tafsir tentang pendidikan yang merupakan ciri khas pendidikan Islam yang tidak meninggalkan akar diri
Size: 1.14 MB
Language: none
Added: Sep 14, 2025
Slides: 14 pages
Slide Content
METODE tafsir Tematik Dr.h.akhmad alim, ma
جمع الآيات القرآنية ذات الهدف الواحد التي اشتركت في موضوع ما وترتيبها حسب النزول ما امكن ذلك مع الوقوف على أسباب نزولها ثم تناولها بالشرح والتعليق والإستباط Tafsir maudhu’i adalah mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai maksud yang sama , yang terkait dalam satu topik masalah , kemudian manyusunnya berdasarkan sebab turunnya ayat-ayat tersebut , selanjutnya memberikan syarah , dan analisa , serta mengambil kesimpulan . Abd . Al-Hay Al-Farmawi , Bidayah Fiy al-Tafsir al-Maudhu’i , Kairo: Matba’ah al-Hadarah al`Arabiyah , 1977, hlm.52
Penulisan Tesis tafsir Tematik BAB I : PENDAHULUAN BAB II : KAJIAN TEORITIS BAB III : PEMBAHASAN BAB IV : IMPLEMENTASI BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
LATAR BELAKANG MASALAH Kualitas pendidikan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas para gurunya . Sebagus-bagusnya rancangan kurikulum , teknologi pendidikan , ataupun perencanaan pendidikan , jika tanpa guru yang berkualitas , maka tidak akan membawa kesuksesan dalam meraih tujuan pendidikan . Artinya keberhasilan proses pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas para gurunya . Hal itu karena guru memiliki peran yang amat penting , terutama sebagai agent of change melalui proses pembelajaran . Namun amat disayangkan , kualitas guru di negeri kita tercinta ini masih jauh dari harapan . Menurut Wakil Sekretaris Jendral Komisi Nasional Pendidikan Sukmawardana , kualitas dan kompetensi guru masih sangat memprihatinkan saat ini . Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang malas mengembangkan kemampuan diri , tidak berpijak pada program mengajar , tidak menguasai metode mengajar yang dapat membuat minat belajar siswa meningkat . - Komnas Pendidikan: Kualitas Guru Memprihatinkan, www . republika . co.id , 26 November 2013.
KAJAN TEORITIS Kajian Teoritis Dalam bahasa Arab kompetensi disebut dengan istilah Al- Kafa’ah , dan juga Al- Ahliyah , yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan atau otoritas untuk melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut . Ahmad Warson Munawwir , Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia t.tp : Pustaka Progressif , 1984.
PEMBAHASAN QS. Lukman : 12 وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ج وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ صلى وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ “ Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji .” (QS. Lukman: 12)
الحكمة: وهو توفيق العمل بالعلم فكل من ؤتى توفيق العمل با لعلم فقد ؤتى الحكمة Artinya : “ Hikmah adalah , kecocokan perbuatan dengan ilmu , maka siapa yang serasi antara perbuatan dengan ilmunya , berarti ia telah mendapatkan hikmah ”. Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa hikmah itu adalah ilmu dan keagamaan dan kesesuaian perkataan . Kesesuaian perkataan yang didasari pada ilmu dan keagamaannya . الحكمة : العلم والديانة والاصابة فى القول Artinya : “ Hikmah itu adalah , ilmu dan keagamaan dan kesesuaian perkataan . ” Imam Al-Suyuti , Tafsir Jalalain , hlm. 339.
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ جوَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا قلىوَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ “ Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak ...” (QS. Al-Baqarah : 269)
Dari uraian tafsir di atas dapat disimpulkan bahwa hikmah mencakup rukun-rukun berikut ini : Ilmu yang argumentatif yang bersih dari kekeliruan( al-ilm al-muhkamah ), jauh dari kebodohan, sehingga dapat merubah keadaan menuju perbaikan akidah, ibadah dan akhlak. Sikap lembut dan persuasif dalam menyampaikan pesan (al- hilmu ) . Kondisional yaitu melihat kondisi tingkat pemahaman , dan melakukan pentahapan sehingga mudah dipahami dan diikuti (al- ta’anni ) . Berorientasi pada kebenaran ( ishabah al-haq ). Kompetensi agama (al- diyanah ).
Kajian Implementatif Kompetensi Guru Berbasis Hikmah Berdasarkan kajian tafsir surat Luqman ayat 12 tersebut dapat dikembangkan “ Kompetensi Guru Berbasis Hikmah ”, dengan deskripsi sebagai berikut : Kompetensi Keilmuan ( al-ilm al-muhkamah ) Hendaknya setiap guru rajin menambah wawasan keilmuannya, dengan cara memperbanyak membaca, menghapal , menganalisa, mengkaji masalah,meneliti, dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiyah . Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Imam Syafi’i , dimana menurut salah satu muridnya yang bernama Ar-Rabi ’, bahwa Imam Syafi’i jarang makan pada siang harinya, dan jarang tidur pada malam harinya, karena disibukkan dengan mengkaji banyak masalah-masalah keilmuan dan membukukannya.
kompetensi Akhlak ( al- hilmu ) Hendaknya setiap guru mensucikan dirinya dari segala bentuk akhlak tercela, dan menghiasi dirinya dengan akhlak terpuji,baik lahir maupun batin. Oleh karenanya seorang ilmuan harus mengosongkan dirinya dari sifat iri hati, pemarah, menipu,takabur,pamer, mencari popularitas ( sum’ah ), persaingan duniawi, dusta, kikir. Kemudian mengisi dirinya dengan sifat qana’ah , pemaaf, jujur, tawadhu ’, ikhlas, sidiq , amanah, dermawan.
Kompetensi Profesional (al- ta’anni ) Hendaknya seorang guru memilih metodologi pengajaran yang paling mudah diterima oleh para peserta didiknya.
kompetensi Islamicworldview ( ishabah al-haq ) Dalam mendidik para muridnya, seorang guru hendaknya berniat karena allah dan menyebarkan ilmu, menghidupkan syi’ar agama Islam, megenegakkan kebenaran daan menghapuskan kebatilan.
kompetensi agama ( al- diyanah ) Hendaknya setiap guru menjaga syi’ar-syi’ar keislaman. Seperti melazimkan shalat secara berjama’ah di masjid, menyebarkan salam, beramar ma’ruf nahi munkar , sabar dan santun dalam bersikap. Demikian juga termasuk bagian syi’ar adalah berpegang teguh terhadap sunah dalam bersikap, dan menjauhi segala macam bid’ah . Semua itu, akan melahirkan citra posisif terhadap diri ilmuan dan ilmu yang diembannya.