuh) sampe ketemu patine ( meninggal ) .” (P10)

Sub tema 4 : kehilangan pekerjaan Kehilangan pekerjaan menjadi bentuk kecemasan yang dialami oleh 12 partisipan. Sebagian partisipan mengungkapkan bahwa pekerjaannnya sangat terganggu dengan adanya penyakit yang diderita, seperti diungkapkan dalam penggalan transkip berikut : “.... penyakit ini membatasi saya untuk bekerja mas, nanti kalo sudah gak bisa kerja gimana? Siapa yang menghidupi keluarga? Anak saya masih kuliah juga, nanti biaya berobat saya juga darimana .” (P13 )   “.... saya kerja sebagai nelayan mas, setiap hari melaut naik kapal, sejak sakit ini ya saya gak kerja mas. takutnya gak bisa kerja lagi... ” (P18)

Sub tema 5 : membebani keluarga Mengalami ulkus kaki diabetes juga menggakibatkan partisipan merasa merepotkan orang lain, seperti yang diungkapkan dalam penggalan transkip berikut : “.... kasian keluarga mas, semua gaji suami saya pakai berobat ini. Saya takut nanti gak punya biaya untuk yang lain karena saya sakit . Selain itu saya gak bisa lagi mengurus rumah dan anak-anak ” (P20) “.... takut jadi beban keluarga, nanti mau mandi, mau bab, mau apapun malah merepotkan keluarga, tergantung sama keluarga kan gak enak, iya kalo keluarga oke oke aja, kalo gak ya gimana lagi .”(P16)

Sub tema 6: ditinggal keluarga Kecemasan bahwa partisipan akan diabaikan oleh keluarga dirasakan oleh sebagian besar partisipan. Hal ini disampaikan oleh 14 partisipan seperti dalam kutipan berikut : “ Semenjak sakit sudah gak bisa melayani suami sebagaimana mestinya, takutnya suami kecewa terus ninggalin saya sendirian. Apalagi anak-anak juga belum lulus. ” (P04) “.... sekarang ini aja istri dan anak-anak saya sudah gak mau tau, lah kalo dibiarkan terus gak diurusin itu yang saya takut karena banyak juga tetangga yang gak diurusi keluarga kalo sakit parah .” (P22)

Sub tema 7: stigma masyarakat Pandangan tentang penyakit ulkus diabetikum yang berkembang dimasyarakat menjadi salah satu bentuk kecemasan yang dialami oleh partisipan. Sebanyak 10 partisipan merasa takut dengan pandangan masyarakat yang timbul dilingkungan tempat tinggalnya. Seperti dalam penggalan transkip berikut: “.... kalo kata orang-orang penyakit ini itu gak bisa sembuh mas dan biasanya harus diamputasi. Lagipun kan takut kalo saya dianggap punya penyakit parah, terus dijauhin tetangga .” (P07 ) “..... takut tetangga gak ada yang mau temenan lagi sama saya mas karena dikampung saya kalo sakit begini biasanya di kasih tempat sendiri, gak ada yang jenguk palingan keluarga itupun kalo ingat.” (P02)

Sub tema 8: mewariskan penyakit Penyakit ulkus diabetikum dianggap sebagai penyakit keturunan yang terus berlanjut dan sulit disembuhkan. Sebanyak 18 partisipan menyatakan bahwa penyakit yang diderita saat ini akan menurun pada anak-anaknya kelak seperti yang diungkapkan dalam penggalan transkip berikut : “... dulu ibu saya yang kena DM terus jadi luka kayak gini, nah saya takutnya nanti nurun ke anak cucu juga .”(P06) “... sakit begini kalo bisa berhenti di saya aja mas, saya khawatir anak saya juga nanti mewarisi penyakit dari saya padahal kan mereka tidak salah tapi berisiko kena juga .”(P08 )

Sub tema 9 : perubahan gaya hidup Bentuk kecemasan yang dirasakan partisipan adalah adanya perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang diungkapkan adalah adanya perubahan pola makan dan aktivitas seperti yang diungkapkan dalam penggalan transkip berikut: “.... takutnya kan kayak gini apa-apa dibatasi, makan dibatasi, minum dibatasi, pokoknya serba diatur dan harus teratur padahal biasanya makan sembarang yang penting kenyang sekarang gak bisa .” (P09) “.... sekarang aja kalo mau ngapa-ngapain harus hati-hati banget mas, harus pake sandal, gak boleh kena air kakinya yang luka, harus tetap kering, olahraga juga gak bisa lari kayak dulu mas . Akhirnya mau jalan keluar rumah aja takut mas karena takut kena apa-apa kakinya ” (P11)

Tema 3: D ampak kecemasan Dampak kecemasan Dampak terhadap luka Dampak fisik Dampak sosial

Sub tema 1 : dampak terhadap luka Sub tema dampak terhadap luka dirasakan oleh 7 partisipan dengan mengungkapkan kondisi luka saat stress timbul atau khawatir seperti penggalan transkip berikut : “....saya itu kalo sudah stress mikirin sakit ini rasanya lukanya makin berair dan bau mas. Memang kelihatan kok bedanya. Kalo sudah bau gitu jadi malu mau ngumpul sama tetangga bahkan keluar rumah aja males .”(P21)   “mungkin karena kepikiran terus, stress jadinya terus lukanya gak sembuh-sembuh. Soalnya kata dokternya kalo stress malah susah sembuhnya tapi ternyata itu saya rasakan benar mas. ” (P14 )

Sub tema 2: dampak fisik Dampak terhadap fisik adalah salah satu kondisi dimana keadaan kecemasan mengakibatkan adalahnya gangguan pada kondisi fisik. Sub tema dampak terhadap fisik ditunjukkan oleh 9 partisipan seperti pada penggalan transkip berikut: “... saya kalo udah stress kebanyakan mikir jadinya lemes mas, sakit kepala, bawaannya pengen tidur , kalo gak tidur malah pengen marah, kalo gak gitu ya nyesek di dada mas. “ (P11) “sering pusing kepala kalo terlalu mikirin sakit mas, susah tidur juga kadang malah gak tidur semaleman karena kepikiran masa depan anak-anak nanti kalo suatu saat saya gak ada karena sakit ini.” (P16)

Sub tema 3 : dampak sosial Dampak terhadap sosial adalah akibat yang ditimbulkan oleh adanya rasa cemas terhadap interaksi sosial partisipan. Dampak terhadap sosial di ungkapkan oleh 8 partisipan seperti dalam penggalan transkip berikut: “.... pas kepikiran gitu ya jadi males ngomong sama orang lain mas, lebih suka sendiri jadinya, pokoknya gak mau diganggu. kadang anak saya nanya aja saya marahin” (P13) “.... kalo budrek (stress) ya biasanya saya masuk kamar terus tiduran. Bisa seharian dikamar gak keluar rumah .” (P10)

Tema 4 : upaya mengatasi kecemasan Upaya mengatasi kecemasan Berdoa dan berdzikir Pasrah Meminta maaf Pengobatan alternatif

Sub tema 1: Pasrah Pasrah adalah keadaan dimana seseorang menerima apapun yang terjadi padanya dengan lapang dada dan tanpa menyalahkan siapapun. Sebanyak 17 partisipan mengungkapkan kepasrahan seperti pada penggalan transkip berikut : “ Cuma bisa pasrah mas, anggap aja semuanya itu ujian dari Tuhan, kita jalani dan berusaha saja semampunya, kalo sudah gitu pikiran jadi tenang mas. “(P13 )   “... kalo dipikir ya kita tidak bisa apa-apa selain pasrah mas, saya ikut pengajian itu disebutkan kalo pasrah pada kondisi apapun hati kita bakalan tentram dan saya merasakan itu. Kalo stress mikir sakit ya kita harus ingat kalo kita punya Tuhan, jadi pasrahkan saja hidup kita dan serahkan semuanya pada Sang Pencipta .” (P02)

Sub tema 2 : berdzikir dan berdoa Aktivitas berdoa dan berdzikir merupakan salah satu pendekatan spiritual yang dilakukan oleh beberapa partisipan. Sebanyak 19 partisipan mengungkapkan menggunakan pendekatan berdoa dan berdzikir utntuk mengatasi kecemasan seperti penggalan transkip berikut : “.... kalo saya lebih sering berdoa, dzikir dan minta sama Allah agar diberi ketenangan dan ketentraman jiwa raga, diberi kekuatan untuk menghadapi ujian karena kita adalah mahluk Allah dan Alhamdulillah dengan begitu rasanya hati saya lebih tentram dan stress berkurang” (P14) “.... setiap merasa takut saya berdoa dan bertasbih minta ketentraman jiwa dan penguatan. Kadang sampe nangis-nangis saya berdoa. Bener–bener saya sujud dan menyesalkan semua yang sudah saya lakukan karena sakit itu pasti ada sebabnya. Mungkin saya lalai dalam beribadah . Saya merasa lebih tenang kalo udah doa gitu ” (P20)

Sub tema 3 : meminta maaf Meminta maaf merupakan alternatif pilihan mengatasi kecemasan yang dilakukan oleh beberapa partisipan karena perasaan bersalah yang dialami. Sebanyak 12 partisipan mengungkapkan meminta maaf seperti dalam penggalan transkip berikut: “..... seringkali gelisah dan khawatir tentang masa depan karena sakit begini ya saya jadi keinget kesalahan-kesalahan yang lalu dengan kerabat dan orang tua. Saya merasa ini semua karena semacam karma dan peringatan. Jadi saya datang kerumah kerabat dan meminta maaf atas segala yang pernah saya perbuat dan syukurnya saya merasa lebih tenang.” (P18) “.... sejak sakit ini saya selalu kepikiran yang aneh-aneh, mulai dari kematian, komplikasi dan khawatir dengan keadaan keluarga karena sakit saya. Saat merasa seperti itu saya selalu mengajak anak dan istri berkumpul dan saya memohon maaf sama mereka kalau ada salah. Ketika mereka bilang memaafkan baru lega rasanya .”(P22)

Sub tema 4 : pengobatan alternatif Pengobatan alternatif adalah metode pengobatan nonmedis yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh partisipan. Pengobatan alternatif dikategorikan pada datang ke orang pintar atau dukun dan ke ustad seperti penggalan transkip berikut: “.....kalo pikiran kacau saya biasanya ke ustad yang ada di deket rumah, minta dibacain doa kebetulan beliau itu buka praktek pengobatan ala islam. Jadi pengobatannya biasanya didoakan dan diberi air minum yang sudah dibacakan doa supaya pikiran gak kacau dan cepat sembuh.” (P16)   “....saya pernah ke orang pinter bahasa kasarnya ya dukun mas, disana saya diolesi air atau minyak saya kurang jelas terus dahi saya diusap-usap pake remahan daun. Katanya sawan (takut yang berlebihan) karena sakit ini. Ini saran dari orang tua-tua disuruh ke dukun.” (P19)

Tema 5 : Harapan Harapan Dukungan keluarga Dukungan tenaga kesehatan Kesembuhan

Sub tema 1 : dukungan keluarga Sebanyak 12 partisipan mengungkapkan harapan terkait dukungan keluarga seperti penggalan transkip berikut: “... semoga saja keluarga masih bisa membiayai pengobatan, ngasih support dan semangat, ndak merasa terbebani, dan selalu ada untuk saya ” (P01 ) “....saya gak minta muluk-muluk (macem-macem) mas, cukup didampingi terus sama keluarga sampe sembuh dah senang banget, saya merasa kuat kalo ada keluarga disamping saya .” (P19 )

Sub tema 2 : Dukungan tenaga kesehatan Dukungan tenaga kesehatan merupakan dukungan yang diberikan oleh semua tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan terhadap partisipan. Dukungan berasal dari dukungan perawat, dokter dan tenaga farmasi seperti dalam penggalan transkip berikut: “....harapan saya semoga dokter dan perawatnya nya tetap sabar menghadapi kami yang jadi pasien, tetap murah senyum karena senyum mereka saja kami sudah merasa mendapat obat batin, yang penting jangan bosan dengan kedatangan kami yang hampir setiap hari. ” (P11) “yang jelas bagi saya pelayanan dari perawat dan dokter paling utama. Tetap ramah dan tentunya kalo bisa dokter sama perawatnya mengadakan kosultasi di luar pelayanan misal dirumah dengan telpon atau chat wa. Selain itu mungkin pelayanan dibagian ambil obat dipercepat dan dipermudah karena sering antri panjang jadi lelah di ruang tunggu. Karena ketepatan pelayanan itu kepuasan pasien dan sembuhnya bisa lebih cepat.” (P03)

Sub tema 3: kesembuhan Persepsi partisipan tentang kesembuhan adalah luka yang mengering kemudian tidak ada komplikasi lagi seperti yang diungkapkan oleh 14 partisipan dalam penggalan transkip berikut: “ semoga segera sembuh, bisa jalan lagi, bisa kerja lagi dan gak kumat-kumat lagi. ” (P17) “ pengen sembuh mas biar gak, cukup 1 kali ini aja sakitnya. Gak mau sakit kayak gini lagi. Sudah cukup .”(P10)

PEMBAHASAN

Tema 1 : Penyebab Kecemasan Stuart, G dan Sundeen (20 16 ), yaitu : Faktor Eksternal Ancaman integritas fisik , Ancaman sistem diri Taylor (2016) menyatakan dukungan keluarga sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan tubuh dan menciptakan efek positif. Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stress.

Tema 2 : bentuk kecemasan Ancaman amputasi adalah bentuk kecemasan yang paling sering, yang berhubungan dengan satu ketakutan dari hilangnya kontrol akibat luka. Ketakutan ini muncul setelah konsultasi dengan para profesional kesehatan, percakapan dengan orang lain yang menderita kaki diabetes dan melihat orang. diamputasi . Banyak pasien khawatir terhadap masa depan kesehatan mereka setelah diamputasi (Searle,et al. 2005). Pasien dengan kondisi kronis seperti halnya menderita ulkus kaki diabetes dapat menimbulkan munculnya perasaan tidak berdaya akibat gangguan fungsi peran dan keterbatasan mobilitas serta perasaan diri sebagai beban bagi keluarganya.

Tema 3 : Dampak kecemasan Elisabeth, Clench, & Kjærsti, (2016) menjelaskan bahwa kondisi ansietas dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kortisol. Kortisol pada pasien DM dapat berakibat pada terganggunya kontrol glikemik sehingga memperburuk perfusi jaringan utamanya pada pasien dengan adanya luka pada kaki atau ulkus kaki . Keikutsertaan sosial mengacu pada kemampuan untuk membantu anggota keluarga, teman atau tetangga ketika diperlukan. (Fearns et al., 2017 ). Pengurangan aktivitas sosial mereka juga disebabkan oleh adanya perasaan minder dan tidak percaya diri dalam bergaul akibat perubahan kakinya, bahkan terdapat seorang partisipan wanita yang mengungkapkan dirinya menarik diri dari masyarakat sekitar karena stress akibat ulkus kaki yang dideritanya.

Tema 4 : upaya mengatasi kecemasan Jones (2003) menetapkan bahwa reaksi individu terhadap stressor emosional yang dialaminya dapat menentukan koping strategi yang digunakannya. Berbagai sumber daya seperti keyakinan, religius, social network , uang, energi personal dan rasa aman emosional mungkin dapat digunakan untuk mengatasi stress yang dialami oleh penderita diabetes (Sridhar & Madhu, 2012). Terdapat beberapa prilaku koping yang digunakan dalam beradaptasi terhadap penyakit kronis seperti DM yaitu pengingkaran ( denial ), penerimaan ( acceptance ), dan pemecahan masalah (White , Richter & Fry C, 2012)

Tema 5 : harapan Interaksi sosial dan support diantara pasien, keluarga, teman, perawat, profesi pelayanan kesehatan yang lain akan membantu membangun kesejahteraan yang positif ( positif sense of well being ). Support sosial dapat diberikan dalam beberapa bentuk seperti dukungan emosional, bantuan praktis dalam memenuhi tugas ADL dan berbagi pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih baik terhadap situasi (Joensen et al., 2017). Pasien-pasien ulkus khususnya lansia yang memandang dirinya kehilangan harapan dan kehilangan arti hidup, perlu untuk dicintai oleh orang lain (Stuckey et al., 2016).

Keterbatasan penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa kendala yang menjadi keterbatasan yang dialami oleh peneliti yaitu: Partisipan menggunakan bahasa daerah yang berbeda dengan bahasa peneliti Waktu wawancara relatif singkat sehingga diperlukan 3-4 kali pertemuan agar data yang dibutuhkan terkumpul secara lengkap.

Kesimpulan Mekanisme koping yang digunakan pasien ulkus kaki diabetes dalam menghadapi respon psikologis dan sosial yang dialaminya yaitu menjalani kehidupan dengan pasrah pada keadaan, banyak mendekatkan diri pada Tuhan serta tetap memiliki pandangan positif terhadap diri meskipun mempunyai ulkus kaki diabetes.

Saran Pelayanan Keperawatan Medikal Bedah Institusi Pendidikan Keperawatan Peneliti selanjutnya

TERIMA KASIH
Tags