TOTAL INTRAVENOUS ANESTHESIA- REFERAT RATU AUKIA PUTRI .pdf.pdf
NichollasMatthewTan
8 views
46 slides
May 16, 2025
Slide 1 of 46
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
About This Presentation
TOTAL INTRAVENOUS ANESTHESIA- REFERAT
Size: 140.15 MB
Language: none
Added: May 16, 2025
Slides: 46 pages
Slide Content
Total intravenous
anesthesia
Bab 1
pendahuluan
Total Intravenous Anaesthesia
(TIVA)
teknik anestesi umum yang mengandalkan pemberian agen
anestetisi secara eksklusif melalui jalur intravena, tanpa
penggunaan agen inhalasi.
Keunggulan TIVA meliputi kontrol hemodinamik yang lebih
baik, penurunan insiden mual dan muntah pascaoperasi, serta
pemulihan yang lebih cepat.
tantangan dalam implementasi TIVA masih ada, termasuk
kebutuhan akan pelatihan khusus, biaya peralatan, dan risiko
kesalahan dosis.
Bab ii
Tinjauan pustaka
2.1 Definisi dan Konsep Dasar
Definisi
TIVA adalah teknik anestesia umum di mana seluruh agen anestetik
diberikan secara intravena, tanpa penggunaan agen inhalasi volatil, baik
saat induksi maupun pemeliharaan.
Agen Utama
Propofol → Hipnosis
Remifentanil (atau opioid kerja pendek lain) → Analgesia
Karakteristik Ideal Agen TIVA
Onset cepat
Durasi kerja singkat
Eliminasi cepat (mencegah akumulasi)
Stabil secara hemodinamik
Minimal efek samping (terutama mual/muntah pasca operasi)
Keunggulan Klinis
Kontrol anestesia yang presisi
Pemulihan cepat
Penurunan risiko PONV
2.1 Definisi dan Konsep Dasar
?????? Apa itu TCI?
Sistem infus otomatis berbasis model farmakokinetik-
farmakodinamik untuk mencapai dan mempertahankan target
konsentrasi plasma/efek-site.
Fungsi TCI dalam TIVA
Menyesuaikan dosis propofol dan opioid berdasarkan model
Marsh/Schneider
Meminimalkan fluktuasi konsentrasi
Memastikan konsistensi dan keamanan anestesia
Aplikasi Klinis TCI–TIVA
Bedah saraf (neurosurgery)
Bedah pediatri
Prosedur berisiko tinggi PONV
Bedah jangka panjang yang butuh kestabilan anestesi
Monitoring Efektivitas
Tanda klinis: tidak ada gerakan, stabilitas hemodinamik
BIS (Bispectral Index): target 40–60
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
?????? Farmakodinamika
Agen anestesi intravena kerja cepat
Mekanisme: Agonis GABA → membuka kanal Cl⁻ →
hiperpolarisasi neuron → sedasi, amnesia, hipnosis
Propofol
?????? Farmakokinetika
Onset: 15–30 detik
Durasi: 5–10 menit (redistribusi cepat)
Metabolisme: Konjugasi di hati → metabolit tidak aktif
Eliminasi: Via ginjal
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Efek Sistemik
Kardiovaskular: Vasodilatasi → ↓ tekanan
darah tanpa kompensasi HR
Respirasi: Depresi pernapasan dosis-
tergantung → apnea pasca-induksi
Sistem Saraf Pusat:
hiperpolarisasi → menurunkan ekstabilitas
neuron → ↓ Cerebral blood flow, konsumsi
oksigen cerebral,ICP
Cocok untuk prosedur neuroanestes
Propofol
Efek Lain
✅ Antiemetik: Menurunkan PONV → modulasi sistem
serotinergik → menurunkan aktivitas solitarius post terma
dan nucleus tractus
❌ Nyeri saat injeksi: Umum terjadi, terutama di vena dorsal
tangan → menstimuli biciceptor perifer
⚠️ PRIS (Propofol Infusion Syndrome):
Dosis tinggi >5 mg/kg/jam >48 jam
Risiko pada pasien kritis
?????? Indikasi Klinis dalam TIVA
✅ Induksi & pemeliharaan anestesi umum
✅ Prosedur rawat jalan (endoskopi, dental surgery)
✅ Sedasi di ICU (ventilasi mekanis)
✅ Neuroanestesi (↓ ICP, stabil hemodinamik otak)
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Propofol
?????? Farmakodinamika
Agonis selektif reseptor μ-opioid
Menekan respons nyeri, simpatis, dan stres hormonal
metabolisme cepat oleh nonspecific esterases (bukan
hati/ginjaI)
Tidak memiliki efek sedatif/hipnotik → perlu kombinasi
dengan propofol
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Remifentanil
?????? Farmakokinetika
Onset: ±1 menit → lipofilisitas tinggi, difusi cepat
Durasi: sangat pendek (3–5 menit)
Context-sensitive half-time: ±3 menit (tidak berubah meski
infus panjang)
Metabolisme: jaringan & plasma, tidak tergantung fungsi
hati/ginjaI
Efek Klinis
Kardiovaskular: bradikardia & hipotensi → beri
antikolinergik (mis: glycopyrrolate)
Respirasi: depresi napas cepat & berat → perlu
ventilasi mekanis
Efek lain:
Rigiditas otot (jika bolus cepat)
Tidak akumulatif → pemulihan cepat
Harus dikombinasi karena tidak sedatif
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Remifentanil
Indikasi Klinis TIVA
Kombinasi ideal dengan propofol → kontrol analgesia
& hipnosis stabil
Cocok untuk:
Neuroanestesi
Bedah jantung
Prosedur besar kompleks
Prosedur rawat jalan (recovery cepat)
Keunggulan Remifentanil dalam TIVA
Presisi titrasi intraoperatif
Dapat digunakan via infus manual maupun TCI
Meminimalkan efek sisa anestesi
Menurunkan kebutuhan opioid pascaoperasi
(bila multimodal)
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Remifentanil
Keterbatasan & Perhatian Khusus
Tidak cocok untuk analgesia pascaoperasi
→ Perlu transisi ke opioid kerja panjang sebelum
akhir operasi
?????? Farmakodinamika
Anestesi disosiatif: pasien tampak sadar tapi tidak
merespons
Mekanisme utama: antagonis non-kompetitif reseptor
NMDA → yang berperan dalam transmisi nyeri dan
plastisitas sinaptik.
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Ketamine
?????? Farmakokinetika
Onset: 30–60 detik (IV)
Durasi hipnosis: 10–15 menit (dosis tunggal IV)
Metabolisme: Hati (CYP450) → norketamin (aktif)
Ekskresi: Ginjal
?????? Efek Klinis
Kardiovaskular:
Stimulasi simpatis → ↑ HR, BP, CO
Berguna pada syok atau trauma
Sistem Saraf:
↑ ICP, CBF, CMRO₂ → kontraindikasi relatif pada
cerebral aneurysm
Efek disosiatif, agitasi/halusinasi (↓ dengan
midazolam)
Respirasi:
Minimal depresi napas
Efek bronkodilatasi → ideal untuk
asma/bronkokonstriksi
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Ketamine
Efek Tambahan
Analgesia somatik & viseral yang kuat
Efek antidepresan dosis rendah
Digunakan pada pasien dengan nyeri kronis
✅ Indikasi TIVA
Pasien trauma/syok hemoragik → tidak menekan
respirasi
Prosedur singkat pada anak-anak
Pasien dengan bronkokonstriksi berat/asma
Adjuvan analgesik bersama propofol dan opioid → anti-
hiperalgesia
Komponen TIVA multimodal (Propofol + Ketamin +
Remifentanil)
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Ketamine
⚠️ Efek Samping & Keterbatasan
Efek psikotomimetik: halusinasi, mimpi buruk (↓ dengan
benzodiazepin)
↑ sekresi saliva → beri antikolinergik (glycopyrrolate)
↑ ICP dan tekanan intraokular → kontraindikasi relatif
Tidak memberikan hipnosis dalam dan stabil seperti propofol
?????? Farmakodinamika
Agen hipnotik IV non-barbiturat
Meningkatkan afinitas GABA ke reseptor GABA<
→ membuka kanal Cl⁻ lebih lama → hiperpolarisasi
neuron
Efek: hipnosis & amnesia
❌ Tidak memiliki efek analgesik
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Etomidate
?????? Farmakokinetika
Onset: ±30 detik
Durasi hipnosis: 3–10 menit
Metabolisme: Hati & esterase plasma
Ekskresi: Ginjal
Volume distribusi moderat, clearance cepat
stabilitas hemodinamik superiornya dibandingkan agen IV
lainnya menjadikannya pilihan utama untuk pasien dengan
kompromi kardiovaskular atau penyakit jantung iskemik
Efek Klinis
Kardiovaskular
Sangat stabil: tekanan darah dan denyut jantung dipertahankan → ideal untuk pasien dengan penyakit jantung, sepsis,
atau syok.
.
Sistem Respirasi
Depresi napas ringan dibandingkan propofol atau barbiturat.
Sistem Saraf Pusat
Menurunkan CBF, CMRO₂, dan ICP berguna untuk neuroanestesi, meskipun jarang digunakan karena efek samping
endokrin.
Endokrin
inhibisi sintesis kortisol dan aldosteron dengan menekan enzim 11β-hidroksilase bahkan satu dosis tunggal dapat
menurunkan kadar kortisol plasma hingga 24 jam.
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Etomidate
Indikasi Klinis dalam TIVA
Induksi anestesia umum pada pasien dengan kompromi
hemodinamik berat, termasuk:
1.
Stenosis aorta kritisa.
Syok septikb.
Infark miokard akutc.
Trauma masifd.
Digunakan sebagai bagian dari TIVA pada pasien
dengan fraksi ejeksi rendah atau risiko kolaps
hemodinamik.
e.
Neuroanestesi: etomidate menurunkan ICP dan CMRO₂,
tetapi tidak dipilih secara rutin karena risiko supresi
adrenal.
2.
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Etomidate
Keterbatasan dalam TIVA
Tidak cocok untuk infus jangka panjang karena risiko
supresi adrenal kumulatif.
1.
Bukan agen utama dalam pemeliharaan anestesia TIVA
lebih sering digunakan hanya sebagai agen induksi.
2.
Harus dikombinasikan dengan analgesik karena tidak
memiliki efek analgesik.
3.
Efek Lain
✅ Antikonvulsan → untuk status epileptikus/kejang
✅ Formulasi larut air → nyeri injeksi jarang
⚠️ Potensi toleransi dan withdrawal bila digunakan jangka panjang
✅ Indikasi Klinis dalam TIVA
Premedikasi sebelum induksi anestesi
Agen tambahan TIVA untuk amnesia & sedasi
Sedasi ICU dan prosedur non-bedah
Induksi anestesi pada pasien dengan status kejang
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
?????? Efek Klinis
Kardiovaskular: ↓ tekanan darah ringan (terutama bila
dikombinasi opioid)
Respirasi: Depresi napas, risiko apnea meningkat bila
dikombinasi propofol
Sistem Saraf Pusat: Sedasi, amnesia; digunakan dengan
hati-hati pada kasus neurologis
Farmakodinamika
Agonis α₂-adrenergik selektif (presinaptik & postsinaptik)
Lokasi utama: Locus coeruleus (otak batang)
Efek: ↓ norepinefrin → sedasi, analgesia, simpatisolisis
Tidak menyebabkan depresi napas signifikan
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Dexmedetomidine
?????? Farmakokinetika
Onset: 5–10 menit
Durasi sedasi: 60–120 menit
Metabolisme: Hati (glukuronidasi & CYP2A6)
Ekskresi: Ginjal
t½ eliminasi: 2–3 jam
?????? Efek Tambahan
Adjuvan analgesik → ↓ kebutuhan opioid
Mencegah delirium ICU
Potensial neuroprotektif (↓ inflamasi, eksitotoksisitas)
✅ Indikasi Klinis dalam TIVA
Sedasi prosedural di kamar operasi/ICU (awake craniotomy)
Pasien yang tidak toleran terhadap propofol/opioid
Sedasi pada pasien dengan risiko depresan napas
2.2 Agen-Agen dalam TIVA
Indikasi Dexmedetomidine dalam
TIVA & Efek Tambahan
?????? Efek Klinis
Kardiovaskular: bradikardia, hipotensi; hipertensi
sementara jika bolus cepat
Respirasi: Aman, tidak menekan pernapasan
Sistem Saraf: Sedasi mirip tidur alami, mudah dibangunkan
Bolus Manual – Definisi & Mekanisme
??????A. Definisi
Teknik Total Intravenous Anesthesia (TIVA) dengan pemberian intermiten agen anestesi secara intravena.
Umumnya menggunakan propofol sebagai agen hipnosis utama.
Tidak menggunakan alat infus (pompa atau TCI).
??????B. Mekanisme Pemberian
Induksi: Propofol 1.5–2.5 mg/kg IV bolus.
Maintenance: Bolus tambahan 20–50 mg setiap 3–10 menit tergantung kedalaman anestesi dan respons pasien terhadap
stimulus bedah.
3.1 bolus manual
Kelebihan & Keterbatasan Bolus Manual
✅ C. Kelebihan
Mudah dilakukan tanpa alat canggih atau pompa infus.
Efisien pada kondisi darurat atau fasilitas terbatas.
Cocok untuk tindakan singkat dan prosedural sedasi.
3.1 bolus manual
⚠️ Keterbatasan
Kadar obat berfluktuasi tajam, tidak stabil.
Risiko overdose atau underdose tinggi.
Potensi awareness meningkat jika tidak dimonitor dengan
ketat.
Durasi anestesi dan kedalamannya kurang dapat
diprediksi.
??????️ Maintenance Selama Operasi
Evaluasi tiap 5 menit:
Hemodinamik (HR, BP), gerakan, tearing, pupil.
Tambahan propofol jika:
HR/BP ↑ >20% baseline
Pasien mulai bergerak/menunjukkan respons nyeri
Penilaian Kedalaman Anestesi Efektif
Tidak ada respons motorik terhadap insisi
HR & MAP stabil
Pupil tidak reaktif, tidak ada grimace
BIS 40–60 jika tersedia
3.1 bolus manual
Aplikasi Klinis
Tindakan singkat <15 menit:
Reduksi dislokasi
Kuretase
Biopsi ringan
Perlu keahlian klinis tinggi dalam interpretasi tanda
Definisi & Mekanisme Infus Kontinu Manual
A. Definisi
Teknik TIVA menggunakan syringe pump dengan kecepatan tetap.
Tidak berbasis TCI → Penyesuaian berdasarkan penilaian klinis manual terhadap kedalaman anestesi.
B. Mekanisme Pemberian
Induksi: Propofol 1.5–2.5 mg/kg IV
Maintenance (dewasa):
Propofol: 100–150 mcg/kg/menit
Kombinasi opioid opsional:
Remifentanil: 0.05–0.2 mcg/kg/menit
Fentanyl: 1–2 mcg/kg bolus tiap 30–60 menit
3.2 infus kontinu manual
Kelebihan & Keterbatasan
✅ Kelebihan
Lebih stabil dibandingkan bolus manual
Mudah dititrasi berdasarkan klinis
Tidak membutuhkan sistem TCI atau komputerisasi
Cocok untuk rumah sakit dengan fasilitas terbatas
3.2 infus kontinu manual
Keterbatasan
Tidak mempertimbangkan volume distribusi atau
clearance dinamis
Bergantung pada penilaian observasional
Risiko akumulasi pada pasien geriatrik atau gangguan
metabolik
Tidak sepresisi TCI dalam kontrol depth anestesi
Maintenance, Penilaian & Aplikasi
Maintenance Selama Operasi
Tinjau tanda vital & klinis tiap 5–10 menit
Bila stimulasi meningkat: naikkan infus 10–20%
Bila hipotensi atau BIS <40: kurangi infus
Pantau: gerakan, tearing, grimace, HR/BP
?????? p enilaian Kedalaman Anestesi
Tidak responsif terhadap insisi
Hemodinamik stabil
Pupil isokorik, tidak reaktif
BIS 40–60 (jika tersedia)
3.2 infus kontinu manual
Aplikasi Klinis
Bedah sedang–panjang (30–120 menit)
→ Laparoskopi, ortopedi, urologi
Alternatif TCI untuk rumah sakit tanpa sistem
elektronik
3.3 TCI
Dihitung berdasarkan model tiga kompartemen:
V1 = Kompartemen sentral (plasma)
V2 = Jaringan perfusi tinggi (otak, ginjal)
V3 = Jaringan perfusi rendah (lemak, otot) Perpindahan obat antar kompartemen diatur oleh
konstanta laju (k12, k21, k13, k31), sedangkan eliminasi
obat dari tubuh diatur oleh k10.
model marsh
1. Model Marsh
Karakteristik:
Dikembangkan dari data pasien dewasa sehat (usia 17–65 tahun).
Kovariat utama: Berat badan total (Total Body Weight).
Volume kompartemen sentral (V1) relatif besar → konsentrasi puncak tercapai lambat jika tidak diikuti bolus
awal tinggi.
Konsekuensi klinis:
Dosis induksi awal cenderung lebih tinggi dibanding model lain.
Tidak mempertimbangkan variabilitas usia, jenis kelamin, atau komposisi tubuh → kurang optimal untuk populasi
ekstrem (geriatrik, obesitas, pediatri).
model marsh
Kasus:
Pria, 30 tahun, 70 kg, ASA I
Tindakan: Laparoskopi apendektomi (durasi ~60 menit)
TCI Mode: Target Plasma
Model Marsh:
Kompartemen sentral besar → butuh dosis induksi tinggi.
Tidak mempertimbangkan usia atau LBM.
Dosis Induksi:
Target plasma awal: 4–6 µg/mL
Untuk model Marsh, perkiraan bolus awal diperlukan agar
cepat mencapai target plasma:
Dosis induksi (propofol) = 2–2.5 mg/kg
→ 70 kg × 2.5 mg/kg = 175 mg propofol bolus
Maintenance:
TCI target plasma: 3–4 µg/mL
Disesuaikan berdasarkan respons klinis dan BIS target 40–
60
Dapat dikombinasikan dengan opioid:
Remifentanil 0.1–0.2 µg/kg/menit
Atau fentanyl 1–2 µg/kg bolus tiap 30–60 menit
model schinder
Karakteristik:
Menggunakan kovariat yang lebih lengkap:
Usia
Berat badan
Tinggi badan
Jenis kelamin
Lean Body Mass dihitung untuk clearance.
Volume sentral (V1) lebih kecil dari Marsh → konsentrasi target
tercapai lebih cepat tanpa bolus besar.
Konsekuensi klinis:
Dosis induksi lebih rendah dan lebih aman pada lansia.
Memungkinkan transisi cepat dari fase induksi ke pemeliharaan.
Memperhitungkan distribusi jaringan lemak dan metabolisme
terkait usia.
model schinder
Kasus:
Wanita, 68 tahun, 55 kg, 160 cm, ASA II
Tindakan: Vitrektomi retina (~90 menit)
TCI Mode: Target Effect-Site
Model Schnider:
Memperhitungkan usia, jenis kelamin, BB, TB → menghitung Lean
Body Mass (LBM)
Volume sentral lebih kecil → hindari bolus besar
Perhitungan Lean Body Mass (James formula):
LBM = (1.07 × BB) – (148 × (BB² / TB²))
LBM ≈ (1.07 × 55) – (148 × (55² / 160²))
≈ 58.85 – (148 × 3025 / 25600)
≈ 58.85 – 17.5 ≈ 41.3 kg
??????
Dosis Induksi:
Target effect-site awal: 2.0–2.5 µg/mL
Karena model Schnider otomatis menyesuaikan kecepatan untuk
site effect, tidak perlu bolus manual besar
Onset mencapai target lebih cepat karena volume V1 lebih kecil
Maintenance:
Target effect-site: 2–3.5 µg/mL
Dipantau dengan BIS target 45–60
Kombinasi:
Remifentanil TCI (Minto model): 1–3 ng/mL effect-site
Atau manual: 0.05–0.1 µg/kg/menit
marsh vs schinder
C. Kelebihan
Presisi tinggi dalam mencapai dan mempertahankan depth
anestesi.
1.
Adaptif terhadap perubahan kebutuhan anestesi.2.
Menurunkan risiko awareness dan fluktuasi hemodinamik.3.
Meningkatkan pemulihan cepat postoperatif.4.
D. Keterbatasan
Membutuhkan perangkat dan pelatihan khusus.
Tidak semua rumah sakit memiliki pompa TCI.
Model farmakokinetik bisa tidak akurat untuk pasien dengan
(obesitas berat, usia ekstrem).
TCI
Aman untuk Pasien dengan MH atau Sensitivitas Gas Inhalasi: Tidak menggunakan agen inhalasi.
Risiko PONV Lebih Rendah: Propofol memiliki efek antiemetik, cocok untuk pasien berisiko tinggi.
Lingkungan Lebih Aman: Tidak ada emisi gas anestetik yang mencemari.
Induksi dan Pemulihan Cepat: Ideal untuk day care surgery, pasien sadar lebih cepat.
Kontrol Anestesi Presisi: Sistem TCI mengatur dosis secara real-time, menjaga kedalaman anestesi
dengan tepat.
4.1 KELEBIHAN TIVA
Memerlukan Pompa Infus atau TCI: Membutuhkan perangkat akurat, bisa terbatas di lokasi tertentu.
Risiko Hipotensi dan Depresi Pernapasan: Propofol dan opioid meningkatkan risiko apnea.
Tanpa Indikator MAC: Harus bergantung pada tanda klinis atau BIS untuk memantau kedalaman anestesi.
Bergantung pada Fungsi Hati dan Ginjal: Risiko akumulasi pada pasien dengan gangguan hati/ginjal.
Biaya Lebih Mahal: Penggunaan agen intravena bisa lebih mahal dibandingkan anestesi inhalasi.
4.2KEKURANGAN TIVA
Tujuan Monitoring pada TIVA: Memastikan kedalaman anestesi, stabilitas hemodinamik, dan keamanan pasien.
Pendekatan Monitoring: Sesuaikan dengan teknik administrasi TIVA (bolus manual, infus kontinu, atau TCI).
Komponen Monitoring Utama:
Hemodinamik: Tekanan darah, frekuensi jantung, perfusi perifer.
Ventilasi & Oksigenasi:SpO₂, frekuensi napas.
5. MONITORING TIVA - Pentingnya
Keamanan
Tekanan Darah (MAP): Propofol dan remifentanil bisa menyebabkan hipotensi melalui vasodilatasi perifer.
Tujuan: MAP > 65 mmHg untuk perfusi organ.
Frekuensi Jantung (HR): Remifentanil cenderung menyebabkan bradikardi, terutama saat dikombinasikan
dengan propofol.
Perfusi Perifer: Diperiksa dengan capillary refill time, suhu ekstremitas, atau pulse oximetry untuk menilai
sirkulasi sistemik.
5. Parameter Monitoring
Hemodinamik
EtCO₂ (End-tidal CO₂): Menilai ventilasi alveolar. Propofol dan opioid dapat menurunkan
drive napas, penting untuk mencegah hipoventilasi atau apnea.
SpO₂ (Saturasi Oksigen): Menilai oksigenasi, penurunan dapat menunjukkan hipoventilasi
atau masalah jalan napas.
Frekuensi Napas (RR): Remifentanil dapat menyebabkan napas superfisial atau apnea.
5. Monitoring Ventilasi dan
Oksigenasi
Tanda Klinis: Respons terhadap nyeri, gerakan, grimace, takikardi, atau peningkatan tekanan darah bisa menunjukkan
kedalaman anestesi tidak adekuat.
Alat Bantu:
BIS (Bispectral Index): Skor 40–60 menunjukkan anestesi yang adekuat.
EEG: Digunakan untuk mendeteksi burst suppression atau anestesi yang terlalu dalam.
Respons Pupil: Pupil yang membesar bisa menunjukkan nyeri atau kedalaman anestesi yang tidak cukup.
5. MONITORING Kedalaman Anestesi
Bab III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Keunggulan TIVA
Kontrol anestesia yang lebih presisi dan stabil.
Waktu pemulihan lebih cepat pascaoperasi.
Penurunan insiden PONV (Postoperative Nausea and Vomiting).
Ramah lingkungan: tidak menghasilkan emisi gas anestetik.
Tantangan Implementasi
Memerlukan keahlian klinis dan teknis tinggi dalam titrasi dan
pemantauan.
Harus dilakukan pemantauan hemodinamik dan kedalaman anestesi
secara ketat.
Risiko efek samping sistemik seperti hipotensi, apnea, dan risiko
Propofol Infusion Syndrome (PRIS) terutama pada penggunaan lama
dan dosis tinggi.
Kriteria Keberhasilan
Berdasarkan ilmu pengetahuan dan protokol
yang tepat.
Didukung oleh teknologi monitoring
objektif (BIS, TOF, EtCO₂).
Dilakukan pada pasien yang dipilih secara
tepat, baik elektif maupun emergensi.
Kesimpulan Akhir
TIVA merupakan pendekatan anestesi yang
aman, efektif, dan unggul jika dilakukan
dengan pemahaman mendalam serta
pengawasan ketat.