Tugas 5 - Tugas Psikologi UNJ - Metodologi Penelitian Kualitatif

citrayunianti1 10 views 8 slides Apr 15, 2025
Slide 1
Slide 1 of 8
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8

About This Presentation

Tugas Psikologi UNJ - Metodologi Penelitian Kualitatif


Slide Content

BAB V
Assessment Dasar
Dosen Pengampu :
Ernita Zakiah, S.Psi., M.Psi., Psiklog
Kelompok 6
Annisa Salvia (1801617027)
Citra Yunianti (1801617129)
Nurul Apriliani Dewi (1801617134)
Widia Putri Anesti (1801617076)
Kelas : Senin, jam 11.00, R.206
PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018

A. Coding
Coding adalah proses mengorganisasikan data dengan mengumpulkan potongan atau
bagian teks, atau bagian gambar dan menuliskan kategori dalam batas (Rossman & Rallis,
2012). Pada langkah ini, pengambilan data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan
selama proses pengumpulan lalu dibagi menjadi kategori, kemudian melabeli kategori ini
dengan istilah – istilah khusus yang biasanya didasari oleh bahasa yang berasal dari
partisipan yang disebut invivo.
Menurut Tesch (1990), ada delapan langkah dalam proses coding, antara lain :
1.Berusaha untuk memperoleh gambaran umum. Baca dengan hati – hati dan usahalah
untuk menangkap inti dari transkripsi tersebut.
2.Pilih salah satu dokumen yang paling menarik, singkat, dan penting. Pelajari baik –
baik lalu tanya pada diri sendiri “ini tentang apa?” jangan dulu berpikir mengenai
subtansi informasi, namun pikirkan makna dasarnya dan kemudian tulislah dalam
bentuk catatan – catatan kecil.
3.Ketika sudah selesai menyelesaikan tugas ini, buat daftar mengenai semua topik yang
diperoleh. Gabungkan topik yang sama dan masukkan topik tersebut kedalam kolom –
kolom khusus, bisa sebagai topik utama, topik unik, dan lain lain.
4.Bawa daftar topik tersebut dan kembalilah ke data. Ringkas topik menjadi kode, lalu
tulis topik tersebut dalam bagian kategori – kategori.ati kembali kategori – kategori
yang sudah dibuat lalu lihat adakah kategori dan kode lain yang luput dari
penglihatan.
5.Buatlah satu kalimat yang paling cocok untuk menggambarkan topik – topik yang
sudah diperoleh, lalu masukkan kedalam kategori – kategori khusus. Coba meringkas
kategori – kategori yang ada dengan mengelompokkan topik yang saling berhubungan
satu sama lain. Untuk melakukan hal ini, dapat dibuat garis – garis antar kategori
untuk menujukkan keterhubungannya.
6.Jika memungkinkan, ringkas kembali kategori ini dan susunlah kode untuk itu.
7.Masukan materi data kedalam setiap kategori tersebut dan bersiap untuk melakukan
analisis awal.
8.Jika perlu, lakukan kembali coding pada data yang sudah ada.
Masalah lain yang sering muncul terkait dengan proses coding adalah tentang soal
apakah peneliti seharusnya :

a.Membuat kode – kode hanya berdasarkan informasi yang muncul dengan
sendirinya (emerging code) dari para pastisipan;
b.Menggunakan kode – kode yang telah ditentukan sebelumnya (predetermined
code), kemudian mencocokkan kode tersebut dengan data penelitian; atau
c.Mengkombinasikan dua jenis kode ini (emerging code dan predetermined code).
Peneliti juga dapat menggunakan pendekatan lain yang lebih variatif yaitu dengan
membuat codebook kualitatif (qualitative codebook), yaitu sebuah tabel atau catatan yang
berisi kode – kode yang telah ditentukan sebelumnya (predetermined code) untuk digunakan
dalam meng-coding data. Maksud dari codebook adalah untuk menyajikan definisi untuk
kode – kode khsusnya ketika banyak pemberi kode yang terlibat. Codebook ini menyajikan
daftar kode, label kode untuk setiap kode, definisi singkat dan lengkap kode, informasi
tentang kapan menggunakan dan tidak menggunakan kode, serta contoh kutipan yang
mengilustrasikan kode.
Codebook ini dapat berkembang dan berubah selama penelitian berdasar dengan
analisis data ketika peneliti tidak memulai dari perspektif kode yang muncul.
Proses coding juga dapat diterapkan untuk mendeskripsikan setting, orang, kategori,
dan tema yang akan dianalisis. Deskripsi ini merupakan usaha penyampaian informasi secara
detail mengenai orang, lokasi, atau peristiwa dalam setting tertentu. Peneliti dapat membuat
kode untuk mesdekripsikan semua informasi ini, lalu menganalisis untuk priyek studi kasus,
etnografi, atau penelitian naratif. Setelah itu, terapkan proses coding untuk membuat
sejumlah kecil tema atau kategori. Tema – tema tersebut yang biasanya akan menjadi hasil
utama dalam penelitian kualitatif dan sering digunakan untuk membuat judul utama dalam
bagian hasil penelitian. Namun, lebih baik jika tema – tema tersebut diperkuat dengan
berbagai kutipan, seraya menunjukkan perspektif – perspektif yang terbuka untuk dikaji
ulang.
B. Transkipsi
Apa itu transkip?
Dalam wawancara kualitatif, rekaman audio maupun video menjadi
penting sebab dapat membantu peneliti jika ada informasi yang terlewat. Saat
ini semakin banyak literatur yang membahas mengenai proses transkrip atau

alih bentuk dari rekaman audio menjadi rekaman tertulis. Secara umum, ada
pandangan bahwa transkrip membangun makna dari pembicaraan atau
tindakan daripada mereproduksi apa yang disampaikan. Beberapa peneliti
sosial menilai peran penting pemilihan kata yang digunakan dalam transkripsi
dan deskripsi perilaku pembicara yang ‘ditujukan untuk menangkap
keberadaan sesuatu secara independen dari proses transkripsi’. Dalam proses
transkripsi, ada makna yang di-‘konstruksi’ dan yang ‘terberi’. Peneliti perlu
berhati-hati untuk mengenali keduanya.
Dalam (Howitt, 2010) traskrpsi adalah proses dimana sebuah suara (video) rekaman dari
lisan atau ucapan yan diubah menjadi tulisan yang selanjutnya diguanakan untuk analisis.
Adapun pilihan dasar transkripsi yang biasa digunakan di psikologi adalah :
1.Trasnkripsi ortografi/ kesekretariataan/ naskah drama, ini merupakan transkripsi yang
berkonsentrasi hanya pada kata yang diucapkan, bukan bagaimana cara
mengucapkannya.
2.Transkripsi jefferson, transkripsi ini biasanya menggunakan symbol untuk
memberikan informasi tambahan yang tersedia di secretarial transkripsi.
Jika peneliti menekankan penelitian pada bahasa maka transkripsi ortografi/
kesekretariataan/ naskah drama tidak lah cocok. Karena bagaimana pun tidak ada transkripsi
yang sama dengan kata-kata lisan asli. Berikut merupakan tambahan komunikasi non verbal
yang terjadi selama wawancara dan focus grup adalah :
1.Komunikasi proksemik, penggunaan ruang fisik diantara orang-orang dalam
percakapan.
2.Komunikasi kinesik, gerkan tubuh atau postur yang dapat menggungkapkan lebih dari
kata-kata.
3.Komunikasi para linguistic, merupakan perubahan volime, pitch, dan karakteristik
suara lainnya.
4.Komunikasi kronemik, variasi dalam kecepatan bicara dan keheningan yang
diperkenalkan dalam pidato.
O’Connel dan Kowal (1995) melakukan evaluasi sistematis terhadap suatu variasi
metode transkripsi yang berbeda termasuk dari Jefferson. Mereka menemukan semua mtode
melakukan pekerjaan yang baik hanya dengan merekam kata kata yang sebenarnya. Beberapa

system yang baik melakukan fitur paralinguistic seperti seberapa keras atau lembut suatu kata
dan bagian kata mana yang ditekankan ( system Jefferson juga merupakan contoh yang baik),
daln lainnya pendai merekam fiture ekstra linguistic seperti wajah dan isyarat tangan ( system
Jefferson buruk dalam hal ini).
Perkembangan Transkripsi
Dalam (Howitt, 2010) transkripsi fonetik dari bahasa dimulai pada abad ke-20 dengan system
seperti internasional alphabet Fonetik. Gail Jeffersson (1938-2008) telah menjadi tokoh
berpengaruh. Jeferson sebelumnya memiliki pengalaman melakukan ortografi/
kesekretariataan/ naskah drama dari saat ia menjadi juru ketik. Jeferson mulai menyalin
beberapa pidato yang telah di rekam. Metodenya dalam menelusuri detail interaksi yang
sangat halus mulai berkembang dan berevolusi. Metodenya adalah menghubungkan dua
catatan yang akurat yaitu apa yang dikatakan dengan cara mengatakannya.
Bagaimana Melakukan Transkripsi Jefferson
Dalm (Howitt,2010) Ada beberapa prinsip dasar yang merupakan saran berharga bagi
mereka yang merencanakan transkripsi bahasa dan lisan ( O’ Connell dan Kowal, 1995),
yaitu :
1.Prinsip Parsimoni, seorang peneliti tidak seharusnya mentranskripsikan fitur pidato
yang tidal dimaksudkan menjadi fitur analisis.
2.Simpan transkripsi dalam laporan sesederhana mungkin.
3.Hindari kesan palsu dalam akurasi laporan anda.
4.Mengecek transkripsi.
Langkah langkah dalam transkripsi
1.Menyetel interaksi yang di rekam
Dengarkan rekaman beberapa kali
Putuskan apakah semua kebutuhan material di transkripsikan
Jika tidak, putuskan apa yang perlu ditrasnkripsi
2.Transkripsi kasar
Nama-nama pembicara untuk masing masing percakapan
Kata yang tertulis di tulis sebagai ucapanyang biasanya
Taruh semua fitur yang tidak dapatdi transkripsi dalam tanda kurung
Tunjukkan jeda untuk lebih lanjut.

3.Menambahkan symbol Jefferson dan menyalin urutan secara akurat
Tambahkan detail halus dari transkripsi
Pastikan bahw atranskripsi sudah masuk dlam bentuk paling jelas untuk
pembaca.
C. Pengelolaan Data Kualitatif
ATLAS.ti
ATLAS.ti ini digunakan dalam penelitian kualitatif. Software ini termasuk jenis
program CAQDAS (Computer-Aided Qualitative Data Analysis Software) atau sama halnya
dengan QDA software (Qualitative Data Analysis Software).
Pencetus software ATLAS.ti ini bernama Thomas Muhr, berasal dari Jerman.
Dikarenakan hal tersebut, dalam Bahasa Jerman ATLAS.ti memiliki singkatan Archiv fur
Technik, Lebenswelt, Alltags Sprache (Archieve of Technology, Lifeworld and Everyday
Language).
Dari tahun ke tahun, ATLAS.ti berkembang seiring dengan perkembangan penelitian.
Software ini pun ternyata cukup banyak penggunanya di dunia sehingga memiliki konferensi
tersendiri yang diadakan setiap tahunnya, dimulai sejak tahun 2013 yang diselenggarakan di
tempat lahirnya software ini, yaitu Berlin, Jerman.
ATLAS.ti dapat membantu kita mengorganisasi, memberikan kode dan menganalisis
data penelitian kita secara efisien dan terstruktur. Software ini mampu membaca berbagai
jenis data, seperti data audio, data video, data gambar, maupun data tertulis (artikel, buku,
data survey ataupun transkrip wawancara). Hal ini memungkinkan kita dalam melakukan
trianggulasi dengan berbagai jenis pengumpulan data.
Sejalan dengan apa yang telah dikatakan oleh Drijvers (2012), ATLAS.ti memiliki
empat keunggulan jika dibandingkan dengan software lainnya, yaitu:
1)ATLAS.ti dapat membaca berbagai macam jenis data
2)Software ini pun populer dikalangan peneliti kualitatif, bukti dari kepopuleran
software ini salah satunya adalah konferensi khusus yang dimiliki oleh para
pengguna ATLAS.ti
3)ATLAS.ti memiliki panduan yang baik, terdapat bantuan secara online dan
dokumentasi lengkap
4)Harganya terjangkau

Walaupun memiliki beberapa keunggulan yang telah disebutkan di atas, Friese (2014)
dalam bukunya mengatakan bahwa ATLAS.ti ini sama halnya seperti software kualitatif
lainnya, tidak benar-benar menganalisa data, hanya alat bantu sederhana yang dapat
membantu proses analisis data kualitatif.
MAXqda
MAXqda adalah sebuh PC berbasis perangkat lunak program yang membantu para
peneliti untuk secara sistematis mengevaluasi dan menafsirkan teks kualitatif. MAXqda juga
mampu mengembangkan teori dan menguji kesimpulan teoritis. Sama seperti ATLAS.ti,
MAXqda juga dikembangkan di Jerman.
NVivo
Nud.Ist Vivo (NVivo) merupakan salah satu serial software yang paling menarik
digunakan. NVivo adalah versi terbaru dari perangkat lunak QSR International yang
dikembangkan di Australia. Kemampuannya tergolong tinggi, sejak pencarian data,
kompilasi, hingga penyusunan teori. Kemampuan grafisnya diitunjukkan dalam penyusunan
diagram teori dari teori yang terbangun.

Daftar Pustaka
Dennis, Howitt. 2010. Introduction to Qualitative Methods in Psychology. UK: Ashford
Colour Press
Creswell, J. W. (2017). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan
Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Afriansyah, E. A. (2016). Penggunaan Software ATLAS.ti sebagai Alat Bantu Proses Analisis
Data Kualitatif. Jurnal Mosharafa, 5(2), 54-55
2014. 7 September. https://transcriptdoc.web.id/arsip/850/penggunaan-transkrip-dalam-
penelitian-kualitatif-2/
Tags