Tugas Kelompok Matkul PTP Tugas UAS Observasi

citrayunianti1 11 views 29 slides Mar 10, 2025
Slide 1
Slide 1 of 29
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29

About This Presentation

Tugas Psikologi UNJ Mata Kuliah Pengantar Tes Psikologi


Slide Content

LAPORAN OBSERVASI TES MASUK SMP
PENGANTAR TES PSIKOLOGI
Dosen Pengampu:
Mauna, M.Psi
Disusun oleh:
Citra Yunianti 1801617129
Eka Lestari Ningsih1801617083
Karina Pratiwi 1801617136
PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Jl. Halimun Raya No.2, RT.8/RW.2, Guntur, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12980
-2019-

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................i
BAB I LATAR BELAKANG .................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI
A. Culture Fair Intelligence Test ..............................................................3
B. Standart Progresive Matrix ................................................................10
C. Twetny Statements Test ................................................................12
D. Intelligenz Struktur Test ..............................................................12
BAB III HASIL OBSERVASI..............................................................14
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sesi I ...................................................................................................21
B. Sesi II ..................................................................................................21
C. Sesi III ................................................................................................21
C. Sesi IV ................................................................................................22
C. Sesi V .................................................................................................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................23
B. Saran ...................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................25
LAMPIRAN ...........................................................................................26
i | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

BAB I
LATAR BELAKANG
Saat ini jenjang pendidikan sudah menjadi hal yang sangat penting bagi
sebagian besar orang. Pentingnya kualitas sekolah juga menjadi salah satu
pertimbangan bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Beberapa orang
tua menginginkan sekolah yang terbaik bagi pendidikan anaknya, tak jarang
masih banyak orangtua yang bingung untuk menentukan sekolah mana yang
akan dipilih untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tak hanya
orangtua yang menginginkan sekolah terbaik untuk anaknya, begitu pun
dengan pihak sekolah terutama sekolah swasta seperti SMP X yang juga
membutuhkan siswa dengan kriteria yang telah ditentukan pihak sekolah.
Dengan semakin banyaknya jumlah siswa yang mendaftar di pesantren
setiap tahunnya, pihak sekolah memutuskan mengadakan sistem seleksi bagi
para calon pendaftar. Seleksi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan siswa-siswa yang memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh SMP
X. Selain dilakukan seleksi akademik, untuk mengetahui kesiapan siswa-siswa
dari berbagai SD yang berbeda, perlu dilakukannya tes psikologis. Tes
psikologis dilakukan bukan hanya untuk mengetahui tingkat kesiapan para
siswa, tetapi juga untuk mengumpulkan informasi tentang siswa, memahami
siswa dengan berbagai karakteristiknya, sehingga dapat disimpulkan
bagaimana kepribadian dan kesiapan para siswa tersebut, hal itu yang akan
menjadi salah satu dasar pertimbangan pihak sekolah untuk memilih siswa
terbaik yang akan diterima.
Pentingnya tes psikologis juga disadari oleh SMP X, sehinggga pihak
sekolah bekerjasama dengan Biro Y untuk melakukan tes psikologis. Untuk
membantu pihak sekolah dalam menyeleksi calon siswanya, sehingga
mendapatkan siswa dengan kepribadian yang baik serta kesiapan secara
mental, biro ini melaksanakan beberapa tes, seperti tes CFIT dan SPM sebagai
rangkaian tes yang utama. Tes psikologis diadakan di SMP X pada hari Sabtu,
15 Desember 2018. Peserta tes merupakan para siswa SD dari berbagai
daerah. Dengan diadakannya tes psikologis ini, pihak sekolah berharap akan
1 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

mendapatkan para siswa yang telah memenuhi kriteria. Kriteria yang
dimaksud adalah kematangan atau kesiapan calon peserta didik dan siswa
yang memiliki kepribadian yang baik. Pihak sekolah berharap peserta didik
dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, berkembang serta
berprestasi, dan pada akhirnya menghasilkan lulusan yang terbaik.
2 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

BAB II
LANDASAN TEORI
A. CFIT (Culture Fair Intellegence Test)
Merupakan tes pertama tentang pengukuran nonverbal yang berkaitan dengan
inteligensi cair oleh seorang Psikolog bernama Raymond B. Cattel. CFIT adalah
sebuah tes yang ditujukan untuk mengukur kemampuan analitis dan penalaran
seseorang dalam keadaan yang abstrak dan baru dan diperuntukkan sebisa
mungkin untuk setiap orang tanpa melihat budaya atau etnis seseorang tersebut.
Bernama awal sebagai Culture Free Intellegence Test sebelum diganti menjadi
Culture Fair Intellegence Test karena pada hakikatnya pengaruh budaya tidak bisa
dihilangkan sepenuhnya terhadap tes-tes inteligensi.
Terdapat tiga versi pada CFIT, yang pertama adalah skala 1 yang digunakan
untuk mengukur inteligensi cair pada orang dewasa yang mempunyai kelemahan
mental juga anak-anak berusia 4 hingga 8 tahun, tetapi dalam skala 1 terdapat
empat subtes yang dilaksanakan secara individual karena penguji dan peserta
harus berhubungan secara langsung, oleh sebab itu skala 1 lebih ke arah tes
inteligensi individu dibanding tes kelompok. Yang kedua adalah skala 2
digunakan untuk orang dewasa dengan kemampuan rata-rata juga anak-anak
berusia 8 hingga 13 tahun. Dan ketiga adalah skala 3 digunakan untuk orang
dewasa dengan kemampuan timggi atau rata-rata juga digunakan untuk
mahasiswa maupun siswa SMU.
Dalam setiap skala pada CFIT terdapat dua bentuk yang sama, yaitu bentuk A
dan bentuk B. Pengembang tes CFIT merekomendasikan untuk menggunakan
keduanya pada peserta tes agar dapat menghasilkan tes penuh. Setiap bentuk
tersebut merupakan tes pendek. Tetapi banyak pengguna CFIT bergantung pada
satu bentuk pendek untuk penyaringan.
Setiap bentuk terdapat empat subtes yaitu rangkaian, klasifikasi, matriks dan
kondisi. Pada setiap subtes berisi soal-soal dan beberapa latihan soal yang
3 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

mempunyai karakteristik gambar dan nonverbal. Keseluruhan tes tersebut dikemas
dalam bentuk bookler yang terdiri dari 8 halaman.
CFIT merupakan tes yang membutuhkan waktu yang cepat. Normalnya, setiap
skala 2 dan 3 membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk diselesaikan namun
hanya diberikan waktu 12,5 menit untuk menyelesaikan tes tersebut. Karenanya
akan bermasalah bagi para peserta tes yang tidak mementingkan kecepatan kinerja
dalam menyelesaikan masalah. Walaupun skala 2 dapat dipakai sebagai tes
kekuatan tanpa batas waktu, norma-norma pelaksanaan tesnya akan terbatas.
Skala 2 dan skala 3 biasanya memiliki reliabilitas yang cukup tinggi yaitu
0,70-an dan bisa mencapai reliabilitas yang lebih tinggi yaitu pertengahan 0,80-an
jika menggunakan tes penuh. Hasil tersebut diperoleh setelah melewati banyaknya
studi dengan ribuan subjek, dan merupakan reliabilitas yang cukup baik pada
suatu instrumen pendek. (IPAT, 1973).
Keuntungan dari pemakaian CFIT adalah:
1)Merupakan alat ukur yang dapat dipercaya untuk mengetahui kemampuan
umum seseorang dalam relatif waktu yang sangat singkat.
2)Dapat digunakan secara klasikal atau dalam kelompok 20 sampai 30 atau
lebih di dalam kelas yang dipimpin oleh seorang psikolog.
Skala 1
Usia 4 – 8 tahun.
Tidak terdapat bentuk A&B
Terdiri dari 8 subtes:
Subtitusi
Klasifikasi
Mazes
Selecting Name
Following Direction
Wrong Picture
Riddles
4 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Similiarities.
Skala 2
Usia 8 – 15 tahun.
Untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal.
Terdapat bentuk A&B.
Terdiri dari 4 subtes.
Skala 3
Usia > 15 tahun.
Untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di atas normal.
Terdapat bentuk A&B.
Terdiri dari 4 subtes.
Subtes 1: Seri / Rangkaian
Waktu pelaksanaan tes: 3 menit.
Terdiri atas 13 soal dengan tiga kotak di atas berupa rangkaian gambar dan
satu kotak kosong lalu terdapat juga enam kotak jawaban kemudian peserta
disuruh memilih satu gambar yang sesuai dengan rangkaian gambar di atas dari
enam kotak jawab tersebut.  Untuk mengukur sistematika berfikir atau
kemampuan berpikir secara runtut untuk memahami masalah yang saling
berkesinambungan.
Contoh soal:
5 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Pada contoh soal nomor empat. Terdapat empat kotak dengan gambar
berupa kotak kecil yang berada di empat tempat yang berbeda dan garis yang
menegahi kotak tersebut. Di kotak yang pertama kotak kecil berada di ujung
paling kiri, sedangkan di kotak kedua, kotak kecil itu bergeser sedikit ke
sebelah kanan dan di kotak ketiga kotak kecil itu berada di tengah, kemudian
pada kotak terakhir merupakan kotak kosong. Peserta diminta untuk mengisi
kotak terakhir berdasarkan pola ketiga kotak tersebut.
Subtes 2: Klasifikasi
Waktu pelaksanaan tes: 4 menit.
6 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Terdiri atas 14 soal dan terdapat lima gambar berada di dalam kotak, para
peserta disuruh memilih dua gambar yang paling berbeda dari tiga gambar
yang lain.
Contoh soal:
Pada soal nomor dua, pada kotak pertama terdapat garis panjang dan garis
pendek. Garis panjang berada di atas sedangkan garis pendek berada
dibawahnya. Begitu pula dengan kotak terakhir. Sedangkan pada kotak kedua
hingga keempat merupakan kebalikan dari kotak pertama dan terakhir yaitu
garis pendek berada di atas sedangkan garis panjang berada dibawahnya.
Peserta disuruh memilih dua kotak yang paling berbeda dari dua kotak yang
lain.
Subtes 3: Matriks.
Waktu pelaksanaan tes: 3 menit.
7 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Terdiri atas 13 soal dengan empat buah kotak pada setiap soal tersebut. Di
dalam tiga kotak tersebut terdapat gambar yang membentuk pola kemudian
peserta harus memilih salah satu gambar untuk melengkapi pola tersebut dari
enam buah kotak jawaban yang tersedia.
Contoh soal:
Pada contoh soal nomor dua, pada kotak pertama terdapat gambar persegi
dan pada kotak dibawahnya persegi itu dibagi menjadi dua dengan terdapat
arsiran hitam dibawahnya. Dan pada kotak di sebelah persegi terdapat bentuk
lingkaran. Dalam kotak kosong tersebut peserta diminta untuk memilih pola
yang sesuai pada lingkaran tersebut mengikuti pola yang terjadi pada persegi.
Subtes 4: Kondisi/Persyaratan
Waktu pelaksanaan tes: 2,5 menit
8 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Terdiri atas 10 soal dengan sebuah titik berada di dalam gambar. Tugas
peserta adalah memilih gambar yang sesuai dengan prinsip titik tersebut
seperti apakah di dalam lingkaran, di luar, atau di dalam kotak dan lingkaran.
Contoh soal:
Pada contoh soal nomor satu kita dapat melihat ada sebuah titik yang
berada di dalam lingkaran maupun persegi kemudian peserta diminta untuk
membayangkan dari kelima gambar jawaban manakah yang sesuai dengan
prinsip gambar soal yaitu titik harus berada di dalam lingkaran maupun
persegi.
9 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

B. SPM (Standart Progressive Matrix)
Adalah salah satu tes yang merupakan bagian dari RPM atau Raven
Progressive Matrix. RPM sendiri merupakan tes tentang penalaran induktif
nonverbal yang didasarkan pada stimuli bergambar.
SPM pertama kali dirancang oleh J.C. Raven pada tahun 1936. SPM merupakan
tes ineteligensi yang bisa digunakan untuk tes individual maupun tes kelompok.
SPM diinstruksikan secara lisan sehingga dapat diberlakukan kepada subjek yang
buta huruf sekalipun.
SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal sehingga tes yang disajikan
bukanlah berbentuk kata-kata maupun bacaan melainkan berupa gambar. SPM
memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi pada umumnya yaitu sekitar 0,86 tetapi
nilai yang lebih rendah ditemukan oleh subjek yang lebih muda.
T es SPM ditujukan untuk melihat kemampuan subjek memahami gambar
yang membentuk pola yang tidak berarti kemudian melihat hubungan-hubungan
yang ada pada pola tersebut. Tes SPM dibuat berdasarkan teori faktor g Sperman
untuk mengungkap kemampuan intelektual seorang individu. SPM didasarkan
dari tingkat kesulitan yang paling mudah hingga yang paling sulit sehingga
disebut matriks.
Peserta tes SPM adalah orang-orang dengan usia 6 tahun ke atas tetapi
karena sebagian soal SPM adalah soal yang sulit makanya SPM lebih cocok untuk
orang-orang yang lebih dewasa, yaitu dengan usia 12 tahun ke atas.
Tes SPM terdiri dari 60 soal yang terbagi menjadi 5 set yaitu A, B, C, dan
E dan setiap seri terdapat 12 butir soal. Waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan SPM biasanya tidak dibatasi tetapi yang paling umum dipakai adalah
30 menit. Materi tes SPM berupa gambar dengan bagian yang terpotong kemudian
peserta tes memilih jawaban yang sesuai dengan bagian yang terpotong tersebut.
Raven mengungkapkan bahwa tes SPM tidak memberikan suatu IQ kepada
seseorang melainkan tingkat inteligensi menurut besar skor total dan usia subjek.
Pengelompokkan nilai didasarkan pada nilai persentil sebagai berikut:
10 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

a.Grade I: Intellectually superior untuk subjek yang mempunyai nilai pada
persentil 95 ke atas.
b.Grade II: Definetly above the average in intellectual capacity untuk subjek
yang mempunyai nilai antara persentil 75 sampai dengan persentil 95.
c.Grade III: Intellectually average: untuk subjek yang mempunyai nilai
antara persentil 25 sampai dengan persentil 75.
d.Grade IV: Definetly below the average in intellectual capacity untuk
subjek yang mempunyai nilai antara persentil 5 sampai dengan persentil
25.
e.Grade V: Intellectually Defective untuk subjek yang mempunyai nilai
terletak pada dan di bawah persentil 5.
Contoh soal:
Pada kolom pertama terdapat segitiga kosong kemudian segitiga terbalik
dengan garis di tengah serta segitiga dengan lingkaran di dalamnya. Pada kolom
kedua terdapat segitiga terbalik dengan lingkaran di dalamnya, segitiga kosong,
segitiga dengan garis di tengah. Sedangkan pada kolom ketiga terdapat segitiga
dengan garis di tengah, segitiga dengan lingkaran di dalam. Tugas peserta adalah
melengkapi bagian yang hilang tersebut dengan melihat pola yang terbentuk pada
kolom pertama dan kolom kedua.
11 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

C. TST (Twetny Statements Test)
Twenty Statements Test atau biasa disingkat TST adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur konsep diri. TST dirancang oleh Manfred Kuhn dan
temannya, Thomas McPartland pada tahun 1954. Tes ini dibuat dengan tujuan
untuk menemukan cara standar untuk mengukur asumsi dan sikap diri. Tes ini
berbentuk survei dimana responden diberi waktu selama lima menit untuk mengisi
dua puluh statement yang sudah tersedia. Responden tidak wajib menjawab semua
jawaban. Bentuk statement pada TST dapat berupa:
"Siapakah saya?" atau "saya ..."
Kuhn (1960) telah menyatakan bahwa tanggapan terhadap dua puluh
pernyataan tes harus dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:
Kelompok sosial dan klasifikasi
Keyakinan ideologis
Minat
Ambisi
Evaluasi diri.
Kegunaan dan kritik
D. IST (Intelligenz Struktur Test)
Tes IST merupakan salah satu tes psikologi untuk mengukur tingkat
intelegensi seseorang. Tes ini awalnya dikembangkan pada tahun 1953 oleh
Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman. Saat ini, tes IST sangat populer digunakan
oleh biro-biro psikologi di Indonesia.
Subtes-subtes dalam IST
IST terdiri dari sembilan jenis subtes yang jumlah keseluruhannya
sebanyak 176 item. Masing-masing dari subtes memiliki batas waktu yang
berbeda serta diadministrasikan dengan secara manual. Sembilan subtes dalam
IST, yaitu:
12 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

SE: melengkapi kalimat. Kemampuan yang diukur pada jenis subtes ini
adalah kemampuan pembentukan keputusan, memanfaatkan pengalaman
masa lalu, penekanan pada praktis-konkrit, pemaknaan realitas, serta
berpikir secara mandiri. 
WA: melengkapi kalimat. Kemampuan yang diukur pada jenis subtes ini
adalah kemampuan bahasa, menggunakan bahasa, memahami pengertian
bahasa, perasaan empati, serta berpikir induktif
AN: persamaan kata. Kemampuan yang diukur pada jenis subtes ini adalah
kemampuan fleksibilitas dalam berpikir, daya mengkombinasikan,
mendeteksi dan memindahkan hubungan-hubungan, serta kejelasan dan
kekonsekuenan dalam berpikir. 
GE: sifat yang dimiliki bersama. Kemampuan yang diukur pada jenis
subtes ini adalah kemampuan abstraksi verbal, kemampuan untuk
menyatakan pengertian akan sesuatu dalam bentuk bahasa, berpikir logis
dalam bentuk bahasa, serta membentuk suatu pengertian atau mencari inti
persoalan. 
RA: berhitung. Kemampuan yang diukur pada jenis subtes ini adalah
kemampuan berpikir praktis dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning,
serta kemampuan mengambil kesimpulan. 
ZR: deret angka. Kemampuan yang diukur pada jenis subtes ini adalah
kemampuan bagaimana cara berpikir teoritis dengan hitungan, berpikir
induktif dengan angka-angka, serta kelincahan dalam berpikir. 
FA: memilih bentuk. Kemampuan yang diukur pada jenis subtes ini adalah
kemampuan dalam membayangkan, kemampuan mengkonstruksi (sintesa
dan analisa), berpikir konkrit menyeluruh, serta memasukkan bagian pada
suatu keseluruhan. 
WU: latihan balok. Kemampuan yang diukur pada jenis subtes ini adalah
kemampuan daya bayang ruang, kemampuan tiga dimensi, kemampuan
konstruktif teknis, serta analitis. 
ME: latihan simbol. Kemampuan yang diukur pada jenis subtes ini adalah
kemmapuan daya ingat, daya tahan, serta konsentrasi yang menetap.
13 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

BAB III
HASIL OBSERVASI
Pada hari Minggu tepatnya tanggal 16 Desember 2018 kemarin, kami
mengadakan observasi di Pesantren Asy-Syadid, Cibubur. Lokasi sekolah tersebut
jauh dan cukup sulit diakses oleh kendaraan umum, oleh karena itu kami
berangkat pukul 9.00 pagi padahal tes dimulai pukul 13.30. Tes kelompok ini
bertujuan untuk menjaring anak-anak yang memiliki kemampuan kognitif,
kepribadian, dan kesiapan mental yang sesuai yang perlukan oleh pesantran
tersebut.
Perjalanan dari Jakarta ke Cibubur membutuhkan waktu sekitar tiga jam.
Saat sampai disana kami menunggu dulu sampai sekitar satu setengah jam, lalu
setelah itu kami di-briefing oleh Pak Abu. Beruntung suasana di pesantren itu
bersih dan asri sehingga tak terasa kami menunggu sampai waktunya briefing.
Sesaat sebelum briefing, kami melihat banyak kakak-kakak—sekitar dua
belasan orang—yang membawa serangkaian alat tes. Sebagian dari mereka adalah
psikolog freelance yang sedang disewa—bukan psikolog tetap di Biro Y—dan
sebagian lagi merupakan asisten psikolog yang masih lulusan S1.
Kami di-briefing oleh Pak Abu yang merupakan psikolog tetap di Biro Y.
Beliau jugalah yang menentukan dan menetapkan alat tes yang digunakan Biro Y.
Beliau menerangkan bahwa alat tes yang dipakai yaitu CFIT (Culture Fair
Intelligence Test) Skala 2 Bentuk A untuk anak 8 sampai 15 tahun. Beliau juga
menerangkan alasan memakai CFIT karena tes CFIT sudah terstandarisasi dan
sering digunakan oleh biro lain untuk tes masuk sekolah. Pak Abu memberikan
tips kepada kita, nanti saat observasi tidak usah terlalu terfokus pada alat tesnya,
namun fokus pada bagaimana cara kakak-kakak psikolog memulai tes, bagaimana
cara menenangkan peserta tes, bagaimana cara menerangkan subtes kepada anak
berusia sepuluh sampai dua belas tahun tersebut, dan bagaimana cara agar anak-
anak tersebut menangkap maksud dari intruksi yang diberikan.
Tes yang digunakan selain CFIT adalah tes Standart Progesive Matrix
atau disingkat SPM yang merupakan bagian dari seri rangkain tes Raven
Progesive Matrix atau disingkat RPM. Selain itu juga ada tes untuk mengetahui
14 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

kepribadian anak yang merupakan tes yang disusun sendiri oleh Biro Y. Pak Abu
menerangkan bahwa setiap tes tertulis yang diadakan oleh Biro Y, pasti ada
observasinya.
Jika mengikuti rundown yang sudah ditetapkan maka persiapan
seharusnya pukul 13.20 dan mulai memasuki ruangan pukul 13.30. Namun karena
telat, kami dan kakak-kakak tester baru memasuki ruangan pada pukul 13.37.
Ukuran ruangan tes cukup besar sehingga muat untuk menampung 23
peserta tes atau testee. Di dalam ruangan terdapat 25 pasang kursi dan meja yang
jaraknya tidak terlalu dekat satu sama lain untuk murid yang menghadap ke arah
pintu, satu pasang kursi dan meja guru di pojok kanan dari arah pintu, satu papan
tulis spidol yang berada disamping pintu masuk, satu meja untuk mengaji di
belakang meja murid, satu rak buku yang lengkap dengan buku-buku pelajaran.
Kondisi ruangan yang didominasi oleh warna putih tersebut sejuk karena terdapat
dua buah air conditioner yang menyala dan tiga buah jendela besar yang
semuanya ditutupi oleh hordeng bewarna putih juga guna menghalang sinar
matahari masuk. Penerangan ruangan bersumber dari empat pasang lampu neon
yang menempel di langit-langit ruangan. Tembok-tembok bagian belakang
ruangan ditempeli oleh hasil karya murid pesantren atau tabel-tabel yang
digunakan oleh murid pesantren saat kelas. Karena letaknya dibelakang, jadi hal
ini tidak menggangu para testee saat mengerjakan tes. Jam dinding yang bewarna
hijau terdapat di atas samping kiri dari meja murid dan jam ini sesekali
mengganggu para testee saat mengerjakan soal tes.
Saat memasuki ruangan para testee—yang semuanya merupakan anak
perempuan berusia antara 10 sampai 13 tahun—sudah duduk rapih di ruangan tes.
Ada yang terlihat lemas tak bersemangat dan ada yang terlihat tegang. Untuk
membangkitkan semangat serta membuat para testee ceria kembali Kak Helmi
dan Kak Mentari—yang merupakan tester—melakukan perkenalan. Perkenalan
dimulai dari Kak Mentari—yang saat itu memakai khimar oranye, Kak Dira—
yang saat itu memakai khimar biru tua, Kak Arifin—yang saat itu memakai baju
koko, dan Kak Helmi—yang saat itu memakai kemeja garis-garis berwarba ungu.
Kami pun juga disuruh ikut untuk perkenalan. Sebelum perkenalan para testee
disuruh senyum yang lebar dan beberapa dari testee tersebut ada yang tertawa.
15 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Kak Helmi bertanya sebelumnya habis mengerjakan soal apa dan para testee
menjawab habis mengerjakan soal matematika. Saat ditanya, para testee tersebut
berebut untuk mengungkapkan kesusahan tes kemampuan dasar yang diadakan
sebelumnya. Kak Mentari menerangkan bahwa tesnya yang sekarang berbeda
dengan tes sebelumnya, tes yang sekarang asik dan gampang, dan seketika para
testee terlihat antusias.
Lembar jawaban pun dibagikan dan ternyata kurang 2. Para testee disuruh
berhitung dari pojok depan kanan ke belakang lalu ke depan lagi sampai pojok
belang kiri guna menentukan nomer urut. Lalu para testee diinstruksikan untuk
mengisi identitas diri yang terdiri dari nama panjang, jenis kelamin—lingkari P/L,
pendidikan formal—disuruh untuk tidak diisi, pekerjaan dan jabatan—disuruh
untuk tidak diisi juga, tempat tanggal lahir, usia—disuruh untuk tidak diisi, nomer
urut, sesi—disuruh menulis 2 siang, tanggal hari mengerjakan tes.
Lembar soal yang berbentuk buku tulis tipis itu mulai dibagikan pada
pukul 13.45. Testee diinstruksikan untuk mengerjakan dengan cepat dan tepat
serta tidak boleh mencoret buku soal. Kak Mentari menerangkan dan memberi
satu contoh untuk mencari pola yang hilang yang tertera pada lembar soal. Saya
melihat cover berwarna biru dan tulisan SPM pada buku soal yang dibagikan.
Waktu yang diberikan untuk mengisi soal yaitu 30 menit. Kak Helmi memberi
tahu saya alasan memakai SPM terlebih dahulu daripada CFIT karena soal SPM
lebih mudah dari CFIT. Lalu saya bertanya kenapa harus pakai keduanya dan
beliau menjelaskan karena CFIT lebih represetative dalam mengukur inteligensi
kelompok dibanding SPM, jadi saat kedua hasilnya keluar tinggal dibandingkan.
Kak Mentari mencatat waktu menggunakan stopwatch yang ada di smartphone.
Saat tes pertama berlangsung, suasana kelas hanya diisi oleh suara orang
membolak-balik kertas. Testee tampak khusyuk mengerjakan soal tes. Bahkan saat
Kak Arifin menempelkan post it—yang merupakan nomer urut peserta—pada
meja dan baju mereka, para testee tidak merasa terganggu sama sekali.Kak
Mentari memutari meja para testee untuk mengawas dan Kak Dira duduk di meja
guru. Saat itu kami melakukan observasi hanya dari belakang testee agar tidak
menggangu jalannya tes kelompok tersebut.
16 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Kak Mentari memberitahukan waktunya tinggal 5 menit lagi, namun testee
tidak mengubrisnya. Mereka masih nampak khusyuk mengerjakan soal tes.
Bahkan ada ibu-ibu tidak dikenal yang salah masuk ruangan dan hal itu pun tidak
mengganggu konsentrasi testee. 3 menit lagi sebelum pengumpulan, Kak Mentari
mengumumkan sembari memberi tahu kalau sudah selasai boleh dikumpul
duluan. Tetapi testee tidak ingin mengumpulkan duluan dan malah mengecek
kembali jawabannya.
Waktu mengerjakan tes pertama pun selesai. Testee disuruh menyelipkan
lembar jawaban mereka ke buku soal lalu dioper dari belakang ke depan. Para
testee tersenyum sumringgah karena merasa soalnya mudah.
Pukul 14.01 tes kedua dimulai. Intruksinya sama seperti tes pertama,
dibagikan lembar jawaban terlebih dahulu lalu disuruh untuk mengisi identitas
diri. Setelah itu, lembar soal dibagikan dan Kak Mentari memberi dua contoh soal
dan testee langsung paham.
Saya bertanya kepada Kak Helmi mengenai tes tersebut dan beliau
menjawab tes merupakan penggalan codding, hampir sama seperti IST yang
menguji bahasa, kecepatan, abstraksi, rapling, dan inteligensi untuk anak SD.
Karena tidak yakin, saya bertanya kepada tester yang lain namun hasilnya sama
saja. Mereka tidak tahu nama alat tes yang digunakan saat itu. Jika dilihat dari
soal-soalnya, kemungkinan ini merupakan penggalan-penggalan tes SPM seri
lainnya. Ada lima lembar soal yang dibagikan. Standartnya testee diberi waktu
tiga menit tiap lembar soal, namun tidak demikian karena tester tidak
menggunakan stopwatch smartphone lagi namun menggunakan jam dinding dan
jam biasa di smartphone-nya. Cara pembagian lembaran soal tes ialah tiap lembar
soal dibagikan satu per satu setiap testee selesai mengerjakan soal sebelumnya.
Lembar soal sebelumnya dioper ke depan dan ditukar dengan lembar soal baru.
Setelah tes selesai, beberapa testee ada yang mulai menggaruk-menggaruk
kepalanya yang tak gatal atau berwajah cemberut karena tesnya berbatas waktu.
Tes ketiga dimulai pukul 14.10. Intruksinya sama seperti dua tes
sebelumnya dan tes ini juga berbatas waktu. Yang berbeda dari tes ini adalah jika
sebelumnya ada lembar soal maka tes yang ketiga ini tidak ada lembar soal. Soal
dibacakan oleh Kak Mentari. Saya bertanya lagi kepada para tester menganai alat
17 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

tes yang sedang digunakan, namun mereka tidak mengetahui nama alat tes
tersebut. Kak Helmi hanya menerangkan bahwa alat tes ini bertujuan untuk
mengukur pendengaran dan konsentrasi testee. Instrumen-instrumen dari tes
digunakan untuk mengetahui kepribadian calon siswa pesantren Asy-Syahid
tersebut. Kemungkinan tes ini merupakan tes kepribadian yang diracik sendiri
oleh Biro Y. Intrumen atau soal dari tes itu ialah:
Apa yang akan kamu lakukan kalo jari kamu teriris?
Apa yang akan kamu lalukan jika telah menghilangkan buku temanmu?
Apa yang akan kamu lalukan jika disuruh membeli roti padahal di toko
rotinya, rotinya sudah habis?
Apa yang akan kamu lalukan jika ada seorang anak yang menantang kamu
untuk berkelahi?
Apa yang akan kamu lalukan jika melihat rel kereta api mendekati rel yang
rusak?
Apa sebabnya membangun rumah dari batu dan apa sebabnya membangun
rumah dari kayu?
Kenapa penjahat harus dimasukkan penjara?
Jika sebuah kapal laut tenggelam, apa sebabnya wanita dan anak-anak
harus ditolong lebih dahulu?
Apa bedanya menyimpan uang di buku tabungan dan menyimpnnya di
celengan?
Apa sebabnya pada umumnya lebih baik memberikan uang ke yayasan
dibanding ke pengemis?
Apa sebabnya pegawai harus datang lebih sebelum masuk?
Apa sebabnya membuat benang dari kapas untuk membuat pakaian?
Apa sebabnya memilih DPR?
Apa sebabnya janji harus ditepati?
Tes yang keempat dimulai pukul 14.17. Intruksinya masih sama seperti
tes-tes sebelumnya, namun kali ini diberi tahu bahwa testee tidak boleh membuka
lembar selanjutnya jika belum disuruh untuk membuka. Lembaran soal yang
disteples jadi satu dibagikan pukul 14.20. Cover kuning pada lembaran soal itu
bertuliskan CFIT.
18 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Halaman pertama pun dibuka pada pukul 14.25. Kak Mentari mejelaskan
bahwa testee disuruh untuk melanjutkan pola dan ia memberi tiga kali contoh.
Cara mengisinya dilembar jawaban dicoret saja sekali secara diagonal dari kiri ke
kanan dan kalau ada yang salah tidak perlu dihapus melainkan disilang saja lalu
mencoret lagi di jawaban yang baru. Waktu untuk mengerjakan soal tiap halaman
yaitu 4 menit dan 1 menit untuk pengkondisian intruksi soal.
Saat itu empat atau lima anak yang tidak sabaran untuk membuka halaman
selanjutnya. Anak berkerudung cokelat yang sejak tadi selesai mengerjakan
duluan bertanya kepada Kak Mentari kalau sudah selesai bagaimana dan Kak
Mentari dengan tegas menjawab tunggu temannya yang lain dulu.
Intruksi membuka halaman kedua yaitu mencari gambar kotak yang
berbeda dari kotak dikirinya mulai pukul 14.29. Kak Mentari memberikan dua
contoh soal bagaimana mengerjakannya. Intruksi membuka halaman ketiga yaitu
mencari pola hubungan dimulai pukul 14.34. Sama seperti sebelumnya, Kak
mentari memberikan dua contoh soal. Intruksi membuka halaman ketempat yaitu
mencari mencari letak titk dimulai pukul 14.43. Pada intruksi keempat testee
mulai kehilangan minat dan konsentrasi untuk mengerjakan soal CFIT yang dirasa
susah. Kak Mentari menyemangati dan memberi tahu sebentar lagi tesnya selesai.
Tes CFIT ini selesai pukul 14.44. Testee disuruh mengumpulkan lembar jawaban
yang diselipkan pada lebar soal.
Tes terakhir merupakan tes kepribadian tentang konsep diri. Kali ini Kak
Helmi yang memberikan intruksi sementara Kak Mentari sibuk menyusun dan
mecocokkan lembar soal yang dikumpulkan sebelumnya dengan hasil observasi
perilaku dari Kak Dira dan Kak Arifin.
Kak Helmi menyuruh para testee untuk menulis tentang diri sendiri
sebanyak-banyaknya, contohnya:
Saya manusia
Saya suka bernapas
Saya senang sekali melakukan olahraga
Saya senang tersenyum
Saat Kak Helmi memberikan contoh, ada anak berkerudung biru tertawa dan
bilang ke teman dibelakangnya, “saya jelek”
19 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Tes dimulai pukul 14.48. Testee mulai mengorbrol satu sama lain karena
bingung ingin menulikan dirinya seperti apa. Saat dibilang waktunya tinggal satu
menit lagi mereka mulai panik dan merasa bahwa mereka belum menuliskan
semua yang ada dipikiran mereka. Pukul 14.53 tes selesai dan kami pun keluar
ruangan. Selanjutnya akan diadakan focus group discussion guna mengobservasi
kepribadian para testee.
20 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sesi I
Dengan membandingkan teori dan hasil observasi kami saat
dilaksanakannya rangkaian tes seleksi penerimaan peserta didik baru di SMP X,
kami melihat bahwa saat tes SPM (Standard Progressive Matrix) dilakukan para
peserta tes terlihat santai dan bisa mengerjakan tes dengan baik setelah tester
memberikan satu contoh soal dan jawaban. Peserta tes tidak terlihat kesulitan
dalam pengerjaannya, waktu pengerjaan tes selama 30 menit tidak terlihat
bermasalah. Setiap peserta mengerjakan dengan fokus dan tenang sampai saat
waktunya telah selesai. Tester telah menginstruksikan tes dengan baik, selain
dapat merubah suasana yang tegang sebelum tes menjadi suasana yang ceria serta
nyaman, tester memberikan instruksi tes dengan sangat jelas sehingga peserta pun
dapat memahami satu contoh yang diberikan dan mengaplikasikannya di soal-soal
selanjutnya. Ketika waktu pengerjaan SPM telah selesai, peserta tes tetap terlihat
tenang dan bahagia karena bisa mengerjakan soal dengan baik.
B. Sesi II
Tester tidak mengetahui nama alat tes yang kedua, namun mereka
memberitahu bahwa alat tes yang digunakan merupakan penggalan-penggalan
coding yang menguji bahasa, kecepatan, abstraksi, rapling, dan inteligensi untuk
anak SD. Tester juga memberitahu bahwa alat tes ini mirip dengan IST
(Intelligenz Struktur Test). Waktu yang digunakan adalah 3 menit pada setiap
lembar soal yang dibagikan yang seharusnya tiap lembar memiliki wakttu yang
berbeda untuk pengerjaannya.
C. Sesi III
Dan lagi para tester lupa saat ditanya tentang alat tes yang ketiga. Namun
mereka mengerti intruksi apa yang harus diberikan kepada para testee. Kami
mencoba mencocokkan bentuk alat tes yang kami lihat dengan teori-teori yang
ada di buku dan di website. Kemungkinan alat tes yang ketiga ini merupakan tes
yang dibuat sendiri oleh Biro Y.
21 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Alat tes dengan bentuk 14 soal ini bertujuan untuk mengetaui kepribadian
para testee. Tes kepribadian ini berguna untuk mengetahui pola pikir dan perilaku
testee saat berada dalam keadaan tertentu. Jawaban dari soal-soal tersebut
nantinya akan dicocokkan dengan hasil observasi saat FGD.
D. Sesi IV
Setelah melakukan beberapa tes lain, dilanjutkan dengan tes CFIT (Cultural
Fair Intelligence Test). Tidak seperti tes yang sebelumnya, tes ini dilaksanakan
dengan mengikuti instruksi dari tester di setiap lembarnya. Tes ini memerlukan
waktu sekitar 4 menit pada setiap lembar tes, sebelum memulai pengerjaan tester
memberikan 3 contoh soal terlebih dahulu. Setelah 3 contoh soal dan jawaban
disampaikan, tester mempersilahkan peserta untuk mengerjakan soal. Dengan
waktu yang sangat singkat dan tingkat kesulitan soal CFIT. Beberapa peserta
terlihat gelisah dalam pengerjaannya. Namun ada beberapa juga yang cukup bisa
mengerjakannya, saat tes berlangsung ada satu peserta yang terlihat sulit untuk
dikendalikan, ia tidak mengikuti instruksi tester dengan baik, yang seharusnya
peserta membuka halaman soal selanjutnya setelah diinstruksikan tester, peserta
itu melanggarnya dan mencoba melihat soal dihalaman selanjutnya. Banyak
peserta yang belum menyelesaikan semua soal ketika waktu telah selesai.
Dari serangkaian alat tes psikologi seperti SPM, IST, dan CFIT, hasil yang
digunakan sebagai pedoman pokok oleh Biro Y adalah CFIT. Namun karena soal-
soal CFIT sulit, maka tes SPM dan IST digunakan sebagai pendongkrak nilai
untuk membantu agar hasil inteligensi para testee tidak terlalu buruk.
E. Sesi V
Tes yang kelima merupakan tes kepribadian tentang konsepsi diri. Ketiga
kalinya tester melupakan nama alat tes yang sedang digunakan. Namun karena
kami mengetahui bentuk alat tesnya seperti apa, jadi kami mencari dan
mencocokkan dengan beberapa tes kepribadian yang ada dan hasilnya nama tes ini
adalah TST (Twenty Statement Test). Testee diberi waktu 5 menit untuk
mengerjakan soal.
22 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil observasi yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa tes
psikotes calon peserta didik baru terdiri dari beberapa rangkaian tes, terutama
CFIT (Culture Fair Intelligence Test) ditujukan untuk mengukur kemampuan
analitis dan penalaran seseorang dalam keadaan yang abstrak dan baru, dan
diperuntukkan sebisa mungkin untuk setiap orang tanpa melihat budaya atau etnis
seseorang tersebut. Untuk tes seleksi masuk SMP ini menggunakan CFIT skala 2,
karena anak-anak yang mengikuti tes masuk SMP ini, berusia 8 hingga 13 tahun.
Selain itu juga ada SPM (Standart Progressive Matrix) merupakan tes inteligensi
yang bisa digunakan untuk tes individual maupun tes kelompok. Tes SPM
ditujukan untuk melihat kemampuan subjek memahami gambar yang membentuk
pola yang tidak berarti kemudian melihat hubungan-hubungan yang ada pada pola
tersebut.
Kondisi ruangan yang digunakan untuk pelaksanaan rangkaian tes sudah cukup
memadai dengan jumlah peserta tes, sudah terdapat jarak antara tempat duduk
satu dengan yang lainnya, suhu ruangan sudah cukup baik karena terdapat AC
sehingga terasa nyaman, dinding ruangan yang berwarna putih polos dan tidak ada
gambar-gambar yang dapat menstimulus hasil gambar dari peserta tes, ruangan
cukup kondusif atau tidak berisik, serta penerangan yang cukup baik walaupun
lampu bagian belakang tidak menyala.
Penguji yang memberikan instruktur selama berjalannya tes merupakan
seseorang yang telah professional dalam bidangnya. Mereka telah memahami
urutan setiap langkah-langkah pelaksanaan tes, mengetahui alat atau instrument
yang digunakan dalam menjalankan rangkaian tes tersebut. Penguji sudah dapat
dikatakan baik karena telah memberikan instruksi yang jelas dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh para peserta tes, dapat
membuat situasi yang semula tegang menjadi tenang dan nyaman sehingga anak-
anak dapat mengikuti tes dengan cukup baik. Pakaian yang digunakan penguji
juga sopan dan rapih.
23 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Dari segi peserta tes, dapat kami simpulkan rangkaian tes ini sudah cukup
terlaksana dengan baik. Peserta tes dapat mengikuti setiap instruksi tes dengan
baik, walaupun ada dua orang anak yang terkadang mengobrol ketika telah
menyelesaikan tes. Peserta tes yang terdiri dari 23 anak, semuanya hadir tepat
waktu didalam ruangan tes.
B. Saran
a. Bagi Masyarakat (Pihak yang berkaitan dengan sekolah )
Bagi seluruh pihak yang berhubungan dengan Pendidikan/sekolah, sangat
diperlukan adanya tes psikologis yang mengukur kesiapan atau kematangan para
peserta didik. Tidak hanya mengukur akademik nya, tetapi juga psikologisnya.
Tes ini akan membantu pihak sekolah untuk lebih memudahkan dalam tahap
penyeleksian, sehingga dapat diketahui peserta didik yang dapat memenuhi
kriteria yang diinginkan sekolah. Dengan adanya hasil tes, para pengajar bisa
mengetahui kemampuan peserta didik, penentuan kelas, pengembangan prestasi
yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan kualitas sekolah dan lulusannya.
b. Untuk Biro Y
Akan lebih baik apabila jumlah penguji atau pengawas yang berada di
dalam ruangan dikurangi jumlahnya, pengawas yang terlalu banyak diruangan
mungin akan memberikan dampak kecemasan bagi peserta tes. Dan juga dalam
menentukan waktu tes, sebaiknya menggunakan stopwatch asli sebab
meggunakan smartphone dapat mengganggu konsentrasi peserta tes.
24 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

DAFTAR PUSTAKA
Gregory, Robert J. (2013). Tes Psikologi Sejarah, Prinsip, dan Aplikasi Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gregory, Robert J. (2013). Tes Psikologi Sejarah, Prinsip, dan Aplikasi Jilid 2.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Carter, Philip. (2011). Panduan Lengkap Tes Kecerdasan. Jakarta: PT Indeks.
Kumolohadi, R., & Suseno, M, N. (2012). Intelligenz Struktur Test dan Standart
Progressive Matrices (Dari Konsep Inteligensi yang Berbeda
Menghasilkan Tingkat Inteligensi yang Sama). Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan. Vol 1. Hal 79-85
Rohmah, U. (2011). Tes Inteligensi dan Pemanfaatannya Dalam Dunia
Pendidikan. Cendekia. Vol 9.
Mangestuti, R., & Aziz, R. (2007). Validasi Tes Inteligensi SPM dan IST Pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang. Ringkasan Laporan
Penelitian.
Sriyono, H., & Wahyudin. (2016). Peran Tingkat Inteligensi Dan MotivasiBelajar
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Ekonomi SMA di SMA Negeri
Gugus 01 Kabupaten Tangerang. Research and Development Journal of
Education. Vol 3.
Kuhn, Manford H and Thomas S. McPartland. (1954). An Empirical Investigation
of Self-Attitudes. American Sociological Review, Vol. 19, No. 1pp. 68-76.
25 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Lampiran 1 (Dokumentasi)
Saat mendatangi Biro Y
Saat mendatangi seperti SMP X
Saat diskusi/ persiapan sebelum tes Saat tes berlangsung
Saat Kak Mentari memberi intruksi tes
Situasi Kelas
26 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P

Lampiran 2 (Surat Keterangan Observasi)
27 | L a p o r a n O b s e r v a s i T e s M a s u k S M P
Tags