PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
Tahun 2024
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga makalah yang bertema “Bagaimana Membangun Paradigma Qur’ani” dapat
tersusun hingga selesai dengan baik tanpa adanya suatu halangan. Tidak lupa kami ucapkan
banyak terimah kasih kepada dosen pembibing selaku guru matkul Agama Islam atas
dukungannya kepada kami. Kami juga berterimah kasih kepada seluruh anggota kelompok
yang berkontribusi dengan memberikan sumbangan materi maupun pikiran serta mendukung
dalam bekerja sama menyusun makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca mengenai cara membangun paradigm qurani. Untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kendari,13 Oktober 2024
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAN ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. LatarBelakang ............................................................................................................... 1
B. TujuanPenulisan ............................................................................................................ 2
C. Manfaat Penulisan… ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Konsep dan karateristik paradigma Qur’ani ........................................................... 3
B. Urgensi paradigma Qur’ani dalam menghadapi kehidupan modern ...................... 4
C. Implementasi paradigma Qur’ani menjawab problematika kehidupan modern ..... 5
D. Studi Kasus… ......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 9
A. Kesimpulan… ........................................................................................................... 9
B. Saran ......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSAKA .......................................................................................................... 10
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam yang diturunkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril pada abad ke-7 Masehi. Al-
Qur’an merupakan sumber hukum utama Islam dan pedoman hidup kaum muslim. Al-
Qur’an bukan hanya mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi
juga mengajarkan tentang hubungan manusia terhadap sesama manusia serta alam
dan seisinya. Dilihat dari sejarah dan proses pewahyuannya, Al-Qur’an tidak
diturunkan secara sekaligus, tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu secara periodik,
selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Hikmah pewahyuannya sangat bergantung pada
lingkup dan persoalan-persoalan kemasyarakatan. Dari aspek ini, sebagian besar ayat
Al- Qur’an merupakan jawaban terhadap berbagai persoalan sosial yang melanda
kehidupan manusia. Wahyu pertama yang diturunkan merupakan sebuah perintah
untuk membaca (iqra'). Hal ini dapat ditafsirkan sebagai seruan untuk membaca,
mengkaji, menganalisis, dan meneliti fenomena alam dan seisinya, dengan tujuan
membentuk masyarakat yang berpendidikan, menghasilkan sebuah karakter peradaban
Islami, dan mampu menciptakan banyak perubahan dari bidang manapun, termasuk
sains dan teknologi.
Pondasi bangkitnya fajar baru peradaban Eropa di abad pertengahan banyak
disumbang oleh peradaban Muslim sebelumnya. Namun, disaat bangsa Eropa
mengalami masa kebangkitan kembali (renaissance) dan masa pencerahan
(enlightenment), bangsa Muslim justru sedang mengalami kemunduran. Dari sinilah
suatu agenda besar terbentuk untuk masyarakat muslim modern, yaitu mengulang
kembali kesuksesan Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang telah menjadi
tonggak perubahan besar di dunia. Bagi umat Muslim, menjadikan Al-Qur'an sebagai
inspirasi sekaligus paradigma dalam menjalani kehidupan. Justru merupakan suatu
keniscayaan mengingat Al-Qur'an yang merupakan kitab suci yang harus diimani
sekaligus sumber utama dalam perumusan hukum Islam. Sebagai sebuah paradigma,
maka hal tersebut akan terwujud dalam kerangka yang menjadi tolok ukur sejauh
mana semangat dan pesan-pesan dalam Al-Qur'an direalisasikan dan
diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini sebagai berikut;
1. Bagaimana konsep dan karakteristik paradigma Qur’ani?
2. Bagaimana urgensitas paradigma Qur’ani dalam menghadapi kehidupan modern?
3. Bagaimana implementasi paradigma Qur’ani menjawab problematika modern?
4. Bagaimana contoh studi kasus beserta solusinya terkait materi ini?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini sebagai berikut;
1. Mengetahui dan memahami konsep dan karakteristik paradigma Qur’ani.
2. Mengetahui urgensitas paradigma Qur’ani dalam menghadapi kehidupan modern.
3. Mengetahui implementasi paradigma Qur’ani menjawab problematika modern.
4. Mengetahui contoh studi kasus beserta solusinya terkait materi ini
D. Manfaat Penulis
Manfaat sebagi berikut :
1. Bertambahnya wawasan bagi penullis agar mengetahi cara pembuatan makalah
2. Dapat mengetahi cara meningkatkan stabilitas suspense
3. Memberikan pengetahuan tambahan untuk para pembaca makaalah ini
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dan Karakteristik Paradigma Qur’ani
Paradigma berdasarkan KBBI menganut pengertian sebagai kerangka berpikir
atau suatu model dalam ilmu pengetahuan. Paradigma dapat juga dimaknai sebagai
cara pandang atau cara berpikir menyeluruh serta konseptual terhadap keadaan yang
sebenarnya menggunakan teori dan metode keilmuan yang tepercaya. Sehingga
paradigma Qur’ani mencakup pengertian yang lebih khusus, yakni pola pikir atas
suatu permasalahan berdasarkan Al-Qur’an. Paradigma Qur’ani membangkitkan
semangat intelektual melalui rasio, indrawi, dan intuisi. Pandangan ini juga berarti
membuka pandangan terhadap dunia luar dengan tetap memperhatikan ajaran-ajaran
Islam.
Mengapa Al Quran di Jadikan pradiqigma? Semua orang menyatakan bahwa
ada suatu keyakinan dalam hati orang-orang beriman , Al Quran mengandung gagasan
yang sempurna mengenai kehidupan. Al Quran mengandung gagasan murni yang
bersifat metahistoris. Menurut Kuntowijoyo (2008), Al Quran sesungguhnya
menyediakan kemungkinan yang sangat besar untuk dijadikan cara berfikir.
Pengembangan eksperimen-eksprimen ilmu pengetahuan berdasarkan pradiqma Al
Quran yang jelas akan memperkaya khazana ilmu pengetahuan umat manusia.
Kegiatan itu mungkin bahkan tentu saja akan menjadi rembahan baru bagi munculnya
ilmu-ilmu pengetahuan alternative.
Menurut Kuntowijoyo, Al-Qur’an berisi pengetahuan dan kelimuan yang layak
apabila dijadikan sebuah paradigma. Ia melihat paradigma Qur’ani sebagai cara
pandang, yaitu isi Al-Qur’an yang memandang semua realita hidup. Al- Qur’an
merupakan kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT. melalui Rasul- Nya, yaitu
Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an berperan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia
hingga akhir zaman tiba. Al-Qur’an mengandung nilai-nilai luhur yang mencakup
aspek kehidupan manusia dengan manusia dan lingkungan sekitarnya serta dalam
berhubungan dengan Allah SWT. Pokok yang terkandung dalam Al-Qur’an antara lain
ketuhanan, kenabian, kemanusiaan, alam semesta, eskatologi, kejahatan, dan
masyarakat muslim. Aspek-aspek dalam Al-Qur’an dapat menjadi paradigma teoritis
berdasarkan filosofinya. Paradigma Qur’ani menjadi dasar perkembangan ilmu
4
pengetahuan empiris dan rasional, sehingga kebutuhan umat manusia secara efektif
dalam pengaktualisasian dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat dimengerti
bahwa pradiqma Al Quran yang dimaksud Kuntowijoyo berarti suatu konstruksi
pengetahuan yang memuat konsep-konsep dan saling berkaiat satu sama lainnya yang
memungkinkan realitas dipahami sebagaimana Al Quran memahaminya.
B. Urgensitas Paradigma Qur’ani dalam Menghadapi Kehidupan Modern
Al-Qur’an memiliki perbendaharaan yang luas dan besar bagi pengembangan
kebudayaan umat manusia. Kitab ini merupakan sumber pendidikan yang terlengkap,
baik itu pendidikan sosial, moral, spritual, material serta alam semesta. Al-Qur’an
merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya tidak akan pernah
mengalami perubahan. Kemungkinan terjadi perubahan hanya sebatas interpretasi
manusia terhadap teks ayat yang menghendaki kedinamisan pemaknaannya, sesuai
dengan konteks zaman, situasi, kondisi, dan kemampuan manusia dalam melakukan
interpretasi. Isinya mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu menyentuh
seluruh potensi manusia. Segala hal yang ditawarkan Allah Swt. dalam Al-Qur’an ini
bertujuan agar manusia dapat menarik kesimpulan dan melaksanakan semua petunjuk
tersebut dalam kehidupannya sebaik mungkin.
Mourice Bucaille mengagumi isi kandungan Al-Qur’an dan berkata bahwa Al-
Qur’an mempakan kitab suci yang obyektif dan memuat petunjuk bagi pengembangan
ilmu pengetahuan modern. Kandungan ajarannya sangat sempurna dan tidak
bertentangan dengan hasil penemuan sains modern. Dari penafsiran terhadap ide-ide
yang tertuang dalam Al-Qur’an, sains modern dapat berkembang dengan pesat dan
memainkan peranannya dalam membangun dunia ini. Yusuf al-Qardhawi menjelaskan
bahwa tujuan Al-Qur’an ada 7 macam, yaitu
1. Meluruskan akidah manusia dan meneguhkan keimanan, yang
mencakup aspek aspek antara lain :
a) Menegakkan pokok-pokok tauhid
b) Meneguhkan keimanan terhadap akhirat dan keyakinan akan adanya balasan yang
akan diterima di akhirat
c) Mensahihkan akidah tentang kenabian dan kerasulan, yang mencakup aspek-aspek
sebagai berikut :
Menjelaskan keperluan manusia terhadap kenabian dan
kerasulan.
5
Menjelaskan tugas-tugas para rasul khususnya dalam
hal kabar gembira dan pemberi peringatan.
Menghilangkan keraguan dari persepsi masyarakat
silam tentang penampilan para rasul
Menjelaskan akibat bagi orang-orang yang
membenarkan para rasul dan akibat bagi bagi orang-
orang yang mendustakan para rasul.
2. Meneguhkan kemuliaan manusia, hak-hak manusia, dan hak-hak duafa (orang-orang
lemah secara ekonomi)
3. Mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada Allah
4. Mengajak Manusia untuk menyucikan rohani
5. Membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi terhormat bagi
perempuan
6. Membangun umat menjadi saksi atas kemanusiaan
7. Mengajak manusia agar saling tolong-menolong
C. Implementasi Paradigma Qur’ani Menjawab Problematika Kehidupan Modern
Al–Amir syakieb Arsalan seorang politikus dan intelektual Islam
yang cemerlang dalam bukunya "Limadza Ta'akhara Muslimuna wa Taqaddama
Ghairuhum" menyatakan bahwa umat Islam mengalami kemunduran karena
meninggalkan ajarannya, sedangkan non-Islam mengalami kemajuan justru
karena mereka meninggalkan ajarannya. Para pembaharu Islam juga sepaat
bahwa demi kemajuan, umat Islam harus berkomitmen terhadap ajarannya yang
murni sebagaimana tercantum dalam al Qur'an dan as Sunnah. Sebagian orang
memiliki pandangan bahwa jika ingin mengalami kemajuan maka harus meninggalkan
ajaran agama mereka sehingga mereka harus mengembangkan budaya sekuler dalam
segala segi kehidupan. Sementara bagi umat Islam, untuk maju tidak perlu
mengambil sekularisasi, malah sebaliknya, umat Islam harus berkomitmen terhadap
ajarannya, karena :
1. Ajaran Islam bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist memiliki sifat syumul,
artinya mencakup segala aspek kehidupan
2. Ajaran Islam bersifat rasional, artinya sejalan dengan nalar manusia sehingga tidak
bertentangan dengan IPTEK
3. Ajaran Islam berkarakter tadaruruj artinya bertahap dalam implementasinya
6
4. Ajaran Islam bersifat taqlilat-takaalif artinya tidak banyak beban, karena beragama
itu mudah
Sebagai contoh implementasi Paradigma Qur’ani dalam kehidupan modern
sekarang ini adalah dalam problematika pertumbuhan ekonomi. Dalam sudut pandang
Al- Qur’an pertumbuhan tidak sekedar terkait dengan peningkatan volume barang dan
jasa, namun juga terkait dengan aspek moralitas dan kualitas akhlak serta
keseimbangan antara tujuan dunia dan akhirat. Ukuran dari keberhasilan pertumbuhan
ekonomi tidak dilihat dari materi saja, namun juga dari sisi perbaikan kualitas
kehidupan beragama, sistem jaminan sosial dan kemasyarakatan. Jika memacu pada
pembangunan ekonomi saja, maka akan kehilangan nilai-nilai keadilan dan
kesejahteraan. Dari situ, akan lahir pelaku pembangunan yang korupsi, pebisnis yang
kotor dan masyarakat yang materialistik. Semua sisi kehidupan dinilai dengan uang
dan uang menjadi alat ukur kesejahteraan. Setidaknya melalui Paradigma Qur’ani
dapat muncul sebuah arah baru disiplin ilmu yang bernuansa al-Qur’an, yakni
perspektif ekonomi Islam. Ada tiga faktor yang memengaruhi tingat pembangunan,
yaitu :
1. Investible Resource (sumber daya yang dapat diinvestasikan)
Maksudnya adalah segala sumber daya yang dapat digunakan untuk menggerakkan
roda perekonomian, seperti contohnya SDA, SDM, dan modal.
2. SDM dan Entrepreneuship
Ketika basis pembangunan ekonomi adalah sektor riil, maka memiliki SDM yang
berjiwa Entrepreneuship adalah sebuah keniscayaan. Karena kemandirian ekonomi
suatu negara dapat dicapai melalui pemenuhan dua hal, yaitu optimalisasi potensi local
dan pengembangan budaya bisnis berbasis Syariah.
3. Teknologi dan Inovasi
Teknologi dan inovasi adalah faktor yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Teknologi akan melarikan efisiensi dan basis teknologi adalah inovasi.
7
D. Studi Kasus Dalam Pradigma Qurani
Berdasarkan data WHO, ada satu orang yang tewas akibat bunuh diri setiap 40
detik. Kebanyakan bunuh diri terjadi di kalangan remaja sampai dewasa yang
memiliki depresi berat. Mereka beranggapan bahwa bunuh diri merupakan satu-
satunya jalan untuk menyelesaikan beban hidup mereka yang terlalu berat. Bunuh diri
dalam Agama Islam merupakan tindakan haram serta sangat dibenci Allah SWT
karena melanggar takdir dari Allah SWT. Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim,
Rasulullah SAW. bersabda bahwa kegiatan bunuh diri dengan cara apa pun akan
membuat pelakunya kekal di dalam neraka Jahanam. Allah SWT. berfirman dalam
QS. An-Nisaa: 29-30 yang berbunyi:
Artinya: "[29] ... Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu. [30] "Barang siapa yang berbuat demikian dengan
melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka.
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."
Kita sebagai generasi bangsa yang memiliki iman, islam, dan ihsan dalam hati kita
harus menjauhi perilaku menyimpang ini. Kita harus selalu ingat, bahwa dalam QS.
Al-Baqarah: 286 Allah berfirman bahwa Ia tidak akan pernah memberikan beban
yang berat kecuali kita dapat memikulnya, sehingga pasti setiap masalah akan selalu
ada jalan keluarnya. Kita juga tidak boleh merasa sendiri, karena Allah SWT. juga
selalu akan berada di samping kita berdasarkan firmannya dalam QS. Al-Hadid: 4.
Studi Kasus: Etika terhadap Non-Muslim dalam QS. Al-Baqarah: 256, Allah SWT.
menghimbau umat Islam untuk menjunjung tinggi prinsip kebebasan beragama.
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnyatelah
jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar
terhadap Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang pada
tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.”
8
Disebutkan kembali dalam Firman Allah pada QS. Yunus: 99-100 yang berbunyi
Artinya: “[99] Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah orang di bumi berima
seluruhnya. Tetapi, apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi
orang-orang yang beriman? [100] Dan tidak seorang pun akan berima kecuali dengan
izin Allah, dan Allah akan menimpakan azab kepada orang yan tidak mengerti."
Ayat diatas memiliki artian bahwa Islam memiliki nilai toleransi yang tinggi. Agama
Islam memberikan kebebasan setiap orang untuk beriman atau tidak kepada Allah
SWT., karena berimannya seseorang bersumber dari hidayah Allah SWT., bukan
paksaan dari umatnya.
Kita sebagai umat muslim tentunya harus menghormati agama lain. Menghormati
adalah sikap toleransi tanpa caci maki, tetapi bukan kegiatan mendukung dan
menyetujui kegiatan agama tersebut. Hal ini disampaikan dalam Firman-Nya pada QS
Al-An'am: 108.
Artinya: "Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain
Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar
pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan
mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, kemudian Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan."
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paradigma berdasarkan KBBI menganut pengertian sebagai kerangka berpikir
atau suatu model dalam ilmu pengetahuan. Paradigma dapat juga dimaknai sebagai cara
pandang atau cara berpikir menyeluruh serta konseptual terhadap keadaan yang
sebenarnya menggunakan teori dan metode keilmuan yang tepercaya. Sehingga
paradigma Qur’ani mencakup pengertian yang lebih khusus, yakni pola pikir atas suatu
permasalahan berdasarkan Al-Qur’an. Paradigma Qur’ani membangkitkan semangat
intelektual melalui rasio, indrawi, dan intuisi. Pandangan ini juga berarti membuka
pandangan terhadap dunia luar dengan tetap memperhatikan ajaran-ajaran
Islam.
B. Saran
Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, dan kami berharap
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami dari kelompok 3
sangat mengharapakan saran dan kritik tentang makalah ini dari para pembaca,demi
kebaikan dimasa mendatang..
10
DAFTAR PUSTAKA
Akmansyah, M. 2015. Al-Qur’an dan Al-Sunnah sebagai Dasar Ideal Pendidikan
Islam. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Vol 8 (2). 127-142.
Asmuni, M.Y. 1997. Dirasah Islamiyah I (Pengantar Studi Al-Qur’an Hadits
Fiqh dan Pranata Sosial). Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Kuntowijoyo, Priyono, A.E. 2008. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi.
Jakarta: PT. Mizan Publika.
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syaripudin, A. 2016. Al-Qur’an sebagai Sumber Agama Islam. NUKHBATUL
’ULUM: Jurnal Bidang Kajian Islam, 2(1), 132-139.
Wahyuddin, Zainul Muhibbin, Moh. Saifulloh, dan Choirul Mahfud. Tanpa tahun.
Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Litera Jannata Perkasa