dokterkelurgadokterk
12 views
24 slides
Oct 29, 2024
Slide 1 of 24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
About This Presentation
makalah
Size: 281.42 KB
Language: none
Added: Oct 29, 2024
Slides: 24 pages
Slide Content
MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Aidul Yanti Eka Safitri( NH0120002)Florenz Naijel (NH0120015)
Ananda putri ( NH0120005)florensa Ekaputri p (NH0120016)
Devi febrianty. J ( NH0120010 )Gita N Marotang(NH0120017)
Dewi Indriani ( NH0120011)Mirja ABD. Salam(NH0120029)
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita haturkan kepada Tuhan yang maha Esa karena
dengan Rakmat dan Hidayahnya, kita semua diberikan kemudahan
dan kelancaran untuk menyelesaikan tugas menyusun makalah mata
kuliah Pendidikan Pancasila dengan Judul “Makalah Persamaan dan
Perbedaan Ideologi Pancasila, Komunisme, Liberalisme, Sosialisme,
Fasisme dan Faham Agama”.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu
mata kuliah Pendidikan Pancasila karena telah memberikan
pengajaran, hal yang berkaitan dengan Pendidikan Pancasila sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.
Selanjutnya semoga dengan penyusunan Makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, umumnya bagi seluruh warga STIKES
NANI HASANUDDIN MAKASSAR, khususnya mahasiswa Stikes
Nani . Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini terjadi
banyak kekuraangan atau kesalahan yang disengaja ataupun tidak
disengaja.
DAFTAR ISI
Kata pengantar .........................................................................
Daftar isi .....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................
A.Latar Belakang ..........................................................
B.Tujuan .........................................................................
C.Materi ..........................................................................
BAB II PENJELASAN MATERI ............................................
A.Ideologi sosialisme – liberalisme .............................
B.Ideologi sosialisme – komunisme ............................
C.Ideolog sosialisme – pancasila .................................
BAB II PENUTUP .....................................................................
A.Kesimpulan ................................................................
B.Saran ..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara, Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta
nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, unsur-
unsur yang merupakan materi Pancasila diangkat dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri. Ideologi pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau
pemikiran seseorang atau kelompok seperti ideologi-ideologi
lain di dunia. Pancasila diambil dari nilai-nilai luhur budaya dan
nilai religius bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai
ideologi bangsa dan negara. Dengan demikian, pancasila sebagai
ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan
hidup dan budaya bangsa dan bukannya mengangkat atau
mengambil ideologi dari negara lain.
Ideologi erat sekali hubungannya dengan filsafat. Karena
filsafat merupakn dasar dari gagasan yang berupa ideology.
Filsafat memberikan dasar renungan atas ideologi itu sehingga
dapat dijelmakan menjadi suatu gagasan untuk pedoman
bertindak. Dari sudut etimologinya, filsafat berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu (filos) berarti cinta
dan (Sophia) berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Jadifilsafat
berarti cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan. Arti kata inilah
yang kemudian dirangkumkan menjadi suatu makna bahwa
filsafat adalah suatu renungan atau pemikiran yang sedalam-
dalamnya untuk mencari kebenaran.
Karena filsafat itu tersusun dalam suatu keseluruhan,
kebulatan, dan sistematis maka pemikiran filsafat harus
berdasarkan kejujuran dalam penemuan hakikat dari suatu obyek
yang menjadi titik sentral pemikiran. Terdapat banyak ideologi
yang berkembang di dunia seperti Ideologi Pancasila,
Komunisme, Liberalisme, Sosialisme, Fasisme dan Faham
Agama, dan tentunya masing-masing ideology memiliki
pandangan yang berbeda-beda. Persamaan dan perbedaan
masing – masing ideology ini menarik untuk di pelajari lebih
lanjut.
B.Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui persamaan dana perbedaan Ideologi
Pancasila, Komunisme, Liberalisme, Sosialisme
C.Materi
Dengan susunan makalah ini yang terdiri dari beberapa
pembahasan pokok materi yaitu :
1.Persamaan dan perbedaan sosialisme – liberalisme
2.Persamaan dan perbedaan sosialisme - komunikasi
3.Persmaan dan perbedaan sosialisme – pancasila
BAB II
PENJELASAN MATERI
1.PERBEDAAN DAN PERSAMAAN SOSIOLOGI DAN LIBERALISME
A.Pengertian sosialisme
Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar tahun 1830,
yakni adanya keinginan agar alat-alat produksi dimiliki secara bersama
untuk melayani semua kebutuhan masyarakat, bukan monopoli atas kaum
kapitalis. Sosialisme atau sosialism (Inggris) secara etimologi berasal dari
bahasa Perancis, yaitu berarti kemasyarakatan. Dalam arti di atas ada empat
macam aliran yang dinamakan sosialisme: pertama, sosial demokrasi; kedua,
komunisme; ketiga anarkhisme; dan keempat sindikalisme (Elisa,2009).
Sosial Demokrat : Sosial demokrat merupakan gerakan sosialisme yang
semula berdasarkan Marxisme. Sejak timbulnya revisionisme yang
dikemukan oleh Edward Bernstein (1850-1932) dan dipertahankan oleh Karl
J. Kautsky (1854-1938), kemudian gerakan ini semakin melepaskan ajaran
Marx yang bercorak revolusioner. Sosial demokrat berpegang teguh pada
asas demokrasi dan menentang diktatur kaum proletariat yang ada pada
komunisme. Menurut penganut sosial demokrat, masyarakat harus dikepalai
oleh satu pemerintah yang dipilih bersama-sama secara demokratis, tidak
hanya pada lingkup politik tetapi termasuk di bidang ekonomi karena semua
proses dalam sebuah negara tidak dapat dilepaskan dari diperlukannya
ketertiban ekonomi.
Menurut asas sosial demokrat klasik, assosiasi-assosiasi sukarelawan
di luar negara cenderung dicurigai dan dianggap keburukannya lebih banyak
dibandingkan kebaikannya. Asosiasi-asosiasi sukarelawan cenderung tidak
professional, serampangan, serta merendahkan pihak yang berhubungan
dengannya. Dalam perkembangannya, sosial demokrat klasik direvisi oleh
Anthony Giddens dengan "Jalan Ketiga" (demokrasi sosial), berusaha
mempertahankan inti kepedulian pada keadilan sosial dan lepas dari sekedar
perbedaan antara aliran "kiri" maupun "kanan". Persamaan dan kebebasan
individual bagi Giddens memang bertentangan, namun langkah-langkah
egaliter dapat memperluas serta membuka rentang kebebasan setiap
individu. Kebebasan dalam aliran ini berarti adanya otonomi atas tindakan
yang dilakukan manusia disertai tuntutan keterlibatan komunitas sosial yang
lebih luas. Lebih jelasnya dapat dilihat dari mottonya: tak ada hak tanpa
tanggung jawab dan tak ada otoritas tanpa demokrasi.
B.Pengertian Liberalisme
Paradigma Liberalisme merupakan salah satu paradigma dalam
studi Ilmu Hubungan Internasional selain realisme. Pada awal
perkembangannya, banyak pemikir yang mengidentifikasi liberalisme
cenderung kepada sebuah ideologi politik dan ekonomi dengan prinsip
penting yaitu akan pentingnya kebebasan individu dan hubungan yang
damai serta teratur antar individu.25 Beberapa tokoh yang
mengemukakan ide mengenai konsep-konsep liberalisme klasik pada
abad ke-17 dan 18 adalah Imamnuel Kant, John Locke, Adam Smith dan
Thomas Jefferson.26 Akan tetapi, salah satu tokoh yang menjadi dasar
dalam pemikiran mengenai liberalisme dalam segi politik adalah
Immanuel Kant. Pada tahun 1795, ia menulis essay yang berjudul
‗Perpetual Peace . Dari essay tersebut, pemikiran Kant kemudian
‟
berkembang dan mempengaruhi perkembangan apa yang disebut dengan
liberalisme dalam ilmu Hubungan Internasional saat ini (Avianto,2013).
Inti dari pemikiran Kant adalah dunia yang menghormati konstitusi
dan bisa membangun 'perdamaian abadi' di dunia. Untuk mencapai
perdamaian tersebut, dibutuhkan perwakilan demokrasi dari semua
negara, adanya hukum internasional, dan pergerakan manusia dan
perdagangan yang bebas. Kant menekankan liberalisme pada kemajuan,
perkembangan dan perdamaian abadi. Pemikiran-pemikiran Kant tersebut
kemudian berkembang dan dipakai oleh Woodrow Wilson pada pasca
Perang Dunia Pertama. Hal tersebut kemudian menjadi salah satu
pemikiran liberal yang pertama kali dalam dalam studi Ilmu Hubungan
Internasional. Wilson berpendapat bahwa penyebab terjadinya
ketidakstabilan dan konflik adalah ―undemocratic nature of
international politics .
‖
Inti dari pemikiran Kant adalah dunia yang menghormati konstitusi
dan bisa membangun 'perdamaian abadi' di dunia. Untuk mencapai
perdamaian tersebut, dibutuhkan perwakilan demokrasi dari semua
negara, adanya hukum internasional, dan pergerakan manusia dan
perdagangan yang bebas. Kant menekankan liberalisme pada kemajuan,
perkembangan dan perdamaian abadi. Pemikiran-pemikiran Kant tersebut
kemudian berkembang dan dipakai oleh Woodrow Wilson pada pasca
Perang Dunia Pertama. Hal tersebut kemudian menjadi salah satu
pemikiran liberal yang pertama kali dalam dalam studi Ilmu Hubungan
Internasional. Wilson berpendapat bahwa penyebab terjadinya
ketidakstabilan dan konflik adalah ―undemocratic nature of international
politics .28 Ide tentang bagaimana dunia harus berkembang yang
‖
tampaknya telah terinspirasi oleh Immanuel Kant ‘Perpetual Peace‘. Kant
menyarankan bahwa ketika negara menjadi republik dan warga negara
mereka diberi kesempatan untuk membuat keputusan, mereka cenderung
memilih untuk tidak berperang, karena itu adalah mungkin untuk
berpendapat bahwa sebagai negara lebih menjadi republik dan demokrasi
menyebar maka kemungkinan perang antara negara menjadi lebih kecil
sampai akhirnya semua bangsa melihat perang sebagai kemenangan tidak
rasional dan perdamaian atas konflik.
Menurut Avianto (2013), liberalisme memiliki pandangan positif
terhadap sifat dasar manusia. Individu bisa mengendalikan dirinya,
sehingga untuk mencapai kepentingannya individu akan saling bekerja
sama tanpa perlu terlibat dalam konflik. Kerja sama yang dilakukan akan
memberikan kemajuan bagi kualitas individu itu sendiri. Kaum liberalis
sangat percaya bahwa konflik dan kepentingan-kepentingan yang
berbeda-beda dapat disatukan dengan cara saling berkomunikasi atau
adanya pertukaran informasi yang jelas. Dengan saling berkomunikasi
tersebut, dapat menciptakan tatanan sosial, politik, dan ekonomi untuk
menguntungkan semua orang dan menjamin kebebasan individu dan
material economic prosperity. Sehingga dapat dikatakan bahwa
liberalisme memandang hubungan internasional lebih bersifat kooperatif
yang memungkinkan adanya kerjasama, bukanlah cenderung konfliktual.
C.Perbedaan sosialisasi dan liberalisme
1.Sosialisme mengajarkan perlunya sebuah negara yang menghasilkan
daya penuh atas ekonomi yang dengan demikian mengendalikan upah
pekerja juga. Setiap warga negara harus mematuhi aturan hukum dan
sebagai imbalannya, warga akan diberikan dengan sumber dijatah oleh
pemerintah.
2.Namun, sementara liberalisme klasik tidak melihat perlunya
pemerintah untuk mengganggu urusan warganya, liberalisme modern
yang menyatakan bahwa untuk menjamin keamanan ekonomi dan
politik, pemerintah sebaiknya memang mengganggu hari warga
negara untuk urusan hari.
3.Namun, ini tidak menunjukkan penyerahan total dan lengkap dari
orang ke negara atau pemerintah seperti yang tersirat oleh konsep
sosialisme. Hanya menunjukkan bahwa dengan menjaga mencermati
warga dan perekonomian suatu negara, pemerintah dapat secara
efektif mengangkat statusnya.
4.liberalisme klasik percaya bahwa negara hanya harus mengambil alih
lembaga untuk memastikan bahwa warga bebas bisa mendapatkan
keuntungan dari layanan yang lembaga tertentu. Mengatakan
demikian, liberalisme klasik tidak melihat kebutuhan untuk menjaga
warga negara di bawah aturan ketat hukum.
5.Dalam hal ini, liberalisme modern jauh lebih dekat dengan sosialisme
yang percaya bahwa semua lembaga harus diambil alih oleh negara
untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial.
6.Oleh karena itu, meskipun liberalisme modern yang jauh lebih
canggih dan suavely menempatkan seluruh dari sosialisme, masih
menjadikan kekuasaan terlalu banyak kepada pemerintah, sehingga
menghambat kebebasan rakyat dalam proses.
D.Persamaan sosialisme dan liberalisme
SOSIALISME :kehidupan negara tidak terpisah juga dengan agama
warga negara bebas
LIBERALISME: negara tidak mencampuri urusan agama, warganegara
bebas beragama dan bebas juga tidak beragama
2.PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SOSIALISME DAN KOMUNISME
a.Ideologi Komunisme
Pengertian Ideologi Komunisme
Ideologi komunis atau komunisme merupakan perlawanan besar
pertama dalam abad ke-20 terhadap sistem ekomomi yang kapitalis dan
liberal. Komunisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan
bersama atas alat-alat priduksi (tanah, tenaga kerja, modal) yang bertujuan
untuk tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa
kelas dan semua orang sama. Komunisme ditandai dengan prinsip sama
rata sama rasa dalam bidang ekomomi dan sekularisme yang radikal tatkala
agama digantikan dengan ideologi komunias yang berseifat doktriner. Jadi,
menurut ideologi komunis, kepentingan-kepentingan individu tunduk
kepada kehendak partai, negara dan bangsa (kolektivisme).
Ciri-ciri Ideologi Komunisme
Ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Allah.
Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan
tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada.
Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
Sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu. terbukti dari
ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya
proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis.
Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous
revolution (revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh
dunia. Maka, komunisme sering disebut go international.
Komunisme memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang
makmur, masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun,
untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat yang bertugas
membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah
yang bertentangan dengan demokrasi.
Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai,
yaitu partai komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai
Komunis Cina, PKI, dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-
satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada
partai oposisi. Jadi, komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati
HAM
b.Perbedaan sosialisme dan komunisme:
Sosialisme merupakan sebuah masyarakat yang langsung timbul
dari kapitalisme sebagai bentuk pertama dari masyarakat baru dan dalam
kerjanya tidak menerima bantuan dari kapitalisme, termasuk hal yang
bersifat sosial. Sedangkan komunisme adalah masyarakat yang lebih
tinggi, di mana hanya dapat berkembang jika sosialisme mempunyai
kedudukan yang kuat. Apabila dalam masyarakat sosialis penghisapan
manusia atas manusia lainnya sudah berakhir, alat-alat produksi dimiliki
sepenuhnya oleh kaum buruh, serta setiap manusia memberi menurut
kemampuaannya dan menerima sesuai dengan bobot pekerjaannya sebagi
wujud usahanya untuk menwujudkan masyarakat tanpa kelas; tidak ada
kelas yang menghisap dan dihisap. Sedangkan pada masyarakat komunis,
setia manusia memberi menurut kemampuannya dan menerima sesuai
dengan kebutuhannya.
c.Persamaan sosialisme dan komunisme
Adapun beberapa kesamaan yang dimiliki oleh komunisme dan
sosialisme , yaitu:
Keduanya menganurkan bahwa lembaga yang ada terpusat dan
terkontrol oleh perintah atau koliktif. Yang secara kolektif dapat
menghilangkan bisnis swasta sebagai produsen barang dan jasa.
Keduannya dibangun diatas premis bahwa individu akan berkontribusi
kepada masyarakat berdasarkan kemampuan masing – masiang
individu.
Pemerintah memainkan peran besar dalam investasi dan perencanaan
ekonomi baik dalam bentuk tersemtralisasi maupun terdesentralisasi
kebadan ppemerintah lokal.
3.PERBEDAAN DAN PERSAMMAAN SOSIOLOGI DAN PANCASILA
a.Ideologi pancasila
Pancasila sebagai ideologi terbuka karena pancasila dapat
menyesuaikan dan diterapkan dari dinamika di Indonesia dan didunia.
Tetapi tidak merubah nilai-nilai dasar Pancasila itu sendiri. Sehinga
pancasila dapat digunakan dan diterapkan dalam berbagai zaman.
Syarat- Syarat Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila dikatakan sebagai ideologi terbuka, karena telah
memenuhi syarat-syarat sebagai Ideologi terbuka antara lain sebagai
berikut...
Nilai Dasar, adalah nilai dasar yang terdapat dalam pembukaan UUD
1945 yang tidak berubah
Nilai Instrumen, ialah nila-nilai dari nilai dasar yang dijabarkan lebih
kreatif dan dinamis ke bentuk UUD 1945, ketetapan MPR, dan
peraturan perundang-undangan lainnya
Nilai Praktis, adalah nilai-nilai yang dilaksanakan di kehidupan
sehari-hari, baik di masyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praktif
bersifat abstrak, seperti mengormati, kerja sama, dan kerukunan. Hal
ini dapat dioperasionalkan ke bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah
laku sehari-hari.
Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Ideologi Pancasila memiliki 3 dimensi penting yaitu sebagai berikut...
Dimensi Realitas adalah mencerminkan kemampuan ideologi untuk
mengadaptasika nilai-nilai hidup dan berkembang dalam masyarakat
Dimensi Idealisme adalah idealisme yang ada dalam ideologi mampu
menggugah harapan para pendukugnya
Dimensi Pendukung adalah mencerminkan atau menggambarkan
kemampuan suatu ideologi untuk memengaruhi dan menyesuaikan
dengan perkembangan masyarakat.
Ciri-Ciri Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Dalam fungsinya sebagai Ideologi, pancasila menjadi dasar seluruh
aktivitas bangsa Indonesia. Sehingga pancasila tercermin dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Ciri-ciri pancasila sebagai Ideologi
terbuka adalah sebagai berikut;
Pancasila mempunyai pandangan hidup, tujuan dan cita-cita
masyarakat Indonesia yang berasal dari kepribadian masyarakat
Indonesia sendiri.
Pancasila memiliki tekat dalam mengembangkan kreatifitas dan
dinamis untuk mencapai tujuan nasional
Pengalaman sejarah bangsa Indonesia Terjadi atas dasar keinginan
bangsa (masyarakat) Indonesia sendiri tanpa dengan campur tangan
atau paksaan dari sekelompok orang.
Isinya tidak operasional
Dapat menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab sesuai
nilai-nilai Pancasila
Menghargai pluralitas, sehingga diterima oleh semua masyarakat yang
berlatakng belakang dan budaya yang berbeda.
Faktor Pendorong Pemikiran Pancasila Sebagai Ideologi
Terbuka.
Menurut Moerdiono bahwa terdapat faktor-faktor atau bukti yang
mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka antara lain
sebagai berikut;
Proses pembagunan nasional berencana, dinamika mayarakat
indonesia yang berkembang sangat cepat. Sehingga tidak semua
permasalahan kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara
ideologis.
Runtuhnya Ideologi tertutup, seperti marxisme-leninisme/komunisme.
Pengalaman sejarah politik terhadap pengaruh komunisme sangat
penting, karena dari pengaruh ideologi komunisme yang bersifat
tertutup, Pancasila pernah merosot dan kaku. Pancasila tidak tampil
sebagai pedoman, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang
lawan-lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah disaat itu menjadi
absolute. Akibatnya, perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk
secara langsung dicap sebagai anti Pancasila.
Tekad untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Arti Ideologi Pancasila
Arti rumusan akhir Pancasila yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, dalam sidang PPKI merumuskan sebagai berikut :
Ketuhanan Yang Maha Esa
Sebagai hasil refleksi terhadap hidup manusia Indonesia sejak
zaman kumo, khususnya dalam hidup masyarakat desa, para pendiri
negara kita sampai pada kesimpulan: manusia Indonesia mengakui
Tuhan yang satu adanya, entah dengan adanya, entah dengan sebutan
Tuhan, Widi, Widi, Wasa, Sang Hyang Hana, Gusti atau Allah.
Adanya dunia dengan segala isinya mendorong manusia ke dalam
keyakinan: ada suatu realitas, yang tertinggi, yang menjadi sumber
adanya seluruh realitas di dunia sebagai sebab yang pertama, sebagai
causa prima. Bagaimana orang-orang menghayati keyakinannya,
bagaimana mereka bertaqwa, mengabdi kepada Tuhan, tergantung
pada pribadi masing-masing. Maka di Indonesia ada kebebasan
beragama. Indonesia bukan negara “teokratis”, bukan negara agama
yaitu negara yang dalam penyelenggaraan kehidupan berpemerintahan
berdasarkan kekuasaan (kratia) Tuhan (Theos) menurut ajaran agama
tertentu. Para pemeluk agama dan para penganut kepercayaan bebas
dalam menghayati dan melaksanakan keyakinan mereka, saling
menerima serta saling menghargai dengan penuh toleransi dan dengan
semangat kerjasama yang serasi.
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Bangsa Indonesia mempunyai gambaran atau citra manusia sendiri.
Setiap manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi budi
dan karsa merdeka, dihargai dan dihormati sesuai dengan
martabatnya. Semua manusia adalah sama derajatnya sebagai
manusia. Semua manusia sama hak dan kewajibannya. Pada dasarnya
manusia dibedakan atas dasar ras, agama, adat atau keturunan atau
jenis kelamin. Manusia adalah makhluk rohani sekaligus makhluk
jasmani, adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Hal ini
disebut untuk mempergunakan istilah Prof. Notonagoro:
monodualitas. Setiap manusia diharapkan mendapat apa yang menjadi
haknya. Maka dirumuskan: “Kemanusiaan yang adil”.124 Di sini kita
menemukan dasar hak-hak asasi manusia dalam pandangan hidup
bangsa Indonesia. Disadari pula bahwa dunia dengan isinya itu
merupakan obyek bagi manusia. Dunia ini merupakan obyek bagi
pancaindera manusia: bagi mata, untuk dinikmati keindahan alamnya;
bagi telinga, dinikmati bermacam-macam suaranya. Manusia dapat
menangkap itu semua sehingga timbul getaran-getaran dalam jiwanya,
dengan bermacam-macam perasaan. Apa yang dialami dalam jiwanya
dapat diekspresikan dan dimanifestasikan dalam bermacam-macam
bentuk kesenian; umpamanya dalam bentuk lagu, tari-tarian, atau
lukisan. Tetapi dunia ini terutama merupakan obyek untuk budinya
dan karsanya. Manusia dengan jiwanya yang rohani bersifat
transenden, mengatasi struktur dan kondisi alam jasmani. Manusia
dapat mengenal hukum-hukum alam dapat menemukan potensi yang
terkandung dalam alam; manusia mampu mengolah dan mengubah
alam dalam batas-batas tertentu. Transendensinya relatif dan terbatas.
Dengan demikian manusia mampu menciptakan kebudayaan. Ia
mengolah tanah, air, api dan logam yang didapatnya dalam alam. Hal
ini dirumuskan dalam istilah “yang beradab”.
Persatuan Indonesia
Ketika Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 tampil pada sidang
paripurna BPUPKI atas permintaan ketuanya, dr. Radjiman
Wedyodiningrat, ia menegaskan:
“Saya mengerti apakah Paduka Tuan Ketua kehendaki Paduka Tuan
minta dasar, minta philosophisce grondslag... Dasar pertama yang baik
dijadikan dasar buat negara Indonesia, ialah dasar KEBANGSAAN.
Kita mendirikan satu negara Kebangsaan Indonesia. Tetapi saya minta
kepada saudarasaudara, janganlah saudara-saudara salah faham, jikalau
saya katakan, bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar
KEBANGSAAN. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam arti yang
sempit, tetapi saya menghendaki satu nationale staat. Bangsa
Indonesia, natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang yang
hidup dengan “le désir d’ètre ensemble” di atas daerah yang kecil
seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau
Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia yang menurut
geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah tinggal di kesatuannya
semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke
Irian!” Persatuan Indonesia atau kebangsaan Indonesia diilhami oleh
kata-kata pujangga Empu Tantular pada jaya-jayanya Majapahit
dahulu, yang sekarang tercantum dalam lambang negara; “Bhineka
Tunggal Ika”: walaupun beraneka ragam adalah satu! Indonesia
memang terdiri atas bermacam-macam suku atau kelompok etnik:
orang Jawa, Timor, Madura, Batak, Aceh, Bali, Bugis dan seterusnya,
masing-masing dengan bahasa daerah, adat, kesenian, dan watak
kebiasaan mereka masing-masing. Terdapat bermacam-macam agama
dan kepercayaan. Tetapi sukusuku atau kelompok-kelompok etnik,
yang selama berabad-abad telah mengalami nasib yang sama, bertekad
hendak bersatu. Bersama-sama sudah menderita dijajah oleh kaum
kolonialis; hasrat keinginannya hanya satu; tetap bersatu. Nasionalisme
ini tidak boleh menjadi satu chauvinisme.127 Oleh karena itu sila II ini
tidak boleh lepas dari sila III. Artinya, sila Kebangsaan atau Persatuan
Indonesia dijiwai oleh sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab;
kebangsaan yang ingin berhubungan secara serasi dengan bangsa-
bangsa lain di dunia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan
Sejak dahulu, bahkan pada zaman Majapahit (1293-1517) orang
mengenal adat kebiasaan cara khusus mengadakan perundingan, yang
disebut “musyawarah untuk mufakat”. Cara melakukan segala sesuatu
bersama di desa-desa Indonesia juga terungkap dalam prosedur, yang
ditempuh oleh para sesepuh dalam mengambil keputusan. Pada
umumnya di Nusantara orang mengenal musyawarah. Setiap anggota
sidang dapat berbicara, setiap orang berhak agar gagasannya
didengarkan dan bahwa orang lain juga harus memperhitungkannya.
Setelah mengadakan pembicaraan, timbang-menimbang maka
akhirnya diambil keputusan. Dalam keputusan itu tak tercantumkan
keinginan siapa saja dan tak seorang pun boleh memaksakan kehendak
pribadinya. Dalam musyawarah dan memutuskan secara bersama -
sama, kepala desa memegang pimpinan. Keputusan terakhir disebut
mufakat yaitu konsensus, kesepakatan bersama.128 Jadi keputusan
mufakat adalah langkah terakhir dari musyawarah yang berlangsung
lama. Pada waktu mempertimbangkan dan bersepakat kepala desa
tidak dibenarkan bertindak selaku pembesar dalam arti selaku orang
yang mendikte, akan tetapi sebagai kepala sosial suatu keluarag besar,
seorang bapak bagi seluruh persekutuan.
Cara berunding musyawarah untuk mufakat ini dilaksanakan bukan
hanya dalam rapat dan rembug desa, tetapi juga dalam forum sidang
MPR, DPR pusat sampai dengan DPRD tingkat II. Musyawarah untuk
mufakat merupakan suatu bentuk dan proses berunding yang tidak
mengenal adanya usaha untuk saling menghantam atau saling
menjebak dengan akal muslihat supaya akhirnya dapat tampil sebagai
pemenang yang unggul dalam perdebatan. Musyawarah untuk
mufakat merupakan suatu metode dengan tukar pikiran,
menyumbangkan gagasan-gagasan berusaha untuk bersama-sama
dapat menemukan kebenaran dan kebaikan.
Dalam musyawarah orang boleh saja adu argumentasi dan
berdiskusi. Hal ini oleh Sukarno dikemukakan juga ketika ia berbicara
tentang asas musyawarah mufakat dalam sidang paripurna BPUPKI
pada tanggal 1 Juni 1945 yang dikenal dengan sebutan “Lahirnya
Pancasila”:
“Dalam perwakilan, nanti ada perjuangan sehebat-hebatnya. Tidak ada
suatu staat yang hidup betul-betul jikalau dalam badan perwakilannya
tidak seakan-akan bergolak mendidih kawah Candradimuka, kalau
tidak ada perjuangan faham di dalamnya.”
Demokrasi Indonesia memang tidak mengenal oposisi, dalam arti
kelompok atau partai yang a priori menentang pendirian orang yang
sedang berkuasa. Tetapi perbedaan pendapat mempunyai tempat
dalam demokrasi Pancasila.129 Orang boleh saja mengemukakan
pendapat dan pendiriannya yang berbeda dengan pendapat orang yang
berkuasa, asal caranya menurut aturan permainan yang benar. Dalam
perundingan orang jangan menuruti emosinya atau jangan
memaksakan kehendaknya sendiri, melainkan supaya berbicara
dengan bijaksana. Kebebasan memang dijunjung tinggi, tetapi
kebebasan yang bertanggung jawab.
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Di dekat kota Palembang ada sebuah batu dengan prasasti
“Kedukan Bukit” (683). Menurut Prof. Muhammad Yamin batu itu
merupakan peninggalan Gründungsakt kerajaan Sriwijaya. Tulisannya
berbunyi: “Marwuat wanua Sriwijaya jaya siddhayatra subbiksa”.
Oleh M. Yamin diterjemahkan: “Mereka mendirikan negara Sriwijaya
agar jaya sejahtera sentosa”. Jadi negara Sriwijaya didirikan bukan
untuk keagungan dinasti Syailendra, melainkan untuk kesejahteraan
rakyatnya.130 Kata siddhayatra adalah “sejahtera” dalam bahasa
Indonesia. Ideologi Pancasila jelas bertujuan untuk mengusahakan
terwujudnya kesejahteraan rakyat. Prof. Djojodiguno menulis:
“Kita ini rakyat yang terikat secara sosial dan tradisional; kita masing-
masing bertindak atau bertingkah laku seperti semua orang lain, tiap
orang bersifat komunal.”
b.Perbedaan sosialisme dan pancasila
Pancasila itu memiliki rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh Rakyat Indonesia (ideology dasar) sedangkan
sosialisme itu, sistem social yang di tandai dengan kepemilikian social
dari alat – alat produksi.
c.Persamaan sosialisme dan pancasila
keduannya adalah ideologi yang digunakan sebagai dasar negara
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Ideologi merupakan suatu gagasan, pemikiran, cita-cita atau pandangan
suatu bangsa yang dijadikan sebagai pedoman dalam berbangsa dan
bernegara.Ideologi muncul karna adanya suatu falsafah-falsafah yang dianut
dari para filosofis. Sehingga dengan adanya suatu falsafah yang berbeda itu
akan muncul perbedaan-perbedaan ideologi. Sebagian besar ideologi yang
dianut oleh Negara diantaranya liberalisme, komunisme dan
pancasila.Dalam menyikapi perbedaan tersebut, kita perlu memahami
terlebih dahulu tentang konsep ideologi itu sendiri, dengan demikian kita
dapat menyikapi perbedaan tersebut tanpa harus menimbulkan peperangan.
Pancasila sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya keseimbangan
ide dan gagasan serta tidak bersifat absolute dalam memandang manusia dan
kehidupan bernegara, sedangkan Liberalisme, Komunisme lebih bersifat
mutlak atau totaliter. Sehingga ideologi yang tepat dan sesuai dengan
kehidupan bangsa Indonesia adalah Pancasila , karena Pancasila diangkat
dari nilai – nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat
dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia.
B.Saran
Saran dari kelompok kami adalah mahasiswa diharapkan mampu
menelaah dengan baik isi makalah ini sehingga mampu mengamalkannya
dan mengambil pelajaran penting apa yang dapat diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Avianto,Dicky . 2013 . Pandangan Realisme, Liberalisme Dan Konstruktivisme
Terhadap Mercosur Sebagai Institusi Perdagangan Regional Di
Amerika Selatan . Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Hubungan Internasional . Depok
Elisa,2009 . Teori Politik Sosialisme – Komunis . Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik . Jogjakarta .
Hosang,Christian . 2011 . Pandangan Paradigma Realisme, Liberalisme,Dan
Konstruktivisme Terhadap Asean Politicalsecurity Community
2015 Sebagai Kerjasamakeamanan Di Kawasan Asia Tenggara .
FISIP UI . Depok
Syarbani, H. Syahrial. 2012. Pancasila Dan Liberalisme, Komunisme Serta
Agama. Modul Ajar Pancasila.