tentiran onko new residen tht koas tht pokoknya semuanya
FanyNarsohardjono
6 views
35 slides
Sep 21, 2025
Slide 1 of 35
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
About This Presentation
ent oncology
Size: 3.97 MB
Language: none
Added: Sep 21, 2025
Slides: 35 pages
Slide Content
MODUL 5.2 MATERI THT-KL - 11 ONKOLOGI THT-KL
KANKER DI BIDANG THT Karsinoma nasofaring Karsinoma sinonasal Karsinoma laring Karsinoma lidah dan rongga mulut Karsinoma telinga Karsinoma esofagus
Karsinoma Nasofaring K eganasan tersering di THT-KL Umumnya terdiagnosis dalam stadium lanjut Etiologi virus EBV , multifaktor ial Laki laki : perempuan = 2-3 : 1 Sering pada dekade 4-5 Frekuensi di Asia cukup tinggi Lokasi : Fossa Rossenmulleri
Klasifikasi Histopatologi Stadium WHO 1 : Keratinizing Ca WHO 2 : Non-keratinizing Ca WHO 3 : Undiffirentiated Ca Berdasar TNM Stadium I – IV > Stadium lanjut
Faktor Resiko Host Usia : > 40 th Ras : asia Genetik Lingkungan Makanan : nitrosamin, bakar Hirupan : asap rokok, pabrik
2. Gejala H idung (Nose sign) : Hidung tersumbat Epistaksis Patofisiologi : Sifat tumor yg rapuh dan mudah berdarah Massa Nasofaring
3. Gejala L eher (Neck Sign) : Pembesaran kelenjar limfe leher level II Patofisiologi : Metastasis limfogen
4. Gejala mata (Eye sign) : Ptosis Strabismus konvergen Patofisiologi : Infiltrasi ke Foramen Laserum paresis N.III, IV, VI
5. Gejala intrakranial (Intracranial sign) : Nyeri kepala Gangguan menelan Patofisiologi : Infiltasi tumor ke : Foramen laserum : N . III, IV, VI Foramen jugulare : N . IX, X, XI, XII
Pemeriksaan Fisik Rhinoskopi anterior Rhinoskopi Posterior Pemeriksaan Penunjang Nasofaringoskopi Biopsi + PA GOLD STANDAR CT-Scan / MRI Nasofaring Tes serologi : IgA anti EA, IgA anti VCA, EBV
Prognosis Berpatokan pada “ 5 years survival rate” Semakin dini terdiagnosis , progsosis semakin baik Stadium I : 76% Stadium II : 56% Stadium III: 38% Stadium IV: 16% Prognosis Ad Malam T umor primer dekat dasar tengkorak & struktur penting lain S ifat invasif G ejala awal sulit ditemukan P emeriksaan nasofaring sulit dilakukan
Tumor Sinonasal Prevalensi Insiden 3% dari seluruh keganasan kepala leher Di bagian THT-KL urutan ke 2 setelah Ca nasofaring Laki laki : perempuan , 2:1 Banyak di usia 50-69 tahun Etiologi : O ccupational risk ( industri kayu , nikel , krom , asbes formaldehid , isopropil alkohol , tekstil )
Anatomi hidung dan sinus paranasal
Gejala Klinis
Gejala Klinis
Pemeriksaan fisik : Rinoskopi anteror Rinoskopi posterior Nasoskopi Sinuskopi Pemeriksaan PA : Biopsi massa – GOLD Standart
Pemeriksan radiologi CT -Scan Erosi tulang Perluasan ke orbita MRI Membedakan gambaran cairan , infeksi , i nflamasi , jaringan lunak dan tumor 20
Jenis Histopatologi Benigna : Epitelial : papiloma , adenoma Non epitelial : fibroma, kondroma , Intermediate : inverted papiloma , angiofibroma , Maligna : Epitelial : Squamous cell carcinoma, olfactor y neuroblastoma Non epitelial : condrosarcoma , osteogenic sarkoma
Angiofibroma Lokasi : nasofaring Mengandung jaringan ikat fibrous dan pembuluh darah Sering pada laki - laki usia adolesen (± 15 th) Berhubungan dengan faktor hormonal Secara histopatologis jinak akan tetapi secara klinis ganas Gejala utama adalah epistaksis Memerlukan pemeriksaan radiologi khusus yaitu arteriografi Pada x foto tampak gambaran “ Holman Miller Sign”
Squamous cell carcinoma Merupakan keganasan yang paling sering ditemukan 70 % di sinus maksila, 20% di kavum nasi Tumbuh progresif dan cepat SCC di kavum nasi, 10-20 % metastasis ke kelenjar limfe regional leher Tingkat rekurensi tinggi
Undifferentiated carcinoma Sifat pertumbuhan cepat, destruktif dan sering meluas ke orbita dan fossa kranii anterior Secara histologis terdiri dari sel pleimorfik dengan inti gelap, sulit dibedakan dengan neuroblastoma, limfoma, sarcoma maupun melanoma
Olfactory neuroblastoma Disebut juga esthesioneuro epithelioma, esthesioneurocytoma, esthesioneuoma Merupakan tumor ganas yang berasal dari sel basal epitel olfactorius Pertumbuhan relatif lambat, tetapi destruktif dan dapat meluas ke jaringan sekitarnya
Terapi opera t i f : Rinotomi lateral Maksilektomi medial Rinotomi sublabial Maksilektomi parsial Maksilektomi total Maksilektomi radikal dengan eksenterasi orbita Maksilektomi luas dengan reseksi kraniofasial
Karsinoma Laring Prevalensi Amerika, urutan pertama dari seluruh keganasan THT Indonesia, urutan ketiga setelah KNF dan karsinoma sinonasal Laki : perempuan 7: 1 Tersering pada dekade usia antara 50-60 tahun Etiologi B erhubungan dengan kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol
Anatomi Laring Supraglotis Glot i s : 65% lokasi Ca laring Subglottis
Plika vokalis / Pita suara Plika vokalis normal Karsinoma Laring
Gejala Klinis Gejala A wal : S erak yang berlangsung progresif yang makin lama akan berkembang menjadi sesak Terkadang disertai dengan dahak d isertai darah Gejala lain : P embesaran kelenjar limfe leher P enurunan berat badan