Tatalaksana PPOK Tatalaksana Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) disesuaikan dengan derajat keparahan gejala , frekuensi eksaserbasi , dan risiko komplikasi , berdasarkan pedoman terbaru seperti GOLD (Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease) 2025.
1. Klasifikasi Derajat Keparahan PPOK (GOLD 2025) Kategori Gejala Eksaserbasi A Ringan – sedang (CAT <10 atau mMRC 0–1) ≤1 kali/tahun, tidak rawat inap B Berat (CAT ≥10 atau mMRC ≥2) ≤1 kali/tahun, tidak rawat inap E Gejala ringan / sedang / berat ≥2 kali/ tahun atau ≥1 kali rawat inap Tatalaksana PPOK saat ini tidak lagi semata-mata berdasarkan nilai FEV₁, tetapi berdasarkan : Gejala : Diukur dengan mMRC (modified Medical Research Council) dan/ atau CAT (COPD Assessment Test) Riwayat eksaserbasi dalam 12 bulan terakhir
2. Tatalaksana Farmakologis PPOK Berdasarkan Kategori Kategori A ( gejala ringan , eksaserbasi minimal) Terapi utama : SABA (Short-Acting Beta-2 Agonist) atau SAMA (Short-Acting Muscarinic Antagonist) sesuai kebutuhan Contoh : Salbutamol inhalasi 100 mcg, 1–2 isapan bila perlu , maksimal 4x/ hari Ipratropium inhalasi 20 mcg, 1–2 isapan bila perlu Kategori B ( gejala berat , eksaserbasi minimal) Terapi utama : LABA (Long-Acting Beta-2 Agonist) atau LAMA (Long-Acting Muscarinic Antagonist) Pilihan : LABA: Salmeterol 50 mcg, 2x sehari atau Formoterol 12 mcg, 2x sehari LAMA: Tiotropium 18 mcg sekali sehari Jika gejala persisten : Kombinasi LABA + LAMA Kategori E ( eksaserbasi ≥2 kali atau ≥1 kali rawat inap ) Terapi utama : Kombinasi LABA + LAMA Jika eosinofil darah ≥300 sel / μ L, pertimbangkan penambahan ICS (Inhaled Corticosteroids) → LABA + ICS, atau LABA + LAMA + ICS Contoh kombinasi : LABA + ICS: Salmeterol/Fluticasone 50/500 mcg, 2x sehari LABA + LAMA + ICS: Umeclidinium/Vilanterol/Fluticasone ( Trimbow , Trelegy ) 1 kali/ hari
3. Penanganan Eksaserbasi PPOK Ringan : SABA dengan atau tanpa SAMA Sedang : Tambahkan antibiotik dan kortikosteroid oral Berat : Rawat inap , pertimbangkan oksigen , NIV, atau intubasi Kortikosteroid sistemik : Prednison 40 mg oral, 1x sehari selama 5–7 hari Antibiotik bila indikasi : Amoksisilin + asam klavulanat 625 mg, 3x sehari selama 5–7 hari Alternatif : Makrolida atau sefalosporin Wedzicha JA, et al. Management of COPD Exacerbations. Eur Respir Rev . 2020.
4. Tindak Lanjut dan Evaluasi Evaluasi ulang gejala dan eksaserbasi dalam 4–6 minggu setelah perubahan terapi Lakukan spirometri ulang secara periodik (1x/ tahun ) Sesuaikan pengobatan berdasarkan : Kontrol gejala Kepatuhan inhaler Efek samping ( terutama ICS)
5. Tatalaksana Non- Farmakologis Berhenti merokok → paling efektif untuk memperlambat progresivitas PPOK Vaksinasi : Influenza tahunan Pneumokokus (PCV13, PPSV23) COVID-19 ( jika belum divaksin ) Rehabilitasi paru → terutama pada pasien gejala berat ( kategori B/E) Nutrisi dan latihan fisik teratur Oksigen terapi → bila PaO ₂ < 55 mmHg atau saturasi O₂ < 88% dalam keadaan stabil Ventilasi non- invasif (NIV) → bila ada gagal napas hiperkapnik kronik
PPOK vs Asma PPOK Asma Bronkitis Kronis Emfisema Reversibilitas Tidak penuh Penuh Tidak Tidak Usia onset >40 tahun Anak-muda >40 tahun >40 tahun Faktor risiko utama Rokok, polusi Alergi, genetik Rokok Rokok, defisiensi A1AT* Gejala dominan Sesak napas progresif Wheezing episodik Batuk produktif kronik Sesak, napas cepat Produksi sputum Mungkin ada Ringan atau tidak Dominan Jarang Perubahan struktural Bronkus dan alveoli Bronkospasme Hiperplasia mukosa bronkus Destruksi alveolus Respon terhadap terapi Parsial Baik Parsial Parsial * Defisiensi A1AT (alpha-1 antitrypsin) → faktor genetik penyebab emfisema , terutama onset muda