Tugas kel 2 buk Afrira.pdf.pdf.pdf kebidanan

Anis349797 5 views 23 slides Sep 24, 2025
Slide 1
Slide 1 of 23
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23

About This Presentation

ppt kebidanan


Slide Content

T
UGAS
PEREMPUAN
DAN ANAK PADA
KONDISI RENTAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA
Oleh kelompok 2

Sri Defi
Fitri Naya R
Rahma Wati
Anis Dwi putri
ANGGOTA
PERKENALAN
Indah Nilmas S

PADA
PERMASALAHAN
SOCIAL
JUDUL TUGAS
KEBUTUHAN KHUSUS

1.Defenisi LGBT
Pengertian LGBT adalah kelompok yang memiliki orientasi seksual yang berbeda
dengan heteroseksual. Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan
orientasi seksualnya kepada perempuan atau perempuan yang mencintai
perempuan, baik secara fisik, seksual, emosional atau secara spiritual. Gay adalah
istilah untuk laki-laki yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama laki-
laki atau laki-laki mencintai laki-laki, baik secara fisik, seksual, emosional atau
secara spiritual. Biseksual adalah orientasi seks yang mempunyai ciri-ciri berupa
ketertarikan estetis, cinta romantic dan hasrat seksual kepada pria dan wanita.
Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang
melakukan, merasa, berfikir, atau melihat berbeda dari jenis kelamin yang
ditetapkan saat lahir.
BISEKSUAL DAN TRANSGENDER )
LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL DAN LGBT (LESBIAN, GAY,

sosok yang hilang tersebut dalam dirinya.
Orang tua yang bercerai biasanya bercerai biasanya bisa membuat
membuat anak kehilangan kehilangan kasih sayan kasih sayang salah
satu orang satu orang tuanya. tuanya. Hal ini membuat anak mencari
Penyebab seseorang menjadi LGBT itu sangat kompleks. Akan tetapi
faktor yang lebih banyak menyebabkan seseorang menjadi LGBT antara
lain faktor sosial. Keluarga juga memiliki juga memiliki peran penting
dalam m peran penting dalam membentuk seseorang menjadi LGBT.
FAKTOR PENYEBAB LGBT

a) Faktor Biologis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orientasi seksual dan identitas
gender dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormonal. Penelitian
oleh Sanders menemukan adanya indikasi bahwa gen tertentu mungkin
berperan dalam menentukan orientasi seksual seseorang, terutama pada
laki-laki. Selain itu, paparan hormon androgen selama masa
perkembangan janin dalam kandungan diduga juga berkontribusi
terhadap pembentukan orientasi seksual non-heteroseksual.

seksual seseorang.
b. Faktor Psikologis
Pengalaman individu sejak masa kanak-kanak hingga
remaja juga dapat membentuk orientasi seksual dan
identitas gender. Beberapa teori psikodinamik
menyatakan bahwa pola asuh, ikatan emosional
dengan orang tua, serta pengalaman trauma masa
kecil dapat memengaruhi perkembangan identitas

seksualnya.
c) Faktor Sosial dan Budaya
Lingkungan sosial di mana seseorang tumbuh dan
berkembang juga memiliki peran penting. Faktor
seperti penerimaan sosial, eksposur terhadap
komunitas LGBT, media massa, dan nilai-nilai budaya
dapat memengaruhi seseorang dalam mengenali dan
mengekspresikan identitas gender atau orientasi

dan dinamika hubungan.
d. faktor kepribadian dan eksplorasi diri
Identitas seksual dan gender adalah bagian dari proses
eksplorasi diri yang alami. Beberapa individu mengalami
spektrum ketertarikan yang luas dan tidak terbatas pada
kategori biner (hetero atau homo). Konsep ini dikenal
sebagai "seksualitas yang cair" atau sexual fluidity yang
menunjukkan bahwa orientasi seksual dapat berkembang
atau berubah seiring waktu tergantung pengalaman pribadi

ketidaknyamanan
d) Dampak keamanan, menyebabkan banyaknya terjadi pelecehan
seksual pada anakanak.
karna menganggap dirinya homo dsb, sehingga merasakan
c) Dampak pendidikan, permasalahan putus sekolah lebih besar
a) Dampak kesehatan, terjangkitnya penyakit kelamin menular
b) Dampak sosial, dapat melanggar nilai-nilai sosial masyarakat
DAMPAK LGBT

sesama jenis.
kesehatan/ kebidanan meliputi :
a) Diskriminasi dan stigma: Individu LGBT mungkin mengalami diskriminasi dan
stigma dari penyedia layanan kesehatan, yang dapat menyebabkan kurangnya
kepercayaan dan keengganan untuk mencari layanan kesehatan.
b) Kurangnya kompetensi budaya: Penyedia layanan kesehatan mungkin kurang
memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kebutuhan kesehatan spesifik dan
pengalamanindividu LGBT, sehingga menyebabkan pelayanan yang tidak optimal.
c) Kesenjangan kesehatan: Individu LGBT lebih mungkin mengalami kesenjangan
kesehatan tertentu, seperti tingginya angka masalah kesehatan mental dan
penyalahgunaan zat, yang mungkin memerlukan perawatan khusus.
d) Hambatan hukum dan kebijakan: Dalam beberapa kasus, hambatan hukum dan
kebijakan dapat membatasi akses terhadap layanan kesehatan bagi individu LGBT,
seperti pembatasan layanan kesehatan transgender atau tunjangan pasangan
Beberapa tantangan yang dihadapi individu dengan LGBT dalam mengakses layanan
TANTANGAN INDUVIDU DALAM MENGAKSES LAYANAN KESEHATAN

informasi yang relevan.
istirahat yang cukup, dan kebersihan yang baik.
c) Pengaturan keuangan: Membantu individu dalam mengelola keuangan mereka, termasuk
akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
d) Pelayanan kesehatan yang sensitif terhadap LGBT: Menyediakan pelayanan kesehatan yang
ramah dan tidak diskriminatif, termasuk pemahaman tentang isu-isu kesehatan yang unik
bagi individu LGBT, seperti pencegahan HIV dan pengobatan terkait identitas gender.
e) Dukungan komunitas: Mendorong partisipasi individu dalam komunitas LGBT, seperti
kelompok dukungan dan organisasi advokasi, untuk memperoleh dukungan sosial dan
tentang kesehatan seksual dan reproduksi kepada individu LGBT.
b) Pemenuhan kebutuhan dasar: Memastikan individu LGBT memperoleh makanan yang sehat,
a) Pendidikan dan dukungan: Memberikan informasi yang akurat dan tidak diskriminatif
ASUHAN KEBIDANAN DALAM ASPEK KESEHATAN

b) Meningkatkan kompetensi budaya
c) Melakukan advokasi terhadap perubahan
d) Berkolaborasi dengan organisasi komunitas
a) Memberikan layanan yang inklusif dan tidak menghakimi
KOMUNITAS LGBR
PERAN BIDAN DALAM MEMBERIKAN ASUHAN PADA

transgender.
e. Ketimpangan Akses dan Sistem Rujukan
Individu LGBT sering kali membutuhkan layanan tambahan seperti konseling psikologis, terapi hormonal,
atau layanan IMS khusus.
atau masalah moral. c. Kurangnya Dukungan Regulasi dan Kebijakan Belum adanya regulasi yang jelas dan
eksplisit mengenai pelayanan kesehatan bagi individu LGBT juga menjadi hambatan tersendiri. d.
Ketidaknyamanan dalam Komunikasi Komunikasi yang efektif sangat penting dalam praktik kebidanan.
Namun, banyak bidan merasa tidak nyaman atau tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi yang tepat
dengan individu LGBT, terutama
seksual dan reproduksi individu LGBT. b. Stigma dan Norma Sosial Konservatif Bidan sebagai bagian dari
masyarakat juga tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai budaya dan agama yang konservatif. Banyak bidan
yang memandang orientasi seksual non-heteroseksual sebagai penyimpangan
a. Kurangnya Pengetahuan dan Pelatihan Khusus
Sebagian besar kurikulum pendidikan kebidanan di Indonesia belum secara spesifik membahas kesehatan
TANTANGAN BIDAN DALAM MEMBERIKAN ASUHANKEBIDANAN PADA INDIVIDU LGBT

Pengertian Ibu Pengganti
Ibu pengganti (surrogate mother) adalah seorang perempuan yang secara sukarela
atau atas dasar kontrak kehamilan, mengandung dan melahirkan anak untuk pihak
lain (baik individu maupun pasangan) yang tidak dapat menjalani kehamilan
sendiri. Ada dua jenis utama ibu pengganti:
• Surrogasi tradisional, di mana sel telur berasal dari ibu pengganti itu sendiri.
• Surrogasi gestasional, di mana embrio dari pihak orang tua yang menggunakan
jasa ibu pengganti ditanam ke rahim perempuan lain yang hanya menjadi "wadah"
kandungan tanpa hubungan genetik langsung dengan janin.
IBU PENGGANTI ATAU SURROGATEMOTHER

Praktik ibu pengganti tidak dibenarkan di Indonesia karena bertentangan dengan
hukum dan nilai agama. Secara hukum, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dan
Permenkes Nomor 43 Tahun 2015 melarang penggunaan rahim perempuan lain untuk
kehamilan, karena hanya istri sah yang boleh mengandung anak dari suaminya.
Surrogacy juga menimbulkan ketidakjelasan nasab anak, yang dapat memicu
masalah hukum seperti hak waris dan hak asuh. Dari sisi agama, terutama Islam,
praktik ini dianggap haram karena mencampuradukkan garis keturunan dan
melanggar kehormatan rahim. Agama menekankan pentingnya menjaga kejelasan
nasab dan hubungan sah dalam pernikahan. Oleh karena itu, praktik ibu pengganti
tidak sesuai dengan prinsip hukum maupun norma keagamaan di Indonesia.
IBU PENGGANTI ATAU SURROGATEMOTHER

terutama dari negara maju.
c) Kerentanan Hukum dan Etik
Salah satu tantangan terbesar adalah kekosongan atau ketidaktegasan hukum di banyak negara
mengenai status hukum ibu pengganti, hak anak, serta tanggung jawab orang tua biologis.
b) Kerentanan Sosial dan Ekonomi Mayoritas ibu pengganti berasal dari latar belakang ekonomi
menengah ke bawah. Di negara- negara berkembang seperti India, Thailand, atau Ukraina, praktik
surrogasi kerap menjadi lahan bisnis yang memanfaatkan perempuan miskin sebagai alat produksi
anak bagi pasangan kaya,
a) Kerentanan Medis dan Psikologis
Ibu pengganti menjalani proses kehamilan atas dasar kontrak, bukan keinginan personal untuk
menjadi orang tua. Hal ini membuat mereka berada dalam situasi rentan secara psikologis.
IBU PENGGANTI SEBAGAI KELOMPOK RENTAN

asuhan.
b. Risiko Medis yang Tinggi
Ibu pengganti menjalani kehamilan dengan berbagai intervensi medis, seperti fertilisasi in vitro (IVF), terapi
hormonal, dan prosedur pemindahan embrio. Seluruh proses ini meningkatkan risiko kehamilan berisiko tinggi
seperti kehamilan ganda, preeklamsia, dan komplikasi persalinan.
c. Tantangan Psikologis dan Emosional
Kehamilan merupakan proses yang penuh keterikatan emosional. Namun, ibu pengganti dituntut untuk
mengandung dan kemudian menyerahkan bayi kepada orang tua yang menggunakan jasanya.
d. Diskriminasi dan Stigma dalam Layanan
Di banyak masyarakat, praktik surrogasi dianggap tabu atau tidak sesuai dengan norma agama dan budaya.
e. Keterbatasan Ekonomi dan Akses
Sebagian besar ibu pengganti berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Kondisi ini membatasi
akses mereka terhadap pelayanan berkualitas, terlebih jika proses surrogasi dilakukan secara informal atau
tidak melalui institusi resmi.
a. Ketidakjelasan Status dan Hak dalam Sistem Pelayanan
Banyak negara, termasuk Indonesia, belum memiliki regulasi hukum yang jelas mengenai status hukum ibu
pengganti. Akibatnya, pelayanan kebidanan sering kali bingung menentukan posisi ibu pengganti dalam sistem
TANTANGAN IBU PENGGANTI DALAM MENDAPATKAN PELAYANAN KEBIDANAN

bermartabat.
1.Defenisi psk
Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan salah satu
kelompok marginal yang menghadapi berbagai
tantangan dalam mengakses pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan kebidanan. Mereka termasuk
dalam kelompok rentan karena menghadapi risiko
kesehatan yang tinggi, stigma sosial, dan
keterbatasan akses terhadap layanan yang aman dan
PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK)

yang besar untuk hidup mewah.
5) Faktor eksogennya yaitu factor ekonomis, urbanisasi yang tidak teratur,
keadaan perumahan. Banyaknya pengaruh barang-barang barang-barang
mewah sehingga sehingga mendorong orang memilikinya.
6) Kehidupan rumah tangga yang tidak memenuhi syarat, dan lain sebagainya.
hubungan seks yang tidak memuaskan.
3) pornografi tidak menjadi faktor langsung dalam menyebabkan seseorang
menjadi psk, namun hal ini dapat menyebabkan seseorang terjebak dalam
pergaulan bebas akibat normalisasi hal-hal negatif.
4) Faktor endogen seperti nafsu kelamin yang besar, sifat malas dan keinginan
1) Rendahnya taraf kehidupan ekonomi rakyat.
2) Rumah tangga yang tidak harmonis, baik dibidang pergaulan, ekonomi, atau
PENYEBAB TERJADINYA PSK

5. Menggunakan metode partisipatif
6. Menggunakan pendekatan holistik
3. Menggunakan pendekatan rehabilitasi
4. Menggunakan metode penyuluhan agama
1. Menggunakan pendekatan yang bersifat preventif
2. Menggunakan pendekatan yang bersifat represif dan kuratif
STRATEGI PELANYANAN DAN ASUHAN KEBIDANAN PADA PSK

unik dan kompleks.
2. Mendengarkan dengan aktif: Bidan perlu memberikan waktu dan perhatian
penuh saat berkomunikasi dengan PSK.
3. Menjaga kerahasiaan: Kerahasiaan adalah hal yang penting bagi PSK dalam
mencari pelayanan kesehatan.
4. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami: Bidan perlu menggunakan bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami oleh PSK.
5. Kolaborasi dengan lembaga agama: Bidan dapat bekerja sama dengan lembaga
agama untuk memberikan penyuluhan agama yang relevan dengan kesehatan
reproduksi dan pencegahan penyakit menular seksual.
1. Menggunakan pendekatan yang empatik dan tidak menghakimi: Bidan perlu
memahami bahwa PSK adalah individu yang memiliki kebutuhan kesehatan yang
PROFESIONALITAS BIDAN DALAM MEMBANGUN HUBUNGAN HOLISTIK DENGAN PSK

KASIH
TERIMA