Tugas 3 - Tugas Psikologi UNJ - Metodologi Penelitian Kualitatif
citrayunianti1
12 views
25 slides
Apr 15, 2025
Slide 1 of 25
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
About This Presentation
Tugas Psikologi UNJ - Metodologi Penelitian Kualitatif
Size: 252.79 KB
Language: none
Added: Apr 15, 2025
Slides: 25 pages
Slide Content
Metode Utama dalam Pengambilan Data
(Observasi, Observasi Partisipan, dan Wawancara Mendalam)
Disusun Oleh :
1.Citra Yunianti – 1801617129
2.Widia Putri Anesti – 1801617076
3.Annisa Salvia – 1801617027
4.Nurul Apriliani Dewi – 1801617134
Fakultas Pendidikan Psikologi
Universitas Negeri Jakarta
2018
Daftar Isi
OBSERVASI............................................................................................................. 3
Pengertian Observasi.................................................................................................. 3
Tujuan Observasi....................................................................................................... 3
Kelebihan dan Kelemahan Observasi........................................................................ 3
Jenis-jenis Observasi.................................................................................................. 4
Objek Observasi......................................................................................................... 6
OBSERVASI PARTISIPAN ................................................................................... 7
Definisi Observasi Partisipan..................................................................................... 7
Bagaimana Melakukan Observasi Partisipan............................................................. 8
WAWANCARA MENDALAM ..............................................................................11
Definisi Wawancara Mendalam.................................................................................11
Bentuk Wawancara Mendalam..................................................................................13
Tahap Persiapan Wawancara Mendalam...................................................................15
Tahap Wawancara Mendalam....................................................................................18
Menganalisis Wawancara Kualitatif..........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................25
2
1. Observasi
A. Pengertian Observasi
Menurut Banister observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti melihat dan
memperhatikan. Observasi diarahkan untuk memperhatikan kegiatan secata akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek
dalam fenomerna tersebut. Observasi merupakan pengamatan yang harus dilakukan
secara alami. Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku seseorang
dalam situasi tertentu.
Observasi dapat dikatakan ilmiah apabila pengamatan terhadap gejala kejadian yang
bertujuan untuk menafsirkan faktor-faktor penyebab dan menemukan kaidah-kaidah
yang mengaturnya. Observasi menjadi ilmiah jika pengamatan dilakukan secara
sistematis.
Jadi observasi.merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan perilaku
dalam situasi tertentu kemudian mencatat periatiwa yang diamati dengan sistematis
dan memaknai periatiwa yang di amati.
B. Tujuan Observasi
Tujuan dari observasi adalah mendeskripsikan kejadian yang diobservasi, aktivitas
yang berlangsung, orang orang yang terlibat dalam aktivitas, dam memaknai hasil
observasi berdasarkan perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati.
Observasi bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan yang sesuai dengan syarat
penelitian ilmiah tanpa memerlukan banyak biaya maupun tenaga ahli. Kemudian
untuk mengetahui tingkah laku secara mendalam dan mendeskripsikannya secara
individual.
C. Kelebihan dan Kelemahan Observasi
3
Berikut ini adalah kelebihan dari observasi, yaitu :
1.Alatnya murah, mudah, dan langsung bila ingin mengadakan penelitian.
2.Peristiwa psikis yang tidak dapat diperoleh datanya dengan kuesioner dapat
dilakukan dengan observasi.
3.Hasil penelitian cukup akurat.
Berikut ini adah kekurangan dari observasi, yaitu :
1.Waktu yang dibutuhkan lama
2.Banayak peristiwa yang tidak dapat dilakukan dengan observasi seperti
kehidupan pribadi.
3.Umumnya saat obaervasi orang yang diamati akan terganggu.
4.Menghasilkan data yang banyak dan kadaang tidak sistematis sehingga
menyulitkan observer melakukan analisa.
5.Observer dapat membuat kesimpulan yang sangat keliru atau bias.
D. Jenis-jenis Observasi
1.Observasi Systematic dan Unsystematic
Observasi systematicbiasanya disebut juga observasi terstructured yaitu
observasi dimana terdapat kerangka yang membuat faktor dan ciri khusus dari
setiap faktor yang diamati. Observasi unsystematic adalah observasi yang
dilakukan tanpa adanya persiapan yang terencana tentang apa yang akan di
observasi. Karena observasi tidak tahu secara pasti apa yang akan diamati.
2.Observasi Eksperimental vs Natural
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan dengan cara
mengendalikan unsur unsur penting kedalam situasi sehingga situasi tersebut
dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan dapat dikendalikan untuk
4
mengurangi atau menghindari bahaya timbulnya faktor faktor lain yang dapat
mempengaruhi situasi.
Observasi natural adalah observasi yang dilakukan pada lingkungan alamiah
subjek, tanpa adanya upaya untuk melakukan kontrol. Tujuan utama dari
observasi natural ini adalah untuk.menjelaskan perilaku apa adanya.
Kelebihan dari observasi natural ini adalah observer mendapatkan data yang
representatif dari perilaku yang terjadi secara alamiah.
3.Observasi Partisipan dan Non-partisipan
Observasi paetisipandimana peneliti terlibat aktif dengan kegiatan yang
sedang diamati dan mencatat perilaku yang muncul.pada saat itu. Kelebihan
dari obseevasi ini adalah data yang diperoleh lebih lengkap, tajam, dan
memiliki maknadaei setiap perilaku. Observasi partisipan pada umumnya
digunakan untuk penelitian yang bersifat eksploratif yaitu bertujuan untuk
menyelidiki perilaku individu dlam situasi sosial seperti cara hidup dan
hubungan sosial.
Observasi non-partisipan adalah metode observasi dimanaobaerver tidak
mengambil bagian dalam kehidupan observe (observer tidak ikut terlibat aktif
dalam situasi yang diamati).
4.Observasi Unobtrusive vs Obtrusive
Observasi unobtrusive merupakan observasi yang tidak mengubah perilaku
natural subjek. Observerdaalam observasi tidak hadir dalam situasi.
Obsevasimodel ini adalah observee tidak reaktif karena observasi dilakukan
secara tidak langsung. Metode unobtrusivedapat dilakukan dengan cara di
rekam, arsip pekerjaan, isi dari buku buku, observasi sederhana dan
demografi.
5.Observasi Formal dan Informal
5
Obserfasiformal memiliki sifat terstruktur yang tinggi, terkontrol, dan
biasanya digunakan untuk penelitian ilmiah. Observasi informal memiliki sifat
yang lebih longgar dalam hal kontrol elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya
untuk perencanaan pengajaran.
E.Objek Observasi
Objek observasi adalah segala sesuatu yang akan diobservasi dan dianalisis selama
proses observasi. Terdapat tiga komponen yang menjadi objek proses observasi yaitu
ruang (tempat), pelaku (aktor), dan kegiatan (aktifitas).
Jadi hal hal yang dapat di observasi adalah penampilan fisik ( tinggi badan, berat
badan, warna kulit, cara berpakaian), gerak tubuh, ekspresi wajah, pembicaraan,
reaksi, emosi, dan aktifitas yang dilakukan. Dalam psikologi objek observasi banyak
mengacu pada perilaku non verbaldaeipada verbal. Dalam membaca pernyataan baik
verbal maupun non verbal memiliki tiga aturan, yaitu :
1.Membaca sikap tubuh dalam kelompok
Seseorang sering melakukan kesalahan fatal dalam mengartikan pernyataan
seseorang, dimana seringkali hanya mengartikan isyarat runggal tanpa
memperhatikan penyertaannya. Misalnya menggaruk kepala dapat memiliki
beberapa arti yaitu berkeringat, ragu ragu, berketombe, lupa, atau berbohong.
Keseluruhan arti itu sangat tergantung dari isyarat lain yang muncul.
2.Mencari keselarasan
Pengamatan terhadap kelompok isyarat tubuh dan keselarasan antara
pernyataan verbal dan non verbal adalah kunci untuk mengartilan sikap secara
akurat.
3.Membaca isyarat tubuh dalam konteksnya
6
Semua pernyataan verbal dan nonverbal harus dipertimbangkan dalam situasi
tertentu. Contohnya, saat cuaca dingin seseorang merapatkan kaki dan dagu di
rendahkan,kemungkinan besar ini berarti kedinginan. Akan tetapi jika orang
itu menggunakan sikap tubuh yang sama ketika Seseorang menawarkan jasa
maka dapat diartikan bahwa sikapnya menolak tawaran tersebut.
2. Observasi Partisipan
Definisi Etnografi / Observasi Partisipan
Menurut Creswell (2017), “Etnografi adalah rancangan penelitian yang berasal dari
antropologi dan sosiologi yang di dalamnya peneliti menyelidiki pola perilaku,
bahasa dan tindakan dari suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah
dalam periode waktu yang cukup lama” (h. 19).
Etnografi / observasi partisipan dapat dilihat sebagai istilah yang mencakup berbagai
metode terkait. Berikut adalah hal-hal penting dalam observasi partisipan:
Peran pengamat: Keterlibatan pengamat mungkin bervariasi, mulai dari orang
luar yang tidak terlibat dalam dinamika kelompok hingga terlibat penuh dalam
suatu kelompok
Pengetahuan kelompok tentang proses observasi: Jika para partisipan tahu
bahwa mereka sedang diobservasi, maka ini dikenal sebagai observasi terbuka.
Sedangkan pada observasi tertutup, partisipan tidak tahu jika mereka sedang
diobservasi
Penjelasan tujuan penelitian: Berkisar dari penjelasan lengkap bahkan sampai
penjelasan yang menyesatkan
Durasi: Observasi mungkin bisa berupa sesi tunggal yang relatif singkat atau
bisa berupa beberapa sesi yang berlanjut selama berminggu-minggu bahkan
sampai bertahun-tahun
7
Fokus: Fokus peneliti mungkin pada aspek yang relatif sempit atau mungkin
lebih menyeluruh dimana data yang kaya dikumpulkan melalui sejumlah
observasi secara mendalam
Observasi partisipan secara harfiah mengimplikasikan bahwa peneliti tidak hanya
sebagai pengamat peristiwa dalam konteks sosial atau budaya. Observer dapat
mengambil bagian dalam kegiatan partisipan yang diobservasi. Peran observer dalam
penelitian lapangan semacam ini bervariasi tergantung sejauh mana observer
berpartisipasi:
Partisipasi total: Peneliti sepenuhnya mengambil peran dari partisipan yang
sedang diobservasi tanpa mengungkapkan bahwa ia merupakan seorang peneliti
Observasi total: Keterlibatan peneliti dalam kegiatan partisipan diminimalkan.
Jadi peneliti hanya mengamati tanpa ikut terlibat
Partisipan sebagai peneliti: Identitas peneliti diketahui oleh partisipan yang
sedang diobservasi. Oleh karena itu, pengamat tidak perlu berpartisipasi
sepenuhnya dalam kegiatan partisipan
Peneliti sebagai non-partisipan: Ini bukan bentuk observasi partisipan karena
tidak ada keterlibatan langsung antara peneliti dengan partisipan
Bagaimana Melakukan Etnografi/Observasi Partisipan
Step 1: Merumuskan Pertanyaan Penelitian
Observasi partisipan akan digunakan dimana peneliti memiliki area studi yang luas
untuk diatasi, walaupun tidak mungkin bahwa pada tahap awal mereka akan memiliki
pertanyaan riset yang terfokus dalam pikiran. Harapannya, peneliti akan mulai
memahami aspek khusus yang perlu difokuskan. Dengan kata lain, peneliti akan
mulai merumuskan kembali atau mengembangkan gagasannya selama masa observasi
partisipan.
8
Step 2: Apakah Suatu Pertanyaan Cocok untuk Observasi Partisipan
Ada banyak kegiatan yang dianggap sebagai privasi dan tidak mungkin digunakan
sebagai bahan observasi partisipan atau jenis pengamatan lainnya. Mungkin ada area
kegiatan dimana peneliti mungkin mendapatkan akses tetapi pada umumnya ini
adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan.
Step 3: Tentukan Apa yang Harus Ditangani dalam Proses Observasi
Definisi pertanyaan penelitian yang jelas akan sangat berguna karena akan membantu
mengidentifikasi aspek-aspek situasi yang akan diobservasi oleh peneliti.
Step 4: Menentukan Peran Peneliti
Pertimbangan utama dalam observasi partisipan/etnografi adalah peneliti harus
mendefinisikan peran yang layak, yang memungkinkan peneliti untuk berpartisipasi
dalam pengaturannyadan memungkinkan pengamatan berlangsung.
Step 5: Masuk ke Lokasi Penelitian/Masuk ke Komunitas
Lokasi penelitian untuk observasi partisipan/etnografi bervariasi tergantung kemana
mereka meneliti. Organisasi formal biasanya membutuhkan permintaan resmi untuk
melakukan penelitian. Tetapi organisasi informal bukanlah suatu organisasi tanpa
struktur sosial. Mungkin ada orang-orang tertentu yang dapat memfasilitasi peneliti
untuk melakukan observasi.
Step 6: Akses Berkelanjutan
Observasi partisipan/etnografi melibatkan pemeliharaan hubungan dengan kelompok
yang diteliti dan bukan hanya proses masuk ke lokasi penelitian. Pemikiran dan
keterampilan yang baik diperlukan dalam hal hubungan interpersonal karena yang
sedang diobservasi mungkin memiliki kekhawatiran tetang aktivitas si peneliti.
Step 7: Penggunaan Informan/Juru Kunci
9
Dalam lingkungan sosial apapun, beberapa orang mempunyai peran penting dalam
hidup kita daripada yang lainnya. Demikian pula dalam observasi
partisipan/etnografi, beberapa individu (biasa disebut informan/juru kunci) cenderung
memiliki peran yang lebih penting dalam kaitannya dengan observasi. Biasanya
informan dapat memainkan peran yang lebih sentral dalam sebagian kegiatan aspek
grup, mungkin memiliki minat dalam penelitian yang lebih besar dibandingkan
dengan yang lain atau mungkin memiliki hubungan khusus dengan peneliti.
Step 8: Catatan Lapangan/Pencatatan Data
Pembuatan catatan lapangan mungkin satu-satunya cara mendefinisikan karakteristik
data untuk observasi partisipan. Tujuan dari mengambil catatan lapangan adalah
untuk memiliki basis data komprehensif dari pengamatan seseorang dalam
pengaturan di lapangan.
Step 9: Bagaimana Mencari Sampel
Dalam observasi partisipan, tujuan peneliti adalah memahami komunitas atau
kelompok yang diobservasi dengan lebih baik. Biasanya, sampel probabilita
digunakan oleh sebagian peneliti kuantitatif tapi tidak cocok untuk observasi
partisipan yang berusaha untuk menemukan kejelasan tentang aspek-aspek kunci dari
cara kerja kelompok/komunitas. Untuk mencapai tujuan ini, jelas lebih penting untuk
mencari situasi dan individu yang memiliki kontribusi terbesar untuk
mengembangkan pemahaman ini.
Step 10: Kapan Harus Menghentikan Kerja Lapangan
Sebagian besar penelitian dibatasi oleh sumber daya. Ini berlaku untuk banyak
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa yang dibiayai oleh pemerintah. Kendala-
kendala ini dapat menetukan seberapa banyak kerja lapangan yang dilakukan dapat
selesai.
10
3. IN-DEPTH INTERVIEW (WAWANCARA MENDALAM)
1. Definisi Wawancara Mendalam
Biasanya interview atau wawancara dilakukan untuk mendapatkaninformasi, yang
tidak dapat diperoleh melalui observasi atau kuesioner.Denganmengajukan
pertanyaan dalam wawancara, peneliti dapat memasuki alam berpikir si partisipan,
mendapatkan apa yang ada dalam pikiran partisipan dan mengerti apa yangmereka
pikirkan. Karena pikiran, perasaan, persepsi dapat dipahami dan dapat dianalisis
secara ilmiah.
Saat wawancara, peneliti bukan hanya mengajukan pertanyaanrandom, tetapipeneliti
mendapatkan pengertian tentang pengalaman hidup orang lain. Dan hal ini hanya
dapat diperoleh dengan caraindepth interview atau wawancara mendalam.Dengan
wawancara yang mendalam peneliti akan memahami makna-makna yang tersirat dari
pengalaman partisipan. Pengalaman dan pendapat itulah yang akan menjadi bahan
dasar data untuk dianalisis.
Dengan bercerita partisipan akan membuat refleksiatas pengalamannya. Melalui
cerita juga lah, partisipan mendapatkan pengertian tentang hidup orang lain dan
menempatkan pengertian itu pada dirinya, sehingga peneliti akan memberikan arti
baru pada pengalaman tersebut yang diungkapkan dengan bahasa yang dimengerti
oleh pembaca. Banyak hal abstrak dan kurang jelas hanya dapat dimengeti melalui
orang yang mengalaminya, dan arti tersebut hanya dapat ditangkap oleh peneliti lewat
wawancara mendalam.
Menurut para ahli, wawancara mendalam memiliki definisi sebagai :
11
Wawancara-Mendalam (In-depth Interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden
atau orang yang diwawncarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo 2006: 72)
Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg, 2002).
Wawancara juga merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan
juga merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan
responden.
Menurut (Moleong, 2005 : 186) wawancara mendalam merupakan
proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas
dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat
penelitian. Dalam hal ini metode wawancara mendalam yang
dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
Dalam wawancara mendalam, peran bahasa cukup fatal sebab dengan menggunakan
bahasalah kita berinteraksi dengan partisipan kita. Jika kita tidak mengerti bahasa apa
yang ia ucapkan maka kita tidak dapat menginterpretasikannya dan menganalisisnya
ke dalam penelitian kita. Maka penting bagi peneliti untuk mengerti bahasa yang
digunakan oleh partisipan karena alat pengumpulan data dalam metode kualitatif
adalah peneliti itu sendiri.
Dalam wawancara mendalam peneliti merubah narasumber dari objek menjadi
subjek. Bila subjek dipandang sebagai objek, maka berlaku prinsip hierarkis yaitu
12
peneliti akan memposisikan dirinya sebagai orang yang lebih tahu dan berhadapan
dengan objek penelitian yang kurang tahu. Sedangkan dalam kualitatif, partisipan
dipandang sebagai subjek. Memandang partisipan sebagai subjek berarti bahwa baik
peneliti maupun yang diteliti kedudukannya adalah sama. Karena itu mereka tidak
disebut responden tetapi partisipan. Sebagai partisipan idenya orisinil, bukan artificial
atau sudah ditentukan sebelumnya. Pendapat dan pemikiran mereka diakui sebagai
unik. Data yang diperoleh akan benar-benar down to earth, berasal dari lapangan,
bukan rekayasa peneliti. Dan bila penelitian dianggap sebagai usaha penemuan baru
(discovery), maka metode ini dianggap sangatlah tepat, karena benar-benar
menemukan hal yang baru dan unik, dan bukankonfirmasi saja dari apa yang sudah
diketahui sebelumnya, atau bukan hanya konfirmasi dari teori yang sudah ada.
2. Bentuk-bentuk Wawancara Mendalam
Pada dasarnya, wawancara mendalam perlu dipahami sebagai suatu produk dari
situasi sosial khusus dengan karakteristik yang sangat khas yang membuatnya
berbeda dari situasi sosial lainnya. Ada banyak sekali penelitian dalam wawancara di
berbagai cabang psikologi. Keterampilan wawancara yang baik bersama dengan
persiapan yang matang adalah aspek utama keberhasilan dalam kualitatif wawancara.
Pelatihan dan pengalaman dibutuhkan untuk wawancara dengan baik, keberhasilan
melibatkan banyak fitur data dan proses pengumpulan, selain hanya wawancara itu
sendiri. Peneliti perlu menjadi pemimpin semua tahapan proses penelitian dan
mempertahankan peserta. Wawancara kualitatif sangat fleksibel dan dapat dilakukan
dalam berbagai variasi cara untuk memenuhi tuntutan studi penelitian tertentu.
Wawancara tidak harus bertatap muka atau face to face, namun wawancara juga
memiliki variasi bentuknya seperti:
Focus group disscussion atau FGD adalah semacam kelompok wawancara
yang mungkin melibatkan lebih dari satu pewawancara dan dua atau lebih
13
orang yang diwawancarai. Sama, wawancara kualitatif dapat dilakukan
dengan lebih dari satu orang yang diwawancarai di saat yang sama seperti
ketika mitra (misalnya pasangan yang sudah menikah) adalah subjeknya dari
penelitian.
Wawancara telepon adalah pengganti yang layak dalam beberapa keadaan. Ia
memiliki keuntungan besar menjadi ekonomis dalam hal waktu dan uang.
Tentu saja, kelemahan utama lainnya dari telepon wawancara adalah
hilangnya fitur komunikasi non-verbal yang — dalam beberapa keadaan—
bisa saja menjadi informatif. Ada juga kemungkinan untuk melakukan
wawancara kualitatif melalui internet.
Untuk beberapa peneliti, terutama mereka yang melakukan pendekatan
penelitian dari metode strategi campuran (yaitu bersedia untuk
menggabungkan kualitatif dan kuantitatif metode dalam perpaduan kreatif),
mungkin ada keuntungan dalam menggunakan keduanya secara adil
pertanyaan terstruktur dalam kombinasi dengan yang relatif tidak terstruktur.
Di dengan cara ini, data yang cukup sederhana (misalnya demografi dan detail
latar belakang lainnya) dapat dengan cepat dikumpulkan sementara pada saat
yang sama memberikan kesempatan untuk memungkinkan peserta
mendiskusikan perasaan, pengalaman, sejarah kehidupan mereka dan
sebagainya secara detail.
Wawancara mendalam cederung tidak terstruktur karena sifatnya lebih fleksibel.
Namun, tidak menutup kemungkinan wawancara mendalam menggunakan metode
yang terstuktur. Terkadang wawancara yang terstruktur digunakan sebagai panduan
saat wawancara mendalam. Berikut perbedaan wawancara tersruktur dan tidak
tersturktur.
Berikut beberapa perbedaan wawancara terstuktur dengan wawancara kualitatif :
14
Wawancara Terstruktur Wawancara Kualitatif
Wawancara menggunakan daftar
pertanyaan 'tertutup' pra-tertulis yang
biasanya tidak berangkat dan pertanyaan
diajukan dengan cara standar.
Meskipun peneliti biasanya memiliki
daftar 'wilayah' untuk dijelajahi melalui
interogasi, tidak ada struktur yang kaku
dan fleksibilitas sangat penting.
Wawancara terstruktur memfasilitasi
analisis kuantitatif.
Wawancara kualitatif biasanya tidak
cocok untuk metode analisis kuantitatif.
Wawancara terstruktur relative singkat
dan dapat diprediksi dalam durasi.
Pewawancara kualitatif mendorong
jawaban terperinci 'kaya' yang mengarah
kewawancara panjang durasi yang tidak
dapat diprediksi.
Tingkat tinggi penataan memfasilitas
ireliabilitas, validitas dan penilaian
serupa.
Penilaian reliabilitas dan validitas
wawancara kualitatif adalah masalah
yang rumit dan tidak mudah diatasi.
Pewawancara dalam wawancara
terstruktur pada dasarnya adalah penanya
dan menjawab pertanyaan perekam.
Beberapa bentuk rekaman atau rekaman
digital hampir penting untuk sebagian
besar wawancara kualitatif.
3. Tahap Persiapan untuk Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam membutuhkan perencanaan yang matang karena wawancara
mendalam biasanya bukan freewheeling percakapan tetapi proses yang direncanakan,
sejumlah faktor harus diperhitungkan sejak dini. Seperti semua penelitian, wawancara
kualitatif perlu difokuskan.
Biasanya, wawancara mendalamtidak lebih dari dua jam atau lebih. Peserta harus
mengerti tujuan wawancara paling tidak karena mereka memiliki bagian penting
untuk dimainkan dalam memastikan bahwa wawancara memenuhi tujuannya. Tanpa
15
kerjasama para peserta wawancara kualitatif ditakdirkan untuk gagal. Berikut ini
adalah tahapan utama dalam persiapan untuk wawancara kualitatif :
Step 1 : Penelitian konseptualisasi dan pengembangan
Penting untuk mengembangkan kejelasan tentang tujuan dan tujuan dari penelitian
seseorang sesegera mungkin dalam proses penelitian. Ada banyak keadaan di mana
peneliti perlu mengumpulkan data hanya untuk memahami suatu fenomena dengan
lebih baik. Peneliti kualitatif perlu untuk mengembangkan yang jelas pemahaman
tentang mengapa wawancara kualitatif diperlukan untuk memenuhi tujuan dari
penelitian.
Step 2 : Persiapan pedoman wawancara
Praktek standar dalam penggunaan kualitatif mewawancarai menentukan bahwa
kerangka wawancara seharusnya disiapkan sebelum memulai fase pengumpulan data
utama. Ini mungkin sesederhana daftar area atau topik yang akan dibahas atau
mungkin daftar pertanyaan. Fokus utama dari wawancara kualitatif adalah pada apa
yang harus diwawancarai dan memastikan bahwa pelengkap yang cukup pertanyaan/
probe diperkenalkan untuk sepenuhnya mengeksplorasi masalah dari peserta. Dengan
kata lain, pewawancara kualitatif harus menjadi pendengar yang aktif. Pendengar
yang aktif perlu menyerap sebanyak apa yang dikatakan mungkin dan
memformulasikan pertanyaan lebih lanjut untuk 'mengisi kekosongan' dalam
wawancara balasan saat penjelasan mereka tidak jelas, kontradiktif atau terlalu
pendek. Tujuan dari wawancara kualitatif dan keberhasilannya terletak pada
kekayaan data yang muncul.
Step 3 : Kesesuaian sampel untuk wawancara kualitatif
Sulit, tetapi bukan tidak mungkin, untuk melakukan wawancara kualitatif yang efektif
dengan beberapa jenis individu - misalnya, anak kecil - tetapi penggunaan
bahasasesuai untuk kelompok yang dimaksud tentu bisa membantu. Namun,
kekayaannyatanggapan yang diperlukan dalam wawancara kualitatif mungkin tidak
muncul begitu saja.
Step 4 : Interview uji coba
16
Seseorang tidak dapat menjamin bahwa wawancara awal dalam suatu seri akan
menghasilkan data kualitas yang diharapkan. Untuk alasan ini, langkah bijak untuk
mencoba mewawancarai orang lain yang bukan sampel pada tahap studi percontohan.
Step 5: Interview wawancara
Interview biasanya merupakan bagian dari serangkaian wawancara bukan satu kali
kejadian dalam penelitian. Sebagai akibatnya, pewawancara akan menyelesaikan
wawancara lain atau mewaspadai wawancara yang dilakukan rekan kerjanya.
Step 6: Komunikasi antar pewawancara
Hanya berapa banyak peneliti yang berbeda akan melakukan wawancara
menggunakan dua atau lebih pewawancara berbeda menghasilkan masalah dalam hal
memastikan kesamaan dan pemerataan cakupan di seluruh wawancara. Mungkin ada
baiknya mempertimbangkan penggunaan yang jauh lebih terstruktur wawancara jika
menggunakan beberapa pewawancara menjadi terlalu rumit. Namun, ini mungkin
bermasalah dan mungkin tidak ada antusiasme untuk, atau memanfaatkan,
pendekatan terstruktur.
Step 7 : Contoh rekrutmen dan seleksi
Meskipun sampling acak konvensional sangat tidak biasa dalam penelitian kualitatif,
namun demikian peneliti perlu menggunakan strategi untuk merekrut jenis peserta
yang tepat. Di mana kelompok khusus individu diperlukan maka lebih banyak
perhatian dan kecerdikan harus dilakukan.
Step 8: Manajemen Peserta
Salah satu aspek yang bisa membuat frustrasi dalam kualitatif adalah peneliti
bergantung pada peserta yang berada di tempat tertentu, pada waktu tertentu dan
senang diwawancarai. Hal ini cukup membuang waktu dan upaya menyiapkan janji
wawancara saja untuk menemukan bahwa orang yang diwawancara gagal muncul.
Tidak tepat untuk berasumsi bahwa tidak ada pertanda seperti itu bahwa calon peserta
tidak benar-benar tertarik untuk ambil bagian. Jadi penting untuk ‘menjaga peserta
tetap di atas kapal’ selama periode sebelum penunjukan untuk wawancara.
17
Step 9: Persiapan/ pemilihan lokasi wawancara
Ada banyak lokasi potensial untuk wawancara penelitian, masing-masing dengan
kelebihan dan risikonya. Justru apa kemungkinannya tergantung pada individu belajar
dan penilaian seperti apa yang pantas. Sifat yang panjang dari wawancara kualitatif
berarti bahwa seseorang akan jarang mewawancarai peserta di jalanan atau di depan
pintu seperti yang biasa terjadi dalam wawancara riset pasar.Salah satu pilihan yang
jelas adalah bagi orang yang diwawancarai untuk bepergian ke tempat kerja peneliti.
Mungkin ada masalah keamanan yang terlibat dalam penggunaan lokasi tertentu.
Mengunjungi orang yang diwawancarai di rumah bukan tanpa bahaya dan
pengaturannya mungkin perlu dibuat mengenai keamanan pewawancara. Begitu pula
dengan beberapa lokasi penelitian mungkin secara intrinsik lebih berbahaya daripada
yang lain da juga pertimbangan privasi mungkin perlu diberikan kepada keselamatan
pewawancara.
4. Tahap Wawancara Mendalam
Step 1: Merekam wawancara
Beberapa pihak berwenang membantah bahwa wawancara kualitatif harus dicatat
secara keseluruhan. Rekaman wawancara sangat penting untuk menghasilkan
transkripsi berkualitas baik. Berikut ini adalah pertimbangan utama:
a) Jangan berasumsi bahwa cukup berbicara ke perekam suara untuk memeriksa
kualitas perekam. Perekam yang memadai bagi individu untuk digunakan untuk
membuat memo, dll. mungkin tidak cocok untuk merekam wawancara yang
merupakan situasi perekaman yang jauh lebih rumit.
b) Gunakan perekam kualitas terbaik. Jika seseorang menyalin materi wawancara
dalam jumlah besar, maka perekam yang memfasilitasi gerakan back-and-forward
melalui rekaman adalah besar keuntungan.
18
c) Perekaman digital umumnya lebih disukai.
d) Lakukan tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa Anda memiliki kapasitas
untuk merekam wawancara panjang pada perekam Anda.
e) Kualitas mikrofon yang digunakan akan mempengaruhi kualitas perekaman.
Penggunaan mikrofon eksternal biasanya lebih disukai karena memastikan rekaman
percakapan berkualitas lebih baik. Ada beberapa mikrofon yang sangat bagus dalam
merekam lebih dari satu individu.
f) Kualitas rekaman akan dipengaruhi oleh seberapa dekat peserta ke mikrofon jadi
cobalah untuk memastikan bahwa semua peserta duduk dekat.
g) Cobalah untuk tidak memasang mikrofon sedemikian rupa sehingga mengambil
bunyi disebabkan oleh gerakan pewawancara atau yang diwawancara. Pindah kertas
di atas meja tempat mikrofon ditempatkan dapat menyebabkan bagian rekaman
menjadi tidak mungkin untuk ditranskripsikan.
h) Perekaman stereo biasanya lebih mudah ditranskripsikan.
i) Perekaman video lebih sulit dan juga lebih mengganggu pada saat wawancara
situasi dari rekaman suara. Orang yang diwawancarai mungkin enggan direkam di
video karena mereka merasa tidak nyaman atau malu. Ini menunjukkan bahwa Anda
harus berpikir dengan hati-hati sebelum menggunakan video saat membahas topik
sensitif. Jika riset Anda tidak benar-benar membutuhkan video, itu mungkin yang
terbaik dihindari. Namun, jika analisis Anda melibatkan transkripsi gerakan dan
tatapan kemudian penggunaan video sangat penting.
Step 2: Orientasi tahap wawancara
Kontribusi lisan utama dari peneliti dalam wawancara kualitatif adalah tahap
pendahuluan dari wawancara. Dalam hal ini, pewawancara memulai proses
keterlibatan dengan yang diwawancarai oleh:
19
a)Memperkenalkan diri mereka
b)Menjelaskan tujuan wawancara dan apa yang diharapkan untuk dicapai selama
sesi
c)Menunjukkan seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk wawancara
d)Menjelaskan dasar etis dari penelitian secara umum dan khususnya menjelaskan
bahwa mereka yang diwawancarai, bebas untuk mundur pada tahap apapun dan
meminta data mereka untuk dimusnahkan
e)Memberikan kesempatan kepada yang diwawancara untuk mengajukan
pertanyaan sebelum wawancara dimulai
f)Mendorong yang diwawancara untuk berbicara dan merespons secara ekstensif
selama proses wawancara
g)Menjelaskan bahwa peneliti tertarik terhadap apapun pandangan, persepsi,
respon dan sebagainya yang diwawancara dan tidak dibatasi waktu untuk
memberi jawaban
Step 3: Apa yang Peneliti Kualitatif Lakukan Saat Wawancara
Peran dari pewawancara dalam penelitian kualitatif dapat dipahami dengan baik
apabila mempertimbangkan apa yang peneliti lakukan dan tidak lakukan selama
wawancara:
a)Pewawancara biasanya tidak mencatat secara rinci. Beberapa peneliti mungkin
lebih suka mencatat sebagai bantuan untuk ingatan mereka, tapi ini bukanah
suatu keharusan
b)Pewawancara kualitatif biasanya tidak banyak berbicara selama proses
wawancara itu sendiri. Bisa menjadi pertanda masalah dalam wawancara atau
tidak berpengalaman
c)Pewawancara kualitatif tidak menginterupsi jawaban yang diwawancarai. Tentu
saja, interupsi yang tidak disengaja dapat saja terjadi tapi umumnya
20
pewawancara harus tunduk kepada orang yang diwawancarai dalam situasi
seperti ini
d)Selama wawancara kualitatif, begitu adegan yang telah diatur dan aturannya
telah diklarifikasi, sebagian besar peneliti akan mendengarkan jawaban atas
pertanyaan dan masalah yang diangkat oleh pewawancara. Arah wawancara
sebagian besar dalam kendali orang yang diwawancara meskipun pewawancara
mungkin harus melakukan intervensi ketika ada terlalu banyak pergeseran,
peran utama peneliti adalah mengarahkan wawancara ketika perlu difokuskan
atau diperluas
e)Selama wawancara kualitatif, peneliti secara aktif membangun gambaran
mental dan pemahaman tentang apa yang dikatakan oleh orang yang
diwawancarai. Penting bahwa peneliti terlibat dengan jawaban orang yang
diwawancarai sebagaimana mungkin perlu mempertimbangkan memperpanjang
pertanyaan, memasukkan penyelidikan, mencari klarifikasi atau
mengidentifikasi masalah dalam akun
f)Pewawancara kualitatif harus dapat menggunakan keheningan secara efektif.
Satu dari kesalahan terbesar dari pewawancara pemula adalah tidak
memberikan ruang yang diperlukan untuk berpikir dan berbicara bagi orang
yang diwawancarai. Kekosongan saat keheningan tidak menunjukkan bahwa
wawancara kualitatif itu berjalan dengan buruk. Juga tidak menunjukkan
kurangnya keterampilan pada bagian pewawancara
g)Pertanyaan bertanya: Berbeda dengan wawancara terstruktur, pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara kualitatif tidak harus dianggap sebagai tujuan utama
menyajikan stimulus standar untuk orang yang diwawancarai menanggapi.
Umumnya, dalam wawancara terstruktur, pewawancara didorong untuk
bertanya pertanyaan yang sama persis dengan cara yang sama persis
Step 4: Membawa Wawancara ke Sebuah Kesimpulan
21
Akhir dari wawancara kualitatif tidak ditandai hanya dengan topik terakhir pada
panduan wawancara yang dicapai. Kepuasan peneliti dan orang yang diwawancarai
kriteria tambahan yang penting. Jadi perlu ada pertimbangan dari pengalaman
wawancara sebagai bagian dari proses menyimpulkan wawancara. Berikut adalah
beberapa langkah yang mungkin dilakukan terkait dengan akhir wawancara:
Pewawancara mungkin ingin mengambil jeda waktu sebentara untuk meninjau
panduan wawancara dengan mempertimbangkan bagaimana wawancara
berjalan. Topik tidak cukup tertutup dapat dikembalikan pada tahap ini
Orang yang diwawancarai dapat diberikan kesempatan untuk mendiskusikan
hal-hal yang mereka pikir merupakan beberapa relevansi tapi yang belum
muncul sejauh ini di wawancara
Pewawancara harus berterima kasih kepada orang yang diwawancarai secara
resmi
Pewawancara harus memasuki tahap pembekalan dimana pengalaman orang
yang diwawancarai didiskusikan bersama
Apa yang Terjadi Setelah Wawancara Kualitatif?
Dukungan untuk Pewawancara. Sementara tidak semua wawancara kualitatif
melibatkan bahan sensitif dan mungkin menyedihkan, beberapa dari mereka
begitu. Wawancara dengan korban pelecehan seksual, pelanggaran domestik,
mereka yang menderita kesedihan dan sebagainya, semuanya memiliki potensi
untuk menyusahkan pewawancara serta yang diwawancarai
Perlindungan dan Manajemen Data. Biasanya sebagai bagian dari pertimbangan
etis untuk penelitian kualitatif, rencana yang disajikan atau persyaratan yang
diberlakukan tentang hal-hal seperti penyimpanan aman dari rekaman
wawancara dan akhirnya dibuang. Ini yang harus diikuti pada waktu yang tepat
Transkripsi Data. Masalah seputar transkripsi data yang direkam dan metode
transkripsi akan dibahas pada bab selanjutnya
22
5. Menganalisis Wawancara Kualitatif
Pemilihan metode analisis untuk data wawancara kualitatif dibatasi oleh apakah data
tersebut adalah percakapan alami atau tidak. Jika itu bisa dianggap sebagai
percakapan alami kemudian metode analisis kualitatif seperti percakapan analisis dan
analisis wacana tidak dikesampingkan. Itulah mengapa wawancara terapeutik
dianggap cocok untuk analisis, tidak diproduksi untuk tujuan penelitian.Terlepas dari
semua ini, ada sejumlah prosedur analitik yang bisa digunakan dengan tepat, untuk
menganalisis data dari wawancara kualitatif:
Teori Grounded, dapat ditafsirkan sebagai suatu pendekatan yang umum untuk
analisis data kualitatif yang tidak dibatasi oleh suatu minat dalam bahasa dan
tindakan, misalnya tidak seperti analisis percakapan dan bentuk-bentuk analisis
wacana tertentu
Analisis Tematik, dapat digunakan karena ini hanya mencari tema dominan
yang mendasari konten percakapan
Analisis Fenomenologis Interpretatif, mungkin merupakan pendekatan yang
tepat jika wawancara berkonsentrasi pada bagaimana fenomena pengalaman
individu seperti masalah kesehatan
Analisis naratif mungkin tepat jika melakukan wawancara riwayat hidup atau
bentuk narasi secara substansial. Namun, beberapa analisis naratif lebih
memilih untuk membangun wawancara kualitatif mereka mengikuti skema
McAdams (1993) dan dari orang lain.
23
Daftar Pustaka
D, H. (2010). Introduction to Qualitative Methods in Psychology. England: Pearson
Education Limited.
Semiawan, Conny R. (2010). MetodePenelitian KualitatifJenis, Karakteristik,dan
Keunggulannya. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
24
Artikel Internet “In-Depth Interview (Wawancara Mendalam)”.Published At : 28
October 2014. Https://Qmc.Binus.Ac.Id/2014/10/28/In-Depth-Interview-Wawancara-
Mendalam/
Ni`matuzahroh, Prasetyanigrum. 2016. Observasi dalam Psikologi. [e-book].
Malang: Universitas Pemalang.
25