HEALTH BELIEF MODEL SRI HARYUNI / program studi s3 kesehatan masyarakat universitas airlangga
SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI hbm Model HBM merupakan model yang pertama kali dikembangkan tahun 1950- an oleh ahli psikolog sosial kesehatan masyarakat dari Amerika untuk menjelaskan kegagalan orang-orang yang berpartisipasi dalam program untuk mencegah dan mendeteksi penyakit Model HBM yang pertama kali ini ingin menjelaskan atas terjadinya kegagalan yang meluas dari orang-orang untuk menerima pencegahan tes skrining tuberculosis, polio, influenza, kanker serviks , penyakit gigi meskipun pemeriksaanya secara gratis atau biaya yang rendah Menurut Rosenstock pada perilaku kesehatan , sakit merupakan hal negative, sedangkan preventif sebagai tujuan atau hal positif .
Rosenstock mengidentifikasi ada 3 komponen pada HBM yang mendorong individu untuk melakukan tindakan preventif untuk kesehatannya . 3 k omponen tersebut adalah : 1). keyakinan bahwa individu akan rentan terhadap sakit atau penyakit 2 ). terkena penyakit atau sakit akan memiliki keparahan yang parah terhadap hidupnya 3 ). terlibat dalam tindakan preventif kesehatan akan bermanfaat untuk mengurangi kerentanan penyakit atau mengurangi keparahan penyakit yang dialami tetapi tidak berarti mengatasi hambatan psikologis yang dialami
Konflik psikologis terjadi ketika individu meyakini bahwa tindakan tertentu akan efektif , tetapi merekan mungkin terhalang untuk terlibat dalam tindakan karena hambatan yang disebabkan karena ketakutan , ketidaknyamanan atau biaya Menurut Rosenstock adanya 3 komponen ini , jika keyakinan kesiapan bertindak itu tinggi dan hambatan rendah maka kemungkinan perilaku akan terjadi . Namun jika keyakinan kesiapannya bertindak rendah , hambatan yang dirasakan tinggi maka kemungkinan perilaku tidak akan terjadi Jadi awal teori HBM memiliki komponen perceived susceptibility, perceived seriousness (severity), perceived benefit dan barriers dalam melakukan sebuah perubahan perilaku dalam melakukan tindakan preventif kesehatan
Perkembangan hbm tahap 2 Perkembangan teori HBM dilakukan lagi oleh Rosenstock pada tahun 1974 yaitu menambahkan keyakinan bahwa faktor yang bertindak sebagai isyarat atau pemicu (cues to action) adalah diperlukan untuk memindahkan individu dari kondisi kesiapan bertindak menjadi perilaku yang actual dan isyaratnya ( cues to action ) dimasukkan sebagai komponen ke empat . Isyarat ( cues to action ) bisa dari internal ( persepsi , kondisi tubuh ) atau eksternal ( interaksi interpersonal, dampak komunikasi media massa , menerima kartu dari dokter gigi ). Intensitas isyarat untuk memicu perilaku bervariasi dengan tingkat kerentanan dan keseriusan . Misalnya jika dirasakan kerentanan atau keseriusannya rendah maka intensitas isyarat harus besar . Variabel demografi dan structural masuk ke dalam model ini yang berfungsi untuk mengkondisikan persepsi individu yang terlibat dalam pencegahan perilaku kesehatan .
Model ini berhipotesis kerentanan , keseriusan dan manfaat yang dirasakan tinggi berhubungan positif dengan tindakan kesehatan sedangkan biaya tinggi atau hambatan yang dirasakan berbanding terbalik dengan tindakan kesehatan yang dilakukan
Perkembangan hbm tahap 3 Perkembangan teori HBM selanjutnya adalah pada tahun 1988 Rosenstock , Strecher dan Becker menyarankan bahwa self efficacy ditambahkan ke model HBM sebagai konstruk terpisah sambil memasukkan konsep aslinya yaitu kerentanan , keparahan , manfaat , dan hambatan . Self efficacy merupakan teori Bandura yang berarti keyakinan seseorang dapat berhasil melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan hasil . Self efiicacy tidak pernah secara eksplisit dimasukkan ke dalam formulasi awal HBM Pada pengembangan ini self efficacy dapat mendukung dalam inisiasi dan pemeliharaan perubahan perilaku . Perubahan perilaku berhasil apabila seseorang merasa terancam oleh pola perilaku saat ini ( kerentanan dan keparahan yang dirasakan ) dan yakin bahwa perubahan perilaku dapat menghasilkan hasil yang yang bernilai dengan biaya yang dapat diterima ( manfaat yang dirasakan ), selain itu mereka juga merasa dirinya kompeten ( self efficacy ) untuk mengatasi hambatan yang dirasakan untuk mengambil tindakan
Awalnya self efficacy tidak masuk dalam HBM karena pada saat itu fokus awal HBM adalah pada tindakan pencegahan terbatas seperti menerima imunisasi yang umumnya merupakan perilaku sederhana untuk dilakukan kecuali pada beberapa orang yang ketakutan patologis pada suntikan karena kemungkinan besar calon sasaran telah memiliki self efficacy yang memadai untuk melakukan perilaku yang direkomendasikan , dimensi itu bahkan tidak pernah dikenali Namun situasinya akan berbeda dalam menangani penyakit kronis yang membutuhkan perubahan dalam waktu jangka panjang . Masalah yang terlibat seumur hidup kebiasaan makan , minum , olahraga , merokok jelas jauh lebih sulit untuk mengatasi mereka dibandingkan imunisasi yang hanya satu kali atau satu skrining Individu ini membutuhkan banyak keyakinan bahwa dirinya dapat merubah gaya hidupnya . Jadi agar perubahan perilaku berhasil dilakukan orang harus seperti model HBM sebelumnya yaitu memiliki kerentanan yang dirasakan , keseriusan , manfaat yang dirasakan , hambatan yang dirasakan , isyarat untuk melakukan tindakan tetapi dia pun juga harus memiliki keyakinan terhadap diri untuk mampu atau kompeten terhadap kemampuan untuk menerapkan perubahan itu
Perkembangan hbm tahap 4 Perkembangan teori HBM pada cues to action dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung melalui pengaruhnya keyakinan kesehatan ke perilaku kesehatan sedangkan pada teori HBM sebelumnya cues to action memiliki pengaruh secara langsung ke perilaku kesehatan tanpa melalui aspek keyakinan kesehatan yang lain ( Glanz et al. 2015 ) Pengaruh secara tidak langsung yaitu cues to action beroperasi melewati ancaman yang dirasakan . Misalnya seseorang memasukkan tabir surya ke dalam list belanja karena dia meyakini bahwa sengatan matahari bisa meningkatkan risiko kanker kulit yang akhirnya membuat dia memasukkan tabir surya ke keranjang belanja dan membayarnya . P engaruh secara langsung misalnya adanya akses yang mudah dan cepat dari toko obat akan membuat seseorang pergi meninggalkan toko dengan membeli tabir surya , seseorang yang tidak memiliki kerentanan terhadap penyakit akan memeeriksakan kesehatannya dengan adanya isyarat yang intens .
Kelebihan teori hbm Teori HBM merupakan teori sederhana yang sangat banyak digunakan peneliti sudah lebih dari setengah abad untuk memprediksi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan dan untuk membingkai intervensi untuk merubah perilaku Banyak penelitian yang telah berhasil menggunakan teori HBM dalam memprediksi dan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang dibandingkan dengan pendekatan teori yang lain HBM telah banyak berkontribusi dibidang penelitian untuk terus berkembang untuk meningkatkan perilaku kesehatan yang lebih baik ( Glanz et al. 2015)
Keterbatasan teori hbm H ubungan antara kerentanan dan keparahan yang membentuk ancaman tidak selalu jernih Tingkat keparahan yang tinggi diperlukan sebelum kerentanan yang dirasakan menjadi predictor yang kuat . Mungkin kerentanan yang dirasakan adalah predictor yang lebih kuat jika keparahan dalam perilaku kesehatan dianggap lebih tinggi ( Glanz et al. 2015). HBM juga memiliki keterbatasan yang lain yaitu model berbasis kognitif yang tidak mempertimbangkan komponen emosional dari perilaku . Penyertaan kondisi emosional dapat membantu menjelaskan hubungan antara konstruksi HBM ( Glanz k, Rimer BK 2008 ) Ketakutan , kecemasan mungkin akan terjadi pada seseorang ketika mengalami masalah kesehatan tertentu , sehingga tidak bisa berpikir secara obyektif dan rasional tentang masalah yang dihadapi
S eseorang yang merasa terancam dengan kanker paru-paru , yang percaya bahwa berhenti merokok dapat mengurangi risiko . Dia mungkin akan terus menerus berkomitmen untuk berhenti merokok dengan segera , dan demikian dapat meringankan jika hanya sesaat . Namun hal ini bisa menjadi tekanan yang ditimbulkan apakah hal ini termasuk manfaat atau hambatan yang dirasakan oleh orang tersebut . Kemungkinan reaksi yang muncul adalah rasa takut atau kecemasan yang membuat tidak bisa berpikir secara obyektif dan rasional . Adanya ketakutan , kecemasan akan menggiring seseorang memproses dirinya secara emosional untuk bisa menerima atau tidak kondisi yang apa dirinya untuk melakukan tindakan tertentu . Hal ini yang masih perlu dikembangkan pada HBM untuk kondisi emosionalnya yaitu self acceptance