Teori Modern Perdagangan Internasional EKONOMI INTERNASIONAL PERTEMUAN 5
The propotional factors Theory by Eli Heckscher dan Bertil Ohlin Teori H-O: perbedaan opportunity cost antara satu negara dengan negara lain mengakibatkan perdagangan antar negara terjadi. Jadi yang menentukan adalah faktor produksi ( endowment factor) dari masing-masing negara. Negara-negara yang memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah dalam memproduksi suatu barang akan melakukan spesialisasi dan mengekspor barang tersebut. Dan sebaliknya untuk negara-negara yang fakt0r produksinya langka dan mahal. Isocost dan Isoquant Dengan cost tertentu diperoleh produk yang maksimal, atau dengan cost minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
15 10 5 60 40 20 + + + + Tenaga Kerja Mesin A C B D ISOCOST $ 600 ISOCOST $ 400 ISOQUANT 100 unit pakaian ISOQUANT 150 unit pakaian
ASUMSI 2x2x2 dari Teori HO Perdagangan international terjadi antar 2 negara misal RI dg Jepang Masing-masing negara memproduksi 2 macam barang yang sama (misal 100 unit pakaian dan 20 unit radio) Masing-masing negara menggunakan 2 macam faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan mesin, tetapi dengan jumlah /proporsi berbeda.
Perbandingan faktor produksi (Grafik perbedaan faktor produksi yang dimiliki masing-mading negara) 40- 20- 10- 30- 60- 50- 5 10 15 - - - ISOCOST $ 600 ISOCOST $ 400 Tenaga Kerja Mesin. Negara 1(Indonesia) 20- 30- 20 40 60 - - -- Negara 2(Jepang) Tenaga Kerja Mesin. ISOCOST $ 600 ISOCOST $ 600
Gain On Trade berdasarkan Teori H-O (Asumsi 2 x 2 x 2) NEGARA INDONESIA JEPANG Barang Pakaian Radio Pakaian Radio F. Produksi T. Kerja Mesin T.Kerja Mesin Proses Produksi P. Karya P. Modal P. Karya P.Modal Proporsi F. Produksi 60 TK (banyak) 15 Mesin (kurang) 30 TK (kurang) 60 Mesin (banyak) Isoquant 100 unit 20 unit 100 unit 20 unit Isocost $400 $600 $600 $400 Unit Cost $ 4 (murah) $ 30 (mahal) $ 6 (mahal) $ 20 (murah)
Perbedaan Harga Produksi menurut Teori H-O 50- 40- 10- 20- 60- 30- 5 10 30 15 20 5 40 50 60 Isocost $ 600 Isocost $ 400 Isoquant 20 unit radio Isoquant 100 unit pakaian Isocost $ 600 Isocost $ 400 + + + + A D C B Grafik yang menunjukkan bagaimana terjadinya perbedaan harga barang sejenis karenaadanya perbedaa proporsi/ jumlah faktor produksi, shg terjadi perdagangan international T. Kerja
KELEMAHAN TEORI H-O Pada kenyataannya walauun jumlah/proporsi faktor produksi ysng dimiliki oleh masing-masing negara adalah sama,(yang menurut teori H-O tidak akan terjadi perdagangan international), ternyata bisa jua terjadi perdagangan itu. Teori G. Harbeler menjelaskan dengan : Perbedaan kemampuan berpsoduksi masing-masing negara ditunjukkan oleh PPC-nya(Production Possibility Curvenya) Perbedaan selera konsumen masing-mading negara yang ditunjukkan oleh IC-nya (indefference curve-nya)
TEORI OPPORTUNITY COST dari G. HARBERLER Opportunity Cost digambarkan sebagai Production Possibility Curve (PPC), yang menunjukkan kemungkinan kombinasi output yang dihasilkan suatu negara dengan sejumlah faktor produksi secara fullemployment. Dalam hal ini bentuk PPC akan tergantung pada asumsi tentang opportunity cost yang digunakan, yaitu PPC Constant cost dan PPC Increasing Cost Produksi MRT N T 40 32 24 16 8 1 2 3 4 5 8N/1T 8N/1T 8N/1T 8N/1T 8N/1T Produksi berdasarkan PPC (Constant Cost) - - - - - - - 8 16 24 32 40 - - - - 5 4 2. 1 3 PPC Constant Cost PPC Constant Cost Produksi berdasarkan PPC (Constant Cost) MRT= Marginal Rate of Transformation
GAIN FROM TRADE dengan PPC Constant Cost 8 16 24 32 40 - - - 5 4 2. 1 3 + + B(16N,4T) A IC IC 1 T N Negara X memiliki PPc Constant cost dg kombinasi produksi 40 N atau 5 T atau MRT 8 N = 1 T. Pola konsumsi konsumen di negara X berada di titik singgung antara IC dan PPC, yaitu titik A dg konsumsi 8 unit barang N dan 4 unit barang T. Karena MRT atau DTDN berlaku 8 N = 1T, maka utk memperoleh 4 unit barang T hrs dikorbankan 4 x 8 N = 32 N. Jika dipasar luar negeri berlaku 6 N = 1 T, maka bagi konsumen negara X utk memperoleh 4 unit barang T hanya diperlukan utk ekspor sebanyak 4 x 6 N = 24 N. Dengan melakukan pertukaran luar negeri atau meng ekspor 24 unit barang N maka PPC bergeser menjadi PPC 1 dan IC bergeser menjadi IC 1. Akibatnya titik singgung A bergeser menjadi titik B dengan kombinasi konsumsi 16 unit barang N dan 4 unit barang T.
Produksi berdasarkan PPC (Increasing Cost) Produksi MRT N T 40 36 30 22 12 1 2 3 4 5 4N/1T 6N/1T 8N/1T 10N/1T 12N/1T 1 2 3 4 5 12- 20- 30- 36- 40- Suatu negara dpt memproduksi barang N dan T dengan kombinasi atau MRT yang berubah, sehingga mempunyai PPC Increasing cost berupa garis lengkung. PPC increasing cost
B A x x PPC 1 PPC 2 IC sama PPC Increasing Cost berbeda dengan IC yang sama PPC Increasing Cost yang sama, dengan IC yang berbeda IC 2 IC 1 A B PPC sama Tiga kemunginan gain from trade dengan IC ( indeference curve ) dan PPC increasing cost
B A x x PPC 2 PPC 1 IC 1 IC 2 PPC increasing Cost dan IC berbeda
A x x IC 1 1 IC 1 2 IC 2 1 IC 2 2 P. International x x C 1 C B 1 B x N 1 1 N 1 2 N 1 N 2 1 N 2 2 T 1 T 1 1 T 2 1 T 2 2 T 1 2 Gain From Trade menurut PPC Increasing Cost yang sama dengan IC yang berbeda (selera berbeda)/ IC 1 dan IC 2 PPC increasing cost NEGARA 1 (UK) NEGARA 2 (AS) Barang T Barang N Sebelum Perdaangan LN : UK dan As masing- masing memiliki kemampuan produksi yg sama yg ditunjukkan oleh PPC Increasing cost yg sama yaitu NT. UK konsumennya lebih suka brg N, shg IC 1 1 lbh dekat pd sumbu N dan menyinggung NT pd titik B. Sedangkan konsumsi brg N sebanyak O- N 1 1 dan brg T sebanyak OT 1 1 . Di AS, konsumennya lebih menyukai brg T, shg IC 2 1 lebih dekat pada sumb T dan menyinggung NT di titik C. Adapun konsumsi konsumsi barang N sebanyak O- N 2 1 dan barang T sebanyak O- T 2 1. Harga N lbh mahal dinegara UK tetapi lebih murah di negara AS. Harga T lebih murah dinegara UK tetapi lebih mahal di negara AS Maka Uk akn mengipor barang N dan menekspor barang barang T. Dan As akan mengekspor barang N dan menimpor barang T.
Offer Curve A N 1 x x IC a 1 IC a 2 na 2 ta 1 na 1 Ea 2 Ea 1 ta 2 Pa 1 Pa 2 Oa T 2 T 1 Offer Curve Negara “A” Spesialisasi produk N adalah kain Total output adalah N 1 Tk. Konsumsi pd titik Ea 1 adalah titik singgung antara garis harga Pa 1 dengan IC 1 Kombinasi konsumsi pada Ea 1 adalah na 1 dan ta 1 Pada harga Pa, konsumsi dalam negeri sebesar 0 a - na 1 dan ekspor sebesar N 1 – na 1 Ekspor N (kain) oleh Indonesia (N 1 - na 1 ) < permintaan Jepang (0 b -n b ). Karena ekspor N (kain) oleh Indonesia < permintaan Jepang, maka harga kain naik dari Pa 1 ke Pa 2. Setelah kenaikan harga, tk. Konsumsi pada titik E a ada di titik singgung antara garis hsrga Pa 2 dan ICa 2 Jika titik Ea dihubungkan dengan titik Ea2, maka akan terbentuk offer curve A
x IC b2 IC b 1 ta 1 Eb 1 tb 1 Pb 2 Eb 2 Oa T 2 T 1 x Offer Curve B Pb 1 nb 1 N 2 nb 2 N 1 tb 2 Spesialisasi produk T adalah radio Total output T 2 Tk. Konsumsi pada titik Eb 1 adalah titik singgung antara garis harga Pb 1 dan ICb 1 Kombinasi konsumsi pada Eb 1 adalah nb 1 dan tb 1 Pada harga Pb 1 , konsumsi dalam negeri sebesar 0b 1- tb 1 dan ekspor sebesar T 1 – tb 1 Ekspor T (radio) oleh Jepang (T 1 - tb 1 ) > permintaan Indonesia (0 a -ta 1 ). Karena ekspor T (radio) Jepang > permintaan Indonesia, maka harga radio turun dari Pb 1 ke Pb 2. Setelah penurunan harga tk.konsumsi pada titik Eb 2 ada di titik singgung antara garis harga Pb 2 dan ICb 2 Jika titik Eb 1 dihubungkan dengan titik Eb 2 , maka akan terbentuk offer curve B Offer curve negara B
Na 1 Tb 1 na 1 nb 2 x x ta 2 Ta 1 x x tb 2 tb 1 na 2 Ob Jepang Ob Indonesia Pab 1 Pa 1 b 2 Ea 1 b 2 Ea 1
KESIMPULAN Penawaran atau ekspor barang N (kain) Indonesia sebesar Na 1 – na 1 adalah lebih kecil daripada permintaan atau impor barang N (kain) sebesar )b – nb oleh Jepang, sehingga harga barang N(kain) akan naik yan dicerminkan oleh pergeseran garis harga Pab 1 menjadi Pa 1 b 2 dan penurunan Ea 1 menjadi Ea 2 b 2. Penawaran atau ekspor barang T (radio) Jepang sebesar Tb 1 - tb 1 adalah lebih besar daripada permintaan atau impor barang T (radio) sebesar 0a – ta 1 oleh Indonesia, sehingga harga barang T (radio) akan turun yang dicerminkan oleh pergeseran garis harga Pab 1 menjadi Pa 1 b 2 dan penurunan Eb 1 menjadi Ea 1 b 2 Pada titik Ea 1 b 2 ternyata : (a) Ekspor barang N (kain) Indonesia akan sama dengan impor N (kain) Jepang. Dengan kata lain Na 1 – na 2 = 0b – nb 2 . (b) Ekspor barang T (radio) Jepng akan sama dengan impor T (radio) Indonesia. Dengan kata lain Tb 1 – tb 2 = 0a – ta 2
X 2 Y 2 Analisa manfaat perdagangan international menurut Edgeworth- Bowley EDGEWORTH-BOWLEY BOX DIAGRAM x x G x x x C B D F E A Y 1 X 1 1 2 IC 1 3 IC 2 2 IC 2 4 IC 2 3 IC 1 4 IC 1 2 Y 1 1 Y 2 1 IC 2 IC 1 Y 1 2 Y 2 2 X 1 2 X 1 1
KETERANGAN Titik-titik A, B, C, D, dan E merupakan titik pototng atau titik singgung yang kemungkinan pertukaran atau pergagangan internationalnya terjadi antara negara I yang mempunyai titik awal O 1 dengan negara II yang mempunya i titik awal 0 2 Dilihat dari negara I dengan titik awal 0 1 maka: (a) Titik A = D=E karena ketiganya berada pada UC 1 1 . (b) Titik B berada pada IC 1 2 . (c) Titik C berada pada IC 1 3 Karena IC 1 3 >IC 1 2 > IC 1 1, maka C > B >A, D atau E. 3. Dilihat dari negara II dengan titik awal 0 2, , Maka : (a) Titik A = C = E karena ketiganya berada pada IC 2 1. (b) Titik B berada pada IC 2 2 (c) Titik D berada pada IC 2 3 Karena IC 2 3 > IC 2 2 > IC 2 1 , maka D> B >A, C atau E 4. Bila pertukaran/ perdagangan international bergeser dari titik A ( yang berada pada IC 1 1 dan IC 2 1 ) ke titik C (yang berada pada IC 1 3 dan IC 2 1 maka: Negara I akan sangat beruntung ( karena IC 1 3 > dari pada IC 1 1 , sedangkan negara II tidak untung/rugi ( karena titik A dan C sama-sama berada pada IC 2 1 ).
KETERANGAN ( lanjutan ) 5. Titik D ( yang berada pada IC 1 1 dan IC 2 3 maka: * Negara II akan sangat beruntung ( karena IC 2 3 > dari pada IC 2 1 ), sedangkan Negara I tidak untung / rugi (karena titik A dan D sama-sama berada pada IC 1 1 ). 6. Titik B ( yang berada pada pada IC 1 2 dan IC 2 2 ) maka: * Negara I dan II akan sama-sama untung karena IC 1 2 >IC 1 1 dan IC 2 2 > IC 2 1 ). Untuk bergeser dari titik A ke titik B, maka Negara I akan mengekspor barang Y sebanyak Y 1 1 – Y 1 2 untuk dapat mngimpor barang X sebanyak X 1 1 – X 1 2 , sedangkan negara II akan mengekspor barang X sebanyak X 2 1 – X 2 2 untuk dapat mengimpor barang Y sebanyak Y 2 1 – Y 2 2 . 7. Titik F ( yang berada pada IC 1 dan IC 1 1 ), maka: * Negara I akan rugi (karena IC 1 < IC 1 1 ), sedangkan negara II akan sangat beruntung ( karena IC 2 4 > IC 2 3 ). 8. Titik G (yang berada pada IC 2 dan IC 1 4 ), maka: * Negara I akan sangat beruntung ( karena IC 1 4 > daripada IC 1 3 ), sedangkan negara II akan rugi ( karena IC 2 < dari IC 2 4 ). 9. Ruang A-C-E-D-A adalah GAIN FROM TRADE AREA