stepanussakakaddut01
7 views
48 slides
Aug 31, 2025
Slide 1 of 48
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
About This Presentation
pemahaman tata perayaan Ekarisi versi terbaru
Size: 1.21 MB
Language: none
Added: Aug 31, 2025
Slides: 48 pages
Slide Content
TATA PERAYAAN EKARISTI 2020 DAN PERUBAHANNYA
PENGANTAR Dokumen pertama yang dihasilkan dalam Konsili Vatikan II adalah Sacrosanctum Concilium tentang Liturgi Suci. Liturgi sangat penting dalam kehidupan kita. Sacrosanctum Concilium 2 menegaskan ‘Sebab melalui liturgilah terutama dalam Korban Ilahi Ekaristi terlaksanalah karya penebusan kita’. Pada bulan Mei 2022 Ignatius Kardinal Suharyo selaku ketua KWI telah secara resmi melaunching berlakunya TPE 2020. Di semua tempat kita telah mulai menggunakan TPE yang baru ini: buku Imam dan buku umat. Untuk lebih menyerderhanakannya berikut beberapa rangkuman yang telah dikontekstualisasikan dengan kondisi dan praktek kita.
PENGANTAR MISALE ROMANUM TATA PERAYAAN EKARISTI BAHASA INDONESIA Missale Romanum Editio Typica 1970 Aturan Upatjara Misa 1971 Missale Romanum Editio Typica Secunda 1975. Tata Perayaan Ekaristi 1979 Missale Romanum Editio Typica Tertia 2002. TPE 2005 Missale Romanum Editio Typica Reimpressio Emendata 2008 TPE 2020 (2021)
Karena Misalle Romanum juga sudah berubah. Missale Romanum atau buku Misa Romawi adalah buku liturgis yang memuat naskah-naskah beserta rubrik-rubrik yang dipergunakan dalam perayaan Misa dalam Ritus Romawi dari Gereja Katolik ALASAN MENGAPA BERUBAH Karena Gereja Katolik itu satu, kudus, katolik dan apostolik. Satu dalam kesatuan dengan dalam persatuan dengan bapa Paus di Roma dan dengan Gereja universal. Gereja Katolik memiliki satu kesatuan tata ibadat dan tidak seperti demoninasi Protestan yang mana setiap Gereja memiliki tata ibadatnya sendiri sendir
RITUS PEMBUKA Ada perbedaan rubrik dalam TPE 2005 dan TPE 2020 yang bersumber pada pemahaman teologis. TPE 2020 jelas mengatakan ‘Setelah umat berkumpul, imam bersama para pelayan berarak menuju altar, diiringi nyanyian perarakan masuk’. Rubrik ini memberikan makna jelas bahwa perayaan Ekaristi sesungguhnya adalah perayaan seluruh umat dan bukan perayaan Imam dan pelayan altar. Karena itu umat tidak boleh datang terlambat. Perarakan Masuk dan Penghormatan Altar
RITUS PEMBUKA Pada hari Minggu dan hari raya hendaklah Evangeliarium selalu diarak dalam perarakan dan diletakkan di altar bagian tengah. Jika ada Diakon maka Diakon yang membawa Evangeliarium. Jika tidak ada Diakon maka Evangeliarium dibawa oleh seorang lektor. Sesampai di depan panti imam, imam dan pelayan altar berlutut/ membungkuk di depan altar, umat tidak ikut membungkuk. Tugas umat adalah bernyanyi. Ini berbeda dengan rubrik TPE 2005 yang mengatakan umat ikut membungkuk.
RITUS PEMBUKA Jika di panti imam ada tabernakel maka Imam dan pelayannya (kecuali pembawa Evangeliarium) berlutut. Jika tidak ada maka hanya membungkuk. Contoh di gereja Katedral ada tabernakel maka harus berlutut. Tetapi misalnya misa di podium yang tidak ada tabernakel maka imam dan pelayan hanya membungkuk. Antifon pembuka hanya dibawakan jika tidak ada lagu pembuka. Lagu pembuka sifatnya mengiringi perarakan. Jadi jika imam sudah siap untuk membuat tanda salib lagu pembuka sebisanya selesai dan jangan lagi lanjut ayat berikut karena alasan ‘kami sudah latih setengah mati’. Dalam satu perayaan ekaristi tanda salib hanya dibuat diawal dan di akhir. Kecuali tanda salib kecil yang dibuat sebelum injil.
RITUS PEMBUKA Kalimat ‘atas nama Bapa ada di TPE 1979, demi nama Bapa ada di TPE 2005 namun dalam TPE 2020 ini hanya satu yaitu Dalam nama bapa’ karena teks aslinya dalam MR 2008 adalah In Nomine Patris et Filio et Spiritui Sancto…jadi tanda salib tidak dimulai dengan “atas” atau “demi” tapi “dalam”. Tanda salib
RITUS PEMBUKA Ada 4 salam, 3 untuk Imam, 1 untuk Uskup. Tuhan sertamu (Dominus nobiscum) tidak ada lagi, yang ada adalah salam Tuhan bersamamu (Dominus vobiscum) dan dua salam lain dalam salam pembuka serta umat menjawab dan bersama rohmu. Sementara salam untuk prefasi dan salam sebelum berkat penutup hanya Tuhan bersamamu. Salam Tuhan sertamu atau Tuhan beserta kita sudah tidak ada lagi. Hindari penggunaan salam profan dalam liturgi misalnya “selamat pagi, siang, malam, apa kabar, dll..?” Salam
RITUS PEMBUKA Kata pengantar tidak boleh panjang layaknya homili awal tetapi singkat, padat dan jelas. Kata pengantar bisa dibawakan oleh imam, diakon atau pelayan lain, misalnya frater. Frater bisa bawakan kata pengantar tetapi tidak bisa bawakan homili dalam misa apapun. Kata pengantar
RITUS PEMBUKA Dalam TPE 2020 hanya ada 4 cara. Saat mengucapkan saya berdosa, saya berdosa saya sungguh berdosa umat menebah dada namun tidak perlu membungkuk. Menebah dada dilakukan sambil berdiri seperti biasa. Membungkuk adalah sikap untuk menerima berkat. Dalam rubrik juga tidak ada keterangan bahwa kita mesti membungkuk saat berkata saya berdosa, dst. Tobat Pada hari Minggu dapat dipakai cara perecikan dengan air berkat sebagai peringatan pembaptisan. Cara ini bukan hanya untuk masa paskah, tetapi dapat dilakukan setiap hari Minggu. Perecikan diringi lagu aspergesme atau vidi aquam (masa Paskah)
RITUS PEMBUKA Absolusi yang diberikan adalah absolusi umum dan bukan absolusi sakramental. Karena itu tidak ada gerakan tanda salib oleh Imam layaknya memberikan absolusi sakramental, demikian juga umat tidak membuat tanda salib saat absolusi. Tobat Ritus tobat dibuat dalam posisi berdiri dan bukan berlutut. Dalam TPE 2005 ada kemungkinan berlutut, karena rubrik menyebutnya dengan doa tobat, tetapi dalam TPE 2020 semua dalam posisi berdiri. Mengapa? Karena kembali ke esensi asli yaitu bahwa bagian itu adalah pernyataan tobat (actus penitensilis). Jadi itu adalah sebuah pernyataan dalam satu kesatuan doa. Sebuah pernyataan selalu diungkapkan dalam posisi berdiri
RITUS PEMBUKA Jika lagu Tuhan Kasihanilah Kami menggunakan rumusan pendek maka saya mengaku dibawakan, namun jika menggunakan lagu Tuhan Kasihanilah Kami dengan beberapa solo yang panjang maka saya mengaku ditiadakan. Mengapa? Karena jika dibawakan maka terjadi pendobelan. Tobat
RITUS PEMBUKA PUMR 53: Kemuliaan adalah madah yang sangat dihormati dari zaman kristen kuno. Lewat madah ini Gereja yang berkumpul atas dorongan Roh Kudus memuji Allah Bapa dan Anak Domba Allah, serta memohon belaskasihan-Nya. Teks madah ini tidak boleh diganti dengan teks lain. Kemuliaan dibuka oleh imam atau, lebih cocok, oleh solis atau oleh koor, kemudian dilanjutkan oleh seluruh umat bersama-sama, atau oleh umat dan paduan suara bersahut-sahutan, atau hanya oleh koor. Kalau tidak dilagukan, madah Kemuliaan dilafalkan oleh seluruh umat bersama-sama atau oleh dua kelompok umat secara bersahut-sahutan Kemuliaan Jika kemuliaan tidak dinyanyikan maka dibawakan secara bergantian antara umat/ antara baris kiri dan kanan dan bukan dialog antara Imam dan umat. Lagu kemuliaan tidak mesti diangkat oleh Imam, tetapi bisa oleh solis atau salah seorang umat. Namun jika Imam ingin mengangkatnya juga tidak masalah
RITUS PEMBUKA TPE 2005 menyebut dengan doa pembuka, tetapi TPE 2020 menamainya dengan doa kolekta, karena dia menghumpulkan semua intensi di hati umat dan menyatukan dalam doa tersebut. Doa ini adalah doa presidential, sama seperti doa persembahan, doa sesudah komuni dan kelompok doa lain. Doa Kolekta Sebelum doa kolekta (doa pembuka) Imam hendaknya mengambil saat hening agar umat dapat menyebut intensi-instensi di dalam hatinya. Doa kolekta selalu ditutup dengan rumusan Trinitaris sedangkan doa persiapan persembahan dan doa sesudah komuni ditutup dengan rumusan Kristologis. Rumusan Trinitaris maksudnya dalam rumusan itu terdapat seluruh unsur Trinitas: Bapa Putera dan Roh Kudus, sedangkan kristologis artinya dalam rumusan itu hanya Kristus yang disebut.
RITUS PEMBUKA Model struktur doa Romawi: Ajakan (marilah kita berdoa), Anaklesis (sapaan kepada Allah). Anamnesis (pengenangan karya agung Allah di dunia menyangkut tema perayaan), Epiklesis (permohonan yang berkaitan dengan anamnesis) Konklusi-aklamasi (penutup Trinitaris/ KristologisAmin). Perhatian bagi yang biasa menyusun teks teks misa harus mengikuti pola ini Doa Kolekta
LITURGI SABDA PUMR 57: Tidak diizinkan mengganti bacaan dan mazmur tanggapan, yang berisi sabda Allah, dengan teks-teks lain yang bukan dari Alkitab. PUMR 59: Bacaan-bacaan hendaknya dibawakan oleh lektor, sedangkan Injil dimaklumkan oleh diakon atau imam lain yang tidak memimpin perayaan. Umat hening sejenak untuk meresapkan sabda Allah Waktu yang tepat untuk maju. Para lektor dan pemazmur tidak boleh maju sebelum doa kolekta (doa pembuka) selesai dibacakan/dinyanyikan. Tidak boleh mencapuradukan ritus pembuka dan liturgi sabda entah dengan alasan untuk menghemat waktu dan lain sebagainya.
LITURGI SABDA Waktu yang tepat untuk maju. Para lektor dan pemazmur tidak boleh maju sebelum doa kolekta (doa pembuka) selesai dibacakan/dinyanyikan. Tidak boleh mencapuradukan ritus pembuka dan liturgi sabda entah dengan alasan untuk menghemat waktu dan lain sebagainya. Di depan altar, saat maju untuk membaca, lektor tidak berlutut tetapi hanya membungkuk di depan altar. Sesampainya di mimbar ia tidak perlu membungkuk ke arah mimbar lagi tetapi langsung membaca bacaan-bacaan dengan penuh hormat.
LITURGI SABDA Seorang lektor harus sungguh sungguh mempersiapkan diri. Baca dan pahami teks terlebih dahulu. Sebelum ia mewartakan Sabda Tuhan ia sendiri harus terlebih dahulu memahami dan dirasuki oleh Sabda Allah itu sendiri. Setelah bacaan-bacaan dibacakan atau setelah selesai menyanyikan mazmur, lektor dan pemazmur tidak perlu lagi membungkuk di depan mimbar tetapi maju dan membungkuk di depan altar ke arah altar. Setelah setiap bacaan harus ada saat hening sebelum masuk ke bacaan berikutnya Mazmur tanggapan dibawakan dari mimbar. Ia tidak boleh diganti dengan lagu antar bacaan (kecuali dalam situasi mendesak) karena mazmur tanggapan adalah bagian dari sabda Tuhan.
LITURGI SABDA Setelah bacaan II para lektor dan pemazmur langsung kembali ke tempat duduk dengan terlebih dahulu membungkuk di depan altar Mazmur tanggapan dibawakan dari mimbar. Ia tidak boleh diganti dengan lagu antar bacaan (kecuali dalam situasi mendesak) karena mazmur tanggapan adalah bagian dari sabda Tuhan. Alleluya dan bait pengantar injil tidak dibawakan dari mimbar tetapi dari bangku umat entah oleh solis atau salah seorang umat dan bukan dibawakan oleh pemazmur atau Imam sendiri dari mimbar baca.
LITURGI SABDA Kata yang benar yang digunakan adalah ‘bacaan’ dan bukan ‘pembacaan’. Tulisan ‘bacaan I dan bacaan II, juga bab dan ayat serta tulisan miring’ tidak dibacakan. Catatan: 1. Bacaan yang dibacakan dalam Bacaan II harus berasal dari Kitab Suci (bdk. PUMR 57). 2. Maka tindakan mengganti bacaan dengan renungan rohani atau sumber manapun selain Kitab Suci, dengan alasan apapun tidak dapat dibenarkan. 3. Bacaan II diambil dari Kitab Suci Perjanjian Baru, tepatnya dari Surat-surat para Rasul. Kadang di biara suster mereka biasa mengganti bacaan II dengan tulisan bapa pendiri atau dari konstitusi mereka. Ini tidak benar. Jika tidak dinyanyikan maka alleluya dan pengantar injil dilewatkan saja dan langsung dilanjutkan dengan dialog sebelum bacaan injil. Tanda salib kecil dibuat sembari mengucapkan jawaban aklamasi injil “dimuliakanlah Tuhan
LITURGI SABDA Injil selalu dibawakan oleh Diakon. Hanya jika tidak ada Diakon maka injil dibawakan oleh Imam sendiri. Setelah pembacaan injil buku Evangeliarium hanya dicium dan tidak diangkat. Buku Evangeliarium hanya diangkat dalam perayaan yang dipimpin oleh Uskup dimana setelah pembacaan injil Diakon membawa buku injil ke Uskup untuk dicium dan Uskup memberkati umat dengan buku itu. Pada saat itu umat menunduk menerima berkat. Saat hendak membacakan injil, Imam atau Diakon membungkuk ke arah altar dan bukan ke arah tabernakel atau ke arah Imam selebran. Mengapa? Karena altar adalah pusat Gedung gereja. Ia menyimbolkan Yesus yang di atasnya tubuhnya Ekaristi suci sedang dirayakan. Di luar perayaan Ekaristi, pada saat kita masuk Gedung gereja kita memberikan penghormatan ke arah tabernakel. tidak dinyanyikan maka alleluya dan pengantar injil dilewatkan saja dan langsung dilanjutkan dengan dialog sebelum bacaan injil.
LITURGI SABDA Aklamasi sesudah injil. Dalam TPE 2005 ada 3 cara: Cara, I: Demikianlah Injil Tuhan. U: Tepujilah Kristus Cara 2: I: Berbahagialah orang yang mendengarkan Sabda Tuhan, dan tekun melaksanakannya. U: Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami. Cara 3: I: Inilah Injil Tuhan kita U: Sabda-Mu sungguh mengagungkan. Dalam TPE 2020 hanya satu yaitu ‘demikianlah sabda Tuhan’. Karena teks aslinya adalah Verbum Domini Dialog sebelum Injil. Dalam TPE 2020 hanya satu yaitu ‘inilah injil suci menurut’ dan bukan inilah Injil suci Yesus Kristus menurut
LITURGI SABDA Pada saat bacaan bacaan suci dan injil dibacakan semua wajib mendengar dengan penuh perhatian, karena pada saat itu Allah sendiri sedang bersabda. Dilarang membaca bacaan (misalnya dari buku ruah maupun kitab suci) Homili Dalam rubrik TPE 2005 dikatakan ‘kemudian Imam atau Diakon membawakan homili. Sementara dalam TPE 2020 dikatakan ‘Kemudian homili dibawakan oleh imam atau diakon pada setiap hari Minggu dan hari Pesta; dianjurkan pula untuk hari-hari lain. Sesudah homili, hening sejenak. Ini artinya kewajiban Imam membawakan homili adalah hanya pada hari Minggu, hari raya dan Pesta, hari biasa tidak wajib.
LITURGI SABDA Homili hanya dibawakan oleh kaum tertahbis (Diakon, Imam dan Uskup). Dalam misa, Frater hanya bisa bawakan kata pengantar singkat. Homili dibawakan hanya dari mimbar dan bukan jalan jalan di depan altar. Panjang/lamanya homili idealnya 5-7 menit, untuk konteks pastoral dapat ditoleransi hingga 15 menit. Hanya Imam yang tidak menyiapkan homili dengan baik yang biasanya lewat dari 30 menit bahkan 1 jam. Homili juga merupakan penjelasan dari bacaan bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam perayaan liturgis dan bukan mengisahkan sejarah hidup seseorang
LITURGI SABDA Syahadat ini kita hanya menggunakan syahadat pendek. Sangatlah dianjurkan untuk juga mengucapkan syahadat Panjang/ Nikea Konstantinopel. Pada bagian ‘yang dikandung dari Roh Kudus dilahirkan oleh Perawan Maria’ (biasanya dicetak miring) semua menunduk dan pada hari raya natal dan hari raya kabar sukacita berlutut. Doa Umat Beriman Saat yang tepat untuk maju membacakan doa umat adalah setelah aku percaya selesai dibawakan. Doa ini bisa dibawakan baik dari mimbar atau dari tempat lain yang serasi. Ini berbeda dengan bacaan I, Mazmur Tanggapan, injil serta homili yang wajib dibacakan dari mimbar. Petugas pembaca doa umat (atau juga doa lain) tidak perlu maju dan berlutut di depan altar sebelum membaca doa umat (atau doa lainnya) melainkan hanya membungkuk hormat ke arah altar dari samping. Doa umat dapat dibawakan dengan cara dinyanyikan.
LITURGI SABDA Syahadat Kita hanya menggunakan syahadat pendek. Sangatlah dianjurkan untuk juga mengucapkan syahadat Panjang/ Nikea Konstantinopel. Pada bagian ‘yang dikandung dari Roh Kudus dilahirkan oleh Perawan Maria’ (biasanya dicetak miring) semua menunduk dan pada hari raya natal dan hari raya kabar sukacita berlutut.
LITURGI EKARISTI Rubrik 2020 mengatakan sedikit lebih Panjang, sebagai berikut: Setelah itu, nyanyian Persiapan Persembahan dimulai. Sementara itu para pelayan meletakkan korporale, purifikatorium, piala, palla, dan buku Misa di atas altar. Kemudian, wakil-wakil umat mengantar kepada imam bahan bahan persembahan, yaitu roti dan anggur, untuk perayaan Ekaristi, atau juga pemberian lain, untuk memenuhi keperluan Gereja dan orang miskin. Jika ada perarakan persembahan maka apapun yang dibawa dalam perarakan itu, roti dan anggur (dalam botol) wajib ada karena kedua bahan itu yang akan diubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Lagu persembahan tetap dapat dinyanyikan walau tidak ada perarakan persembahan. Jika ada lagu persembahan maka doa pujian atas roti dan anggur diucapkan oleh Imam secara pelan, kecuali kalau tidak ada lagu maka diucapkan secara lantang dan umat menjawab terpujilah Allah selama-lamanya. Dalam perayaan-peryaan besar/ hari raya, lagu persembahan dapat dinyanyikan hingga umat selesai didupai. Saat hendak mencampurkan sedikit air dengan anggur Imam tidak perlu membuat tanda salib ke atas air itu melainkan hanya menuangkannya sambil mendoakan dalam hati doa yang ada. Persembahan
LITURGI EKARISTI Catatan: Bahan utama dalam persembahan adalah roti tak beragi dan anggur. Perarakan mengantar bahan persembahan ke altar sebaiknya diiringi dengan nyanyian persembahan. Nyanyian itu berlangsung sekurang-kurangnya sampai bahan persembahan tertata di atas altar Kalau tidak ada perarakan persembahan, dapat dilagukan nyanyian persembahan Sangat dianjurkan agar hosti yang akan dikonsekrir sebisanya hanya untuk konsumsi hari itu. Jangan mengkonsekrir hosti dalam jumlah banyak lalu disimpan di tabernakel dan setiap hari Imam menyambut dari hosti besar yang dikonsekrir hari itu sementara umat/ frater menyambut dari hosti dari tabernakel. Ingat Kembali fungsi utama tabernakel. Persembahan
LITURGI EKARISTI Doa atas roti dan anggur selalu dibuat terpisah dan tidak digabungkan. Pujian atas roti lebih dahulu baru pujian atas anggur. Kebiasaan mengangkat roti dan anggur dalam satu doa pujian adalah kebiasaan TPE 1979. Mari kita biasakan yang benar dan tidak membenarkan yang biasa. Pada bagian pujian ini jarak patena atau piala saat diangkat hanya satu jengkal dari altar dan bukannya diangkat tinggi dan dihunjukkan kepada umat. Itu hanyalah pujian biasa dan belum masuk saat elevasi setelah konsekrasi. Persembahan Pada saat mencampurkan sedikit air ke dalam anggur baik dalam TPE 1979, 2005 dan 2020 sama sekali tidak rubrik yang mengatakan bahwa imam membuat tanda salib ke atas air. Jadi, air yang dicampur itu jangan diberkati, karena itu harus benar benar air murni yang melambangkankan aspek kemanusiaan Yesus. Anggur melambangkan keilahianNya.
LITURGI EKARISTI Imam diharapkan membawakan doa secreto (doa dalam hati) saat mencampurkan air ke dalam anggur, saat membasuh tangan, saat sebelum membaca Injil, setelah membaca Injil dan saat pembersihan bejana bejana setelah komuni. Do aini adalah doa wajib walau hanya dalam hati imam sendiri. Ada tiga bentuk doa: lantang, dengan suara lebut, hanya di dalam hati. Doa atas persembahan/ oratio supper oblata (2005: doa persiapan persembahan). Doa ini tidak dimulai dengan ajakan ‘marilah berdoa’. Doa ini ditutup dengan rumusan kristologis dan bukan trinitaris. Setelah doa persembahan misdinar membunyikan lonceng tanda DSA dan konsekrasi akan dimulai. Doa persembahan tidak dinyanyikan tetapi dibacakan saja, ini berbeda dengan doa kolekta dan doa sesudah komuni. Persembahan
LITURGI EKARISTI Tata gerak tangan pada dialog prefasi seturut TPE 2020 adalah: manus extendens (merentangkan tangan), manus elevans (mengangkat tangan), dan manibus extensis (merentangkan tangan). Pada dialog prefasi terutama baris ke tiga, pada kalimat ‘marilah bersyukur kepada Tuhan Allah kita’ umat/ frater tidak perlu mengucapkan kata kata ini sambil membungkuk. Ini adalah tradisi lama dalam misa Tridentine/ misa sebelum Konisli Vatikan II. Dalam misa 1962, misa Yohanes XXIIII pada bagian dialog ke 3 yang berbunyi Grátias agámus Dómino Deo nostro, ada rubrik yang berbunyi: ungit eas ante pectus (tangan disatukan di depan dada), et caput inclinat (menundukkan kepala). Prefasi
LITURGI EKARISTI Tata gerak tangan pada dialog prefasi seturut TPE 2020 adalah: manus extendens (merentangkan tangan), manus elevans (mengangkat tangan), dan manibus extensis (merentangkan tangan). Pada TPE 2005 ada 61 prefasi, dalam TPE 2020 hanya 60. Kalimat awal prefasi juga berubah, yaitu dari sungguh layak dan sepantasnya ya Bapa yang kudus…dst, menjadi ‘sungguh pantas dan benar, layak dan menyelamatkan…dst Bila prefasi dibawakan dengan cara dinyanyikan, maka organis tidak boleh mengiringi bagian dialog yang diambil oleh Imam sedangkan jawaban umat dapat diiringi oleh organis Prefasi
LITURGI EKARISTI Ada tiga bagian yang membentuk satu prefasi secara utuh yakni: Pengantar Alasan pujian syukur kita kepada Allah Bapa dengan menyebut salah satu pokok misteri karya penyelamatanNya yang terlaksana melalui Yesus Kristus. Bagian penutup yang menghubungkan dengan bagian seruan aklamasi umat: “Kudus”. Prefasi
LITURGI EKARISTI Saat Imam sedang membawakan/ menyanyikan prefasi maka organis tidak boleh sibuk memainkan orgel demi mencari nada dasar untuk lagu kudus. Demikian juga anggota koor jangan menyibukkan diri dengan sibuk mengurus teks lagu. Prinsip yang harus dipegang adalah koor melayani misa dan misa melayani koor. Misa tetap valid walau tanpa koor dan lagu sekalipun, namun koor tidak dapat disebut koor kalua tanpa misa, karena mereka akan disebut paduan suara. Catatan tambahan: setelah koor bernyanyi tidak perlu ada aplaus dan tepuk tangan meriah. Mengapa? Karena mereka bernyanyi untuk memuji Tuhan bukan demi kepentingan show atau konser. Sedikit pengecualian untuk orang orang yang menurut pertimbangan pastoral mereka perlu mendaptkan apresiasi misalnya karena mereka baru pertama kali membawakan koor. Prefasi
LITURGI EKARISTI Sangat dianjurkan agar kudus selalu dinyanyikan dan tidak sekedar diserukan. Lagu kudus langsung dinyanyikan setelah prefasi dan tidak boleh dipotong dengan pengumuman nomor lagu kudus. Karena itu nomor nomor lagu itu hendaknya ditempelkan pada papan atau diumumkan sebelum misa. Prefasi
LITURGI EKARISTI Rumusan konsekrasi ada tambahan kata kamu semua. Lengkapnya ‘terimalah dan maknlah kamu semua/ terimalah dan minumlah kamu semua. Teks asli Bahasa latinnya adalah ACCIPITE ET MANDUCATE EX HOC OMNES (Latin): TERIMALAH DAN MAKANLAH KAMU SEMUA (bahasa Indonesia): TAKE THIS AND EAT OF IT ALL OF YOU (Inggris). Pada doa epiklesis “Sungguh kuduslah Engkau, Tuhan…agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Tuhan kami, Yesus Kristus” misdinar membunyikan lonceng. DSA Anamnesis Semua anamneses berbeda. Dalam TPE 2005, ada 6 Anamnese. Setiap Anamnese ada ajakannya (= 6 ajakan); sedangkan dalam TPE 2020, ada 4 Anamnese dengan masing-masing ajakan (= 4 ajakan).
LITURGI EKARISTI Sangat tidak diperkenankan menambahkan rumusan Doa Syukur Agung resmi dengan kata kata atau rumusan gubahan sendiri demi menyenangkan hati segelintir orang. Perayaan Ekaristi adalah perayaan paling agung untuk memuji dan memuliakan Allah dan bukan moment untuk menyenangkan hati orang orang tertentu. DSA Sikap yang tepat saat Imam mengangkat hosti dan anggur setelah kata kata konsekrasi adalah memandang dengan penuh cinta dan bukannya menunduk dan berdoa pribadi. Ini kebiasaan lama yang sebenarnya sudah dikoreksi namun masih saja ada umat yang melakukannya.
LITURGI EKARISTI DSA Saat Imam mengangkat hosti dan piala, misdinar membunyikan lonceng tiga kali. Saat hosti diturunkan imam berlutut, saat itu umat membungkuk dan lonceng tidak perlu dibunyikan lagi. Pada akhir doa syukur agung, Imam mengangkat hosti dan piala seraya mengucapakan doksologi meriah, lonceng panjang tidak perlu dibunyikan oleh misdinar. Setelah doksologi meriah terutama bila dibawakan dengan cara dinyanyikan maka jawaban amin hanya satu kali dan bukan tiga kali seperti kebiasaan
LITURGI EKARISTI Bapa Kami Dalam TPE 2005 ada 3 ajakan Bapa Kami, dalam 2020 hanya ada satu ajakan. Hal yang sama juga pada embolisme. Bapa kami tidak ditutup dengan kata ‘amin’. Kata kata yang tepat untuk embolisme adalah ‘sebab Engkaulah Raja’ dan bukan ‘sebab Tuhanlah Raja’. Embolisme itu menguraikan isi permohonan terakhir dalam Bapa Kami dan memohon agar seluruh umat dibebaskan dari segala kejahatan. Hanya untuk umat terdekat (kiri-kanan). Tidak diperkenankan berjalan keliling (PUMR 82). Salam damai
LITURGI EKARISTI Anak Domba Allah Kata pertama Anak Domba Allah tidak dimulai oleh Imam tetapi spontan oleh umat. Jadi saat Imam memecahkan roti, umat atau salah seorang umat/ frater langsung mengucapkan ‘Anak Domab Allah’ dan lalu diikuti oleh yang lainnya.
LITURGI EKARISTI Komuni Saat Imam mengangkat hosti dan anggur pada persiapan komuni setelah kata kata ‘lihatlah Anak Domba Allah...dst’ jawaban yang tepat bukan ‘Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya...dst’ melainkan ‘Tuhan saya tidak pantas Engkau datang pada saya ..dst’. Pada saat memperlihatkan Tubuh dan Darah Kristus untuk Komuni dalam TPE 2005 ada 6 rumusan dan tidak ada lagu. Diakhir dikatakan: “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya”. Sedangkan dalam TPE 2020: hanya 1 rumusan dan lagu untuk Imam dan jawaban umat. Kata-katanya: “Lihatlah Anak Domba Allah, lihatlah Dia yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah Saudara-Saudari yang diundang ke perjamuan Anak Domba”.
LITURGI EKARISTI Doa Sesudah Komuni Setelah komuni harus ada saat hening dan tidak langsung mendoakan doa sesudah komuni (bukan doa penutup). Bila tidak ada lagu komuni/ post komuni maka antifon penutup dapat dibawakan oleh Imam. Jika sudah ada lagu maka antifon penutup tidak perlu dibacakan. Rumusan akhir doa sesudah komuni adalah Kristologis dan bukan Trinitaris.
RITUS PENUTUP Berkat penutup Umat menunduk setelah Imam mengucapkan salam penutup “Tuhan bersamamu”…..sampai berkat berakhir dengan tanda salib dan Amin Rumusan berkat menggunakan rumusan kalimat aktif ‘semoga Allah yang Mahakuasa memberkati….. Pengutusan Pengutusan dilakukan oleh Diakon, kecuali tidak ada Diakon maka Imam langsung mengutus umat Dalam TPE 2005 masih ada pembubaran umat ‘pergilah kita diutus’. Pada TPE 2020 bagian ini tidak ada lagi. Setelah jawaban ‘syukur kepada Allah’. Imam langsung menuju altar, menciumnya lalu ke depan altar membungkuk/ berlutut lalu meninggalkan panti imam. Kalau segera diikuti kegitan liturgi lain maka ritus penutup dihilangkan.
LAIN-LAIN Saat menjalankan tugas, misdinar tidak perlu maju dan berlutut di depan altar terlebih dahulu, karena mereka sudah berlutut di awal ritus pembuka saat sampai di depan altar/panti Imam. Mereka hanya membungkuk dari samping ke arah altar. Tugas pelayanan misdinar adalah tugas yang sifatnya fungsional dan bukan ritual. Karena itu hendaknya diminimalisir kebiasaan selama ini yang mana misdinar terlalu banyak lalu lalang di depan altar. Tempat duduk misdinar juga tidak mesti disamping kiri kanan Imam namun bisa ditempat lain bahkan di luar gedung gereja. Mereka baru masuk saat menjalankan tugas mereka
LAIN-LAIN Tanda salib. Secara umum tanda salib dibagi atas dua, yaitu: Tanda Salib besar yaitu tanda salib pembuka di awal dan tanda salib penutup di akhir. Tanda Salib kecil, yaitu saat hendak mendengarkan bacaan injil. Ada beberapa pengecualian, namun secara umum tanda salib hanya untuk itu Dekorasi: bunga bunga tidak boleh terlalu berlebihan apalagi sampai menutupi altar. Altar jangan dijadikan seperti taman bunga Kain penutup altar: selalu berwarna putih wajib. Kebiasaan mengganti dengan warna lain terutama kain dasar altar adalah bersifat dekoratif dan bukan kewajiban liturgis. Warna liturgi hanya ditentukan oleh warna kasula dan stola Imam. Media elektornik tidak dapat menggantikan buku-sarana liturgi (Kitab Suci, TPE, dsb.)