Tafsir Al Qurthubi - Mutaqillah Ahmad.pdf

g108240004 23 views 12 slides Jan 13, 2025
Slide 1
Slide 1 of 12
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12

About This Presentation

Mengenal Tafsir Al-Jami' Li Ahkam Al-Qur'an karya Imam Al-Qurthubi dari biografi sampai corak tafsir


Slide Content

ناقرفلا يآو ةنسلا َنِم ُهَنَّمَضَت اَمِل ِنِ يَبُمْلاَو ،ِنآْرُقْلا ِماَكْحَِلِ
ِ
عِماَجْلا
Tafsir Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an Karya Al-Qurthubi
Mutaqillah Ahmad G108240004
Pembimbing: Dr. Hakimuddin Salim Lc., MA.
Megister Ilmu Al-Quran dan Tafsir
A. Biografi Mufassir
Al-Qurthubi, atau nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi
Bakr bin Farah al-Ansari al-Khazraji al-Qurthubi adalah seorang ulama besar dalam bidang
tafsir dan fiqh. Beliau lahir di Cordoba, Andalusia (Spanyol sekarang) pada awal abad ke-13. Al-
Qurthubi dikenal sebagai salah satu mufassir terkemuka dalam sejarah Islam
1
. Imam Al-Qurthubi
adalah salah satu ulama bidang tafsîr yang cerdas, produktif, dan banyak mendapat apresiasi dari
kalangan ulama. Adz-Dzahabi menerangkan bahwa Imam Al-Qurthubî adalah seorang Imam yang
memiliki ilmu yang luas dan mendalam. Dia memiliki sejumlah karya yang sangat bermanfaat dan
menunjukkan betapa luasnya pengetahuannya dan sempurna kepandaiannya
2
. Imam al-Qurthubi,
seorang ulama besar dalam bidang tafsir, hadis, dan fikih, berasal dari Cordoba, Andalusia. Untuk
menuntut ilmu dan bertemu dengan ulama-ulama besar, beliau melakukan perjalanan ke Timur
dan akhirnya menetap di Munyat Ibn Khasib, di utara Asyut, Mesir, tempat beliau wafat. Beliau
dikenal sebagai sosok yang wara', senantiasa berhati-hati dalam menghindari hal-hal syubhat dan
haram. Selain itu, beliau juga seorang ahli ibadah yang rajin mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam kesehariannya, Imam al-Qurthubi menghindari berlebihan dalam berpakaian dan
menjalani hidup sederhana, bahkan biasa berjalan hanya dengan satu helai pakaian dan
mengenakan peci. Ketakwaan, kesederhanaan, dan dedikasinya terhadap ilmu dan ibadah
menjadikannya teladan bagi umat Islam sepanjang masa.
3


1
Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr bin Farah al-Ansari al-Khazraji Syamsuddin Al-
Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an (Mesir: Dar Al Kutub).
2
Faizah Ali Syibromilasi dan Jauhar Azizî, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011).
3
Khayruddin Al-Zarkali, Al-A‘Lām (Beirut: Dār al-‘Ilm li al-Malāyīn, 2002).

Imam Al-Qurthubi hidup di Cordoba pada masa-masa akhir kejayaan umat Islam di Eropa.
Cordoba terletak di lembah sungai besar dan perlahan-lahan berubah menjadi kota kecil. Inilah
sekilas gambaran zaman dan tempat di mana Imam Al-Qurthubi hidup. Setelah meninggalkan
Andalusia akibat invasi Kristen, Imam al-Qurthubi menetap di Mesir, di mana beliau melanjutkan
aktivitas keilmuan dan ibadahnya.
4

Imam Al-Qurthubi dikenal memiliki semangat yang luar biasa dalam mencari ilmu. Dalam
rihlah thalabul ‘ilmi-nya, Imâm Al-Qurthubî menulis dan belajar dari para ulama di Mesir,
Iskandariyah, Mansurah, al-Fayyun, Kairo, dan daerah-daerah lainnya. Hingga akhirnya, beliau
wafat pada malam Senin tanggal 9 Syawal 671 H/1272 M dan dimakamkan di Munyat Ibn Khasib,
kota Bani Khausab, wilayah Mesir Utara.
5

Guru-guru Imam Al-Qurthubi:
1. Abu Ja'far Ahmad bin Muhammad bin Muhammad al-Qaisi (Ibn Abi Hijah): Seorang
ahli qira'at (bacaan Al-Qur'an) dan nahwu.
2. Al-Qadhi Abu 'Amir Yahya bin 'Amir bin Ahmad bin Muni': Seorang qadhi (hakim) di
Cordoba.
3. Abu al-Hasan Ali bin Abdullah bin Muhammad bin Yusuf al-Anshari al-Qurthubi al-
Maliki (Ibnu Qutal): Seorang hakim dan ahli fiqih Maliki.
4. Abu Muhammad bin `Atiyyah: Seorang ahli fiqih Maliki.
Karya-karya Imam Al-Qurthubi:
1. Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an - 20 jilid, dikenal dengan Tafsir al-Qurthubi.
2. Qam' al-Hirsh bi al-Zuhd wa al-Qana'ah (Menghilangkan Keserakahan dengan
Zuhud dan Qana'ah).
3. Al-Asna fi Syarh Asma' Allah al-Husna (Penjelasan Terindah tentang Nama-nama
Allah yang Indah).
4. Al-Tadzkar fi Afdhal al-Adzkar - (Peringatan tentang Dzikir-dzikir Terbaik).

4
Al-Qurthubi.
5
Al-Qurthubi.

5. Al-Tadzkiratu bi Ahwal al-Mawta wa Ahwal al-Akhirah - 2 jilid manuskrip. Terdapat
di Dar al-Kutub, ringkasannya telah dicetak oleh al-Syarani [dan versi aslinya juga
telah dicetak].
6. Al-Taqrib li Kitab al-Tamhid - Manuskrip 2 jilid tebal, terdapat di Khazanah al-
Qarawiyyin di Fes (nomor 80/117) (1).
7. Al-I'lam bi ma fi Din al-Nasara min al-Fasad wa al-Awham wa Izhar Mahasin al-Islam
(Informasi tentang Kerusakan dan Kekeliruan dalam Agama Nasrani dan Penjelasan
tentang Keindahan-keindahan Islam)

B. Karakteristik Kitab Tafsir Al-Qurthubi
Imam Al-Qurthubi dikenal dengan karya tafsirnya yang menyeluruh atas seluruh ayat Al-
Qur'an, dengan fokus mendalam pada ayat-ayat hukum. Buku tafsirnya menjadi salah satu karya
terbaik dalam ilmu hukum Islam dan menonjol dalam bidangnya. Karya ini dianggap sebagai salah
satu referensi paling lengkap dalam bidang tersebut
6
. Imam Al-Qurthubi dikenal sebagai seorang
mufassir yang memiliki metode tafsir yang sangat komprehensif.
Berikut adalah beberapa metode yang beliau gunakan beserta contohnya:
1. Menggunakan kalimat “(jumlah pembahasan) mas’alah/masa’il” di awal pembahasan.
Istilah mas’aalah/masa’il bertujuan untuk menjelaskan berapa pembahasan dalam satu
bagian sekaligus menandakan jumlah pembahasan dalam bagian tersebut.
Contoh:
• Dalam Tafsir Basmalah: ةلأسم نورشعو عبس اهيفو ةلمسبلا
• Dalam Tafsir Surat Ali-Imron ayat 1-2 : لئاسم سمخ هيف
• Dalam Bab Ta’min: َلِئاَسَم ِناَمَث هيفو ،نيمأتلا يف ثلاثلا بابلا

6
Al-Qurthubi.

2. Menjelaskan Sebab Turunnya Ayat (Asbab al-Nuzul)
Contoh: Ketika menafsirkan surat al-Lahab, Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa
ayat ini turun berkenaan dengan kisah penentangan Abu Lahab terhadap Nabi Muhammad.
Beliau mengutip berbagai riwayat yang menjelaskan peristiwa tersebut.
3. Menyebutkan Variasi Bacaan (Qira'at)
Contoh: Dalam menafsirkan surat al-Fatihah ayat 6, Imam Al-Qurthubi menyebutkan
berbagai qira'at yang berbeda mengenai bacaan kata "طارصلا". Ada yang mengatakan
"طارصلا" berasal dari bahasa Romawi yang berarti "jalan". Namun, Ibnu Athiyyah menilai
pendapat ini sangat lemah. Pendapat lain mengatakan "طارصلا" (dengan sin) berasal dari
kata " ِطاَرِتْسِلِا" yang berarti "menelan". Seolah-olah jalan itu "menelan" orang yang
melewatinya. Ada pula yang membacanya dengan " طاَرِِّزلا" (dengan zai). Pembacaan
dengan sin dianggap yang paling kuat (asli). Salamah meriwayatkan dari Al-Farra' bahwa
" طاَرِِّزلا" (dengan zai murni) adalah dialek dari suku 'Udzrah, Kalb, dan Bani Al-Qain.
4. Membahas Kosa Kata (Lughah)
Contoh: Kalimat رَثْوَكْلا ini menunjukkan bahwa terdapat beragam penafsiran di
kalangan ulama tentang apa yang dimaksud dengan al-kautsar dalam Surah Al-Kautsar.
Al-Qurthubi mencatat adanya 16 pendapat berbeda mengenai hal ini.
a. Sungai di Surga
Ini adalah pendapat yang kuat dan sahih, diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Ibnu
Umar, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Al-kautsar adalah sungai di surga, kedua
tepinya dari emas, dasarnya dari mutiara dan yakut, tanahnya lebih harum daripada
misk, airnya lebih manis daripada madu dan lebih putih daripada salju.”
Al-Qurthubi juga menyebutkan riwayat lain dari Anas bin Malik dalam Sahih
Muslim, di mana Nabi ﷺ bersabda bahwa al-kautsar adalah sungai yang dijanjikan
Allah kepadanya, di atasnya terdapat banyak kebaikan, dan merupakan telaga yang
akan didatangi umatnya pada hari kiamat.

b. Telaga Nabi ﷺ di Padang Mahsyar:
Pendapat ini dikemukakan oleh Atha'. Al-Qurthubi menyebutkan banyak riwayat
tentang telaga ini dalam kitabnya "At-Tadzkirah". Disebutkan pula bahwa di keempat
sudut telaga ini terdapat empat khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali).
Barangsiapa membenci salah satu dari mereka, maka yang lain tidak akan memberinya
minum dari telaga tersebut.
c. Kenabian dan Kitab Suci:
Ini adalah pendapat dari Ikrimah.
d. Al-Qur'an:
Ini adalah pendapat dari Al-Hasan Al-Bashri.
e. Islam:
Ini diriwayatkan dari Al-Mughirah.
f. Kemudahan dalam memahami Al-Qur'an dan keringanan syariat:
Ini adalah pendapat dari Al-Husain bin Al-Fadl.
g. Banyaknya sahabat, umat, dan pengikut:
Ini adalah pendapat dari Abu Bakar bin 'Ayyash dan Yaman bin Riab.
h. Keutamaan:
Ini adalah pendapat dari Ibnu Kaisaan.
i. Ketinggian derajat:
Ini diriwayatkan dari Al-Mawardi.
j. Cahaya di dalam hati Nabi ﷺ yang menunjukkan jalan kepada Allah dan
memutuskannya dari selain-Nya:
k. Syafaat
l. Mukjizat-mukjizat yang dengannya Allah memberi petunjuk kepada orang-
orang yang menerima dakwah Nabi ﷺ

m. Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah.
n. Pemahaman mendalam tentang agama (fiqh).
o. Shalat lima waktu.
p. Ibnu Ishaq mengatakan al-kautsar adalah perkara yang agung.
5. Menguraikan Pendapat Para Fuqaha
Contoh: Ketika menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum waris, Imam Al-
Qurthubi menguraikan pendapat para fuqaha dari berbagai madzhab mengenai
permasalahan tersebut. Beliau juga memberikan argumentasi untuk setiap pendapat.
6. Mengumpulkan Pandangan Ulama Terdahulu
Contoh: Dalam menafsirkan surat al-Baqarah ayat 255, Imam Al-Qurthubi mengutip
pendapat-pendapat para ulama terdahulu seperti Ibnu 'Asakir, Hammad bin Salamah, Ibnu
Abbas, Al-Baihaqi, dan Abu Musa Al-Asy'ari dan lain lain.
7. Mengutip Syair Arab Klasik
Contoh: Untuk menjelaskan keindahan bahasa Al-Qur'an, Imam Al-Qurthubi sering
mengutip syair-syair Arab klasik yang memiliki kesamaan makna atau gaya bahasa.
Syair yang membahas kata Taha
َدَشْنَأ
َ
و ئط ةغلب وه :برطق َلاَق
َ
و
ُّ
يِوَن
ْ
زَغْلا
ُ
ه
َ
رَكَذ ٍّ
ٍك
َ
ع ِةَغُلِب يِبيِب
َ
ح ا
َ
ي :وٍر
َ
م
ُ
ع
ُ
ن
ْ
ب
ِ
هللَّا
ُ
د
ْ
ب
َ
ع َلاَق
َ
و َديِز
َ
يِل
ِلِهْل
َ
ه
ُ
مْلا ِن
ْ
ب:
ِنيِعَلَ
َ
مْلا ِم
ْ
وَقْلا يِف
ُهللَّا َك
َ
را
َ
ب َلَ …
ْ
مُكِلِئا
َ
مَش
ْ
نِم هط َة
َ
هاَف
ه
سلا هنِإ

ْ
ه
َ
مْلا
ُ
ه
َ
رَكَذ َكِلَذَك ِة
ه
يِنا
َ
ي
ْ
ر
ُّ
سلاِب
َ
و
ُ
ه َلاَق
َ
و ُة
َ
مِرْكِع هلاقو .لجر ا
َ
ي "هط "ى
َ
ن
ْ
ع
َ
م :
ُ
ن
َ
س
َ
حْلا َلاَق َكِلَذَك
َ
و
ُّ
يِوَد
.ُل
ُ
ج
َ
ر ا
َ
ي ِة
ه
يِط
َ
ب
ه
نلاِب
ُ
ههنَأ :
ُّ
يِر
َ
بهطلا ىَك
َ
ح
َ
و .ٍدِها
َ
ج
ُ
م
َ
و اًض
ْ
يَأ ٍسا
ه
ب
َ
ع ِن
ْ
با ِن
َ
ع
ُّ
يِد
ْ
ر
َ
وا
َ
مْلا
ُ
هاَك
َ
ح
َ
و ُل
ْ
وَق اَذ
َ
ه
َ
و
َلاَق اًض
ْ
يَأ ٍسا
ه
ب
َ
ع ِن
ْ
با
َ
و ٍر
ْ
ي
َ
ب
ُ
ج ِن
ْ
ب ِديِع
َ
س
َ
و ِ
ٍّ
يِ
ٍّد
ُّ
سلا:

ِنيِعَلَ
َ
مْلا
َ
حا
َ
و
ْ
رَأ
ُهللَّا
َ
س
ه
دَق َلَ …
ْ
مُكِقِئَلََخ
ْ
نِم هط َة
َ
هاَف
ه
سلا هنِإ
Dan berkata Abdullah bin Umar: "Ya Habibku" dengan bahasa 'Akk. Hal ini disebutkan
oleh Al-Ghaznawi. Dan Qatrib berkata: "Itu adalah bahasa Tha'i." Dan ia membacakan
syair untuk Yazid bin Al-Muhallab:
Sesungguhnya kebodohan (هط) adalah sebagian dari sifat-sifat kalian. Semoga Allah
tidak memberkahi kaum yang suka mencela.
Dan demikian pula yang dikatakan Al-Hasan: Makna "هط" adalah "Wahai laki-laki!"
Hal ini juga dikatakan oleh Ikrimah. Dan ia berkata bahwa itu adalah bahasa Suryani.
Demikian pula yang disebutkan oleh Al-Mahdawi. Dan Al-Mawardi meriwayatkannya
dari Ibnu Abbas dan Mujahid. Dan At-Thabari meriwayatkan: Bahwa itu adalah bahasa
Nabath, "Wahai laki-laki!" Dan ini adalah pendapat As-Suddi, Said bin Jubair, dan
Ibnu Abbas juga. Ia berkata:
Sesungguhnya kebodohan (هط) adalah sebagian dari tabiat kalian. Semoga Allah tidak
menyucikan arwah orang-orang yang suka mencela.
8. Memuat kritik zaman
Dalam pengantar tafsirnya, Al-Qurthubî menyatakan:
(يرمع ىدم هب لغتشأ نأ تيأر … عرشلا مولع عيمجب ليفكلا وه للَّا باتك ناك املف.. بتكأ نأب
غيزلا لهأ ىلع درلاو تاءارقلاو بارعلإاو تاغللاو تاريسفتلا نماتكن نمضتي ازيجو اقيلعت
… اهيفنصم ىلإ ثيداحلأاو اهيلئاق ىلإ لاوقلأا ةفاضإ باتكلا اذه يف يطرشو … تلَلَضلاو
ناقرفلا يآو ةنسلا نم هنمضت امل نيبملاو نآرقلا ماكحلأ عماجلاب هتيمسو )
“Ketika kitab Allah mencakup semua ilmu syariat maka saya memutuskan untuk
mengabdikan hidup saya mempelajari dan menulis tafsir ringkas yang mencakup
penjelasan, bahasa, tata bahasa, dan bacaan serta membantah kaum sesat. Dalam tafsir
ini, saya menyebutkan sumber-sumber dari pernyataan dan hadis yang ada dan
menamakannya al-Jâmi‘ li-Ahkâm al-Qur’ân wa-al-Mubîn lima Ta’malahu min as-
Sunnah wa-Ây al-Furqân.”
Kitab tafsir ini pertama kali dicetak di bawah pengawasan Dar al-Kutub al-Misriyyah, yang
dikerjakan oleh sejumlah ahli. Ide untuk mencetaknya pertama kali dicetuskan oleh Profesor
Muhammad al-Biblawi, dan Sheikh Ibrahim Itfayish memainkan peran penting dalam edisi kedua
(1952), mengedit 11 jilid dari jilid ketiga hingga ketiga belas. Sedangkan Profesor Ahmad Abdul

‘Alim al-Barduni menyunting tujuh jilid lainnya, yaitu jilid pertama, kedua, serta keempat belas
hingga kedelapan belas. Dua jilid terakhir disunting oleh Profesor Mustafa al-Saqa. Dalam
pengantar jilid ketiga dari edisi kedua, ada uraian tentang manuskrip yang dijadikan rujukan dalam
edisi ini. Lihat lebih lanjut dalam buku Al-Qurthubî: Hayatuhu wa-Âtharuhu al-‘Ilmiyyah wa-
Manhajuhu fi at-Tafsîr oleh Dr. Muftah as-Sanusi Bal’am. Pada halaman 276, disebutkan: “Ia tidak
melewatkan kesempatan untuk menyinggung situasi politik, menghubungkannya dengan kondisi
yang ada, mengkritik penguasa pada masanya, serta menunjukkan kemerosotan dan kelemahan
yang mereka alami, serta perubahan hukum Allah yang mereka lakukan.”
a. Kritik keadaan umat muslim zaman itu
Komentar Imam Al-Qurthubi pada ayat “Betapa banyak kelompok kecil
mengalahkan kelompok besar”(QS 2:249) :
ِسا
ه
نلا
َ
نِم ُة
َ
عا
َ
م
َ
جْلا :ُةَئِفْلا )ًة
َ
ريِثَك ًةَئِف
ْ
ت
َ
بَلَغ ٍةَليِلَق ٍةَئِف
ْ
نِم
ْ
مَك( :ىَلا
َ
عَت
ُ
هُل
ْ
وَق ِم ،
ْ
م
ُ
ه
ْ
نِم ُة
َ
عْطِقْلا
َ
و
ُ
ت
ْ
وَأَف
ْ
ن

ْ
حَت ،َة
َ
يْلْا "ٍةَليِلَق ٍةَئِف
ْ
نِم
ْ
مَك ":مهنع للَّا يضر
ْ
مِهِل
ْ
وَق يِف
َ
و .
ُ
ه
ُ
ت
ْ
عَطَق
ْ
يَأ
ُ
ه
ُ
ت
َ
يْأَف
َ
و ِف
ْ
ي
ه
سلاِب
ُ
ه
َ
سْأ
َ
ر ىَل
َ
ع ٌضيِر

ٌ
را
َ
عْشِت
ْ
سا
َ
و ِلا
َ
تِقْلا ُلا
َ
م
ْ
عَْلأا ِنِكَل ؟َل
َ
عْفَن ْنَأ
ُ
ن
ْ
حَن ا
َ
ن
ْ
يَل
َ
ع
ُ
بِج
َ
ي اَذَك
َ
ه :
ُ
تْلُق .
ُ
ه
ه
ب
َ
ر َق
ه
د
َ
ص
ْ
ن
َ
مِب
ٌ
ءاَدِتْقا
َ
و ِر
ْ
ب
ه
صلِل
ِريِس
َ
يْلا
َ
ما
ه
دُق ا
ه
نِم
ُ
ريِبَكْلا
ُ
دَد
َ
عْلا
َ
رِسَك
ْ
ن
َ
ي ى
ه
ت
َ
ح َكِلَذ
ْ
نِم
ْ
ت
َ
ع
َ
ن
َ
م ُةَدِساَفْلا
ُ
تا
ه
يِ
ٍّ
نلا
َ
و ُة
َ
حيِبَقْلا ا
َ
مَك ِ
ٍّ
و
ُ
د
َ
عْلا
َ
نِم
ِلا
َ
م
ْ
عَأِب َنوُلِتاَقُت ا
َ
مهنِإ :
ِ
ءا
َ
د
ْ
ر
ه
دلا و
ُ
بَأ لاقو :يراخبلا ىفو !انيديأ تبسك امب َكِلَذ
َ
و ،ٍة
ه
ر
َ
م
َ
ر
ْ
يَغ
ُ
هاَنْد
َ
هاَش .
ْ
مُك

ْ
عَْلأاَف ."
ْ
مُكِئاَف
َ
عُضِب هلَِإ َنو
ُ
ر
َ
ص
ْ
نُت
َ
و َنوُقَز
ْ
رُت ْل
َ
ه ":َلاَق ملسو هيلع للَّا ىلص
ه
يِب
ه
نلا هنَأ
ٌ
د
َ
ن
ْ
س
ُ
م ِهيِف
َ
و ُلا
َ
م
ا
َ
عَت
ُهللَّا َلاَق .!ٌةَلِئاَز ى
َ
وْق
ه
تلا
َ
و ٌفيِعَض
ُ
دا
َ
مِت
ْ
عِلَا
َ
و ٌليِلَق
ُ
ر
ْ
ب
ه
صلا
َ
و َنوُل
َ
م
ْ
ه
ُ
م
ُ
ءاَف
َ
عُّضلا
َ
و ٌةَدِساَف او
ُ
رِب
ْ
صا ":ىَل
«
َهللَّا اوُقهتا
َ
و اوُطِبار
َ
و او
ُ
رِباص
َ
و1« اوُلهك
َ
و
َ
تَف
ِ
هللَّا ىَل
َ
ع
َ
و ":َلاَق
َ
و " »2 ا
ْ
وَقهتا
َ
نيِذهلا
َ
ع
َ
م
َهللَّا هنِإ ":َلاَق
َ
و " »
« َنو
ُ
نِس
ْ
ح
ُ
م
ْ
م
ُ
ه
َ
نيِذهلا
َ
و3«
ُ
ه
ُ
ر
ُ
ص
ْ
ن
َ
ي
ْ
ن
َ
م
ُهللَّا هن
َ
ر
ُ
ص
ْ
ن
َ
يَل
َ
و ":َلاَق
َ
و " »4 او
ُ
رُكْذا
َ
و او
ُ
ت
ُ
بْثاَف ًةَئِف
ْ
م
ُ
تيِقَل اذِإ ":َلاَق
َ
و " »
« َنو
ُ
حِلْفُت
ْ
مُكهل
َ
عَل ًاريِثَك
َهللَّا5 ،ا
َ
نيِف ٍة
َ
دو
ُ
ج
ْ
و
َ
م
ُ
ر
ْ
يَغ اَنَد
ْ
نِع ٌة
َ
مو
ُ
د
ْ
ع
َ
م
َ
يِه
َ
و
ُ
هُطو
ُ
رُش
َ
و ِر
ْ
ص
ه
نلا
ُ
با
َ
ب
ْ
سَأ ِهِذ
َ
هَف ." »
ِذ هلَِإ ِمَلَ
ْ
سِْلإا
َ
نِم َق
ْ
ب
َ
ي
ْ
مَل ْل
َ
ب !ا
َ
نِب هل
َ
ح
َ
و ا
َ
ن
َ
با
َ
صَأ ا
َ
م ىَل
َ
ع َنو
ُ
عِجا
َ
ر ِه
ْ
يَلِإ اهنِإ
َ
و
ِ
ه
ِ
للَّ اهنِإَف هلَِإ ِنيِ
ٍّدلا
َ
نِم َلَ
َ
و ،
ُ
ه
ُ
رْك

َ
ب ا
ً
ب
ْ
رَغ
َ
و اًق
ْ
رَش
ُّ
و
ُ
د
َ
عْلا ىَل
ْ
و
َ
ت
ْ
سا ى
ه
ت
َ
ح ِداَش
ه
رلا ِةهلِق
َ
و ِنا
َ
يْغُّطلا ِة
َ
رْثَكِل
َ
و ِدا
َ
سَفْلا ِرو
ُ
هُظِل
ُ
ه
ُ
م
ْ
س
َ
ر ِت
ه
م
َ
ع
َ
و ،ا
ً
ر
ْ
ح
َ
ب
َ
و ا
ًّ
ر

َ
مِح
َ
ر
ْ
ن
َ
م هلَِإ
َ
مِصا
َ
ع َلَ
َ
و
ُ
ن
َ
حِمْلا ِت
َ
مُظ
َ
ع
َ
و
ُ
ن
َ
تِفْلا!.

Aku berkata: "Seperti itukah seharusnya kita berbuat? Akan tetapi, perbuatan-
perbuatan buruk dan niat-niat yang rusak telah menghalangi kita dari hal itu, sehingga
jumlah yang besar dari kita kalah di hadapan sejumlah kecil musuh, sebagaimana yang
telah kita saksikan berulang kali. Dan itu semua disebabkan oleh perbuatan tangan kita
sendiri!"
“Maka, amal perbuatan kita rusak, orang-orang lemah terlantar, kesabaran sedikit,
keyakinan lemah, dan kekuatan hilang!”
“Maka inilah sebab-sebab kemenangan dan syarat-syaratnya, dan semua itu tidak ada
pada kita, tidak terdapat di dalam diri kita. Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-
Nya lah kita kembali, atas apa yang menimpa dan terjadi pada kita!”
“Bahkan, tidak tersisa dari Islam kecuali namanya saja, dan tidak tersisa dari agama
kecuali bentuknya saja, karena munculnya kerusakan, banyaknya kedzaliman, dan
sedikitnya petunjuk, sehingga musuh menguasai timur dan barat, darat dan laut. Fitnah
merajalela, cobaan membesar, dan tidak ada pelindung kecuali orang yang dirahmati
(oleh Allah)!”
b. Kritik Imam Al-Qurthubi terhadap kaum yang melampaui batas pada zaman itu, penjelasan
pada ayat “Sesungguhnya orang-orang yang beriman apabila disebut nama Allah
bergetarlah hati mereka” (QS 8:2):
ِفِرا
َ
عْلا ُةَلا
َ
ح ِهِذ
َ
هَف .
َهللَّا َنوُفاَخ
َ
ي اوُناَك ْنِإ
َ
و
ِ
هللَّا ىَلِإ ِنيِق
َ
يْلا ُث
ْ
ي
َ
ح
ْ
نِم
ْ
م
ُ
ه
ُ
سوُفُن
ُ
نُك
ْ
سَت
ْ
يَأ
َ
نيِفِئاَخْلا ،
ِ
هللَّاِب
َ
ني

ه
زلا
َ
و ِقيِع
ه
زلا
َ
نِم
ُ
ماَغهطلا ُة
َ
عِد
َ
ت
ْ
ب
ُ
مْلا
َ
و ِ
ٍّ
ما
َ
و
َ
عْلا ُلا
ه
ه
ُ
ج
ُ
هُل
َ
عْف
َ
ي ا
َ
مَك َلَ ،ِهِت
َ
بوُق
ُ
ع
َ
و ِهِت
َ
وْط
َ
س
ْ
نِم ِقا
َ
هِ
ٍّ
نلا
َ
نِم
َ
و ِريِئ
َأ ْغُل
ْ
بَت
ْ
مَل :
ٌ
عوُشُخ
َ
و
ٌ
د
ْ
ج
َ
و َكِلَذ هنَأ
َ
م
َ
عَز
َ
و َكِلَذ ىَطا
َ
عَت
ْ
ن
َ
مِل ُلاَق
ُ
يَف .ِريِم
َ
حْلا َقا
َ
هِن
ُ
هِبْش
ُ
ي يِذهلا
َ
يِوا
َ
سُت ْن
،
ِ
هللَّاِب ِةَفِر
ْ
ع
َ
مْلا يِف ِهِبا
َ
ح
ْ
صَأ َلا
َ
ح َلَ
َ
و ِلو
ُ
س
ه
رلا َلا
َ
ح
ْ
تَناَكَف َكِلَذ
َ
ع
َ
م
َ
و ،ِهِلَلَ
َ
جِل ِميِظ
ْ
ع
ه
تلا
َ
و ،
ُ
ه
ْ
نِم ِف
ْ
وَخْلا
َ
و
.
ِ
هللَّا
َ
نِم اًف
ْ
وَخ
ُ
ءاَك
ُ
بْلا
َ
و
ِ
هللَّا ِن
َ
ع
ُ
م
ْ
هَفْلا ِظِعا
َ
و
َ
مْلا َد
ْ
نِع
ْ
م
ُ
هُلا
َ
ح
“Artinya, jiwa mereka menjadi tenang karena keyakinan kepada Allah meskipun
mereka takut kepada Allah. Inilah keadaan orang-orang yang mengenal Allah, yang
takut akan kekuasaan dan hukuman-Nya, tidak seperti yang dilakukan oleh orang-
orang awam yang bodoh dan kelompok ahli bid'ah yang melampaui batas, dengan
berteriak-teriak, meraung-raung, dan menjerit-jerit seperti ringkikan keledai.”
“Maka dikatakan kepada orang yang melakukan hal itu dan mengaku bahwa itu adalah
wujud dan khusyuk: "Engkau belum mencapai derajat untuk menyamai keadaan
Rasulullah atau keadaan para sahabatnya dalam hal mengenal Allah, takut kepada-Nya,
dan mengagungkan keagungan-Nya. Meskipun demikian, keadaan mereka ketika

mendengarkan nasihat adalah memahami (ajaran) Allah dan menangis karena takut
kepada Allah."”
Maka kitab ini tidak hanya berfokus pada aspek-aspek hukum (fiqh) yang terkandung dalam
Al-Qur'an, tetapi juga mencakup penjelasan mendalam tentang ayat-ayat Al-Qur'an dari berbagai
sudut pandang, termasuk tafsir bahasa, makna-makna teologis, dan hikmah-hikmah yang
terkandung di dalamnya.
Imam al-Qurthubi memiliki pendekatan yang unik dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an.
Beliau selalu memulai dengan menjelaskan makna literal (zahir) dari ayat, kemudian memberikan
penafsiran yang lebih mendalam dengan merujuk pada pendapat para sahabat Nabi dan tabi'in.
Salah satu keunggulan tafsir ini adalah pembahasan hukum yang sangat rinci terkait dengan ayat-
ayat hukum dalam Al-Qur'an, yang menjadikan kitab ini sebagai sumber penting bagi para fuqaha
(ahli fikih) khususnya dalam mazhab Maliki.
Adapun Berdasarkan pengelompokkan metode tafsir, maka tafsir Al-Qurthubi dapat dikatakan
menggunakan metode tahlili dalam penafsirannya. Hal ini dapat dilihat dari cara Al-Qurthubi
menjelaskan kandungan ayat Al-Qur’an secara runut 30 juz serta mendalam dari berbagai aspek.
Adapun langkah-langkah Al-Qurthubi dalam penafsirannya, menyebutkan ayat, menyebutkan
poin-poin masalah ayat yang dibahas ke dalam beberapa bagian, memberikan kupasan dari segi
bahasa, menyebutkan ayat-ayat lain yang berkaitan dan hadis-hadis dengan menyebut sumber
dalilnya, mengutip pendapat ulama dengan menyebut sumbernya sebagai alat untuk menjelaskan
hukum-hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan, menolak pendapat yang dianggap tidak
sesuai ajaran Islam, mendiskusikan pendapat ulama dengan argumentasi masing-masing dan
mengambil pendapat yang paling benar.
7

C. Kelebihan Kitab Tafsir Al-Qurthubi
Menurut situs Al-Warraq, buku tafsir ini merupakan salah satu karya tafsir terbaik dan paling
bermanfaat. Karena cakupannya yang komprehensif, buku ini hampir dapat menggantikan
kebutuhan terhadap tafsir lain, bahkan kitab-kitab utama fiqih dari berbagai mazhab. Tidak ada

7
M Rifaldi and M S Hadi, ‘Meninjau Tafsir Al-Jami’Li Ahkami Al-Qur’an Karya Imam Al-Qurthubi: Manhaj
Dan Rasionalitas’, Jurnal Iman Dan Spiritualitas, 1.1 (2021), 92–100
<http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jis/article/view/11529>.

karya tafsir lain yang memperoleh sambutan dan perhatian seperti yang diterima tafsir ini. Meski
naskahnya tersebar di berbagai perpustakaan dunia, Sheikh Bahjat al-Bitar pernah berkata, "Kami
sering mendengar tentang tafsir ini sebelum melihatnya. Ketika akhirnya dicetak, kami mulai
membacanya dan menemukan keistimewaannya." Ia lalu menjelaskan keistimewaan tafsir ini,
terutama dalam metode Al-Qurthubî yang menyajikan ayat dengan menjelaskan masalah-
masalahnya dalam bab-bab tertentu. Di dalamnya, ia membahas makna kata, menyebutkan syair
sebagai bukti, hingga menguraikan akar kata. Ia juga menyebutkan pandangan ulama terdahulu
dan memberikan pilihan makna sesuai pandangannya. Al-Qurthubî sangat memperhatikan atribusi
hadis kepada perawinya, serta memeriksa matan dan sanad hadis, apakah diterima atau ditolak.
8

a. Menyajikan Tafsir Tahlili: Menjelaskan ayat secara runut 30 juz, mendalam dari berbagai
aspek, dan menjadikannya sumber yang komprehensif.
b. Detail dalam Penjelasan Hukum: Memberikan penjelasan hukum yang rinci dan
komparatif, menjadikannya rujukan penting bagi para fuqaha, khususnya mazhab Maliki.
c. Mengkritik Penyimpangan: Memberikan kritik terhadap pemahaman dan praktik
keagamaan yang menyimpang pada zamannya, seperti praktik kaum yang berlebihan
dalam beribadah.
d. Memuat Kritik Sosial: Tidak segan mengkritik kondisi sosial dan politik pada masanya,
menunjukkan keberanian dan kepeduliannya terhadap kondisi umat.
D. Kesimpulan
Kitab Al-Jami' li Ahkami al-Qur'an karya Al-Qurthubi merupakan salah satu karya
monumental dalam tafsir al-Qur'an, khususnya dalam hal hukum Islam. Dengan pengetahuan yang
mendalam, penggunaan dalil yang sahih, dan memuat kritik sosial kitab ini menjadi rujukan
penting bagi para ulama dan pelajar fiqh di seluruh dunia. Tafsir ini tidak hanya kaya akan
penjelasan hukum, tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang memperkaya pemahaman terhadap
al-Qur’an secara keseluruhan.


8
‘Majma’ Al-‘Ilmi Al-‘Arabi’ (Damaskus, 1945), p. 562.

Daftar Pustaka
Al-Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr bin Farah al-Ansari al-Khazraji
Syamsuddin, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an (Mesir: Dar Al Kutub)
Al-Zarkali, Khayruddin, Al-A‘Lām (Beirut: Dār al-‘Ilm li al-Malāyīn, 2002)
Azizî, Faizah Ali Syibromilasi dan Jauhar, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011)
‘Majma’ Al-‘Ilmi Al-‘Arabi’ (Damaskus, 1945), p. 562
Rifaldi, M, and M S Hadi, ‘Meninjau Tafsir Al-Jami’Li Ahkami Al-Qur’an Karya Imam Al-
Qurthubi: Manhaj Dan Rasionalitas’, Jurnal Iman Dan Spiritualitas, 1.1 (2021), 92–100
<http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jis/article/view/11529>
Al Maktabah Asy Syamlilah
Tags